• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Jaringan SDN (Software Defined Network) Menggunakan Protokol Routing OSPF Pada Topologi Ring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Simulasi Jaringan SDN (Software Defined Network) Menggunakan Protokol Routing OSPF Pada Topologi Ring"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DOI : https://doi.org/10.26760/mindjournal [Bulan] [Tahun]

Simulasi Jaringan SDN ( Software Defined Network ) Menggunakan Protokol Routing OSPF

Pada Topologi Ring

KUKUH NUGROHO, SYARIFUL IKHWAN, PHYRIGIANT RICHO ALBARZANI S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro

Institut Teknologi Telkom Purwokerto Email :

Received 30 November 201x| Revised 30 Desember 201x | Accepted 30 Januari 201x ABSTRAK

SDN (Software Defined Network) merupakan konsep baru dalam teknologi jaringan komputer yang dapat memisahkan fungsi kontrol dan forwarding pada perangkat jaringan sehingga fungsi kontrol untuk konfigurasi dilakukan secara terpusat dapat memudahkan konfigurasi ketika terjadi perubahan jaringan.

Penelitian ini akan melakukan simulasi jaringan SDN menggunakan RouteFlow sebagai controller (control plane), mininet sebagai emulator jaringan (data plane), dan OSPF sebagai protokol routing pada topologi ring. Hasil pengukuran QoS menunjukkan bertambahnya jumlah switch akan meningkatkan nilai delay dan jitter namun nilai throughput cenderung stabil dengan nilai rata-rata 11874,423 kbit/s. Bertambahnya beban traffic akan meningkatkan nilai delay, jitter dan throughput. Nilai waktu konvergensi meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran paket yang dikirim.

Kata kunci: Software Defined Network, RouteFlow, OSPF, QoS ABSTRACT

Software Defined Network (SDN) is a new concept in computer network technology that can separate the control and forwarding functions on network devices so that the control function for configuration is carried out centrally to facilitate configuration when network changes occur. This study will simulate the SDN network using RouteFlow as a controller (control plane), mininet as a network emulator (data plane), and OSPF as a routing protocol in a ring topology. The results of the QoS measurement show that increasing the number of switches will increase the value of delay and jitter, but the throughput value tends to be stable with an average value of 11874,423 kbit/s. The increase in traffic load will increase the value of delay, jitter and throughput. The value of the convergence time increases as the size of the packet sent increases.

Keywords: Software Defined Network, RouteFlow, OSPF, QoS

(2)

1. PENDAHULUAN

Menurut survei yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) (APJII, 2018) yang bekerja sama dengan Teknopreneur tahun 2017 tentang pengguna internet di Indonesia menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta orang. Berdasarkan sumber tersebut dapat dikatakan bahwa internet menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat Indonesia. Dalam proses pertukaran data di internet ditunjang oleh infrastruktur jaringan. Jaringan menjadi salah satu faktor yang menentukan kinerja dari internet (Aprilianingsih et al., 2017). Salah satu perangkat jaringan yang sering digunakan adalah router dan switch.

Dalam infrastruktur jaringan konvensional, bagian control plane dan data plane/forwarding melekat pada perangkat jaringan menyebabkan konfigurasi perangkat jaringan dilakukan pada masing-masing perangkat secara tidak terpusat pada satu perangkat, sehingga ketika terjadi penambahan kebutuhan jaringan menyebabkan jaringan menjadi kompleks serta sulit dalam manajemen dan pengontrolan (Aprilianingsih et al., 2017). Pemecahan masalah tersebut dapat menggunakan konsep konfigurasi perangkat jaringan secara terpusat (Lara et al., 2014) dimana konsep tersebut terdapat pada SDN (Software Defined Network).

Dengan menggunakan konsep SDN yaitu pemusatan konfigurasi maka proses konfigurasi perangkat jaringan akan menjadi lebih fleksibel. SDN (Software Defined Network) merupakan konsep baru dalam teknologi jaringan komputer yang dapat memisahkan antara fungsi kontrol/control plane dan forwarding/data plane pada perangkat jaringan sehingga fungsi kontrol untuk konfigurasi dilakukan secara terpusat. Gambar 1 (Eissa et al., 2019) menampilkan perbedaan antara konsep jaringan konvensional dengan konsep jaringan SDN.

Gambar 1. Perbedaan jaringan konvensional dengan jaringan SDN

Bagian control plane memiliki fungsi untuk mengatur logika pada perangkat seperti mengumpulkan informasi mengenai rute-rute supaya dapat berkomunikasi pada sebuah jaringan. Salah satu fungsi yang dijalankan pada bagian control plane adalah network routing. Routing adalah serangkaian proses, algoritma, dan pesan yang digunakan untuk mempertukarkan informasi routing dan menduduki routing table dengan pemilihan jalur terbaik berdasarkan protokol routing yang digunakan (Anam, & Adrian, 2017). Fungsi control dikendalikan sepenuhnya secara terpusat oleh sebuah controller SDN. Pada penelitian ini menggunakan RouteFlow yang menyediakan fungsi network routing yang di dalamnya sudah terdapat controller POX. Bagian data plane/forwarding plane memiliki fungsi sebagai penerusan paket yang masuk ke suatu port menuju port tujuan (Agung Nugroho, & Widhi Yahya, 2017).

Konsep jaringan SDN dapat mempermudah proses konfigurasi perangkat jaringan. Konsep konfigurasi secara terpusat pada perangkat controller SDN menyebabkan waktu konfigurasi

(3)

perangkat lebih cepat. Perangkat switch pada jaringan SDN akan menerima informasi rute berupa flow table dari controller SDN. Tabel tersebut yang digunakan oleh perangkat switch dalam melakukan fungsi routing (Nugroho, & Setyanugroho, 2019). Jaringan pada SDN terdiri dari 2 atau lebih perangkat yang saling terhubung. Untuk membentuk sebuah jaringan, dikenal dengan istilah topologi. Terdapat penelitian SDN yang dilakukan oleh Faruqi (Faruqi et al., 2017) dan tim untuk melakukan analisa nilai QoS pada berbagai topologi jaringan yaitu topologi linier (4 switch), star (5 switch) , tree (9 switch), ring (8 switch) dan full mesh (4 switch) tanpa protokol routing. Hasil pengujian QoS yaitu delay, jitter dan throughput memenuhi standar ITU-T meskipun mengalami ketidakstabilan. Pengujian performansi jaringan SDN juga dapat dilengkapi protokol routing sepertiyang dilakukan pada penelitian oleh Negara (Negara, & Tulloh, 2017) dengan mengirimkan aliran paket data, VoIP dan video. Pemberian background traffic yang memenuhi 50% bandwidth jaringan maka QoS memburuk. Selain mengalirkan traffic data, VoIP dan video, juga dapat mengalirkan traffic data UDP dan TCP pada jaringan SDN seperti yang dilakukan oleh Nugroho (Nugroho. & Setyanugroho, 2019). Hasil pengukuran kualitas jaringan menunjukkan bahwa penggunaan protokol UDP menghasilkan nilai parameter QoS yang lebih baik dibandingkan dengan TCP. Konsep jaringan SDN dapat dilakukan secara simulasi maupun implementasi seperti yang dilakukan Irmawati (Irmawati et al., 2017). Hasil pengujian menunjukkan nilai QoS dan convergence time yang didapat pada simulasi hasilnya tidak jauh berbeda pada nilai implementasinya. Konsep jaringan SDN yaitu terpusat konfigurasinya pada controller SDN. Terdapat beberapa controller SDN yang dapat digunakan. Penelitian yang dilakukan Iryani (Iryani et al., 2021) dan tim mencoba membandingkan controller RYU dengan POX. POX dipilih karena POX diutamakan untuk suatu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa POX controller kurang bagus untuk traffic protocol UDP karena memiliki jitter yang tinggi, delay dan packet loss yang sangat fluktuatif.

2. METODOLOGI

Penelitian ini akan melakukan simulasi jaringan SDN menggunakan RouteFlow yang menyediakan fungsi network routing yang di dalamnya sudah terdapat controller POX (Irmawati et al., 2017) sebagai control plane , mininet sebagai emulator jaringan (data plane) dan OSPF sebagai protokol routing pada topologi ring. Mininet dapat digunakan untuk menjalankan sebuah kode secara interaktif pada PC (Personal Computer) atau di atas mesin virtual, tanpa harus mengubah kode tersebut sehingga kode simulasi akan sama dengan kode pada real network environment (Izzatul Ummah, 2016). Protokol routing OSPF digunakan sebagai protokol untuk komunikasi antar network address berbeda yang memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi perubahan topologi jaringan komputer dengan cepat.

Penggunaan topologi ring digunakan karena memiliki kelebihan salah satunya mudah untuk mencari kesalahan pada jaringan (Suprapto, 2020). Penggunaan topologi ring juga digunakan sebagai pembeda dengan penelitian sebelumnya. Tahapan penelitian dimulai dari proses perancangan topologi jaringan, kemudian menentukan skenario pengujian jaringan.

2.1. Perancangan Topologi Jaringan

Topologi jaringan yang digunakan yaitu topologi jaringan ring pada Gambar 2. Rancangan topologi dibuat pada bagian data plane yaitu pada mininet dengan melakukan konfigurasi pada file script topologi menggunakan bahasa pemrograman python. Hal-hal yang dikonfigurasi pada pada script tersebut meliputi jumlah host dan switch yang dibuat, pengalamatan IP host, port yang digunakan serta mengatur koneksi host dengan switch maupun switch dengan switch.

(4)

Gambar 2. Topologi Pengujian

Gambar 2 merupakan topologi pengujian yang menggunakan topologi ring terdiri dari 14 switch, 2 host dan 1 controller SDN. Host 1 akan mengirimkan beban traffic ke host 2 yang nantinya akan diamati sebagai hasil data penelitian menggunakan software D-ITG. Topologi pada Gambar 2 digunakan sebagai topologi pengujian skenario pertama bagian 6 dengan jumlah switch sebanyak 14 switch, skenario kedua dan skenario ketiga.

2.2. Skenario Pengujian

Skenario pengujian terdiri dari 3 skenario yaitu yang pertama pada penambahan switch dimulai dari 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 dengan beban traffic sama yaitu sebesar 30 MB. Bentuk topologi jaringan skenario pertama mengacu dan menyesuaikan jumlahnya pada Gambar 2.

Misalnya pada topologi dengan jumlah 9 switch ditampilkan pada Gambar 3. Untuk topologi dengan jumlah switch 10 sampai 14, cukup hanya menambahkan 1 buah switch saja.

Pengujian pada skenario pertama dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penambahan switch sebanyak 1 buah switch terhadap performansi jaringan SDN yang menggunakan protokol routing OSPF pada topologi ring berdasarkan parameter QoS yaitu delay, jitter dan throughput.

Gambar 3. Topologi Pengujian Skenario Pertama, 9 Switch

Skenario pengujian kedua dilakukan dengan menaikkan beban traffic secara bertahap dari 5 MB sampai 30 MB (kelipatan 5) dengan topologi yang digunakan seperti pada Gambar 2.

Pengujian pada skenario kedua dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penambahan beban traffic sebanyak 5 MB terhadap performansi jaringan SDN yang menggunakan protokol routing OSPF pada topologi ring berdasarkan parameter QoS yaitu delay, jitter dan throughput.

(5)

Skenario ketiga yaitu melakukan pengujian waktu konvergensi dengan cara melakukan ping dari host 1 ke host 2 dengan topologi yang digunakan seperti pada Gambar 2 untuk mengirimkan paket ICMP, kemudian memutus satu link yaitu antara switch 1 dan switch 2 karena link tersebut yang digunakan sebagai jalur utama dalam komunikasi host 1 dan host 2. Ketika link mengalami down, maka jaringan akan melakukan proses pembaharuan jaringan sehingga komunikasi antara host 1 dan host 2 akan menghasilkan pesan request terus menerus sampai jaringan berhasil melakukan pembaharuan jaringan. Setelah jaringan berhasil melakukan pembaharuan jaringan, maka pesan yang ditampilkan adalah reply.

Gambar 4. Pengambilan Data Waktu Konvergensi

Sebagai contoh yang ditampilkan pada Gambar 4, pengambilan data waktu konvergensi dilakukan dengan menggunakan bantuan software wireshark. Selisih waktu ketika link diputus sehingga muncul pesan request terus menerus sampai jaringan berhasil melakukan pembaharuan jaringan yang ditandai pesan reply adalah waktu konvergensi yang digunakan sebagai data penelitian. Contoh yang ditampilkan pada Gambar 4 yaitu selisih waktunya adalah 10,626045081 - 6,603488422 = 4,022556659 detik.

Proses pengambilan data QoS pada skenario pertama dan skenario kedua menggunakan software D-ITG. Proses pembangkitan trafik menggunakan software D-ITG akan menghasilkan sebuah log file, dimana log file tersebut nantinya digunakan sebagai data penelitian. Log file yang dihasilkan oleh software D-ITG memiliki nilai untuk parameter QoS.

Nilai-nilai parameter tersebut yang digunakan sebagai hasil data penelitian. Proses pengambilan data dilakukan dari komunikasi h1 ke h2. Pada h1 menjalankan D-ITG sebagai pengirim data sedangkan h2 menjalankan D-ITG sebagai penerima. Kedua host menjalankan terminal untuk menggunakan D-ITG. D-ITG dijalankan menggunakan perintah dasar seperti pada Gambar 5.

(6)

Gambar 5. Keterangan Perintah Dasar D-ITG

Sebagai contoh untuk h1 akan mengirimkan data protokol TCP dengan paket per detiknya adalah 25, ukuran paketnya 60000 Bytes yang dikirimkan selama 20 detik akan menghasilkan data yang diterima oleh h2 sebesar 30 MB dengan nama log file data1.log. Selanjutnya pada h2 yang berperan sebagai host penerima, cukup menuliskan perintah ./ITGRecv pada terminal. Penelitian yang dilakukan Iryani (Iryani et al., 2021) menjelaskan bahwa POX controller kurang bagus untuk traffic protocol UDP karena memiliki jitter yang tinggi, delay dan packet loss yang sangat fluktuatif sehingga pada penelitian ini mengalirkan trafik data TCP karena penelitian ini menggunakan RouteFlow yang didalamnya sudah terdapat POX controller.

Parameter QoS yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehandalan jaringan SDN dalam penelitian ini yaitu delay, jitter dan throughput. Delay yaitu nilai waktu yang dibutuhkan paket untuk bisa sampai dari perangkat pengirim ke perangkat penerima. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besaran nilai delay adalah sebagai berikut (Wulandari, 2016).

Delay = (Panjang Paket)/(Link Bandwidth) (1) Parameter lain selain parameter delay adalah jitter. Jitter merupakan variasi nilai delay antar pengiriman/kedatangan paket atau nilai rata-rata dari selisih total antar pengiriman paket tersebut.

Jitter = (Total Variasi Delay)/(Total Paket yang Diterima) (2) Nilai jitter didapat dari total variasi delay dibagi total paket yang diterima. Variasi delay pada persamaan 2 didapat dari perhitungan menggunakan persamaan 3.

Total variasi delay = Delay – (rata-rata delay) (3) Selain menggunakan parameter delay dan jitter, penelitian ini juga menggunakan parameter throughput. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.

Throughput = (Paket Data Diterima)/(Lama Pengamatan) (4) Tiga parameter QoS yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan SDN yaitu delay, jitter dan throughput dilakukan dengan menggunakan software D-ITG. Software D-ITG akan dijalankan baik pada sisi host pengirim maupun host penerima.

3. HASIL PENGUJIAN

Pengambilan data diambil sebanyak 30 kali di setiap skenario, kemudian diambil rata-rata sebagai hasil akhirnya. Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan switch sebanyak 1 buah switch dan penambahan beban traffic/ukuran paket data yang dikirim sebesar 5 MB terhadap performansi jaringan SDN yang menggunakan protokol routing OSPF

(7)

pada topologi ring berdasarkan parameter QoS yaitu delay, jitter dan throughput. Selain menggunakan parameter QoS dalam menguji performansi jaringan SDN, dilakukan pengukuran waktu konvergensi untuk menguji kualitas jaringan pada topologi ring menggunakan protokol routing OSPF.

3.1 Pengukuran Delay

Delay merupakan waktu yang dibutuhkan paket data untuk menempuh jarak dari host asal ke host tujuan. Pengukuran delay dilakukan menggunakan software D-ITG dengan cara mengirimkan paket data dari host 1 ke host 2, kemudian menghasilkan log file dimana log file berisikan informasi parameter delay. Standarisasi yang digunakan mengacu pada standarisasi TIPHON (ETSI, 1999).

Tabel 1. Standarisasi Delay

Kategori Besar Delay (ms) Indeks

Sangat Bagus < 150 4

Bagus 150 – 300 3

Sedang 300 – 450 2

Jelek >450 1

Hasil pengukuran delay ditampilkan pada grafik perubahan jumlah switch yang digunakan terhadap perubahan waktu (ms) pada skenario pengujian pertama dan ditampilkan pada grafik perubahan beban traffic (MB) terhadap perubahan waktu (ms) pada skenario pengujian kedua.

Gambar 6. Grafik Pengukuran Delay, Skenario Penambahan Switch 5,201

5,244 5,246

5,260

5,285

5,298

5,140 5,160 5,180 5,200 5,220 5,240 5,260 5,280 5,300 5,320

9 10 11 12 13 14

Waktu (ms)

Jumlah Switch

Delay

(8)

Gambar 7. Grafik Pengukuran Delay, Skenario Penambahan Beban Traffic

Hasil pengukuran delay skenario pertama dengan jumlah switch naik dan beban traffic tetap sebesar 30 MB mendapat nilai delay pada 9 switch sebesar 5,201 ms dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah switch sampai 14 switch. Nilai rata-rata pertambahan delay sebesar 0,019 ms. Pengukuran delay pada skenario kedua dilakukan dengan menaikkan beban traffic dengan jumlah switch tetap sebanyak 14 switch. Nilai delay pada beban traffic yang dikirim sebesar 5 MB yaitu 0,239 ms dan terus meningkat seiring dengan meningkatnya beban traffic sampai 30 MB dengan nilai rata-rata kenaikan nilai delay sebesar 1,012 ms.

Berdasarkan hasil dari pengukuran parameter delay skenario pertama dan kedua menunjukkan bahwa nilai delay akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah switch dan beban traffic yang diberikan. Peningkatan nilai delay pada kondisi pertama disebabkan karena adanya delay processing yang merupakan waktu yang dibutuhkan switch untuk membaca header paket dan menentukan kemana paket harus dikirim. Header paket tersebut berisi informasi yaitu alamat MAC, alamat IP dan nomor port. Switch akan mencocokkan alamat-alamat tersebut pada flow table yang sudah dibuat pada bagian control plane kemudian meneruskan paket sesuai dengan header paketnya. Semakin besar besaran traffic yang dikirim dalam jaringan juga akan meningkatkan nilai delay. Rata- rata nilai parameter delay yang didapat masih dalam kategori sangat bagus sesuai Tabel 1 yaitu kurang dari 150 ms baik pada skenario pertama maupun kedua.

3.2 Pengukuran Jitter

Pengukuran jitter dilakukan menggunakan software D-ITG dengan cara mengirimkan paket data dari host 1 ke host 2, kemudian menghasilkan log file dimana log file selain berisikan nilai delay juga berisikan informasi parameter jitter. Standarisasi yang digunakan mengacu pada standarisasi TIPHON.

Tabel 2. Standarisasi Jitter

Kategori Besar Jitter (ms) Indeks

Sangat Bagus 0 4

Bagus 0 – 75 3

Sedang 75 – 125 2

Jelek 125 – 225 1

0,239

2,014 2,084 2,214

3,902

5,298

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

5 10 15 20 25 30

Waktu (ms)

Besar Data (MB)

Delay

(9)

Hasil pengukuran jitter ditampilkan pada grafik perubahan jumlah switch yang digunakan terhadap perubahan waktu (ms) pada skenario pengujian pertama dan ditampilkan pada grafik perubahan beban traffic (MB) terhadap perubahan waktu (ms) pada skenario pengujian kedua.

Gambar 8. Grafik Pengukuran Jitter, Skenario Penambahan Switch

Gambar 9. Grafik Pengukuran Jitter, Skenario Penambahan Beban Traffic

Hasil pengukuran jitter skenario pertama dengan jumlah switch naik dan beban traffic tetap sebesar 30 MB mendapat nilai jitter pada 9 switch sebesar 0,624 ms dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah switch sampai 14 switch. Nilai rata-rata pertambahan jitter sebesar 0,014 ms. Pengukuran jitter pada skenario kedua dilakukan dengan menaikkan beban traffic dengan jumlah switch tetap sebanyak 14 switch. Nilai jitter pada beban traffic yang dikirim sebesar 5 MB yaitu 0,045 ms dan terus meningkat seiring dengan meningkatnya beban traffic sampai 30 MB dengan nilai rata-rata kenaikan nilai jitter sebesar 0,130 ms.

0,624

0,642 0,641

0,680

0,693 0,694

0,580 0,600 0,620 0,640 0,660 0,680 0,700

9 10 11 12 13 14

Waktu (ms)

Jumlah Switch

Jitter

0,045

0,242 0,244 0,256

0,563

0,694

0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800

5 10 15 20 25 30

Waktu (ms)

Besar Data (MB)

Jitter

(10)

Berdasarkan hasil dari pengukuran parameter jitter skenario pertama dan kedua menunjukkan bahwa nilai jitter akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah switch dan beban traffic yang diberikan. Rata-rata nilai parameter jitter yang didapatkan masih dalam kategori bagus sesuai Tabel 2 dengan rentang 0 hingga 75 ms baik pada skenario pertama maupun pada skenario kedua.

3.3 Pengukuruan Throughput

Pengukuran throughput dilakukan menggunakan software D-ITG dengan cara mengirimkan paket data dari host 1 ke host 2, kemudian menghasilkan log file dimana log file selain berisikan nilai delay dan jitter juga berisikan informasi parameter throughput. Hasil pengukuran throughput ditampilkan pada grafik perubahan jumlah switch yang digunakan terhadap perubahan waktu (ms) pada skenario pengujian pertama dan ditampilkan pada grafik perubahan beban traffic (MB) terhadap perubahan waktu (ms) pada skenario pengujian kedua.

Gambar 10. Grafik Pengukuran Throughput, Skenario Penambahan Switch

Gambar 11. Grafik Pengukuran Throughput, Skenario Penambahan Beban Traffic 11877,013 11873,883 11876,020 11872,446 11872,759 11874,416

11700,000 11750,000 11800,000 11850,000 11900,000 11950,000 12000,000

9 10 11 12 13 14

Bitrate (kbit/s)

Jumlah Switch

Throughput

1978,968

3959,433

5937,885

7917,778

9898,123

11874,416

0,000 2000,000 4000,000 6000,000 8000,000 10000,000 12000,000 14000,000

5 10 15 20 25 30

Bitrate (kbit/s)

Besar Data (MB)

Throughput

(11)

Hasil pengukuran throughput skenario pertama dengan jumlah switch naik dan beban traffic tetap sebesar 30 MB mendapat nilai throughput cenderung stabil dengan nilai rata-rata throughput di semua topologi adalah 11874,423 kbit/s. Pengukuran throughput pada skenario kedua dilakukan dengan menaikkan beban traffic dengan jumlah switch tetap sebanyak 14 switch. Nilai throughput pada beban traffic yang dikirim sebesar 5 MB yaitu 1978,968 kbit/s dan terus meningkat seiring dengan meningkatnya beban traffic sampai 30 MB dengan nilai rata-rata kenaikan nilai throughput sebesar 1979,090 kbit/s.

Berdasarkan hasil dari pengukuran parameter throughput skenario pertama dan kedua menunjukkan bahwa nilai throughput akan meningkat karena nilai throughput yang dihasilkan akan tergantung dengan besaran traffic data yang mengalir dalam jaringan.

Semakin besar besaran traffic yang mengalir dalam jaringan, maka nilai throuhgput yang dihasilkan akan semakin besar sehingga bertambahnya jumlah switch tidak mempengaruhi nilai throughput.

3.4 Pengukuran Waktu Konvergensi

Waktu konvergensi adalah waktu yang dibutuhkan sebuah jaringan ketika terjadi perubahan jaringan seperti menemukan jalur yang baru ketika terjadi pemutusan jalur. Pengukuran waktu konvergensi dilakukan dengan memutus link utama yang digunakan untuk komunikasi antara host 1 dengan host 2 sehingga jaringan akan melakukan pembaruan jaringan untuk mencari jalur lain. Berdasarkan Gambar 2, komunikasi dari host 1 ke host 2 memiliki rute h1→s1→s2→s3→s4→s5→s6→s7→h2, kemudian dilakukan pemutusan link antara s1 dan s2 sehingga komunikasi antara h1 dan h2 akan terganggu. Jalur yang terbentuk antara host 1 menuju host 2 setelah mengalami perubahan jaringan karena pemutusan link menjadi h1→s1→s8→s9→s10→s11→s12→s13→s14→s7→h2.

Gambar 12. Grafik Pengukuran Waktu Konvergensi

Pengukuran parameter waktu konvergensi dilakukan dengan mengirimkan paket ICMP dengan ukuran paket yang bervariasi dari 64 Bytes sampai 384 Bytes. Berdasarkan grafik pengukuran waktu konvergensi pada Gambar 12, besar paket 64 Bytes memiliki nilai 4,706 s dan terus meningkat seiring bertambah besar ukuran paket hingga 384 Bytes. Nilai rata-rata pertambahannya sebesar 88 ms. Meningkatnya waktu yang dihasilkan disebabkan oleh besar paket yang dikirim semakin meningkat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama oleh sebuah jaringan mendapatkan jalur yang baru.

4,706

4,861 4,896

5,074 5,101 5,147

4,400 4,500 4,600 4,700 4,800 4,900 5,000 5,100 5,200

64 128 192 256 320 384

Waktu (s)

Besar Paket (Bytes)

Waktu Konvergensi

(12)

4. KESIMPULAN

Hasil pengujian performansi jaringan SDN yang menggunakan protokol routing OSPF pada topologi ring menunjukkan bahwa nilai parameter QoS yaitu delay dan jitter masih dalam kategori sangat baikmenurut standarisasi TIPHON pada nilai delay dan baik pada nilai jitter. Peningkatan jumlah switch sebesar 1 buah akan meningkatkan nilai delay dan jitter dengan rata-rata kenaikkan nilai delay sebesar 0,019 ms dan rata-rata kenaikkan nilai jitter sebesar 0,014 ms, namun nilai throughput cenderung stabil dengan nilai rata-rata sebesar 11874,423 kbit/s. Peningkatan beban traffic sebesar 5 MB akan meningkatkan nilai delay, jitter dan throuhput dengan rata-rata kenaikkan nilai delay sebesar 1,012 ms, kenaikkan nilai jitter sebesar 0,130 ms dan kenaikkan nilai throughput sebesar 1979,090 kbit/s. Waktu konvergensi yang dihasilkan menggunakan protokol routing OSPF meningkat seiring bertambahnya ukuran paket yang dikirim sebesar 64 Byte dengan rata-rata kenaikkan nilai sebesar 88 ms.

DAFTAR RUJUKAN

Agung Nugroho, Widhi Yahya, K. A. (2017). Analisis Perbandingan Performa Algoritma Round Robin dan Least Connection untuk Load Balancing pada Software Defined Network.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 1(12), 1568–1577.

Anam, K., & Adrian, R. (2017). Analisis Performa Jaringan Software Defined Network Berdasarkan Penggunaan Cost Pada Protokol Ruting Open Shortest Path First. Citee, 1–

8.

APJII. (2018). https://apjii.or.id/content/read/104/348/BULETIN-APJII-EDISI-22---Maret- 2018

Aprilianingsih, E. P., Primananda, R., & Suharsono, A. (2017). Analisis Fail Path Pada Arsitektur Software Defined Network Menggunakan Dijkstra Algorithm. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (J-PTIIK) Universitas Brawijaya, 1(3), 174–183. http://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/view/59

Eissa, H. A., Bozed, K. A., & Younis, H. (2019). Software Defined Networking. 19th International Conference on Sciences and Techniques of Automatic Control and

Computer Engineering, STA 2019, October, 620–625.

https://doi.org/10.1109/STA.2019.8717234

ETSI. (1999). Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON); General aspects of Quality of Service (QoS). Etsi Tr 101 329 V2.1.1, 1, 1–37.

http://www.etsi.org/deliver/etsi_tr/101300_101399/101329/02.01.01_60/tr_101329v02 0101p.pdf

Faruqi, N. A., Nurwadi, L., Ismail, N., & Maryanto, D. (2017). Simulasi Kinerja Berbagai Topologi Jaringan Berbasis Software-Defined Network ( SDN ). Senter, 3, 232–239.

Irmawati, A., Irawati, I. D., & Hariyani, Y. S. (2017). Implementasi Protokol Routing Ospf

(13)

Pada Software Defined Network Berbasis Routeflow. E-Proceeding of Apllied Science, 3(2), 1067–1074.

Iryani, N., Ramadhani, A. D., & Sari, M. K. (2021). Analisis Performansi Routing OSPF menggunakan RYU Controller dan POX Controller pada Software Defined Networking.

Jurnal Telekomunikasi Dan Komputer, 11(1), 73.

https://doi.org/10.22441/incomtech.v11i1.10187

Izzatul Ummah, D. A. (2016). Perancangan Simulasi Jaringan Virtual Berbasis Software- Define Networking. Indonesian Journal on Computing (Indo-JC), 1(1), 95–106.

https://doi.org/10.21108/indojc.2016.1.1.20

Lara, A., Kolasani, A., & Ramamurthy, B. (2014). Network Innovation using OpenFlow: A Survey. IEEE Communications Surveys & Tutorials, 16(1), 493–512.

https://doi.org/10.1109/SURV.2013.081313.00105

Negara, R. M., & Tulloh, R. (2017). Analisis Simulasi Penerapan Algoritma OSPF Menggunakan RouteFlow pada Jaringan Software Defined Network (SDN). Jurnal Infotel, 9(1), 75–83. https://doi.org/10.20895/infotel.v9i1.172

Nugroho, K., & Setyanugroho, D. P. (2019). Analisis Kinerja RouteFlow pada Jaringan SDN (Software Defined Network ) menggunakan Topologi Full-Mesh. ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 7(3), 585.

https://doi.org/10.26760/elkomika.v7i3.585

Suprapto, A. (2020). PENGANTAR JARINGAN KOMPUTER Pendekatan Praktis untuk Pemula (M. K. Mei Prabowo (Ed.); 1st ed.). Deepublish (CV Budi Utama).

Wulandari, R. (2016). Analisis Qos (Quality Of Service) Pada Jaringan Internet (Studi Kasus : Upt Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon – LIPI). Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi, 2(2), 162–172. https://doi.org/10.28932/jutisi.v2i2.454

Gambar

Gambar 1. Perbedaan jaringan konvensional dengan jaringan SDN
Gambar 2. Topologi Pengujian
Gambar 4. Pengambilan Data Waktu Konvergensi
Gambar 6. Grafik Pengukuran  Delay , Skenario Penambahan  Switch 5,2015,2445,2465,2605,2855,2985,1405,1605,1805,2005,2205,2405,2605,2805,3005,32091011121314Waktu (ms)Jumlah SwitchDelay
+5

Referensi

Dokumen terkait

Analisis impas atau analisis hubungan biaya, volume, dan laba merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan dan menafsirkan data produksi dan distribusi untuk

Kajian ini memberi fokus kepada empat elemen kemahiran insaniah iaitu kemahiran berkomunikasi, kemahiran menyelesaikan masalah secara kritis, kemahiran kerja berpasukan serta

Jenova, R., 2009, Uji Toksisitas Akut yang diukur dengan Penentuan LD 50 Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) terhadap Mencit BALB/C , Falkutas Kedokteran

Hakim mempertimbangkan bahwa yang menjadi dasar/ alasan Penggugat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap Para Tergugat adalah masalah tindak pidana

Gambar 4 menunjukkan ujicoba eksekusi Function Parsing2, fungsi parsing2 memiliki fungsi utama memecah kalimat yang diberikan oleh fungsi parsing_kalimat_v2 menjadi

Pengembangan sistem pakan berbasis sumber daya lokal yaitu ampas teh ( Camelia sinensis ) sebagai bahan alternatif pakan aditif merupakan sumber asam tanin yang dalam

Ransum blok dengan tekanan 2000N memiliki tingkat palatabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tekanan 3000N dan memiliki nilai persentase disintegrasi yang tidak

Variabel Arah Kewirausahaan, Budaya Institusi dan Kapabilitas Manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel Kinerja pada PT.. Variabel Arah