BALITBANG KEMENDIKBUD
2017
P o l i c y B r i e f
S
aat ini sudah lebih 1,6 juta orang guru memperoleh sertifikat pendidik dan memperoleh tunjangan pendidik. Namun pensertifikasian guru belum berdampak positif terhadap peningkatan kinerja, dan pada akhirnya belum mampu meningkatkan kualitas hasil pendidikan siswa. Atas dasar itu pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan penilaian melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru yang telah maupun belum bersertifikat. Salah satu penilaian UKG dilakukan tahun 2015 dengan menetapkan standar kompetensi minimal (SKM) pada angka 55, dan akan meningkat setiap tahun, sehingga diharapkan nilai rata-rata tahun 2019 dapat mencapai angka 8,0. Dari hasil UKG tersebut menunjukkan, bahwa pencapaian kompetensi pedagogik dan profesional guru di jenjang pendidikan (dasar dan menengah) masih kurang memuaskan (Ditjen GTK, Tahun 2015). Oleh karenanya masih diperlukan upaya untuk meningkatkan kondisi kompetensi guru sebagai salah satu unsur penting dalam menghasilkan kualitas pendidikan yang memadai.KOMPETENSI GURU DI
SEKOLAH DASAR: TUNTUTAN
DAN KEBUTUHAN ABAD 21
Persoalan semakin pelik, bahwa upaya peningkatan kompetensi guru dihadapkan dengan perkembangan lingkungan strategis di abad 21. Dalam era global, upaya peningkatan kompetensi guru haruslah relevan dengan kebutuhan perubahan yang ada. Guru harus mendukung kompetensi, kinerja, dan peraktek pembelajaran yang mampu mengantisipatif, merespons, dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan. Pertanyaannya, apakah guru telah menunjukkan kompetensi, kinerja, dan praktek pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan abad 21?
Praktek Pembelajaran
Abad 21
Untuk menghasilkan keluaran siswa sesuai tuntutan abad 21, haruslah didukung oleh kompetensi guru yang sesuai dengannya. Persoalannya, belum terdapat kepastian mengenai kebutuhan kompetensi guru di abad 21, kecuali berupa pendapat dari pakar pendidikan semata. Namun sekelompok guru di Kanada yang tergabung dalam
Educational Technology and Mobile Learning,
menyebutkan, bahwa untuk mengantisipasi dan merespons tuntutan dan kebutuhan abad 21, dibutuhkan praktek pembelajaran oleh guru sebagai berikut: bangga dan cinta terhadap pekerjaan/profesi sebagai guru; membangun komunikasi yang baik; melibatkan keaktifan Siswa melalui pemanfaatan teknologi dan sumberdaya multimedia; pembelajaran menarik, menyenangkan, dan membangkitkan motivasi belajar kembali; bertindak terbuka, apresiatif, pengendalian emosi, dan memberi perhatian dan kepedulian terhadap siswa; instruksi pembelajaran yang jelas, tepat, dan tuntas dengan perencanaan materi yang lengkap, pemanfaatan metode pembelajaran variatif, dan pemanfaatan teknologi dan media pembelajaran; memberikan ruang belajar individual berupa tambahan jam pelajaran untuk siswa lamban, memberi kesempatan untuk membaca atau menyelesaikan tugas di ruang perpustakaan, taman sekolah, dan memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di ruang lab komputer yang tersedia; memberikan tes untuk umpan balik yang positif; melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan menentukan topik bahasan, bentuk tugas, pembentukan kelompok kecil, kegiatan diskusi yang dipimpin oleh siswa sendiri, dan lainnya; mengembangkan pembelajaran kolaborasi dalam bentuk kelompok kecil siswa.
Studi yang dilakukan Puslitjakdikbud (2016) dengan penyebaran kuisioner dan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) pada guru SD yang sedang aktif mengajar dan memiliki sertifikat pendidikan di enam Kabupaten/ Kota, yakni: Gunung Kidul, Belitung, Cimahi, Lombok Barat, Samarinda, dan Kendari, menghasilkan jawaban praktik pembelajaran sebagai berikut:
Tabel: Jawaban Praktik Pembelajaran Guru SD
Indikator Peraktek Pembelajaran Mean
1. Mencintai Pekerjaan 3,0304 2. Instruksi Pembelajaran Lengkap
dan Tuntas 2.9672
3. Keterampilan Komunikasi 3.0515 4. Pembelajaran Siswa Menantang 3.0257 5. Pembelajaran Menarik –
Menyenangkan 3.1733 6. Aksi tidak Reaktif 3.2482 7. Ruang Pembelajaran Individual 3.1897 8. Umpan Balik Positif 3.0843 9. Pelibatan Siswa dalam
Pengambilan Keputusan 2.9130 10. Pembelajaran Kolaborasi 2.6370 Mean (Total) 2.9849
Dalam pengukuran skala 1 - 4, nilai rata-rata (mean) yang dihasilkan di atas menunjukkan posisi guru SD yang dikaji telah memperlihatkan peraktek pembelajaran yang memadai. Posisi seperti itu mengesankan, seolah-olah guru SD telah mencerminkan peraktek pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan abad 21. Ditelusuri lebih lanjut, ternyata perolehan posisi itu ditunjukkan oleh
guru SD yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memperoleh pelatihan kurikulum 2013. Sebagian besar dari guru sampel berstatus sebagai instruktur Kurikulum Tahun 2013 (K-13). Mereka telah mengikuti pelatihan materi K-13 yang diharapkan dapat melatih dan menularkan kepada rekan guru lainnya. Lalu, bagaimana dengan posisi guru lainnya yang belum memperoleh pelatihan K-13, baik yang sudah maupun belum memiliki sertifikat pendidik? Hal ini masih menjadi pertanyaan dan memerlukan penelitian lebih lanjut yang mendalam dan komprehensif
Ciri-ciri Kompetensi
Guru Abad 21
Pada dasarnya pencerminan praktik pembelajaran di atas amat memerlukan kompetensi guru yang sejalan dengannya. Sejalan dengan praktek pembelajaran tersebut, kompetensi guru yang dianggap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan abad 21 adalah yang memenuhi ciri:
1. Mampu mengembangkan perencanaan pembelajaran secara mandiri dan mewujudkan instruksi pembelajaran yang tuntas dan efektif;
2. Mampu mengembangkan sikap kepemimpinan visioner yang berorientasi pada pencapaian hasil lebih baik;
3. Mampu berkomunikasi secara menarik, menyenangkan, dan efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran, dengan mendayagunakan segenap potensi dan kemampuan mengelola tekanan psikologis (stress) dalam pembelajaran; 4. Mampu mengembangkan sikap kreatif
dan inovatif bagi diri sendiri dan mendorong kemunculan sikap kreatif siswa;
5. Mampu memanfaatkan metode pembelajaran secara baik dan mendorong siswa untuk aktif mengomunikasikan
pemikiran dan gagasan;
6. Mampu memanfaatkan teknologi komputer dan teknologi digital dalam
pembelajaran, mengembangkan kolaborasi pembelajaran melalui pendekatan problem based learning dan project based learning;
7. Mampu menjadi guru pembelajar dengan melakukan pengembangan diri secara berkelanjutan;
8. Mampu berpikir analitis dan reflektif; 9. Mampu mengembangkan kepandaian
sosial dan pengendalian emosional;
10. Menguasai dan terampil dalam mengembangkan pendidikan karakter.
Penyesuian Pada Regulasi
Membandingkan antara kompetensi guru yang tertuang dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dengan tuntutan kompetensi guru di abad 21 tampak, bahwa pengakategorian kompetensi guru dalam peraturan telah memadai, tetapi memerlukan penyesuaiannya lebih lanjut. Sejalan dengan tuntutan abad 21 kompetensi guru memerlukan penyesuaian dan penekanannya pada sejumlah aspek, seperti yang diperlihatkan dalam matriks berikut.
Permendiknas No. 13/2007 Tuntutan Abad 21 Revisi dan Penyesuaian
Kompetensi pedagogik
Penguasaan karakteristik peserta didik
Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran Pengembangan kurikulum mata pelajaran yang diampu Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
Fasilitasi pengembangan potensi peserta didik sesuai potensi Kemampuan komunikasi secara efektif, empatik, dan santun Mengembangan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar
Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi belajar
Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi profesional
Memahami filosofi landasan pendidikan
Memahami teori belajar sesuai taraf perkembangan siswa Mengembangkan bidang studi tanggung jawabnya Menerapkan metode pembelajaran bervariasi
Memanfaatkan alat, media dan sumber belajar yang relevan Menumbuhkan kepribadian peserta didik
Kompetensi sosial
Kemampuan berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik
Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Kompetensi kepribadian
Mantap, Stabil, Dewasa Arif dan bijaksana Berwibawa Berakhlak mulia Menjadi teladan
Mengevaluasi kinerja sendiri Mengembangkan diri secara berkelanjutan/ pembelajar
Mengembangkan
perencanaan pembelajaran secara mandiri dan mewujudkan instruksi pembelajaran yang tuntas dan efektif;
Mengembangkan sikap kepemimpinan visioner yang berorientasi pada pencapaian hasil lebih baik; Berkomunikasi secara
menarik, menyenangkan, dan efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran
Mampu mengembangkan sikap kreatif dan inovatif bagi diri dan siswa; Memanfaatkan metode
pembelajaran secara baik Memanfaatkan teknologi
komputer dan teknologi digital dalam pembelajaran Mengembangkan
pembelajaran kolaborasi Mengembangan
pembelajaran melalui pendekatan problem based learning dan project based learning;
Menjadi guru pembelajar Mampu berpikir analitis dan
reflektif;
Mampu mengembangkan kepandaian sosial dan pengendalian emosional; Terampil dalam mengembangkan pendidikan karakter. Perbaikan dan pemberian penekanan pada: Kemandirian dalam menyusun perencanaan pembelajaran Kemampuan mewujudkan instruksi pembelaran tuntas dan efektif
Kreatif, berpikir kritis, dan kolaboratif dengan rekan kerja
Kemampuan mengkomunikasikan materi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan Kemampuan
memanfaatkan metode secara variatif
Pemanfaatan teknologi computer dan digital untuk pembelajaran
Pengembangan pembelajaran kolaboratif Pengembangan pendekatan
problem based learning dan project based learning; Pengembangan diri berkelanjutan (guru pembelajar) Kemampuan mengembangkan pendidikan karakter.
Rekomendasi
Kompetensi guru yang tertuang dalam UU Np. 14/2015 perlu diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan pembelajaran abad 21. Selaras dengan itu, diperlukan upaya peningkatan kemandirian guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran; kepemimpinan; komunikasi pembelajaran yang efektif; pemanfaatan metode pembelajaran variatif; penguasaan dan pemanfaatan teknologi komputer dan digital dalam pembelajaran, pengembangan pembelajaran melalui pendekatan problem based learning dan project based learning; pembelajaran kolaboratif sesama rekan kerja, siswa, orangtua murid, dan pihak lain yang terkait; dan kemampuan pendidikan karakter.
Policy Brief ini merupakan hasil dari penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016,
untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Pusat Penelitian Kebijakan