• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMERINTAH BULELENG DALAM MENGURAI SAMPAH PLASTIK DI KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PEMERINTAH BULELENG DALAM MENGURAI SAMPAH PLASTIK DI KABUPATEN BULELENG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMERINTAH BULELENG DALAM MENGURAI SAMPAH PLASTIK DI KABUPATEN BULELENG

Oleh:

I Nyoman Ariyoga,

STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja ariyoga@stahnmpukuturan.ac.id,

Gede Agus Jaya Negara STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

gedeagusjayanegara@gmail.com

Abstract

Waste management in Indonesia, is not in accordance with the methods and techniques of waste management that are environmentally sound, causing negative impacts on public health and the environment. Solid waste management system in urban areas must be implemented appropriately and systemically. To solve the waste problem, government intervention or role is needed. The increasing number of population from year to year in Buleleng district with changes in the lifestyle of the community, there will be an increasing problem, namely regarding waste.

Waste production in Singaraja City in 1997 reached 240 m3 / day, which came from 70.8% of the population, markets 14.6%, and from roadside trees 8% (Profile of Singaraja City, 2010). The target of reducing waste according to the Buleleng Regent Regulation in 2018 the target of reducing waste is only 18%, in 2019 it reaches 20%, 2020 reaches 22%, and in 2021 the target of reducing waste reaches 24%. Every year there is an increase in the target of reducing waste by 2%

per year. The Buleleng Regency Government issued and stipulated Regional Regulation No. 1 of 2013 concerning waste management and management of plastic waste has been listed in Governor Regulation No. 97 concerning Limitation of Single-Use Plastic Waste (PSP). The existence of regulations from the government and law enforcement will reduce the use of plastics in Buleleng Regency.

Kata Kunci : Garbage, Reduction Target, Government Abstrak

Pengelolaan sampah di Indonesia, tidak sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sistem pengelolaan sampah di perkotaan harus dilaksanakan secara tepat dan sistematis. Untuk mengatasi masalah sampah, diperlukan campur tangan atau peran pemerintah. Meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Kabupaten Buleleng dengan perubahan gaya hidup masyarakat, maka akan timbul permasalahan yang semakin meningkat yaitu mengenai sampah. Produksi sampah di Kota Singaraja pada tahun 1997 mencapai 240 m3/hari, yang berasal dari 70,8% penduduk, pasar 14,6%, dan dari pohon pinggir jalan 8% (Profil Kota Singaraja, 2010). Target pengurangan sampah menurut Peraturan Bupati Buleleng tahun 2018 target pengurangan sampah hanya 18%, tahun 2019 mencapai 20%, 2020 mencapai 22%, dan tahun 2021 target pengurangan sampah mencapai 24%. Setiap tahun ada peningkatan target pengurangan sampah sebesar 2% per tahun. Pemerintah Kabupaten Buleleng menerbitkan dan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah dan Pengelolaan Sampah Plastik telah tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 97 tentang Pembatasan Sampah

(2)

Plastik Sekali Pakai (PSP). Adanya regulasi dari pemerintah dan penegak hukum akan mengurangi penggunaan plastik di Kabupaten Buleleng.

Kata Kunci: Sampah, Target Pengurangan, Pemerintah

I. PENDAHULUAN

Menurut Ehworm (2008), tanggung jawab utama pemerintah daerah dalam mengelola sampah yaitu mengatur sampah rumah tangga, didaur ulang, atau dibuang dengan benar. Selain itu, peran lainnya termasuk menginformasikan adanya komunitas yang dapat membantu mengelola sampah. Peran tersebut juga dimaksudkan sebagai bagian dari perbaikan infrastruktur.

Secara normatif, pengelolaan sampah telah diundang-undangkan dalam UU. No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah yang dimaksud disini adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Dalam undang-undang ini juga disebutkan tugas dan kewajiban pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Kebijakan nasional dan provinsi dalam pengelolaan sampah selanjutnya dapat dirumuskan oleh pemerintah daerah sebagai bentuk pengurangan dan penanganan sampah dari sumber timbulan sampah itu sendiri. Oleh karena itu, pada aspek pengelolaan sampah sendiri, dapat disimpulkan bahwa pemerintah

memiliki peran dalam pengelolaan sampah (Jati, 2013).

Meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun di kabupaten Buleleng dengan berubahnya pola konsumsi serta gaya hidup dari masyarakat maka timbulah permasalahan yang terus meningkat yaitu tentang sampah. Pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang masih keliru terhadap sampah akan menimbulkan permasalahan sosial, lingkungan dan kesehatan.

Permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah antara lain terjadinya kerusakan dalam system perairan, sehingga terjadi pencemaran air. Hal tersebut mendorong pemerintah Kabupaten Buleleng menertibkan dan menetapkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah. Dengan demikian peraturan daerah yang dikeluarkan tidak berlaku secara efektif dan kurangnya disosialisasikan oleh Pemerintah Daerah atau oleh instansi terkait sehingga pemahaman masyarakat terkait substansi Perda Kabupaten Buleleng No. 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah masih belum dipahami (Cahayahati, dkk., 2019). Produksi

(3)

sampah di kota Singaraja tahun 1997 mencapai 240 m3/hari, yang berasal dari permukiman penduduk 70,8%, pasar 14,6%, dan dari pohon-pohon di pinggir jalan 8%

(Profil Kota Singaraja Tahun 2010). Jumlah timbulan sampah harian Kabupaten Buleleng rata-rata 3.503,07 m3 per harinya.

Selanjutnya disampaikan pula bahwa dari timbulan sampah per harinya, 42,25% adalah sampah organik dan 57,75% sampah anorganik. Karakteristik sampah anorganik yang dihasilkan adalah 20,25% sampah plastik, 15,73% kertas dan 6,27% sampah anorganik lainnya.

Pengelolaan sampah plastik menjadi masalah sebab plastik merupakan material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non biodegradable) sehingga pengelolaan sampah plastik dengan landfill maupun open dumping tidak tepat dilakukan. Pengelolaan sampah plastik dengan cara pembakaran dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa terjadinya pencemaran udara khususnya emisi dioxin yang bersifat karsinogen. Pengelolaan sampah plastik lainnya adalah dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk lain, namun proses daur ulang ini hanya akan merubah sampah plastik menjadi bentuk baru bukan menanggulangi volume sampah plastik sehingga ketika produk daur ulang plastik

sudah kehilangan fungsinya maka akan kembali menjadi sampah plastic (Wahyudi, et al., 2018).

Permasalahan sampah timbul disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan penduduk, pola konsumsi masyarakat, perilaku penduduk, aktifitas fungsi kota, dan kepadatan penduduk (Profil Kota Singaraja Tahun 2010). Oleh karena itu, Pemerintah Buleleng menerapkan paradigma pengelolaan sampah dari pendekatan ujung pipa (end of pipes) yaitu membuang sampah langsung ke TPA kearah pengelolaan sampah dengan prinsip 3 R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (daur ulang). Kebijakan pengelolaan sampah ditekankan pada pengurangan sampah pada sumbernya, pemilahan dan daur ulang. Reuse bisa dengan menggunakan barang yang masih bisa digunakan, reduce melalui pengurangan sampah, dan recycle dengan mendaur ulang kembali sampah-sampah yang ada di lingkungan untuk dijadikan barang lainnya yang lebih bernilai ekonomi (Pageh, dkk., 2018). Dilihat dari uraian permasalahan di atas, sehingga terdapat kesenjangan hukum dengan praktek di masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan oleh masih adanya ketidaktahuan masyarakat

(4)

akan peraturan pemerintah yang di terapkan dan betapa pentingnya peraturan tersebut

II. PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Jenis Plastik

Sampah plastik adalah sampah organic yang tidak dapat didegradasi. Data statistic Indonesia Solid Waste Association

pada tahun 2014 menunjukkan jenis sampah plastic menduduki peringkat kedua terbanyak, yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun atau 14% dari total produksi sampah

Komposisi dan material plastik adalah polymer dan zat additive lainnya.

Polymer tersusun dari monomer-monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia.

Perkembangan dari plastik bermula dari ditemukannya plastik pertama yang berasal dari polymer alami, yakni selluloid pada tahun 1869 oleh investor Amerika John W, Hyatt dan dibentuk pada tahun 1872. Plastik pertama tersusun oleh nitrat selulosa, kamfer, dan alkohol. Plastik menjadi industri modern setelah adanya produksi Bakelite oleh American Chemist L. H Baakeland pada tahun 1909. Bakelite tersusun dari polymer fenol dan formaldehid. Dalam perkembangannya, plastik digunakan dalam berbagai bentuk dan kegunaan, seperti peralatan makan, pembungkus makanan, lensa optik, struktur bangunan, furniture,

fiberglass, dan lain-lain Struktur dasar kimia plastik merupakan ikatan kovalen. Plastik merupakan molekul hydrocarbon. Molekul dari plastik disebut makro molekul karena ukurannya sangat besar dilihat dari jumlah atom carbon. (Widyatmoko, 2015)

Struktur dasar kimia plastik merupakan ikatan kovalen. Plastik merupakan molekul hydrocarbon. Molekul dari plastik disebut makro molekul karena ukurannya sangat besar dilihat dari jumlah atom carbon. Dalam perkembangannya, plastik digunakan dalam berbagai bentuk dan kegunaan, seperti peralatan makan, pembungkus makanan, lensa optik, struktur bangunan, furniture, fiberglass, dan lain-lain (Azizah, 2009 dalam Widiyatmoko, et al., 2015).

Berdasarkan jenis produknya, terdapat 7 jenis plastik yaitu:

1. Polyethylene Terephthalate (PET) merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat, ringan dan mudah dibentuk ketika panas.

2. High Density Polyethylene (HDPE) adalah material plastik yang tersusun dari polimer ethylene dan bahan aditif lainnya HDPE dibuat dalam kondisi liat, kuat, kaku, tekanan dan temperatur tinggi yang berasal dari minyak bumi yang sering di bentuk dengan cara meniupnya atau

(5)

tergantung dari hasil produk yang akan dibuat.

3. Polyvinyl Chloride (PVC) adalah jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.

4. Low Density Polyethylene (LDPE) adalah plastik yang mudah dibentuk ketika panas, yang terbuat dari minyak bumi, dan rumus molekulnya adalah (-CH2- CH2-)n.

5. Polypropylene (PP) biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.

Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap, yang lentur, keras dan resisten terhadap lemak.

6. Polystyrene (PS) merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang 7. Other Untuk jenis ini ada 4 macam, yaitu:

(SAN) styrene-acrylonitrile, (ABS) acrylonitrilebutadiene-styrene, (PC) polycarbonate, dan Nylon. (Wahyudi, et al., 2018).

2.2 Bahaya Sampah Plastik

Beberapa dampak apabila sampah tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut (Suwerda, 2016 : 6 dalam Fitri, et al., 2019):

1. Sampah dapat menjadi sumber penyakit, lingkungan menjadi kotor.

Hal ini akan menjadi tempat yang subur bagi mikroorganisme pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga menjadi tempat sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya.

2. Pembakaran sampah dapat berakibat pencemaran udara yang dapat menganggu kesehatan masyarakat dan memicu terjadinya pemanasan global.

3. Pembususkan sampah dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Cairan yang dikeluarkan dapat meresap ke tanah dan dapat menimbulkan pencemaran sumur, air tanah dan yang dibuang ke badan air akan mencemari sungai 4. Pembuangan sampah ke sungai atau ke

badan air dapat menimbulkan pendangkalan sungai, sehingga dapat memicu terjadinya banjir.

Sedangkan menurut (Ardhani, et al., 2020) bahaya sampah plastik bagi lingkungan sekitar dan tubuh meliputi :

1. Plastik baru bisa diuraikan oleh tanah setidaknya setelah tertimbun selama 200 hingga 400 tahun. Plastik akan menimbulkan zat kimia yang dapat mencemari air tanah dan tanah sehingga tingkat kesuburannya menurun.

2. Plastik telah membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut, dan juga ikan-ikan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya. Banyak hewan penyu di

(6)

kepulauan Seribu yang mati hanya karena memakan plastik yang dikiranya sebuah ubur-ubur, salah satu makanan kesukaan penyu.

3. Pembuangan sampah plastik secara sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan alirannya sehingga menyebabkan banjir.

4. Sampah plastik yang dibakar akan membuat polusi udara karena ketika plastik dibakar bahan kimia yang menjadi racun akan menyebar ke udara dan atmosfer menjadi terkontaminasi, 5. Sampah plastik yang dibakar akan

mencemari lingkungan karena dalam asap tersebut terkandung zat dioksin dan zat karsinogenik yang apabila dihirup oleh manusia dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan sistem pernapasan, kanker, dan gangguan sistem syaraf.

6. Kemasan plastik yang dipakai untuk membungkus makanan atau minuman panas juga dapat menimbulkan pembengkakan hati.

7. Bahan kimia tambahan yang ada dalam plastik juga dapat menyebabkan gangguan reproduksi.

2.2 Penanganan Sampah Plastik Oleh Pemerintah Buleleng

Merujuk UU RI nomor 18 tahun 2008 pasal 1 (1) tentang pengelolaan sampah.

Selanjutnya PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga pada pasal 1 (1) menjelaskan sampah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,

yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Lebih lanjut menurut UU RI nomor 18 tahun 2008 pasal 1 (5) tentang pengelolaan sampah, yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Secara spesifik Perda Kabupaten Buleleng Nomor 1 tahun 2013 membahas tentang Pengelolaan sampah menjelaskannya, pada Pasal 1 (12) Pengurangan sampah adalah rangkaian upaya mengurangi timbunan sampah, pendaur ulangan sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Pasal 1 (13) penanganan sampah adalah rangakian upaya dalam pengelolaan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

Pasal 1 (14) Pemilahan adalah upaya penanganan sampah dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai jenis, jumlah dan/atau sifat sampah (Pageh, dkk., 2018).

Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dapat dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah seperti Peraturan Pemerintah Kabupaten Buleleng. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan

(7)

kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Target pengurangan sampah menurut Peraturan Bupati Buleleng tentang kebijakan dan strategi kabupaten buleleng dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dapat meningkat tiap tahunnya. Hal ini dapat disimpulkan dari banyaknya timbunan sampah per tahunnya. Timbunan sampah dari tahun 2018 mencapai 149.039,36, tahun 2019 mencapai 152.020,14, tahun 2020 mencapai 155.060,54, dan tahun 2021 mencapai 158.161,75. Untuk tahun 2018 target pengurangan sampah hanya 18 %, tahun 2019 mencapai 20 %, tahun 2020 mencapai 22 %, dan tahun 2021 target pengurangan sampah mencapai 24 %. Setiap tahun ada peningkatan target pengurangan sampah sebanyak 2 % per tahunnya.

Pada akhir tahun 2018 lalu, tepatnya pada tanggal 21 Desember, Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 97 Tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai (PSP). Pergub Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai ini bertujuan pengurangan limbah plastik sekali pakai serta mencegah kerusakan lingkungan, dan telah diuji coba sejak awal tahun 2019 sebagai

transisi sebelum mulai memberlakukan aturan ini sepenuhnya mulai 23 Juni 2019 lalu. Dalam aturan tersebut, baik produsen, distributor, dan pelaku usaha dilarang menggunakan kantong plastik sekali pakai yang berupa kantong plastik, styrofoam (Polisterina), dan sedotan plastik. Untuk mengawasi Pergub ini, pada Pasal 18 disebutkan Gubernur membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Pembatasan Timbulan Sampah PSP. Setiap orang, produsen, distributor, pemasok, pelaku usaha dan penyedia PSP yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 9 ayat (1) dikenakan sanksi administratif. Namun, sebenarnya yang termasuk dalam PSP adalah segala bentuk alat/bahan yang terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik, lateks sintetis atau polyethylene, thermoplastic synthetic polymeric, dan diperuntukkan

untuk penggunaan sekali pakai. Sebagian supermarket dan restoran di Bali khususnya di Kabupaten Buleleng sudah mulai menerapkan Pergub ini sejak awal tahun 2019. Mereka mulai beralih memakai kemasan yang lebih ramah lingkungan seperti tas dari kertas bekas (biasanya dikenakan biaya tambahan) dan menggunakan daun pisang sebagai

(8)

pembungkus makanan (Ardhani, et al., 2020).

III. PENUTUP

Produksi sampah di kota Singaraja tahun 1997 mencapai 240 m3/hari, yang berasal dari permukiman penduduk 70,8%, pasar 14,6%, dan dari pohon-pohon di pinggir jalan 8% (Profil Kota Singaraja Tahun 2010). Target pengurangan sampah menurut Peraturan Bupati Buleleng tentang kebijakan dan strategi kabupaten buleleng dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dapat

meningkat tiap tahunnya. Untuk tahun 2018 target pengurangan sampah hanya 18 %, tahun 2019 mencapai 20 %, tahun 2020 mencapai 22 %, dan tahun 2021 target pengurangan sampah mencapai 24 %. Setiap tahun ada peningkatan target pengurangan sampah sebanyak 2 % per tahunnya.

Dalam hal ini jika terus menerus diakukan akan berdampak negatif bagi ekosistem maupun lingkungan sekitar.

Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di Kabupaten Buleleng mengenai limbah pastik yang sangat sulit diuraikan atau di daur ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhani, A. Dwi., Y. A. Pongtuluran, dan L IX King. (2020). Dua Sisi Mata Uang:

Kebijakan Publik dan Penanganan Sampah Plastik di Indonesia.

Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM. Universitas Sanata Dharma : Daerah Istimewa Yogyakarta.

Cahayahati, NP Intan dan IGN Wairocana.

(2019). Peranan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Dalam Pengelolaan Sampah Di Pantai Pengastulan. Karya Ilmiah Fakultas Hukum. Universitas Udayana : Bali.

Fitri, R. Firdausia, N. U. Ati, dan Suyeno.

(2019). Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam Inovasi Pengelolaan Sampah Terpadu (Studi Kasus Di Taman Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Randegan Kota Mojokerto.

Jurnal Respon Publik. Vol. 13, No. 4.

Hal : 12 – 18.

Jati, Tri Kharisma. (2013). Peran Pemerintah Boyolali Dalam Pengelolaan Sampah Lingkungan Permukiman Perkotaan (Studi Kasus: Perumahan Bumi Singkil Permai). Jurnal Wilayah dan Lingkungan. Vol. 1, No. 1. Hal : 1 – 16.

Pageh, I Made dan IG Made Aryana. (2018).

Solusi Strategis Penangan Masalah Sampah Dengan Mengolah Sampah Dapur Menjadi Pupuk Organik Cair (POC): (Kasus Dua Desa Pinggir Kota di Kota Singaraja Bali). Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. Vol. 4, No. 2. Hal : 175 – 180.

Sahil, Jailan, M. H. I. Al Muhdar, F. Rohman, dan I. Syamsuri. (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah Di Kelurahan Dufa- Dufa Kota Ternate.

Jurnal Bioedukasi. Vol. 4, No. 2. Hal : 478 – 487.

(9)

Suda, I Ketut. (2019). Penanggulangan Sampah Plastik Pada Upacara Piodalan Di Pura Besakih (Perspektif Sosio-Ekologi). Denpasar : UNHI Press.

Wahyudi, Jatmiko, H. T. Prayitno, dan A. D.

Astuti. (2018). Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar Alternatif.

Jurnal Litbang. Vol. 19, No. 1. Hal : 58 – 67.

Wanda. (2019). Upaya Indonesia Menanggulangi Limbah Sampah Plastik Dari Belanda. JOM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 6 : Edisi 1 Januari – Juni 2019.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Sistem Pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pelayanan Pengangkutan Sampah Rumah Tangga, sampah sejenis sampah Rumah Tangga, dan sampah B-3 Rumah Tangga

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang selanjutnya disebut Jakstranas adalah arah kebijakan

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian,

Bila kadar hormon dalam darah telah mencukupi untuk mengahasilkan efek yang dimaksud, kenaikan hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. lebih jauh dicegah oleh umpan

Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran

Jika menilik sejarah keberpihakan komunitas yang memperjuangkan keberadaan kaum proletar, maka komunitas Punk di Salatiga seharusnya hanya mengenakan kaos ala

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Peraturan Menteri Pekerjaan