• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. apabila perusahaan mengalami kerugian yang salah satu penyebabnya bisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. apabila perusahaan mengalami kerugian yang salah satu penyebabnya bisa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan bisa mengalami permasalahan dalam keuangan apabila perusahaan mengalami kerugian yang salah satu penyebabnya bisa disebabkan oleh penjualan yang tidak laku serta sistem tata kelola perusahaan yang kurang baik. Keadaan financial distress merupakan suatu kasus penurunan laporan keuangan yang dirasakan oleh suatu perusahaan yang terjadi saat sebelum terbentuknya kebangkrutan. Apabila keadaan financial distress ini mulai diketahui, hendaknya dicoba kegiatan untuk memperbaiki kinerja perusahaan tersebut sehingga perusahaan tidak terus memburuk serta tidak akan masuk pada tahap kebangkrutan.

Indikasi adanya perbedaan kepentingan antara pihak internal dan pihak eksternal yang dapat mengakibatkan timbulnya penyalahgunaan laporan keuangan. (Christiawan et al., 2007) mengemukakan bahwa manajer akan mengambil suatu keputusan bisnis guna memaksimalkan sumber daya perusahaan, di sisi yang berbeda pemegang saham sebagai pihak principal tidak mampu mengawasi semua keputusan yang diambil dan aktivitas yang dilakukan oleh manajer sebagai pihak agent. Satu kesalahan pihak agent dalam pengambilan keputusan dapat mengakibatkan financial distress dalam satu perusahaan.

Perusahaan yang sahamnya dihapus dari pencatatan atau delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018-2020 ada sebanyak 17

(2)

perusahaan. Penghapusan pencatatan (delisting) (Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan) adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut tidak dapat diperdagangkan di bursa. Terjadinya delisting beberapa perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia disebabkan karena kesulitan keuangan atau berada pada kondisi financial distress. Perusahaan yang delisting tersebut karena perusahaan tersebut tidak menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai maka sesuai dengan peraturan bursa perusahaan tersebut mengalami involuntary delisting.

(Altman and Hotchkiss, 2005) juga mengatakan bahwa kegagalan perusahaan bisnis dikaitkan dengan tahapan corporate financial distress yaitu failure, insolvency, defaults, dan bankruptcy. Failure berarti tingkat pengembalian dari investasi lebih rendah dibandingkan dengan investasi sejenis. Insolvency adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Default adalah tahapan selanjutnya jika insolvency terjadi secara berkepanjangan. default adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi total kewajibannya, dan tahapan yang terakhir adalah bankruptcy.

Good Corporate Governance (GCG) dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan dalam suatu perusahaan diperlukan tata kelola perusahaan yang efisien dan efektif. Good Corporate Governance (GCG) merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, dimana didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham (publik)sebagai

(3)

pemilik perusahaan dan kreditor sebagai penyandang dana eksternal (Cahyani and Diantini, 2016).

Akibat terburuk dari kondisi financial distress adalah perusahaan dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan negeri setempat. Kepailitan (failure) sendiri di Indonesia diatur dalam Undang-undang no 37 tahun 2004 tentang Kepailitan. Di Indonesia fenomena tentang financial distress terus meningkat, hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan yang terus menurun hingga tahun 2019 mencapai 2,65 %. Hal ini dikarenakan kinerja perusahaan batu bara mengalami penurunan sehingga rentan mengalami financial distress. Penurunan kinerja perusahaan batu bara berkaitan dengan turunnya harga batu bara, lemahnya ekonomi China, over produksi gas serpih domestik, dan tantangan regulator (Menurut Badan Pusat Statistik). Dilansir dari kontan.co.id, indeks sektor pertambangan (mining) menjadi salah satu penjegal langkah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2019. Indeks sektor pertambangan tumbuh negatif 12,83%. anjloknya kinerja indeks sektor pertambangan tidak bisa lepas dari turunnya harga batubara sepanjang 2019. Hal ini diakibatkan oleh berlebihnya pasokan (supply) batubara di pasar global. Di sisi lain, indeks sektor pertambangan diperberat oleh emiten-emiten batubara karena harga batubara yang turun signifikan pada 2019, sehingga menyebabkan harga jual dan marjin ikut tertekan.

Dilansir dari titro.id, pada tahun 2020 Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) membuat kajian yang mengukur ketahanan industri batu bara Indonesia di tengah pandemi Corona atau COVID-19.

(4)

Hasilnya, anjloknya harga batu bara telah berpotensi mengancam kondisi keuangan 6 dari 11 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). IEEFA mempertimbangkan anjloknya harga acuan batu bara Newcastle dari 70 dolar AS per ton pada Januari 2020 menjadi 58 dolar AS per ton. Anjloknya harga batu bara ini terjadi secara tiba-tiba yang mengakibatkan kesulitan mengatur beban biaya perusahaan maupun untuk melakukan efisiensi. Dilansir dari duniatambang.co.id, sektor pertambangan pada tahun 2020 terutama sektor batubara merupakan salah satu sektor komoditas pertambangan yang mengalami dampak terbesar dari adanya pandemi Covid-19 ini. Permintaan yang terbesar biasanya berasal dari China, Korea dan India mengalami penurunan permintaan terutama untuk support kepada Industri mereka. Hal ini diakibatkan oleh adanya kebijakan lockdown yang membuat industri di negara tersebut melambat untuk beberapa waktu.

Teori Agensi menjelaskan sebuah hubungan yang didalamnya terjadi kontrak atau perjanjian antara satu pihak, yaitu pemilik perusahaan (prinsipal), dengan pihak lain, yaitu manajemen perusahaan (agen) (H.Meckling, 1976).

Teori sinyal menjelaskan dengan memberikan suatu sinyal, pihak pemilik informasi berusaha memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima informasi. Selanjutnya, pihak penerima akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut (Spence, 2004). Teori sinyal adalah teori yang mengungkapkan bahwa pihak perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

(5)

Beberapa penelitian terdahulu membuktikan beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap financial distress. (Rangga Putra Ananto, Rasyidah Mustika, 2017) membuktikan bahwa yang mempengaruhi pengungkapan financial distress adalah profitabilitas dan leverage. (Fathonah, 2017) membuktikan bahwa yang mempengaruhi pengungkapan financial distress adalah kepemilikan manajerial dan komite audit. (Affifah and Muslih, 2018) membuktikan bahwa yang mempengaruhi pengungkapan financial distress adalah kepemilikan manajerial dan profitabilitas. (Masitoh, 2019) membuktikan bahwa yang mempengaruhi pengungkapan financial distress adalah ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris dan komite audit. (Radifan, 2015) membuktikan bahwa yang mempengaruhi pengungkapan financial distress adalah kepemilikan institusional dan komisaris independen. (Hanifah and Purwanto, 2013) membuktikan bahwa yang mempengaruhi pengungkapan financial distress adalah dewan direksi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage.

Akan tetapi penelitian terdahulu juga ada yang membuktikan beberapa variabel yang tidak berpengaruh terhadap financial distress. (Saputra and Salim, 2020) membuktikan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. (Tampubolon, 2017) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit, profitabilitas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. (Triwahyuningtias, 2012) membuktikan bahwa dewan komisaris dan komisaris independen tidak

(6)

berpengaruh terhadap financial distress. (Anggraeni and Hadi, 2014) membuktikan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Berdasarkan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan financial distress, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan leverage sebagai variabel bebas pada penelitian kali ini karena adanya ketidak selarasan pada penelitian terdahulu. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan leverage mempengaruhi financial distress yang ada pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

(7)

3. Apakah ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

5. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

6. Apakah komite audit berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

7. Apakah leverage berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran dewan direksi terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

(8)

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh komisaris independen terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

6. Untuk menguji secara empiris pengaruh komite audit terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

7. Untuk menguji secara empiris pengaruh leverage terhadap financial distress pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi perusahaan digunakan sebagai sumber informasi mengenai penerapan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit terhadap financial distress serta dari sisi leverage perusahaan terhadap indikasi terjadinya financial distress.

2. Manfaat bagi investor digunakan sebagai acuan dan pertimbangan dalam hal investasi dan juga dalam menilai kinerja perusahaan dilihat dari sisi penerapan mekanisme kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan juga leverage.

(9)

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya digunakan sebagai referensi mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan leverage terhadap financial distress.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Budaya Organisasi dan Pengembangan Karir terhadap kinerja karyawan pada PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Divisi Regional JI Sumatera Barat.. Manajemen Sumber Daya

Hasil dari penelitian ini adalah dihasilkannya satu aplikasi yang diharapkan fungsi yang berhasil sesuai dengan keinginan dan Aplikasi ini dapat

Garahan (GRN) yang berada pada KM. Sempolan berada didalam pedesaan yang memiliki jalan akses yang cukup sulit. Jalur kereta api pada KM. Jalur kereta api pada KM. Pada

Hal ini membuktikan bahwa dengan laju alir yang kecil maka karbon aktif akan mengadsorpsi gas pengotor semakin banyak dibandingakan dengan laju alir yang tinggi

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Holding BUMN baik induk perusahaan maupun anak perusahaan BUMN yang status

Kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan dalam rangka mengembalikan pola konsumsi masyarakat kepada budaya dan potensi setempat. Kegiatan ini sudah

Dalam pembuatantabung pendinginpada reaktor sinter menggunakan bahan stainless steel pejal untuk flendes penutup dan flendes bodi reaktor sinter dengan diameter 8 dan

Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah mengenai hubungan antara suku bunga Bank Indonesia, kurs dolar terhadap rupiah dan inflasi dengan menggunakan