• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 16 s.d. 22 Agustus Highlight Minggu Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 16 s.d. 22 Agustus Highlight Minggu Ini"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

1

DAN

16 s.d. 22 Agustus 2021

I. Pasar Global

Pasar Saham.Indeks saham utama pada bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah dalam perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat (20/8). Indeks Dow Jones melemah 1,11 persen ke level 35.120,08, indeks S&P 500 turun 0,59 persen dan ditutup pada level 4.441,67, demikian pula indeks NASDAQ melemah 0,73 persen dan ditutup pada level 14.714,66.

Sentimen yang mempengaruhi indeks harga saham terutama berasal dari rilis data ekonomi. Departemen Perdagangan AS pada hari Selasa (17/8) melaporkan bahwa penjualan ritel merosot 1,1 persen pada bulan Juli dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sebagian besar penurunan dipengaruhi oleh penjualan mobil, yang turun sebesar 3,9 persen karena konsumen memberikan reaksi keras terhadap kenaikan harga, sementara produsen mobil berjuang dengan kekurangan chip semikonduktor global yang sedang berlangsung dan masalah pasokan lainnya.

Dari rilis data ekonomi lainnya, produksi industri naik 0,9 persen pada Juli, lebih dari perkiraan, sebagian karena produsen mobil memoderasi atau membatalkan rencana untuk menutup jalur produksi. Sementara itu, klaim pengangguran mingguan turun melampaui ekspektasi pada level 348 ribu, lebih rendah dari market consensus, dan mencapai level terendah baru di era pandemi.

Indikator 20 Agustus 2021 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 Nilai Tukar/USD ----Euro 0,85 (0,81) (1,36) (4,41) Yen 109,78 (0,17) (3,76) (6,32) GBP 0,73 (1,77) 3,01 (0,30) Real 5,38 (2,52) 3,22 (3,50) Rubel 74,27 (1,43) (0,64) 0,19 Rupiah 14.453,00 (0,45) 2,17 (2,87) Rupee 74,40 (0,20) 0,84 (1,82) Yuan 6,50 (0,37) 5,99 0,39 KRW 1.179,65 (0,92) 0,62 (8,59) SGD 1,36 (0,54) 0,35 (3,04) Ringgit 4,24 (0,04) (1,56) (5,44) Baht 33,38 (0,10) (6,15) (11,44) Peso 50,38 0,17 (3,49) (4,90) T2 --- Pasar Modal ---DJIA 35.120,08 (1,11) 26,61 14,75 S&P500 4.441,67 (0,59) 31,20 18,25 FTSE 100 7.087,90 (1,81) 17,87 9,71 DAX 15.808,04 (1,06) 23,21 15,23 KOSPI 3.060,51 (3,49) 34,57 6,51 Brazil IBrX 50.607,17 (3,35) 17,74 0,45 Nikkei 27.013,25 (3,45) 18,06 (1,57) SENSEX 55.329,32 (0,19) 44,76 17,79 JCI 6.030,77 (1,77) 14,37 0,86 Hangseng 24.849,72 (5,84) 0,24 (8,75) Shanghai 3.427,33 (2,53) 1,89 (1,32) STI 3.102,75 (1,98) 22,74 9,11 FTSE KLCI 1.518,03 0,86 (3,64) (6,71) SET 1.553,18 1,63 19,77 7,16 PSEi 6.633,22 4,95 10,45 (7,09)

T3 Surat Berharga Negara

---Yield 5 th, (FR 86) 5,16 (4) n/a 14 Yield 10 th, (FR87) 6,35 1 n/a 50 T4 Komoditas ---Brent Oil 65,18 (7,66) 45,17 25,83 CPO 1.064,92 (0,41) 57,00 10,04 Gold 1.781,11 0,08 (8,53) (6,18) Coal 167,75 (2,89) 234,83 108,39 Nickel 18.463,00 (6,07) 26,05 11,14 T5 Rilis Data

---Unemployment Rate Inggris Jun: 4,7 Mei: 4,8 Retail Sales (mom) AS Jul: (1,1) Jun: 0,7

Inggris Jul: (2,5) Jun: 0,2 CPI (yoy) Inggris Jul: 2,0 Jun: 2,5 Jepang Jul: (0,3) Jun: (0,5) GDP (yoy) Jepang Q2: 1,3 Q1: (3,9) Thailand Q2: 7,5 Q1: (2,6) Loan Prime Rate Tiongkok Ags: 3,85 Jul: 3,85 Initial Jobless Claim AS Ags: 348 Rb Ags: 377 Rb Highlight Minggu Ini

Bursa saham utama AS, Eropa dan Asia ditutup melemah pada perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat (20/8). Sentimen antara lain didorong oleh rilis data ekonomi serta perkembangan infeksi virus corona varian Delta di berbagai negara.

Indeks dollar AS menguat 1,06 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia, sementara itu, Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu turun 2 bps ke level 1,26 persen bila dibandingkan penutupan pekan sebelumnya.

Dari pasar komoditas, harga komoditas yang diamati melemah dalam sepekan, didorong oleh melemahnya prospek permintaan akibat melonjaknya kasus infeksi corona.

Dari pasar keuangan domestik, IHSG melemah 1,77 persen secara mingguan ke level 6.030,77 pada Jumat (20/8) dengan investor non residen mencatatkan net buy sebesar Rp1,90 triliun dalam sepekan. Yield SUN seri benchmark bergerak turun antara 2 hingga 4 bps, kecuali yield SUN tenor 10 tahun yang naik 1 bps apabila dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara itu, nilai tukar Rupiah berada di level Rp14.453 per US$ atau melemah 0,45 persen dalam sepekan. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.315 per US$.

Salah satu tantangan dalam pengembangan UMKM adalah akses terhadap pembiayaan yang masih terbatas. Salah satu alternatif instrumen pembiayaan bagi UMKM adalah kegiatan penawaran efek di pasar modal melalui layanan urun dana berbasis teknologi, atau Securities Crowd Funding (SCF). Beberapa hal perlu menjadi perhatian Pemerintah dan otoritas dalam pengembangan SCF, antara lain potensi meningkatnya beban pengawasan, perlindungan data, dan tingkat literasi keuangan yang masih relatif rendah. Di samping SCF, sumber pendanaan lainnya juga perlu dioptimalkan agar seluruh UMKM Indonesia dapat memiliki akses terhadap pembiayaan.

(2)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

2

tidak memberikan penjelasan yang memadai

Gambar 2. Yield US treasury tenor 10 tahun turun 2 bps dalam sepekan

Di sisi kebijakan domestik, Federal Reserve memberikan sinyal akan mulai mengurangi pembelian aset bulanan pada tahun ini. Pada hari Rabu (18/8), the Fed merilis risalah pertemuan kebijakan terbarunya, di mana sebagian besar anggota mengindikasikan bahwa tapering dapat dimulai pada akhir tahun. Namun demikian, pernyataan Presiden Federal Reserve Dallas Robert Kaplan yang mendukung penundaan tapering sedikit meredam turunnya saham dan memicu penguatan pada Jumat (20/8).

Dari kawasan Eropa, bursa saham utama juga ditutup melemah pada pekan lalu yang berakhir Jumat (20/8). Indeks STOXX Europe600 pan-Eropa turun 1,48 persen ke level 468,8, indeks DAX Jerman melemah 1,06 persen dan ditutup pada level 15.808,04, indeks CAC 40 Prancis melemah tajam 3,91 persen ke level 6.626,11, demikian pula indeks FTSE MIB Italia turun 2,76 persen ke level 25.918,27, serta indeks FTSE 100 di Inggris turun 1,81 persen ke level 7.087,9.

Dari Inggris, Kantor Statistik Nasional (ONS) melaporkan, inflasi bulan Juli sebesar 2 persen yoy, lebih rendah dari ekspektasi, dan turun dari 2,5 persen pada bulan Juni, sedangkan ukuran CPI yang mencakup biaya perumahan turun dari 2,4 persen menjadi 2,1 persen yoy. Dari rilis data lainnya, penjualan ritel di Inggris turun 2,5 persen pada Juli dibandingkan dengan Juni, lebih lemah dari ekspektasi konsensus, karena terbebani oleh cuaca buruk. Data lain menunjukkan pemulihan yang berlanjut di pasar tenaga kerja Inggris di mana pengusaha menambahkan 182 ribu pekerjaan pada Juli dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,7 persen.

Sementara itu, inflasi di zona euro tercatat sebesar 2,2 persen yoy pada bulan Juli, atau lebih tinggi dari 1,9 persen pada Juni. Inflasi yang lebih tinggi di kawasan euro terutama didorong oleh kenaikan biaya energi. Untuk Uni Eropa secara keseluruhan, tingkat harga mengalami kenaikan sebesar 2,5 persen yoy, atau lebih tinggi dari 2,2 persen pada bulan Juni. Sementara itu, para pejabat Uni Eropa mengatakan produk domestik bruto tumbuh sebesar 2 persen pada kuartal kedua dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sementara lapangan kerja tumbuh sebesar 0,6 persen.

Dari kawasan Asia, bursa saham yang diamati ditutup mayoritas melemah pada perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat (20/8). Indeks Nikkei 225 Stock Average melemah 3,45 persen dan ditutup pada 27.013,25, indeks Hang Seng juga turun tajam 5,84 persen ke level 24.849,72, demikian pula indeks Shanghai Tiongkok turun 2,53 persen ke posisi 3.427,33, bursa saham Kospi Korea Selatan turun tajam 3,49 persen ke level 3.060,51, dan indeks FTSE Strait Times Singapura juga melemah 1,98 persen ke level 3.102,75. Sementara itu, bursa saham KLCI Malaysia naik 0,86 persen dan ditutup pada level 1.518,03.

Produk domestik bruto (PDB) Jepang meningkat 1,3 persen yoy pada kuartal kedua tahun 2021, di atas perkiraan konsensus, berbalik dari kontraksi 3,7 persen pada kuartal sebelumnya. Pendorong utama momentum pertumbuhan datang dari permintaan swasta domestik, dibantu oleh konsumsi swasta, belanja modal, dan investasi residensial, yang mengimbangi hambatan pada ekspor dan persediaan. Namun,

rebound dalam PDB Jepang jauh lebih lemah daripada negara maju lainnya, tertahan oleh upaya negara tersebut untuk menanggulangi pandemi. Sementara itu, indeks harga konsumen (CPI) inti Jepang, yang mencakup minyak tetapi tidak termasuk makanan segar, turun 0,2 persen

yoy pada Juli, menandai penurunan harga konsumen inti selama 12 bulan berturut-turut.

Gambar 4. SlopeUS Yield curve dan Resesi Gambar 3. US Fed Balance Sheet dan

(3)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

3

Gambar 6. Harga hard commodities melemah secara mingguan, kecuali emas

Gambar 7. Harga soft commodities melemah secara mingguan, kecuali cocoa

Gambar 5. Harga minyak mentah dan ICE Newcastle melemah secara mingguan

Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu (20/8) ditutup di level 1,26 persen atau turun 2 bps bila dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di angka 1,28 persen. Penurunan ini terjadi karena investor khawatir atas dampak penyebaran virus corona varian Delta. Rilis beberapa data ekonomi di Amerika Serikat yang beragam, termasuk penurunan sentimen konsumen dan penjualan ritel, telah meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi sehingga membebani imbal hasil obligasi. Dalam risalah FOMC, the Fed menyatakan jika ekonomi berkembang sesuai ekspektasi maka dimungkinkan untuk mulai mengurangi laju pembelian aset tahun ini. Namun, the Fed menekankan bahwa sektor lapangan kerja belum menunjukan kemajuan yang substansial sehingga kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.

Pasar Uang. Indeks dollar AS menguat 1,06 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 92,51 pada Jumat (13/8) menjadi 93,50 pada akhir perdagangan pekan lalu (20/8). Dollar AS sempat menguat hingga level 93,70 atau level tertinggi sejak November 2020. Penguatan Dollar AS utamanya didorong oleh kekhawatiran bahwa varian Delta COVID-19 dapat menggagalkan pemulihan ekonomi global. Hal ini mendorong kenaikan permintaan safe-haven currency karena investor mencari aset yang lebih aman. Selain itu, apresiasi Dollar AS yang signifikan terjadi setelah the Fed merilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) Juli 2021. Sebagian besar pejabat the Fed berharap dapat mengurangi pembelian obligasi bulanan pada akhir tahun ini.

Pasar Komoditas. Harga minyak acuan global bergerak melemah pada pekan lalu, didorong kekhawatiran melonjaknya kasus infeksi virus corona di sejumlah negara. Harga minyak Brent sepanjang pekan lalu turun 7,66 persen mencapai US$65,18 per barel pada Jumat (20/8), sementara harga minyak WTI turun 8,94 persen mencapai US$62,32 per barel pada periode yang sama. Dari sisi permintaan, pelemahan harga minyak didorong oleh menurunnya prospek permintaan akibat dari kembali melonjaknya kasus Covid-19 di sejumlah negara. Meluasnya penyebaran virus corona kembali melemahkan aktivitas perjalanan global dan mengancam kegiatan ekonomi pada saat produsen minyak utama bersiap-siap untuk meningkatkan pasokan. Dari sisi pasokan, Energy Information Agency AS melaporkan stok minyak mentah AS turun lebih dari yang diharapkan, yaitu sebesar 3,2 juta barel pekan lalu menjadi 435,5 juta barel, atau yang terendah sejak Januari 2020. Hal tersebut sedikit menahan pelemahan harga minyak global.

Harga komoditas batu bara ICE Newcastle pada akhir pekan lalu (20/8) turun sebesar 2,89 persen mencapai US$167,75 per ton. Melemahnya harga batu bara dipengaruhi oleh rencana negara-negara besar untuk mengurangi emisi karbon menjelang pelaksanaan konferensi perubahan iklim. Sejumlah negara besar, seperti AS dan Inggris, menyerukan penggunaan sumber energi baru yang lebih ramah lingkungan dalam rangka mengurangi emisi karbon global. Lebih lanjut, AS akan melakukan peninjauan formal terhadap penjualan batu bara dan dampak yang ditimbulkannya terhadap perubahan iklim. Upaya tersebut menjadi sentimen negatif bagi harga batu bara dalam sepekan terakhir. Harga CPO Malaysia Derivative Exchange sepanjang pekan lalu (20/8) melemah tipis sebesar 0,41 persen mencapai US$1.064,92 per ton. Selain disebabkan oleh prospek permintaan yang menurun akibat meluasnya infeksi virus corona, pelemahan harga CPO juga disebabkan oleh kebijakan India, salah satu negara konsumen utama, yang memberlakukan pemotongan pajak impor minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Kebijakan tersebut menyebabkan konsumen beralih ke minyak kedelai dan minyak bunga matahari sebagai barang substitusi CPO di pasar minyak nabati global, sehingga mengakibatkan harga CPO tertekan.

(4)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

4

II. Pasar Domestik

IHSG tercatat melemah 1,77 persen secara mingguan ke level 6.030,77 dan diperdagangkan di kisaran 5.938,41 – 6.147,30 pada pekan lalu. Secara mtd IHSG melemah sebesar 0,97 persen, namun secara ytd menguat sebesar 0,53 persen. Investor non residen mencatatkan net buy pada perdagangan pekan lalu dengan total mencapai Rp1,90 triliun. Secara mtd

investor non residen tercatat melakukan beli bersih sebesar Rp2,40 triliun dan secara ytd tercatat beli bersih sebesar Rp20,10 triliun. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau turun dari level Rp15,64 triliun ke level Rp13,98 triliun pada pekan lalu.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat pekan lalu (20/8) bergerak turun antara 2 hingga 4 bps, kecuali yield SUN tenor 10 tahun yang naik 1 bps apabila dibandingkan pekan sebelumnya. Secara rinci,

yield SUN tenor 5 tahun tercatat turun sebesar 4 bps, yield SUN tenor 15 tahun turun 2 bps, dan yield SUN tenor 20 tahun turun 3 bps apabila dibandingkan Jumat (13/8). Berdasarkan data setelmen BI tanggal 19 Agustus 2021, kepemilikan investor non residen naik sebesar Rp0,41 triliun dibandingkan posisi Jumat (13/8), dari posisi Rp974,88 triliun (22,54 persen) ke posisi Rp975,29 triliun (22,55 persen). Secara mtd, kepemilikan non residen tercatat naik sebesar Rp9,51 triliun dan secara ytd naik sebesar Rp1,39 triliun. Nilai tukar Rupiah pada akhir pekan lalu (20/8) berada di level Rp14.453 per US$, melemah 0,45 persen dibandingkan dengan Jumat (13/8). Secara ytd, Rupiah tercatat melemah sebesar 2,86 persen terhadap US$. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah meningkat selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non-deliverable forward 1 bulan yang bergerak dalam rentang Rp36 sampai Rp148 per US$ atau rata-rata lebih tinggi dibanding spread Rp14 sampai Rp87 per US$ pada pekan sebelumnya. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.373 – 14.473 per US$. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.315 per US$.

Rata-rata volume transaksi harian pasar valas pekan lalu (s.d 19 Agustus) naik ke level US$5,53 miliar dari US$4,85 miliar pada pekan sebelumnya yang berakhir pada Jumat (13/8). Sementara untuk transaksi US Dollar, rata-rata volume transaksi harian pada pekan lalu mencapai US$1,28 miliar, naik dibandingkan rata-rata pekan sebelumnya sebesar US$0,80 miliar. Secara year to date, rata-rata volume transaksi harian di pasar valas pada tahun 2021 yaitu sebesar US$5,69 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 yang sebesar US$4,66 miliar. Begitupun dengan rata-rata volume transaksi harian US Dollar yang juga meningkat signifikan dari US$0,74 miliar di tahun 2020 menjadi US$1,33 miliar di tahun 2021.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, penjualan ritel mengalami penurunan sebesar 1,1 persen secara bulanan pada bulan Juli 2021, atau lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 0,7 persen. Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa belanja konsumen mulai melambat di tengah pemulihan ekonomi yang tidak merata. Salah satu sektor yang mengalami penurunan adalah otomotif. Data dari Departeman Perdagangan menunjukkan bahwa penjualan mobil dan suku cadang mobil mengalami penurunan sebesar 1,7 persen, dari pertumbuhan negatif 2,2 persen pada bulan Juni menjadi negatif 3,9 persen pada bulan Juli. Penurunan penjualan juga terjadi di sektor e-commerce yang memberikan kekhawatiran terhadap kecepatan pemulihan ekonomi di AS.

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah terdepresiasi, IHSG melemah, dan yield SBN seri

benchmark tenor 10th naik 1 bps

Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah meningkat dibanding pekan sebelumnya

Gambar 10. Rata-rata volume transaksi harian pasar valas naik

Sumber: CEIC 10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 17.000 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 Jan -2 0 Fe b -2 0 M ar -2 0 Ap r-2 0 M ay -2 0 Ju n -2 0 Ju l-2 0 Au g-2 0 Se p -2 0 O ct -2 0 N o v-2 0 D ec-2 0 Jan -2 1 Fe b -2 1 M ar -2 1 Ap r-2 1 M ay -2 1 Ju n -2 1 Ju l-2 1 Au g-2 1

(5)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

5

Dari kawasan Eropa, tingkat pengangguran di Inggris pada bulan Juni 2021 dilaporkan berada pada level 4,7 persen, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan konsensus analis yang berada di level 4,8 persen. Hal tersebut menunjukkan adanya pemulihan di pasar tenaga kerja di tengah mulai adanya pelonggaran aktivitas masyarakat. Sementara itu, tingkat inflasi bulan Juli 2021 berada pada level 2 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang sebesar 2,3 persen yoy. Melambatnya laju inflasi salah satunya disebabkan oleh melambatnya kenaikan harga pakaian dan alas kaki.

Dari kawasan Asia Pasifik, tingkat harga konsumen di Jepang pada bulan Juli 2021 mengalami penurunan sebesar 0,3 persen, yang menandai penurunan harga konsumen selama 10 bulan berturut-turut, di tengah melemahnya tingkat konsumsi masyarakat karena pandemi Covid-19. Penurunan tingkat harga terbesar terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi (-5,4 persen), dan makanan (-0,6%). Sebaliknya, terjadi kenaikan harga pada kelompok barang tertentu, seperti perumahan (0,6 persen), serta bahan bakar, air dan listrik (2,2 persen).

IV. Perekonomian Domestik

Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II-2021 adalah sebesar US$415,1 miliar, atau turun sebesar 0,1 persen dibandingkan dengan posisi pada triwulan I-2021 yang sebesar US$415,3 miliar. Secara tahunan, pertumbuhan ULN triwulan II-2021 juga melambat, dari 7,2 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,9 persen (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ULN Pemerintah dan kontraksi ULN swasta.

Selanjutnya, hasil survei permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan Juli 2021 menunjukkan kebutuhan pembiayaan korporasi mengalami peningkatan pada Juli 2021. Peningkatan tersebut terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 1,8 persen, atau lebih rendah dibandingkan SBT pada Juni 2021 yang sebesar 12,8 persen. Sementara itu, penambahan permintaan pembiayaan yang dilakukan oleh rumah tangga pada Juli 2021 masih terbatas. Dari sisi penawaran perbankan, penyaluran kredit baru pada Juli 2021 tumbuh positif meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

BPS mencatat bahwa pada bulan Juli 2021, Indonesia kembali mengalami surplus neraca perdagangan sebesar US$2,59 miliar, atau mengalami surplus selama 15 bulan berturut-turut. Secara akumulatif Januari-Juli 2021, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$14,42 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$8,65 miliar. Surplus neraca perdagangan utamanya didorong oleh peningkatan nilai ekspor yang mencapai US$17,70 miliar, sedangkan nilai impor lebih kecil jika dibandingkan ekspor, yaitu sebesar US$15,11 miliar.

Terakhir, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate

(BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank sentral mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 3,5 persen - 4,3 persen dan defisit transaksi berjalan antara 0,6 persen dan 1,4 persen dari PDB.

Gambar 11. Mayoritas mata uang di Asia melemah dalam sepekan

Gambar 12. Penjualan ritel AS turun 1,1 persen pada Juli 2021

Gambar 13. Tingkat pengangguran Inggris melambat ke level 4,7 persen pada Juni 2021

Gambar 14. Inflasi harga konsumen Jepang di level -0,3 persen pada Juli 2021

(6)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

6

memperdalam pasar keuangan Indonesia. Investor SCF tercatat naik dari 22.341 pemodal per 31 Desember 2020 menjadi 33.302 per 31 Mei 2021.

Seiring dengan perkembangan SCF, beberapa potensi tantangan muncul dan perlu menjadi perhatian. Yang pertama adalah perlunya meningkatkan pengawasan terhadap penerbit efek dalam skema SCF. UMKM memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi daripada korporasi karena penerapan tata kelola yang tidak seketat korporasi. Dengan demikian, apabila jumlah UMKM yang menjadi penerbit SCF semakin banyak, hal ini berpotensi menambah beban pengawasan. Dalam hal ini, otoritas kiranya dapat mengoptimalkan peran penyelenggara layanan SCF dalam melakukan pengawasan terhadap UMKM yang berpartisipasi.

Isu kedua yang perlu menjadi perhatian adalah perlindungan data. SCF difasilitasi oleh perusahaan fintech selaku penyelenggara layanan urun dana, dan dilakukan sepenuhnya secara elektronik. Dalam hal ini, keamanan data para pihak yang terlibat dalam SCF, baik UMKM maupun investor, menjadi vital. Penyalahgunaan data dapat merugikan masyarakat dan bahkan dapat menghilangkan kepercayaan mereka terhadap sektor keuangan.

Isu ketiga yang tidak kalah penting adalah literasi keuangan, baik bagi UMKM maupun investor. Survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya sekitar 38,03 persen. Tingkat literasi pasar modal bahkan lebih rendah lagi, yakni hanya sekitar 4,92 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat masih belum mengetahui dan memahami pasar modal.

Peningkatan tingkat literasi keuangan akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. UMKM dengan literasi keuangan yang baik akan mampu mengelola keuangannya dengan lebih baik pula dan memiliki pemahaman lebih dalam terhadap alternatif pendanaan yang dapat dimanfaatkan. Pada sisi lain, investor dengan literasi keuangan baik akan mampu memilih dan memanfaatkan instrumen investasi yang tepat, serta terhindar dari aktivitas investasi yang tidak jelas.

Berbagai isu di atas tentu sudah menjadi perhatian Pemerintah dan otoritas dalam merumuskan upaya-upaya pengembangan sektor keuangan. Salah satu langkah strategis yang sedang dilakukan Pemerintah adalah penyusunan Rancangan Undang-Undang mengenai Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK), yang salah satu aspek pengaturannya dimaksudkan untuk memperkuat landasan hukum kegiatan di bidang pasar modal; meningkatkan akses ke sektor jasa keuangan, termasuk bagi UMKM, serta meningkatkan perlindungan investor dan konsumen sektor keuangan. Di samping itu, sinergi dan koordinasi antarotoritas melalui berbagai wadah, seperti Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK), Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI), dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), perlu terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan sektor keuangan yang inklusif, dalam, dan stabil.

Sebagai penutup, perlu digarisbawahi bahwa SCF bukan merupakan satu-satunya sumber alternatif pembiayaan UMKM. Masih terdapat sumber-sumber lain yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana UMKM. Oleh sebab itu, semua alternatif yang ada perlu dioptimalkan agar seluruh UMKM di Indonesia dapat memiliki akses terhadap pembiayaan untuk mengembangkan usahanya. (IR) Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu

bagian penting dari perekonomian nasional. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tahun 2019 menunjukkan bahwa dari 65,5 juta pelaku usaha, 99 persen di antaranya merupakan UMKM. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian juga cukup besar, yakni menyumbangkan sekitar 61 persen dari Produk Domestik Bruto Indonesia dan mempekerjakan sekitar 119,6 juta orang, atau sekitar 97 persen dari total tenaga kerja.

Pengembangan UMKM di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah akses terhadap pembiayaan yang masih terbatas. Hal ini didukung oleh berbagai hasil studi, antara lain studi Pricewaterhouse Coopers (PwC) dan Modalku yang menemukan bahwa hanya sekitar 26-27 persen UMKM yang mendapatkan akses pembiayaan ke lembaga keuangan formal. Sebagai subsektor terbesar di sektor keuangan Indonesia, perbankan seharusnya bisa berperan besar dalam pembiayaan UMKM. Walaupun demikian, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan tidak diikuti oleh kenaikan porsi kredit UMKM terhadap kredit perbankan, yang relatif stagnan pada kisaran 18 persen sejak tahun 2014.

Sumber pendanaan bagi UMKM tentunya tidak hanya berasal dari perbankan. Terdapat alternatif sumber pendanaan lainnya, misalnya lembaga keuangan nonbank atau pasar modal. Di samping itu, pesatnya kemajuan teknologi telah mendorong digitalisasi dan pertumbuhan perusahaan fintech, yang juga berpotensi memperluas akses pembiayaan bagi UMKM. Alternatif-alternatif ini perlu dioptimalkan untuk dapat menjangkau UMKM Indonesia yang jumlahnya sangat banyak.

Salah satu alternatif instrumen pembiayaan bagi UMKM di pasar modal adalah kegiatan penawaran efek melalui layanan urun dana berbasis teknologi, atau dikenal juga sebagai Securities Crowd Funding (SCF). SCF diperkenalkan oleh OJK melalui penerbitan Peraturan OJK Nomor 57/POJK.04/2020. SCF ini merupakan pengembangan dari skema Equity Crowd Funding (ECF) yang telah diperkenalkan pada tahun 2018. Salah satu perbedaan penting SCF dari ECF adalah perluasan instrumen yang dapat ditawarkan oleh penerbit, dari sebelumnya hanya mencakup efek bersifat ekuitas saham, menjadi mencakup juga efek bersifat utang atau sukuk. Skema SCF ini dapat digunakan oleh UMKM untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk memulai atau mengembangkan usahanya, dengan menawarkan sebagian kepemilikan perusahaannya ataupun surat bukti kepemilikan utang/sukuk. SCF juga dilaksanakan secara online sehingga memberi kemudahan dan kecepatan bagi semua pelaku yang terlibat di dalamnya.

Perkembangan SCF tercatat cukup baik. Per 31 Mei 2021, OJK mencatat terdapat 151 UMKM yang telah melakukan penghimpunan dana menggunakan skema SCF. Jumlah ini meningkat sebesar 17,05 persen dari akhir tahun 2020. Dana yang berhasil dihimpun melalui SCF per 31 Mei 2021 mencapai Rp273,47 miliar, naik sebesar 43,02 persen dari capaian tahun 2020.

Kehadiran SCF tidak hanya bermanfaat bagi UMKM selaku pihak yang membutuhkan dana. Para investor, selaku pemilik dana, akan memiliki alternatif investasi yang lebih beragam dengan adanya SCF. Hal ini akan membuat pasar modal menjadi lebih menarik, sekaligus

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor

Keuangan

Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur,

Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho

Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir

Sumber Data: Bloomberg, Reuters,

CNBC, The Street,

Investing, WSJ, CNN

Tajuk Minggu Ini:

Securities Crowd Funding sebagai Alternatif Pembiayaan UMKM

menutup

Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan

optimisme prospek

ekonomi ke depan. Para Menteri Keuangan dunia mengakhiri pembicaraan di

Washington DC yang

memadukan kekhawatiran terhadap keadaan ekonomi

dunia yang bergerak

melambat saat ini dengan

keyakinan akan segera

pulih. Pergeseran tren yang menjauh dari pengetatan kebijakan moneter oleh

bank sentral, kebijakan

stimulus baru-baru ini di Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa perlambatan ekonomi akan berlangsung tidak terlalu lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum

booming

baru.

Rally

pasar saham yang kini terjadi cukup mengundang optimisme tentang prospek

pertumbuhan untuk

berbalik "menguat."

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: Subkhan, Risyaf Fahreza, Pipin Prasetyono, Eddy Sitepu, Ilham Rahmansyah, Masyitha Mutiara, M. Fajar Nugraha, Indah Kurnia JE, Zerah A. Pasimbong.

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Gambar

Gambar 1. Pasar Saham Global
Gambar 4.  Slope US Yield curve  dan Resesi Gambar 3. US Fed Balance Sheet dan
Gambar 5. Harga minyak mentah dan   ICE Newcastle melemah secara mingguanPasar  Obligasi
Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah  terdepresiasi, IHSG melemah, dan  yield  SBN seri
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hikmah (INDAH), Angkatan Nahdatul Islam Bersatu (BINA) yang di kenali sebagai Harakah Islamiah (HIKMAH) pada masa sekarang telah mengambil alih Institut Dakwah

Dia mencatat berbagai macam faktor sebagai pendorong sekularisasi, antara lain: peradaban manusia sebagai suatu keseluruhan yang menyebar keseluruh dunia; dinamika

terhadap sekolah atau madrasah tersebut antara lain; Penelitian dari Achmad Annan Amrulloh hasil penelitiannya yaitu melakukan upaya-upaya peningkatan profesionalisme

Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sekularisme adalah suatu paham yang memisahkan antara kehidupan dunia dengan akhirat dalam semua

Hasil Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kadar merkuri pada ikan tongkol setelah perendaman larutan jeruk nipis dengan berbagai variasi konsentrasi dan lama perendaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keefektifan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan KD 1 dan KD 2 dengan menggunakan media CR- DET telah memenuhi waktu

C iri- c iri pendekatan sosiologi dalam studi agama termasuk hukum dan hukum Islam adalah ; bersumber pada dalil-dalil al- Q uran dan hadis sebagai sumber normati f , adanya hukum

Peringkat ketiga faktor organisasi atau manajemen yang menyebabkan terbentuknya perilaku berbahaya menurut staf perusahaan adalah kurangnya pengawasan dari pihak