16 A. Pasar
1. Pengertian Pasar
Menurut N. Gregory Mankiw dkk, pasar adalah sekelompok pembeli dan penjual dari sebuah produk atau jasa tertentu. Pembeli sebagai sebuah kelompok menentukan permintaan sebuah produk, sedangkan penjual sebagai kelompok lain yang menentukan penawaran dari produk tersebut.
1Sedangkan menurut Ari Sudarman, pasar adalah suatu tempat di mana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi. Di dalam bahasa sehari-hari pasar pada umumnya diartikan sebagai suatu lokasi dalam artian geografis.
Tetapi dalam pengertian teori ekonomi mikro adalah lebih luas lagi. Suatu pasar dalam ilmu ekonomi adalah di mana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli.
2Dari pengertian di atas menjelaskan bahwa pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang dan jasa atau sumber daya ekonomi dan berbagai faktor produksi lainnya yang kini tidak hanya menunjuk ke sebuah lokasi tertentu karena adanya sistem jaringan komunikasi yang modern.
2. Fungsi Pasar
Pasar mempunyai lima fungsi utama. Kelima fungsi utama ini menunjukkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap sistem ekonomi. Dalam sistem ekonomi persaingan sempurna, pasar menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam sistem ekonomi
1
N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 62
2
Ari Sudarman, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2004), 7
komunistis, dilain pihak pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh para perancang negara. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
3a. Pasar menetapkan nilai (set value). Dalam ekonomi pasar, harga merupakan ukuran nilai. Fungsi ini memecahkan masalah penentuan apa yang harus dihasilkan oleh suatu perekonomian. Barang yang relatif lebih diinginkan oleh masyarakat mempunyai tingkat harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan barang yang tidak diinginkan masyarakat. Produsen yang menghasilkan barang yang lebih diinginkan masyarakat akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Akibatnya produsen tersebut akan terang-terangan untuk memperbesar produksinya, dan juga mendorong produsen-produsen baru untuk menghasilkan barang tersebut. Jadi, gerak kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar menentukan tingkat harga barang.
b. Pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor produksi di pasar, maka akan mendorong produsen memilih metode produksi yang paling efisien. Bila harga suatu faktor produksi mengalami kenaikan di pasar, maka produsen akan berusaha mengadakan penghematan penggunaan faktor produksi tersebut dan mencoba menggantinya dengan faktor produksi yang harganya relatif lebih murah. Jadi, fungsi pasar yang kedua ini memecahkan masalah bagaimana cara menghasilkan barang.
c. Pasar mendistribusikan barang. Hal ini menyangkut pertanyaan- pertanyaan untuk siapa barang dihasilkan. Kemampuan seseorang untuk membeli barang tergantung pada penghasilannya. Penghasilan seseorang di samping tergantung berapa unit jumlah faktor produksi yang dimiliki juga tingkat harga faktor produksi tersebut di pasar. Pola distribusi penghasilan bersama-sama dengan tingkat harga barang di pasar akan menentukan pola distribusi barang dalam suatu masyrakat.
d. Pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan (rationing). Penjatahan adalah inti dari adanya harga. Karena jumlah produksi yang tersedia
3
Ari Sudarman, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2004), 8
dalam masyarakat untuk jangka waktu tertentu terbatas jumlahnya, maka jumlah tersebut haruslah dibagi-bagi sehingga dapat cukup dalam jangka waktu tertentu. Barang yang jumlahnya rekatif sedikit di dalam suatubperekonomian, maka tingkat harga barang tersebut di pasar tinggi. Tingginya tingkat harga barang tersebut akan membatasi tingkat konsumsi.
e. Pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang akan dating. Tabungan dan investasi semuanya terjadi di pasar dan keduanya merupakan usaha untuk mempertahankan dan mencapai kemajuan perekonomian yang bersangkutan.
3. Bentuk-bentuk Pasar
Dipandang dari dari organisasi pasar atau strukturnya, bentuk pasar dibedakan menjadi dua macam.
a. Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang dicirikan oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak.
4Selain itu pasar persaingan sempurna bisa didefinisikan sebagai pasar yang dimana penjual dan pembeli tidak ada yang bisa mempengaruhi harga, sehingga harga yang terbentuk benar-benar hasil dari interaksi antara keduanya. Pasar persaingan sempurna memiliki karakteristik, yaitu:
51) Jumlah produsen banyak dan volume produksi setiap produsen hanya merupakan bagian yang kecil dari volume transaksi total di dalam pasar, sehingga masing-masing produsen tidak mampu menentuka harga.
2) Produk yang dihasilkanoleh para produsen adalah bersifat homogen, sehingga produksi satu produsen merupakan substitusi yang sempurna bagi produksi produsen lain.
4
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 111
5
M. Nur Arianto Al Arif, Euis Amalia, Teori Mikroekonomi, (Jakarta: Kencana, 2010),
218
3) Setiap pelaku dalam pasar mendapatkan informasi pasar yang tepat dan sempurna, sehingga setiap pelaku dalam pasar mampu membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia di pasar.
4) Produsen sebagai price taker, di mana tidak dapat menetapkan harga. Karena harga sepenuhnya ditentukan berdasarkan tarikan permintaan penawaran di pasar, sehingga setiap produsen menetapkan harga berdasarkan mekanisme pasar yang terjadi di pasar.
5) Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit), di mana setiap perusahaan mempunyai kebebasan untuk masuk dan keluar dalam suatu industri. Perusahaan baru bebas untuk masuk ke dalam industri tanpa adanya hambatan dari para pemain lama.
Begitu pula perusahaan lama memiliki kebebasan untuk keluar dari industri tersebut apabila melihat potensi pasar yang semakin kecil.
Kelima sifat utama dari pasar persaingan sempurna ini mempunyai implikasi, yaitu:
61) Seorang produsen (secara individual) tidak bias mempengaruhi harga pasar yang berlaku; harga ditentuka oleh “pasar” untuknya.
2) Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang produsen adalah garis lurus horizontal, yang berarti bahwa dia bisa menjual output berapa pun pada tingkat harga yang berlaku tanpa mengakibatkan penurunan harga jual.
3) Macam keputusan yang perlu diambil oleh seorang produsen (untuk mencapai keuntungan maksimum atau posisi ekuilibriumnya) adalah beberapa volume output yang harus ia produksikan atau jual; sedang harga jualnya sudah ditentukan oleh pasar.
6
Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE,1996), 108
b. Pasar persaingan tidak sempurna
Pasar persaingan tidak sempurna adalah pasar yang memiliki satu atau lebih penjual di pasar dan penjual dapat mempengaruhi harga yang terjadi di pasar. Pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari:
71) Monopoli
Monopoli adalah suatu keadaan di mana di dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya.
8Ciri-ciri monopoli yaitu:
9- Produsen sebagai price maker
- Adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry)
- Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah yang mempunyai ciri khas yang tidak terdapat pada produk lain.
- Produksi produsen bagian besar dari volume transaksi total.
2) Oligopoli
Oligopoli adalah hanya ada beberapa penjual saja di dalamnya.
Akibatnya, tindakan yang dilakukan oleh satu penjual saja di pasar ini dapat memberikan dampak yang besar pada keuntungan semua penjual yang lainnya. Oligopoli bisa dibedakan antara oligopoli dengan diferensiasi produk (setiap perusahaan dengan merek-merek khusus tersendiri, misalnya industri kosmetik, industri mobil di Indonesia) dengan oligopoli tanpa diferensiasi produk (misalnya: industri seng, industri pipa besi dan sebagainya).
103) Monopolistik
Monopolistik adalah bentuk pasar antara monopoli dan persaingan sempurna. Persaingan monopolistic terdapat bila dalam suatu pasar ada banyak produsen, tetapi ada unsur-unsur diferensiasi produk (perbedaan merel, bungkus dan sebagainya) di
7
Lia Amaliawati, Asfia Murni, Ekonomika Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), 238
8
Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE,1996), 125
9
M. Nur Arianto Al Arif, Euis Amalia, Teori Mikroekonomi, (Jakarta: Kencana, 2010), 231
10
Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE,1996), 137
antara produk-produk yang dihasilkan oleh masing-masing produsen.
11B. Penawaran Produk 1. Penawaran
a. Pengertian penawaran
Penawaran (supply) adalah kata yang paling sering digunakan oleh para ekonom di samping pemintaan (demand).
Keduanya adalah kekuatan yang mendorong bekerjanya ekonomi pasar dan yang menentukan berapa banyak sebuah barang dihasilkan dan berapa harga yang dikenakan untuk barang tersebut ketika dijual.
12Penawaran didefinisikan sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.
13Dengan kata lain, penawaran dapat diartikan sebagai hubungan fungsional antara jumlah yang ditawarkan dengan tingkat harganya.
Penawaran mencerminkan kesediaan produsen atau penjual untuk menawarkan untuk dijual berbagai jumlah atau kuantitas suatu barang.
1411
Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE,1996), 144
12
N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 61
13
Sudarsono, Buku Materi Pokok Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986), 11
14
Soeharsono Sagir dkk, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, 2009 jakarta: Kencana, 241
b. Fungsi dan hukum penawaran
Fungsi penawaran adalah fungsi yang memperlihatkan keterkaitan antara variable jumlah barang yang ditawarkan dengan variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhinya.
15Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan pejual.
16Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penawaran suatu barang, yaitu:
171) Harga barang itu sendiri. Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan.
2) Harga barang lain yang terkait. Barang-barang substitusi dapat mempengaruhi penawaran suatu barang. Dapat dikatakan bahwa apabila harga substitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang komplemen, dapat dikatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, dan sebaliknya.
15
Lia Amaliawati, Asfia Murni, Ekonomika Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), 46
16
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), 85
17
Pratama Rahardja, Mandala Manurung, Teori Ekonomi MIkro Suatu Pengantar,
(Jakarta: Lemabaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010), 28-30
3) Harga faktor produksi. Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang tinggi, bahan baku yang meningkat, atau kenaikan tingkat bunga modal, akan menyebabkan perusahaan memproduksi output-nya lebih sedikit dengan jumlah anggaran tetap.
4) Biaya produksi. Kenaikan harga input sebenarnya juga menyebabkan kenaikan biaya produksi. Dengan demikian, bila biaya produksi meningkat maka produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang itu berkurang.
5) Teknologi produksi. Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi dan menciptakan barang-barang baru.
6) Jumlah pedagang atau penjual. Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah.
7) Tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba, bukan memaksimumkan hasil produksinya. Akibatnya, tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum.
8) Kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi penawaran suatu barang. Seperti halnya dalama kebijakan untuk impor beras dan meningkatkan produksi dalam negeri guna tercapainya swasembada beras.
2. Produk
a. Pengertian Produk
Produk adalah suatu sifat yang komplek baik yang dapat diraba
maupun yang tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga,
pelayanan perusahaan dan pengecer, yang mana diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan mereka.
18Menurut Kotler dan Amstrong dalam buku Nembah F.
Hartimbul Ginting mendefinisikan: produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk perhatian, akuisisi, penggunaan dan konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
19Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Jadi, produk mempunyai pengertian yang lebih luas dari sekedar barang yang dapat diukur. Dalam arti luas produk mencakup barang fisik, jasa, orang, organisasi, gagasan atau gabungan dari semua itu.
b. Level Produk
Dalam merencanakan tawaran pasar, pemasar perlu berpikir melalui lima level produk.
20Tiap level menambahkan lebih banyak nilai pelanggan, dan kelimanya membentuk hierarki nilai pelanggan.
Level paling dasar adalah manfaat inti (core benefit), yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan. Seorang tamu hotel membeli “istirahat dan tidur”, pembeli alat bor membeli
“lubang”. Pemasar harus memandang dirinya sendiri sebagai pemberi manfaat.
Pada level kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk dasar (basic product). Jadi sebuah kamar hotel mencakup tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja tulis, meja rias dan lemari pakaian.
18
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, (Yogyakarta:
BPFE, 1997), 165
19
Nembah F. Hartimbul Ginting, Manajemen Pemasaran (Bandung: CV YRAMA Widya, 2011), 90
20
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo, Edisi Millenium, 2002),
449
Pada level ketiga, pemasar menyiapkan produk yang diharapkan (expected product), yaitu serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh para pembeli ketika mereka membeli produk itu. Pada level keempat, pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan (augmented product) yang melampaui harapan dari pelanggan pada umumnya.
Pada level kelima terdapat produk potensial (potential product), yang mencakup semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya akan dialami produk tersebut di masa depan. Di sinilah perusahaan-perusahaan secara agresif mencari berbagai cara baru untuk memuaskan pelanggan dan membedakan tawarannya.
Gambar 2.1 Lima Level Produk
21c. Hierarki Produk
Tiap produk berkaitan dengan produk-produk lain tertentu.
Hierarki produk terentang mulai dari kebutuhan dasar sampai produk- produk khusus yang memuaskan kebutuhan khusus. Kita dapat mengidentifikasi tujuh level hierarki produk sebagai berikut:
21
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo, Edisi Millenium, 2002), 449
Manfa
at
Inti
1) Rumpun Kebutuhan (need family):Kebutuhan inti yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk.
2) Rumpun Produk (product family): Semua kelas produk yang dapat memenuhi suatu kebutuhan inti dengan efektivitas yang memadai.
3) Kelas Produk (product class): Sekelompok produk dalam rumpun produk yang diakui mempunyai persamaan fungsional.
4) Lini Produk (product line): Sekelompok produk dalam suatu kelas produk yang berkaitan erat karena produk-produk itu melaksanakan fungsi yang serupa, dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau berada dalam rentang harga tertentu.
5) Jenis Produk (product type): Sekelompok produk dalam lini produk yang sama-sama memiliki sejumlah kemungkinan bentuk produk.
6) Merek (brand): Nama, yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalam lini produk, yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut.
7) Unit Produk (item, stockkeeping unit, atau product variant) : Satu unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan, atau atribut lain.
22d. Klasifikasi Produk
Pemasar biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk: daya tahan, keberwujudan, dan penggunaan (konsumen atau industri). Tiap jenis produk memiliki strategi bauran pemasaran yang sesuai. Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya sebagai berikut:
1) Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods): adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan.
22
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo, Edisi Millenium, 2002),
450
2) Barang tahan lama (durable goods): adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali.
3) Jasa (services): Jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian.
23C. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Sebelum membeli suatu produk atau jasa umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan yang digunakan akan menghasilkan suatu keputusan.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai proses pengambilan keputusan yang meliputi pengertian proses pengambilan keputusan konsumen, macam-macam proses pengambilan keputusan, tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen, tipe-tipe konsumen dalam pengambilan keputusan, model pengambilan keputusan konsumen dan keputusan pembelian dalam perspektif Islam.
1. Pengertian proses pengambilan keputusan konsumen
Salah satu keputusan penting yang diambil konsumen dan harus mendapat perhatian yang besar dari para pengecer adalah keputusan pembelian konsumen. Proses keputusan konsumen bukanlah berakhir dengan pembelian, namun berlanjut hingga pembelian tersebut menjadi pengalaman bagi konsumen dalam menggunakan produk yang dibelinya tersebut. Pengalaman itu akan menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pembelian di masa depan.
24Menurut Engel, bahwa proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Sementara Setiadi menyatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang
23
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo, Edisi Millenium, 2002), 451
24
Ma’ruf Hendri, Pemasaran Ritel (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), 14
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Berkowiz juga mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian merupakan tahap- tahap yang dilalui pembeli dalam menentuka pilihan tentang produk dan jasa yang hendak dibeli.
25Berdasarkan uraian di atas, maka proses pengambilan keputusan sebagai seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih, dengan kata lain ketersediaan pilihan yang lebih dari satu merupakan keharusan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
2. Macam-macam proses pengambilan keputusan konsumen
Macam-macam proses pengambilan keputusan oleh konsumen yaitu extended decision making, limited decision making, dan routine decision making.
26a. Pengambilan keputusan yang diperluas (Extended decision making) Tipe ini terjadi ketika seorang konsumen menggunakan semua tahapan proses keputusan pembelian, namun konsumen dapat berhenti pada tahap manapun dari proses keputusan pembelian. Konsumen membutuhkan banyak waktu dalam pencarian informasi dan mengevaluasi alternatif. Karakteristik konsumen seperti umur, pendidikan, pendapatan dan status pernikahan, memiliki pengaruh besar bagi pengambilan keputusan dalam tipe ini. Kategori produk yang dibeli adalah produk yang mahal, kompleks dan konsumen memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali pengalaman dengan produk tersebut, misalnya rumah baru, mobil pertama atau asuransi jiwa.
b. Pengambilan keputusan yang terbatas (Limited decision making) Pengambilan keputusan seperti ini berlaku apabila konsumen menjalani semua tahap keputusan pembelian namun tidak menggunakan banyak waktu untuk setiap tahapnya. Kategori produk
25
Anggi Putra Wijaya, Tingkat Pemahaman Fiqih Muamalat Terhadap Keputusan Membeli Produk Fashion Palsu, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 22
26
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran,
(Bogor, Ghalia Indonesia Edisi Kedua, 2011), 126
yang dibeli adalah produk yang sudah pernah dibeli sebelumnya namun tidak secara rutin, dengan resiko yang mungkin diterima moderat dan konsumen dapat berbelanja kapan saja. Tahap keputusan dilalui dibawah pengaruh pengalaman sebelumnya. Prioritas ditetapkan pada evaluasi alternatif yang sudah diketahui dengan mengacu kepada keinginan dan standar individu. Contoh produknya adalah mobil yang kedua, pakaian, hadiah dan perjalanan wisata.
Selain pengalaman, pendapatan, tingkat kepentingan untuk membeli dan motif sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
c. Pengambilan keputusan yang rutin (Routine decision making)
Terjadi apabila konsumen membeli sesuai kebiasaan dan melewatkan tahapan-tahapan dalam proses pembelian. Konsumen ingin menggunakan waktu yang tersingkat untuk berbelanja, membeli produk dengan merek yang sama dan seringkali di toko yang sama.
Kategori produknya adalah produk yang dibeli sacara rutin dan memberikan resiko yang kecil karena sudah ada pengalaman sebelumnya. Tahap kunci pada tipe ini adalah pengenalan kebutuhan, manakala konsumen menyadari bahwa produk dibutuhkan maka otomatis akan dilakukan pembelian. Pencarian informasi, evaluasi alternatif dan perilaku pasca pembelian sedikit dilakukan dibandingkan pada tipe pengambilan keputusan terbatas. Langkah itu tidak dilakukan selama konsumen merasa puas.
3. Tahap-tahap proses pengambilan keputusan konsumen
Menurut Kotler, untuk sampai kepada keputusan pembelian konsumen akan melewati lima tahap yaitu pengenalan masalah (problem recognition), pencarian informasi (information search), evaluasi alternatif (evaluation of alternatives), keputusan pembelian (purchase decision) dan perilaku pasca pembelian (postpurchase behavior).
2727
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 257
a. Pengenalan masalah (problem recognition). Merupakan tahap dimana pembeli mengenali masalah atau kebutuhannya.
28Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Keputusan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal seperti lapar dan haus yang bila mencapai titik tertentu akan menjadi sebuah dorongan dan rangsangan eksternal misalnya seseorang yang melewati sebuah toko kue dan melihat kue yang merangsang rasa laparnya.
b. Pencarian informasi (information search). Setelah tergerak oleh stimuli konsumen akan berusaha mencari informasi lebih banyak tentang hal yang telah dikenali sebagai kebutuhannya.
29Konsumen memperoleh info dari sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan), komersial (iklan, tenaga penjual, perantara, kemasan), publik (media massa, organisasi pembuat peringkat) dan sumber pengalaman (pengkajian, pemakaian produk).
c. Evaluasi alternatif (evaluation of alternatives). Merupakan tahap dimana konsumen memperoleh informasi tentang suatu obyek dan membuat penilaian akhir. Dalam hal ini konsumen sangat berbeda evaluasinya karena tergantung pada pilihan atribut produk, sesuai atau tidak dengan keinginan mereka.
30Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan (produk) yang tersedia.
d. Keputusan pembelian (purchase decision), tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap untuk melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
3128
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta, Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 104
29
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta, Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 104
30
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta, Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 105
31
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta,
Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 105
e. Perilaku pasca-pembelian (post-purchase bahavior). Ketika membeli suatu produk, konsumen mengharapkan bahwa dampak tertentu dari pembelian tersebut. Bagaimana harapan-harapan tersebut terpenuhi, menentukan apakah konsumen puas atau tidak puas dengan pembelian tersebut.
32Menurut Kotler, tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terhadap minat membeli diawal yang mengukur kecenderungan pelanggan untuk melakukan suatu tindakan tertentu terhadap produk secara keseluruhan.
334. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen
Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan bukanlah hal yang sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun dapat bertindak sebaliknya. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang merubah pikiran-pikiran mereka pada menit-menit terakhir.
Karenanya pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi serta perilaku belanja dan pembelian pelanggan sasaran mereka.
Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor. Kotler menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti, faktor budaya, sosial, kepribadian dan kejiwaan.
34a. Faktor Budaya 1) Budaya
Budaya bisa disebut juga budi yang berarti akal yang dengan akal budinya manusia mampu menciptakan, mengkreasikan, memperlakukan, memperbarui, mengembangkan, dan meningkatkan sesuatu yang ada.
3532
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 268
33
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2 (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2005), 223
34
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 231
35
Ramdani Wahyu, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung, Pustaka Setia, 2008) 6
2) Sub-budaya
Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama, kalompok ras dan wilayah geografis.
36Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting. Karenanya pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
3) Kelas Sosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Menurut Kotler dan Amstrong (1997) adalah pembagian masyarakat yang permanen dan berjenjang, anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang serupa.
37Mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi di dalam pasar. Determinan apa yang dapat dibeli oleh konsumen ditentukan oleh kelas sosial yaitu pendapatan dan kekayaan konsumen bersangkutan.
b. Faktor Sosial
1) Kelompok Acuan
Kelompok Acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung kepada sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang disebut membership group. Seseorang menjadi anggota dari dua membership group yaitu pertama, primary group seperti keluarga, teman, tetangga, teman kerja yang secara informal dan berkesinambungan berinterkasi dengan seseorang, yang kedua adalah secondary groups yaitu agama, profesi atau kelompok dagang yang cenderung berinteraksi secara formal dan kurang berkesinambungan.
382) Keluarga
Keluarga adalah intitusi social yang paling penting bagi beberapa konsumen, karena secara kuat mempengaruhi nilai, sikap, konsep
36
Ramdani Wahyu, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung, Pustaka Setia, 2008) 7
37
Nembah F Hartimbul Ginting, Manajemen Pemasaran, (Bandung: CV YRMA Widya, 2011) 36
38
Sunarto, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE-UST Yogyakarta, 2003), 124
pribadi dan perilaku pembelian.
39Terdapat dua jenis keluarga yaitu:
• Keluarga orientasi, terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta.
• Keluarga prokreasi, terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh relatif suami, istri dan anak-anak dalam membeli beragam produk barang dan jasa.
3) Peran dan Status
Peran dan status muncul sebagai konsekuensi dari keterlibatan individu dalam berbagai kelompok. Peran terdiri dari aktivitas- aktivitas yang diharapkan ditampilkan atau dilakukan dari seseorang. Tiap peran menyebabkan timbulnya status. Manusia memilih produk yang dapat menunjukkan peran dan statusnya di masyarakat.
c. Faktor Pribadi
1) Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Usia seseorang membentuk kebutuhan dan selera tertentu terhadap suatu produk.
2) Pekerjaan. Pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dijalaninya. Kebutuhan orang yang bekerja sebagai top manager berbeda dengan pekerja kasar yang berlokasi di lapangan.
3) Keadaan ekonomi. Keadaan ekonomi mempengaruhi pilihan produk seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap belanja atau menabung.
39
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl McDaniel, Pemasaran, (Jakarta: Salemba
Empat, 2001) 217
4) Gaya hidup. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinterkasi dengan lingkungannya.
5) Kepribadian dan Konsep diri . Kepribadian dan konsep diri merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri atau citra pribadi yang merupakan cara pandang seseorang menurut dirinya sendiri, bagaimana ia ingin dipandang orang lain dan bagaimana ia menganggap orang lain memandang dirinya.
40d. Faktor Kejiwaan
1) Motivasi. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis yaitu muncul dari tekanan biologis seperti rasa lapar, haus dan tidak nyaman.
Kebutuhan lain bersifat psikogenis yaitu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa untuk memiliki. Suatu kebutuhan akan menjadi motivasi jika ia didorong sampai mencapai tingkat identitas yang memadai.
412) Persepsi. Seseorang yang termotivasi menjadi siap untuk
bertindak dengan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi merupakan proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia
40
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 244-245
41
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 245
yang memiliki arti.
42Orang bisa memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses persepsi yaitu perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
3) Pengetahuan. Pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
43Para ahli yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan sehingga hal tersebut akan memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian seorang individu. Dengan pengetahuannya, seseorang berusaha menilai kemudian menentukan apakah dia akan melakukan suatu pembelian terhadap suatu barang atau tidak.
4) Keyakinan dan Kepribadian. Melalui bertindak dan belajar orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Hal ini kemudian mempengaruhi perilku pembelian mereka. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal.
Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan.
44Sikap mengarahkan orang berperilaku secara cukup konsisten terhadap obyek yang serupa.
5. Tipe konsumen dalam pengambilan keputusan
Menurut Schiffman dan Kanuk istilah model konsumen menunjuk pada cara pandang umum terhadap bagaimana dan mengapa individu berperilaku seperti yang ditampilkannya. Terdapat empat pandangan yaitu ekonomis (economic), pasif (passive), mengamati (cognitive) dan emosional (emotional).
4542
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 248
43
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 250
44
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi Keenam. Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1988), 251
45
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta,
Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 118
a. Economic Man. Dalam persaingan sempurna, konsumen sering digologkan sebagai economic man, yaitu seorang yang membuat keputusan secara rasional. Untuk bertindak secara rasional harus sadar akan alternatif produk yang tersedia, harus mampu mengurutkan dengan benar alternatif yang ada, menimbang keuntungan dan kerugian produk yang akan dibeli dan ia harus dapat memastikan bahwa produk yang ditawarkan itu sebagai alternatif terbaik, meskipunterkadang tidak memiliki info yang cukup dan akurat.
b. Passive man. Sebagai lawan dari economic man, passive man digambarkan sebagai konsumen yang patuh terhadap keinginan dan promosi dari pemasar. Produsen dapat menggunakan formula yang disingkat dengan AIDA (Attention, interest, desire, dan action) sementara konsumen terkadang melakukan pembelian impulsif.
c. Cognitive Man. Model ini memfokuskan pada proses konsumen dalam mencari dan menevaluasi merek dan eceran. Model cognitive man merupakan gambaran konsumen yang lebih realistis dan menggambarkan konsumen yang berada diantara model economic man dan passive man, yaitu konsumen yang tidak memilki cukup pengetahuan dan oleh karenanya tidak dapat membuat keputusan yang tepat, tetapi meskipun demikian mereka aktif mencari informasi dan berusaha membuat keputusan yang memuaskan.
d. Emotional Man. Pada kenyataannya, kita mungkin
menghubungkan perasaan dan emosi prestis, harapan dan
kesenangan dalam melakukan pembelian. Pada saat melakukan
pembelian secara emosional cenderung kurang memperhatikan
dan mencari informasi, lebih memperhatikan pada perasaan dan
suasana hati. Namun hal ini bukan berarti emotional man
mengambil keputusan secara irasional, pengambilan keputusan itu
juga rasional.
6. Model pengambilan keputusan konsumen
Schiffman dan Kanuk mengemukakan suatu model pengambilan
keputusan yang dirancang untuk menghubungkan berbagai gagasan
pengambilan keputusan dan perilaku konsumen. Model ini tidak
dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
kerumitan pengambilan keputusan konsumen. Sebaliknya dirancang untuk
menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan menjadi
suatu keseluruhan yang berarti. Model tersebut disajikan pada gambar 2.2
yang mempunyai tiga komponen utama yaitu Input, proses dan output.
Pengaruh Eksternal
INPUT
Pengambilan
Keputusan Konsumen
PROSES
Perilaku Setelah Keputusan
OUTPUT
Gambar 2.2 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen.
4646
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor, Ghalia Indonesia Edisi Kedua, 2011), 493
Lingkungan Sosialbudaya 1. Keluarga
2. Sumber informal
3. Sumber nonkomersial lain 4. Kelas sosial
5. Subbudaya dan budaya
Pengenalan Kebutuhan
Penelitian Sebelum Pembelian
Evaluasi Alternatif
Bidang Psikologi Motivasi
Persepsi Pembelajaran Keperibadian Sikap
Pengalaman
Evaluasi Setelah Pembelian Pembelian 1. Percobaan 2. Pembelian ulang Usaha Pemasaran Perusahaan
1. Produk 2. Promosi 3. Harga
4. Saluran distribusi 5. Orang
6. Bukti fisik
7. Proses
a. Input
Komponen Input dalam model pengambilan keputusan mempunyai berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk.
47Yang utama diantara berbagai faktor Input adalah beragam kegiatan bauran pemasaran perusahaan yang berusaha menyampaikan manfaat produk dan jasa mereka kepada para konsumen potensial dan pengaruh sosial budaya di luar pemasaran, yang dihayati secara mendalam, akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
1) Input Pemasaran
Kegiatan pemasaran perusahaan merupakan usaha langsung untuk mencapai, memberikan informasi, membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya. Input kepada proses pengambilan keputusan konsumen ini mengambil bentuk berbagai strategi bauran pemasaran khusus yang terdiri dari produk itu sendiri (termasuk kemasan, ukuran dan jaminannya);
iklan di media massa, pemasaran langsung, penjualan personal, dan berbagai usaha promosi lainnya; kebijakan harga; dan pemilihan saluran distribusi untuk memindahkan produk dari pabrik ke konsumen.
48Akhirnya, dampak berbagai usaha pemasaran suatu usaha sebagian besar ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap semua usaha ini. Jadi para pemasar harus senantiasa mewaspadai persepsi konsumen dengan mensponsori riset konsumen, daripada bergantung kepada dampak pesan-pesan pemasaran mereka yang “diharapkan”.
47
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta, Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 145
48
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta,
Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 146
2) Input Sosiobudaya
Input yang kedua, lingkungan sosiobudaya, juga mempunyai pengaruh besar terhadap konsumen. Input sosiobudaya terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial. Sebagai contoh, komentar teman, product review di sosial media, pemakaian di anggota keluarga, ulasan produk pada sebuah websites, atau pandangan para konsumen berpengalaman yang ikut serta dalam kelompok diskusi khusus di internet, semuanya itu merupakan sumber informasi nonkomersial. Pengaruh kelas sosial, budaya, dan subbudaya, walaupun kurang nyata, merupakan faktor-faktor Input penting yang dihayati dan diserap serta mempengaruhi bagaimana para konsumen menilai dan pada akhirnya mengadopsi atau menolak sebuah produk.
49Aturan tingkah laku yang tidak tertulis yang disampaikan budaya dengan halus menyatakan perilaku konsumsi mana yang harus dianggap “benar” atau “salah” pada suatu waktu tertentu.
Dampak komulatif usaha pemasaran setiap pemasaran:
pengaruh keluarga, teman-teman dan para tetangga; dan aturan perilaku masyarakat yang ada, semuanya merupakan Input yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli para konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli.
b. Proses
Komponen proses dalam model tersebut berhubungan erat dengan cara konsumen mengambil keputusan. Untuk memahami proses ini, kita harus mempertimbangkan pengaruh berbagai konsep psikologis. Bidang psikologis mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran, keperibadian, dan sikap) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen (apa yang mereka butuhkan atau inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai pilihan produk, kegiatan mereka dalam pengumpulan
49
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung, Alfabeta,
Cetakan ketujuh, Edisi Revisi, 2007), 151
informasi, dan penilaian mereka mengenai berbagai alternatif).
Seperti yang digambarkan pada konsumen proses dalam model keputusan, tindakan pengambilan keputusan konsumen terdiri atas tiga tahap: (1) pengenalan kebutuhan, (2) penelitian sebelum pembelian, dan (3) penilaian berbagai alternative.
50c. Output
Porsi output dalam model pengambilan keputusan konsumen menyangkut dua kegiatan pasca-pembelian yang berhubungan erat. Tujuan kedua kegiatan itu adalah untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap pembeliannya.
511) Perilaku Pembelian
Para konsumen melakukan tiga tipe pembelian: pembelian percobaan, pembelian ulangan, dan pembelian komitmen jangka panjang.
52Ketika konsumen membeli suatu produk untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, pembelian ini akan dianggap sebagai suatu percobaan. Jadi, percobaan merupakan tahap perilaku pembelian yang bersifat penjajakan dimana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.
Jika suatu merek baru dalam suatu kategori produk yang sudah mapan berdasarkan percobaan dirasakan lebih memuaskan atau lebih baik daripada merek-merek lain, konsumen mungkin mengulangi pembelian. Tidak seperti percobaan, dimana konsumen menggunakan produk dalam jumlah kecil dan tanpa komitmen apapun, pembelian ulangan biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen dan bahwa ia bersedia memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar.
50
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor, Ghalia Indonesia Edisi Kedua, 2011), 10
51
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor, Ghalia Indonesia Edisi Kedua, 2011), 20
52
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran,
(Bogor, Ghalia Indonesia Edisi Kedua, 2011), 21
Percobaan tentu saja tidak selalu mungkin dilakukan.
Sebagai contoh, pada barang-barang tahan lama (kulkas, mesin cuci, kompor listrik), konsumen biasanya beralih secara langsung dari penilaian terhadap komitmen jangka panjang (melalui pembelian), tanpa kesempatan untuk percobaan yang sesungguhnya.
2) Penilaian Pasca-Pembelian
Ketika konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan mereka. Ada hasil penilaian yang mungkin timbul:
• Kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral.
• Kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan dengan apa yang disebut sebagai pemenuhan harapan secara positif (yang menimbulkan kepuasan); dan
• Kinerja dibawah harapan, yang menimbulkan dengan apa yang disebut sebagai pemenuhan harapan secara negatif dan ketidakpuasan.
53Untuk masing-masing hasil ini, harapan dan ketidakpuasan konsumen mempunyai hubungan erat; yaitu konsumen cenderung menilai pengalaman mereka terhadap harapan-harapan mereka ketika melakukan penilaian pasca- pembelian. Unsur penting dalam penilaian pasca-pembelian adalah berkurangnya ketidakpastian atau keraguan konsumen mengenai pemilihan.
7. Keputusan pembelian dalam perpektif Islam
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur seluruh perilaku manusia dalam segenap kehidupannya. Islam mengatur bagaimana manusia seharusnya melakukan kegiatan-kegiatan ekonominya.
53
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran,
(Bogor, Ghalia Indonesia Edisi Kedua, 2011), 25
Berbagai kegiatan ekonomi berjalan dalam rangka mencapai satu tujuan, yakni menciptakan kesejahteraan keseluruhan, penuh ketegangan dan keseluruhan, namun tetap produktif dan inovatif bagi setiap individu muslim mapun nonmuslim. Allah telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap perilaku manusia sehingga menguntungkan individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainya, sebagaimana ditetapkan oleh hukum Allah (syariah).
54a. Islam sebagai sumber nilai
Nilai-nilai yang dianut konsumen dapat bersumber pada ajaran yang dianutnya, maka perilaku konsumi Islam berdasarkan tuntunan Al-Quran dan Hadits. Umat Islam berkewajiban menjadikan Islam sebagai sumber nilai-nilai dalam kehidupannya.
Allah telah menetapkan Al Qur’an dan Al Hadits atau Sunnah Rasulullah Muhammad SAW sebagai sumber atau acuan hukum bagi umat Islam. Al Qur’an merupakan kitab suci yang berisi wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Perintah untuk mematuhi Al Qur’an dan Al Hadits termuat dalam wahyu Allah dalam surat Al Imran ayat 32:
▪
Artinya: Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
Dan Al-Quran surat An Nisaa’ ayat 59:
▪
▪
54
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta: Kencana, 2010), 84
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
b. Nilai dan moral dalam membelanjakan harta
Memiliki harta adalah sesuatu yang dibolehkan oleh Islam.
Tetapi pemilikan harta itu sendiri bukanlah suatu tujuan melainkan sebagai sarana untuk menikmati perhiasan Allah yang dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik serta sarana menuju realisasi kepentingan umum bagi masyarakat, yang tidak akan tercapai kecuali dengan harta yang telah dijadikan Allah sebagai penegak kehidupan bagi manusia.
Islam membolehkan seorang muslim untuk menikmati berbagai karunia kehidupan dunia, dan Allah SWT senang melihat belas nikmat yang telah diberikan kepada hamba-Nya.
Firman Allah dalam surat Al A’raf ayat 32:
☺
▪
“Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamban- Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?”
Konsumen pada waktu akan membeli barang atau jasa
didorong oleh berbagai motif antara lain motif rasional, motif
selektif, dan motif emosional. Motif-motif yang mana mendorong
seseorang untuk membeli banyak tergantung pada buying habit (kebiasaan membeli) mereka. Buying habit berarti kebiasaan membeli, biasanya ibu-ibu belanja pada tanggal muda, dan pada waktu rekreasi kadang-kadang nafsu belanjanya sulit ditahan, sehingga menimbulkan sifat boros, mengikuti ajakan setan.
Hendaknya kita selalu bertindak rasional dalam berbelanja jangan terbawa emosional hingga melampaui batas.
55Hal tersebut dijelaskan dalam QS Al-Israa’ ayat 26-27:
✓☺
☺
✓
Artinya: “ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (26) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (27)
Islam mengajarkan kepada kita agar pengeluaran rumah tangga muslim lebih mengutamakan kebutuhan pokok sehingga sesuai dengan tujuan syariat. Setidaknya terdapat tiga kebutuhan pokok:
561) Kebutuhan primer, yakni nafkah-nafkah pokok bagi manusia yang dapat mewujudkan lima tujuan Islam (memelihara jiwa, akal, agama, keturunan, dan kehormatan) tanpa kebutuhan primer kehidupan manusia tidak akan berlangsung.
Kebuutuhan ini meliputi kebutuhan akan makan, minum,
55
Buchari Alma dan Doni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta, 2009) 122
56
Mustafa Edwin Nasution, Budi Setyanto, Nurul Huda, dkk, Pengenalan Eksklusif:
Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), 66
tempat tinggal, kesehatan, rasa aman, pengetahuan dan pernikahan.
2) Kebutuhan sekunder, yakni kebutuhan untuk memudahkan kehidupan, agar terhindar dari kesulitan. Kebutuhan ini tidak perlu dipenuhi sebelum kebutuhan primer terpenuhi.
Kebutuhan ini pun masih berkaitan dengan lima tujuan syariat tadi.
3) Kebutuhan pelengkap, yakni kebutuhan yang dapat menciptakan kebaikan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Pemenuhan ini tergantung pada bagaimana pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder serta sekali lagi berkaitan dengan lima tujuan syariat.
Untuk mewujudkan syariat Islam itu ibu rumah tangga yang umumnya merupakan manajer rumah tangga, mesti disiplin dalam menempati skala prioritas kebutuhan tadi, sesuai dengan pendapatan yang diperoleh suaminya. Meski rumah tangga sudah mampu memenuhi sampai kebutuhan ketiga atau pelengkap Islam tetap tidak menganjukan, bahkan mengaharamkan pengeluaran yang berlebih-lebihan dan terkesan mewah, karena dapat mendatangkan kerusakan dan kebinasaan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Israa ayat 16:
Artinya: Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Namun itu semua tidak berarti membuat kita menjadi kikir.
Islam mengajarkan kepada kita sikap pertengahan dalam
mengeluarkan harta, tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Sikap berlebihan akan merusak jiwa, harta, dan masyarakat. Sememtara kikir adalah salah satu sikap hidup yang dapat menahan dan membekukan harta.
57Dalam QS. Al-Furqaan ayat 67 Allah SWT.
berfirman:
✓
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
57