Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
1
DAN
13 s.d. 19 Desember 2021
I. Pasar Global
Pasar Saham.Indeks saham utama pada bursa saham Amerika Serikat (AS) berbalik melemah pada perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat (17/12). Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,68 persen ke level 35.365,44, indeks S&P 500 melemah 1,94 persen dan ditutup pada level 4.620,64, dan indeks NASDAQ melemah 2,95 persen dan ditutup pada level 15.169,68. Beberapa sentimen negatif yang mendorong pelemahan bursa saham AS, antara lain tingginya laju inflasi di sejumlah negara, potensi pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat, dan penyebaran varian Omicron yang semakin meluas.
Sejumlah negara maju melaporkan laju inflasi di atas ekspektasi. Dari AS, tingkat inflasi di bulan November dilaporkan mencapai 6,8 persen year on year (yoy), atau tertinggi sejak tahun 1982. Hal yang sama juga terjadi di Inggris, di mana tingkat inflasi mencapai level tertinggi sejak tahun 2011, atau sebesar 5,1 persen yoy. Sebelumnya, Uni Eropa juga telah melaporkan tingkat inflasi sebesar 4,9 persen yoy, atau yang tertinggi sejak tahun 1991.
Tingginya laju inflasi di sejumlah kawasan utama tersebut di atas ekspektasi sejumlah otoritas moneter dan pelaku pasar. Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan beberapa bank sentral di negara-negara maju akan mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter untuk menahan dampak dari tingginya inflasi. Salah satu bank sentral yang telah menaikkan suku bunga adalah Bank of England (BoE). Dari kawasan AS, the
Indikator 17 Desember 2021
Perubahan (%) WoW YoY Ytd T1 ---- Nilai Tukar/USD ----
Euro 0,89 (0,71) (9,18) (8,71) Yen 113,63 (0,17) (10,20) (10,05) GBP 0,76 (0,28) (2,62) (3,24) Real 5,69 (1,37) (12,23) (9,38) Rubel 74,15 (1,06) (1,75) 0,35 Rupiah 14.368,00 0,03 (1,84) (2,26)
Rupee 76,09 (0,40) (3,40) (4,13) Yuan 6,38 (0,08) 2,42 2,33
KRW 1.181,00 0,03 (8,03) (8,71) SGD 1,37 (0,21) (3,14) (3,45) Ringgit 4,22 (0,22) (4,63) (4,98) Baht 33,35 0,38 (11,73) (11,34) Peso 50,03 0,68 (4,11) (4,16)
T2 --- Pasar Modal ---
DJIA 35.365,44 (1,68) 16,70 15,55 S&P500 4.620,64 (1,94) 24,13 23,02 FTSE 100 7.269,92 (0,30) 10,97 12,53 DAX 15.531,69 (0,59) 13,64 13,21 KOSPI 3.017,73 0,25 8,93 5,02 Brazil IBrX 45.727,99 (0,35) (8,65) (9,23)
Nikkei 28.545,68 0,38 6,49 4,01 SENSEX 57.011,74 (3,02) 21,59 21,37
JCI 6.601,93 (0,77) 7,99 10,42 Hangseng 23.192,63 (3,35) (13,07) (14,83)
Shanghai 3.632,36 (0,93) 6,68 4,59 STI 3.111,63 (0,76) 8,87 9,42 FTSE KLCI 1.502,01 0,88 (10,29) (7,69)
SET 1.641,73 1,45 10,64 13,27 PSEi 7.297,66 1,47 (0,00) 2,21
T3 --- Surat Berharga Negara ---
Yield 5 th, (FR 86) 5,20 7 n/a 18 Yield 10 th, (FR87) 6,40 12 n/a 55
T4 --- Komoditas ---
Brent Oil 73,52 (2,17) 42,76 41,93 CPO 1.156,76 (7,03) 29,49 19,53 Gold 1.798,11 0,86 (4,63) (5,28) Coal 168,00 2,60 111,32 108,70 Nickel 19.648,00 (0,50) 12,17 18,27
T5 --- Rilis Data ---
Interest Rate AS Des: 0,25 Nov: 0,25
Inggris Des: 0,25 Nov: 0,10 Jepang Des: (0,10) Nov: (0,10)
Rusia Des: 8,50 Nov: 7,50
CPI (yoy) India Nov: 4,9 Okt: 4,5
Inggris Nov: 5,1 Okt: 4,2 Industrial Prod (yoy) Tiongkok Nov: 3,8 Okt: 3,5
Retail Sales (mom) AS Nov: 0,3 Okt: 1,8
Initial Jobless Claim AS Des: 206 Rb Des: 188 Rb Highlight Minggu Ini
• Bursa saham utama di AS dan Eropa melemah, sementara bursa di kawasan Asia ditutup bervariasi. Kekhawatiran tentang varian Omicron meningkat setelah kasusnya naik di beberapa negara. Selain itu, pengetatan kebijakan moneter di sejumlah negara maju juga menjadi concern utama investor.
• Indeks Dolar AS menguat 0,49 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia, sementara itu imbal hasil obligasi US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu turun 8 bps ke level 1,40 persen bila dibandingkan penutupan pekan sebelumnya.
• Dari pasar komoditas, harga komoditas utama seperti minyak mentah dan CPO melemah dalam sepekan, sementara harga batu bara menguat. Melemahnya prospek permintaan karena penyebaran varian Omicron menjadi sentimen utama.
• Dari pasar keuangan domestik, IHSG melemah 0,77 persen secara mingguan ke level 6.601,93 pada Jumat (17/12) dengan investor non residen mencatatkan net sell sebesar Rp2,12 triliun dalam sepekan.
Yield SUN seri benchmark naik antara 1 hingga 12 bps apabila dibandingkan pekan sebelumnya. Sementara itu, nilai tukar Rupiah berada di level Rp14.368 per USD atau menguat 0,03 persen dalam sepekan. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.298 per USD.
• Laporan Global Findex 2017 menunjukkan bahwa tingkat inklusi keuangan di Indonesia baru mencapai 49 persen dari total penduduk.
Oleh karena itu, perluasan cakupan infrastruktur keuangan dan penguatan infrastruktur yang dapat dicapai melalui harmonisasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diharapkan akan berdampak positif terhadap akses dan penggunaan layanan keuangan formal oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Gambar 1. Pasar Saham Global
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
2
tidak memberikan penjelasan yang memada Gambar 2. Yield US treasury tenor 10 tahun
turun 8 bps dalam sepekan
Gambar 4. SlopeUS Yield curve dan Resesi
Fed juga telah memberikan sinyal akan melakukan normalisasi kebijakan moneter lebih cepat dari yang direncanakan, yaitu dengan menaikkan suku bunga pada tahun 2022. Bahkan, the Fed telah menyatakan akan meningkatkan kecepatan tapering dengan pengurangan pembelian aset sebesar US$30 miliar per bulan.
Selanjutnya, sentimen negatif lainnya yang membebani pergerakan bursa saham AS adalah penyebaran varian Omicron Covid-19. Hingga pertengahan Desember 2021, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa varian Omicron telah menyebar ke 89 negara.
Meskipun dianggap tidak menimbulkan kasus yang fatal, varian Omicron diyakini lebih cepat menyebar dan dapat berakibat pada pembatasan aktivitas yang ketat di sejumlah kawasan yang berpotensi mengganggu laju pemulihan perekomian global.
Dari kawasan Eropa, dua bursa saham utama yang diamati bergerak melemah pada pekan lalu yang berakhir Jumat (17/12). Indeks DAX Jerman melemah 0,59 persen dan ditutup pada level 15.531,69, dan indeks FTSE 100 di Inggris melemah 0,3 persen ke level 7.269,92. Sejalan dengan bursa saham di kawasan AS, pelemahan bursa saham di kawasan Eropa dipengaruhi oleh tingginya kasus varian Omicron dan kekhawatiran akan tingginya laju inflasi.
Kasus Covid-19 di Inggris pada pekan lalu melonjak lebih dari 40 persen dalam sepekan karena pengaruh penyebaran varian Omicron. Hal tersebut mendorong Pemerintah Inggris untuk melakukan pengetatan aktivitas.
Pembatasan aktivitas yang ketat juga diberlakukan di Belanda hingga pertengahan Januari mendatang dalam rangka merespon penyebaran varian Omicron. Negara lain, seperti Perancis, Denmark, dan Irlandia juga telah melakukan pembatasan hingga perayaan tahun baru 2022 mendatang untuk membatasi penyebaran virus Covid-19.
Selain itu, tingginya laju inflasi di kawasan Uni Eropa juga memberikan kekhawatiran pada investor di pasar saham dalam sepekan. Laju inflasi kawasan yang berada pada level tertinggi sepanjang beberapa dekade terakhir dikhawatirkan akan berdampak pada pengetatan kebijakan moneter. BoE telah memulai hal tersebut dengan menaikkan suku bunga ke level 0,25 persen, dari sebelumnya 0,1 persen. Keputusan tersebut mengejutkan pelaku pasar hingga menekan indeks saham ke zona merah.
Dari kawasan Asia, bursa saham yang diamati ditutup bervariasi pada perdagangan pekan lalu yang berakhir Jumat (17/12). Indeks Kospi di Korea Selatan menguat 0,25 persen ke level 3.017,73, indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang menguat 0,38 persen dan ditutup pada 28.545,68, indeks KLCI Malaysia menguat 0,88 persen ke level 1.502,01, dan indeks SET Thailand menguat 1,45 persen ke level 1.641,73. Sementara itu, indeks Hang Seng melemah 3,35 persen ke level 23.192,63, indeks Shanghai Tiongkok melemah 0,93 persen ke posisi 3.632,36, dan indeks STI Singapura melemah 0,76 persen ke level 3.111,63.
Pergerakan bursa saham di kawasan Asia dipengaruhi oleh beberapa sentimen, baik positif maupun negatif. Sentimen positif datang dari rilis data ekonomi yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi beberapa negara masih berjalan sesuai ekspektasi. Sebagai contoh, PMI manufaktur Jepang pada bulan Desember diperkirakan masih akan berada di zona ekspansi, yaitu 54,2. Selain itu, nilai ekspor Jepang tercatat meningkat sebesar 20,5 persen pada bulan November 2021. Namun di sisi lain, tingginya laju inflasi di sejumlah negara maju dan kenaikan suku bunga BoE Gambar 3. US Fed Balance Sheet dan
Government Bond Yields
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
3
Gambar 6. Harga hard commodities bervariasi secara mingguan
Gambar 7. Harga soft commodities bervariasi secara mingguan
Gambar 5. Harga minyak mentah melemah, sementara batu bara ICE Newcastle menguat secara mingguan memberikan kekhawatiran akan adanya pengetatan kebijakan moneter global.
Selain itu, tingginya penyebaran varian Omicron Covid-19 terus memberikan tekanan pada pasar saham.
Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu (17/12) ditutup di level 1,40 persen atau turun 8 bps bila dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di angka 1,48 persen. Imbal hasil turun karena penyebaran varian Omicron terus membebani sentimen investor untuk melakukan aksi beli safe-haven asset. Jumlah kasus Covid-19 di Inggris mencapai puncak dengan rekor jumlah kasus harian hampir 90 ribu infeksi.
Australia juga mencatatkan jumlah kasus harian tertinggi setelah Omicron menyebar secara global. Selain itu, investor juga mencerna keputusan the Fed yang menyatakan bahwa mereka akan mempercepat pengurangan pembelian obligasi dan mengindikasikan adanya kenaikan suku bunga pada tahun 2022.
Pasar Uang. Indeks Dolar AS menguat sebesar 0,49 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 96,09 pada Jumat (10/12) menjadi 96,57 pada akhir perdagangan pekan lalu (17/12).
Penguatan Dolar AS didorong oleh kenaikan permintaan safe-haven currencies.
Risk appetite investor atas aset berusiko terus menurun di tengah pembicaraan tentang kebijakan moneter yang lebih hawkish oleh bank sentral utama dunia.
Investor memprediksi bahwa kenaikan suku bunga AS sudah dekat karena the Fed memberikan sinyal adanya tiga kenaikan suku bunga hingga akhir tahun 2022. Selain itu, BoE secara mengejutkan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dan Bank Sentral Eropa mengumumkan akan mengurangi laju pembelian asetnya di bawah pandemic emergency purchase programme (PEPP) sebesar €1,85 triliun pada kuartal mendatang. Sementara itu, kekhawatiran tentang varian Omicron meningkat setelah kasusnya naik di beberapa negara.
Pasar Komoditas. Harga minyak acuan global melemah sepanjang pekan lalu (17/12) seiring meningkatnya kasus harian Covid-19 di seluruh dunia dan perkembangan kebijakan moneter negara maju. Harga minyak Brent sepanjang pekan lalu turun 2,17 persen ke level US$73,52 per barel, sementara harga minyak WTI melemah 1,13 persen ke level US$70,86 pada periode yang sama. Sepanjang pekan lalu (per 18 Desember 2021), kasus Covid-19 di Inggris meningkat sebesar 44,4 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada pengetatan aktivitas yang berpotensi dapat menurunkan prospek permintaan minyak mentah global. Namun demikian, pelemahan harga minyak mentah tertahan oleh berkurangnya jumlah pasokan. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah AS turun 4,6 juta barel pekan lalu, jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 2,1 juta barel.
Harga komoditas batu bara ICE Newcastle pada akhir pekan lalu (17/12) menguat 2,60 persen ke level US$168 per ton. Pergerakan harga batu bara utamanya didorong oleh naiknya harga gas di Eropa. Harga gas untuk pembangkit listrik di Belanda pada pekan lalu mencapai EUR145/MWh, mendekati harga tertinggi sepanjang sejarah pada Oktober lalu. Kebutuhan gas didorong oleh kenaikan penggunaan listrik untuk penghangat ruangan saat musim dingin sedangkan pasokan gas alam dari Rusia mengalami hambatan.
Pasokan gas pipa Nord Stream baru terisi sepertiga (31,4 juta m3) dari total kapasitas yang tersedia (89 juta m3) sebagai dampak dari konflik antara negara- negara Eropa dengan Rusia terkait Ukraina. Gazprom, perusahaan migas Rusia, masih menunggu izin untuk mengisi pipa Nord Stream tersebut. Selain itu, parlemen Uni Eropa juga tengah meminta penyelidikan terhadap Gazprom yang ditengarai melakukan manipulasi harga gas. Di tengah kenaikan harga serta terbatasnya pasokan gas, pembangkit listrik kembali beralih ke batu bara sebagai sumber energi utama. Permintaan batu bara kembali meningkat yang berakibat pada meningkatnya harga jual.
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
4
Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah menurun dibanding pekan sebelumnya
Harga CPO Malaysia Derivative Exchange sepanjang pekan lalu (17/12) melemah tajam sebesar 7,03 persen ke level US$1.156,76 per ton.
Pelemahan harga CPO terjadi seiring dengan turunnya harga minyak dunia karena lonjakan kasus Covid-19 di seluruh dunia. Menjelang perayaan Natal dan tahun baru, beberapa negara Eropa saat ini tengah kembali memberlakukan kebijakan mobilitas yang lebih ketat. Kebijakan tersebut mendorong penurunan prospek permintaan atas CPO.
II. Pasar Domestik
IHSG tercatat melemah 0,77 persen secara mingguan ke level 6.601,93 pada Jumat (17/12) dan diperdagangkan di kisaran 6.559,30 – 6.688,38 pada pekan lalu. Secara mtd, IHSG menguat 1,04 persen, dan secara ytd menguat 10,42 persen. Investor non residen mencatatkan net sell pada perdagangan pekan lalu dengan total mencapai Rp2,12 triliun. Secara mtd investor non residen tercatat melakukan beli bersih sebesar Rp0,95 triliun dan secara ytd tercatat beli bersih sebesar Rp37,48 triliun. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau turun dari level Rp15,05 triliun ke level Rp12,55 triliun pada pekan lalu.
Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat pekan lalu (17/12) bergerak naik antara 1 hingga 12 bps apabila dibandingkan pekan sebelumnya. Secara rinci, yield SUN tenor 5 tahun tercatat naik sebesar 7 bps, yield SUN tenor 10 tahun naik paling tinggi sebesar 12 bps dalam sepekan, sedangkan yield SUN tenor 15 dan 20 tahun masing-masing naik 1 dan 2 bps dalam sepekan. Berdasarkan data setelmen BI tanggal 16 Desember 2021, kepemilikan investor nonresiden turun sebesar Rp4,44 triliun dibandingkan posisi Jumat (10/12), dari posisi Rp899,43 triliun (19,88%) ke posisi Rp894,99 triliun (19,79%). Secara mtd, kepemilikan non residen tercatat turun Rp23,46 triliun dan secara ytd turun sebesar Rp78,91 triliun.
Nilai tukar Rupiah pada akhir pekan lalu (17/12) berada di level Rp14.368 per USD atau menguat 0,03 persen dibandingkan Jumat (10/12). Secara ytd, Rupiah tercatat melemah sebesar 2,26 persen terhadap USD. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah menurun selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non-deliverable forward 1 bulan yang bergerak dalam rentang Rp14 sampai Rp40 per USD atau rata-rata lebih rendah dibanding spread Rp3 sampai Rp66 per USD pada pekan sebelumnya. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.315 – 14.389 per USD. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.298 per USD.
Rata-rata volume transaksi harian pasar valas pekan lalu (s.d 16 Des’21) turun ke level US$5,79 miliar dari US$6,18 miliar pada pekan sebelumnya yang berakhir pada Jumat (10/12). Sementara itu, untuk transaksi US Dollar, rata-rata volume transaksi harian pada pekan lalu mencapai US$1,39 miliar, lebih rendah dibandingkan rata-rata pekan sebelumnya sebesar US$1,62 miliar. Secara year to date, rata-rata volume transaksi harian di pasar valas pada tahun 2021 yaitu sebesar US$5,79 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 yang sebesar US$4,72 miliar. Begitupun dengan rata-rata volume transaksi harian US Dollar yang juga meningkat dari US$0,87 miliar di tahun 2020 menjadi US$1,37 miliar di tahun 2021.
III. Perekonomian Internasional
Dari kawasan AS, retail sales bulan November 2021 meningkat sebesar 0,3 persen secara month over month (mom). Kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 1,8 persen. Melambatnya pertumbuhan penjualan ritel seiring dengan melambatnya permintaan masyarakat di tengah meningkatnya kenaikan kasus Covid-19 dan laju inflasi. Pertumbuhan retail sales didorong oleh Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan:
Rupiah terapresiasi, IHSG melemah, dan yield SBN seri benchmark tenor 10th naik 12 bps
Gambar 10. Rata-rata volume transaksi harian pasar valas turun
Sumber: CEIC
10.000 11.000 12.000 13.000 14.000 15.000 16.000 17.000
0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000
Total Transaksi Valas (Juta USD) IDR-USD Spot (RHS)
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
5
Gambar 12. Penjualan ritel AS hanya tumbuh 0,3 persen (mom) pada November 2021
Gambar 11. Mata uang di Asia bergerak bervariasi
Gambar 14. Produksi industri Tiongkok tumbuh 3,8 persen (yoy) pada November 2021
Gambar 13. Bank sentral Inggris (BOE) menaikkan suku bunga acuan ke level 0,25 persen
kenaikan permintaan di sektor makanan dan minuman, pakaian, dan alat- alat olahraga.
Dari kawasan Eropa, Bank of England (BoE) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 15 bps dari 0,1 persen menjadi 0,25 persen.
Keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan utamanya adalah laju inflasi yang melonjak ke level tertinggi sejak tahun 2011, yaitu di level 5,1 persen yoy. BoE memperkirakan tingkat inflasi masih akan bertahan di level 5 persen selama musim dingin dan akan mencapai puncaknya pada level 6 persen pada periode April 2022, namun akan perlahan turun pada semester II-2022 mendatang.
Dari kawasan Asia Pasifik, industrial production Tiongkok pada bulan November 2021 tumbuh sebesar 3,8 persen secara yoy. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 3,5 persen. Peralatan elektronik, pertanian, dan industri pengolahan makanan menjadi kontributor utama pertumbuhan. Di sisi lain, industri otomotif, tekstil, dan industri non-material menjadi sektor-sektor industri yang mengalami penurunan produksi sepanjang bulan November.
IV. Perekonomian Domestik
Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Oktober 2021 tercatat sebesar US$422,3 miliar. Posisi ini turun jika dibandingkan dengan posisi ULN pada September 2021 yang sebesar US$423,8 miliar. Secara tahunan, posisi ULN pada Oktober 2021 tumbuh sebesar 2,2 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,8 persen. Melambatnya pertumbuhan ULN terjadi seiring dengan jatuh temponya beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) di bulan Oktober 2021. Sementara itu, ULN swasta mengalami kontraksi sebesar 1,0 persen (yoy) pada Oktober 2021, setelah pada periode sebelumnya tumbuh rendah sebesar 0,4 persen (yoy).
Selanjutnya, surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan November 2021 mencapai US$3,51 miliar, atau lebih rendah dibandingkan surplus bulan sebelumnya yang sebesar US$5,74 miliar. Surplus perdagangan tersebut merupakan surplus selama sembilan belas bulan berturut-turut, di tengah akselerasi perdagangan global menjelang liburan akhir tahun dan melonjaknya harga komoditas. Surplus perdagangan bulan November 2021 terutama berasal dari sektor nonmigas yang mengalami surplus sebesar US$5,20 miliar, sedangkan di sektor migas terjadi defisit sebesar US$1,69 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada bulan Januari hingga November 2021 tercatat surplus sebesar US$34,32 miliar, atau jauh lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2020 yang surplus sebesar US$19,52 miliar.
Bank Indonesia (BI) pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen. Keputusan yang diambil dalam Rapat Dewan Gubernur ini sejalan dengan prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan.
Terakhir, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global masih akan berlanjut pada tahun 2022, namun masih akan dibayangi risiko supply disruption dan kasus Covid-19. Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan cukup kuat di tengah pemulihan ekonomi yang berjalan cukup cepat dan solid. Pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan berada dalam kisaran 3,2 - 4,0 persen. Pada 2022, proses pemulihan diperkirakan terus berlanjut dengan dukungan belanja fiskal Pemerintah yang tetap terjaga sehingga perekonomian domestik pada tahun 2022 diperkirakan tumbuh lebih tinggi menjadi 4,7 - 5,5 persen.
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
6
dalam mengurangi informasi yang simpang siur, serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap lembaga jasa keuangan sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan layanan keuangan yang tersedia. Lebih jauh, penggunaan infrastruktur pendukung sistem perbankan dan pembayaran juga dapat meningkatkan efisiensi sehingga mengurangi biaya penyediaan jasa.
Infrastruktur-infrastruktur lain yang dirancang untuk dapat memberikan informasi yang akurat kepada stakeholders industri jasa keuangan antara lain infrastruktur identitas, seperti NIK, biometric, dan digital signature, dan sistem pelaporan kredit dan credit scoring, dan regtech serta suptech (infrastruktur untuk melakukan pengawasan dan regulasi bagi fintech dengan memanfaatkan teknologi berbasis data dan kecerdasan buatan). Salah satu contoh infrastruktur pendukung terbaru adalah pengembangan Application Program Interface (API) atau Open API yang salah satu fungsinya membuat transaksi jual beli berbasis teknologi dapat dilakukan tanpa harus melakukan konfirmasi. Dengan Open API, pihak perbankan memberikan kesempatan kepada perusahaan e-commerce atau fintech untuk melakukan integrasi antara masing-masing sistem, seperti melakukan transfer, informasi saldo, dan transaksi keuangan lainnya sehingga dapat turut membuat transaksi menjadi semakin mudah dan nyaman.
Pemerintah melalui Kemenkominfo juga terus berupaya meningkatkan kualitas dari teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Upaya tersebut salah satunya dengan memperluas jaringan Palapa Ring hingga menjangkau bagian Timur Indonesia atau dikenal dengan Paket Timur.
Di sisi lain, peran layanan seluler saat ini semakin vital untuk mendukung rencana strategis nasional, meningkatkan penetrasi layanan dengan koneksi internet kecepatan tinggi, dan mendorong pertumbuhan dari inovasi layanan digital. Untuk itu, Kemenkominfo juga terus mendorong perluasan jaringan 4G yang hingga akhir tahun 2020 telah mencakup 85% dari seluruh daerah di Indonesia.
Berbagai upaya Pemerintah dalam mendorong ketersediaan infrastruktur dan penetrasi layanan digital ditujukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya mendorong ketersediaan infrastruktur dan penetrasi layanan digital terdapat berbagai tantangan yang dihadapi Pemerintah, di antaranya adalah area geografis Indonesia yang sangat luas sehingga biaya operasional penyediaan kabel, atau pemasangan radio dan antena masih mahal. Untuk itu, peran serta industri swasta dalam investasi penyediaan infrastruktur ini sangat diperlukan di tengah keterbatasan fiskal yang dihadapi Pemerintah, terutama di masa pandemi.
Salah satu opsi kebijakan lain untuk mendorong peningkatan infrastruktur adalah melalui penyelarasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Peningkatan peran Pemerintah Daerah untuk memperbaiki infrastruktur di daerah mutlak diperlukan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas jalan di kabupaten atau kota melalui optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk pembangunan infrastruktur. Upaya lainnya yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kapasitas SDM melalui pendidikan vokasi, pendampingan dalam penggunaan teknologi, atau pengadaan program yang dapat menjaring dan mengidentifikasikan talent baru. Pada akhirnya, perluasan cakupan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi serta penguatan infrastruktur transportasi yang dicapai melalui harmonisasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diharapkan akan berdampak positif terhadap akses dan penggunaan layanan keuangan formal oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
(NF) Laporan Global Findex 2017 yang dikeluarkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa tingkat inklusi keuangan di Indonesia baru mencapai 49% dari total penduduk. Capaian ini masih jauh di bawah capaian beberapa negara ASEAN dan negara emerging market lain seperti Malaysia (85%), Thailand (82%), India (80%), dan Brazil (70%).
Salah satu penyebab dari masih rendahnya tingkat inklusi keuangan di Indonesia adalah pembangunan infrastruktur yang belum merata, baik infrastruktur penunjang maupun non-penunjang aktivitas sektor keuangan. Masyarakat di beberapa wilayah, terutama di Indonesia bagian timur, serta sebagian Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi menjadi kelompok yang masih belum sepenuhnya tersentuh oleh kegiatan industri keuangan, khususnya perbankan atau dikenal juga dengan istilah kelompok unbankable. Untuk itu, diperlukan strategi kebijakan mentransformasi kelompok tersebut menjadi bankable sehingga visi sektor keuangan Indonesia yang inklusif dapat tercapai.
Secara teori, keuangan inklusif adalah sebuah kondisi di mana setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas, tepat waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, Pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan industri perbankan telah mengembangkan Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk Keuangan Inklusif (Laku Pandai) dan Layanan Keuangan Digital (LKD). Konsep dari dua layanan tersebut adalah memberikan layanan jasa perbankan, jasa pembayaran, dan jasa keuangan lainnya yang menggunakan sarana teknologi informasi dan digital seperti seluler atau website melalui kerjasama dengan pihak lain. Layanan Laku Pandai maupun LKD diharapkan dapat menjadi policy measures atas berbagai tantangan seperti masih banyaknya masyarakat yang belum mengenal, mendapatkan, atau menggunakan layanan perbankan dan keuangan lainnya karena bertempat tinggal di lokasi yang jauh dari kantor bank, atau karena adanya biaya serta persyaratan yang memberatkan calon nasabah. Harapannya, layanan perbankan dan layanan keuangan lainnya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga akan berdampak pada semakin efisien dan lancarnya kegiatan ekonomi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dari Laporan Tahunan OJK 2020, diketahui bahwa hingga akhir tahun 2020 jumlah agen laku pandai di Indonesia telah mencapai 1.257.150 agen. Sementara itu, Bank Indonesia dalam Statistik Sistem Keuangan Indonesia (November 2021) mencatat jumlah agen LKD pada akhir tahun 2020 mencapai 603.855 agen. Meskipun jumlah agen bank untuk Laku Pandai maupun LKD meningkat, penyebaran agen tersebut masih terpusat di Pulau Jawa dengan porsi mencapai lebih dari 50%. Sementara itu, wilayah dengan jumlah agen Laku Pandai maupun LKD paling sedikit adalah Maluku dan Papua. Salah satu penyebab dari tidak meratanya persebaran agen Laku Pandai dan LKD adalah terbatasnya infrastruktur yang memadai sehingga lembaga jasa keuangan membuat bank-bank menemui hambatan dalam menjangkau wilayah yang membutuhkan fasilitas layanan perbankan dan jasa keuangan lainnya. Oleh sebab itu, keberadaan infrastruktur, termasuk infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi menjadi faktor yang sangat mendasar dan prasyarat utama dalam mendukung proses percepatan inklusi keuangan.
Berbagai infrastruktur tambahan juga perlu terus dikembangkan untuk mendukung peningkatan inklusi keuangan. Informasi yang akurat dalam penyelenggaraan jasa keuangan berperan penting
Tajuk Minggu Ini:
Penguatan Infrastruktur Keuangan Sebagai Pendorong Keuangan Inklusif
Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan
Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho
Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir
Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street,
menutup Spring Meeting yang diselenggarakan sepanjang minggu lalu. Para pembuat kebijakan menyampaikan pesan mengenai kekhawatiran yang bercampur dengan optimisme prospek ekonomi ke depan. Para Menteri Keuangan dunia mengakhiri pembicaraan di Washington DC yang memadukan kekhawatiran terhadap keadaan ekonomi dunia yang bergerak melambat saat ini dengan keyakinan akan segera pulih. Pergeseran tren yang menjauh dari pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral, kebijakan stimulus baru-baru ini di Tiongkok dan meredanya ketegangan perdagangan menjadi harapan bahwa perlambatan ekonomi akan berlangsung tidak terlalu lama meskipun tidak ada yang memperkirakan momentum booming baru.
Rally pasar saham yang kini terjadi cukup mengundang optimisme tentang prospek pertumbuhan untuk
Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan
Penyusun: Subkhan, Risyaf Fahreza, Pipin Prasetyono, Ilham Rahmansyah, Nurul Fatimah, Masyitha Mutiara, M. Fajar Nugraha, Indah Kurnia JE, Zerah A. Pasimbong
Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.