15
BAB III
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Geomorfologi
Daerah penelitian secara umum tersusun atas bentang alam yang cukup kompleks yaitu, perbukitan, lembah dan dataran rendah. Interval ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 25 – 525 meter di atas permukaan laut. Titik terendah berada pada aliran Sungai Kaliorang, sedangkan titik tertinggi berada di selatan dan tenggara daerah penelitian. Di bagian utara terdapat morfologi perbukitan bergelombang yang terbentuk akibat proses denudasi lapisan batuan dengan resistensi sedang. Bagian tengah daerah penelitian memiliki morfologi yang relatif landai, morfologi ini dibentuk oleh batuan sedimen yang relatif lebih lunak dan dengan resistensi rendah. Sedangkan bagian selatan daerah penelitian dicirikan oleh perbukitan dengan kerapatan kontur yang lebih rapat, yang diperkirakan menunjukkan batuan dengan resistensi tinggi.
Sebagian besar daerah penelitian merupakan perbukitan yang memanjang dari timurlaut – baratdaya, yang mengapit lembah Sungai Narut dan Sungai Kaliorang.
Secara regional, perbukitan memanjang hingga sekitar 15 km dengan arah yang relatif sama yaitu timurlaut – baratdaya. Morfologi ini dibentuk oleh adanya struktur berupa antiklin yang arahnya juga relatif sama yaitu timurlaut – baratdaya yang membentuk lembah dan perbukitan.
Pengamatan relief topografi memperlihatkan pola kelurusan morfologi di
daerah penelitian ini. Pola kelurusan secara umum mempunyai arah dominan utara
timurlaut – selatan baratdaya yang memberikan gambaran mengenai arah jurus
perlapisan yang ada di daerah tersebut. Analisa pola kelurusan ini dapat membantu
interpretasi arah tegasan utama yang mengontrol struktur geologi di daerah penelitian.
16 Berdasarkan data-data lapangan tersebut dan juga didasarkan atas kelas lereng serta sifat proses dan kondisi alamiah, satuan geomorfologi daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam 4 satuan, yaitu:
¾ Satuan Perbukitan Homoklin
¾ Satuan Lembah Antiklin
¾ Satuan Perbukitan Bergelombang.
¾ Satuan Karst.
3.1.1 Satuan Perbukitan Homoklin.
Foto III.1 Foto Satuan Perbukitan Homoklin, foto diambil ke arah Gunung Sekerat.
Satuan ini menempati 20% daerah penelitian (Lampiran F2) dan terletak di
bagian selatan, yang memanjang dari barat sampai timur daerah penelitian. Satuan ini
dicirikan oleh garis kontur yang rapat sampai sedang yang terletak pada ketinggian
yang berkisar antara 250 – 450 meter di atas permukaan laut. Satuan ini ditandai oleh
perbukitan yang memiliki kemiringan lereng yang terjal (foto III.1) dengan persen
lereng 15 - 38%. Satuan ini memiliki resistensi paling tinggi dibanding satuan
geomorfologi lainnya. Batuan penyusun satuan ini adalah batugamping dan
batulempung di bagian bawahnya. Pada satuan ini terjadi proses eksogen berupa
pelapukan dan erosi. Proses pelapukan menghasilkan bongkah-bongkah besar yang
berpotensi akan terjadinya longsoran. Daerah ini termasuk dalam kondisi tahap
geomorfik muda, yang dicirikan oleh lembah-lembah sungai membentuk huruf ”V”,
dan bentang alam berupa perbukitan yang curam.
17 Foto III.2 Satuan Lembah Antiklin, foto diambil dari bukit 279 ke arah baratdaya
3.1.2 Satuan Lembah Antiklin
Satuan ini menempati 27 % daerah penelitian (Lampiran F2) dan terletak di bagian tengah daerah penelitian yang memanjang dari timurlaut ke baratdaya. Satuan ini terletak pada ketinggian antara 50 meter sampai 180 meter diatas permukaan laut.
Morfologi satuan ini dicirikan oleh daerah yang landai hingga sedang (foto III.2) dengan persen lereng berkisar antara 5 – 15 % yang sangat kuat dikontrol oleh struktur berupa lipatan serta pengaruh dari sedimentasi dan erosional.
Litologi penyusun satuan ini terdiri dari batupasir dan batulempung. Dengan
kemiringan lapisan berkisar antara 3 0 sampai 25 0 dengan pola umum ke arah baratlaut
dan tenggara. Sungai-sungai yang terdapat pada umumnya berbentuk ”U” (foto III.3)
dengan ciri lembah yang landai. Pada satuan ini proses sedimentasi lebih dominan
dibandingkan proses erosi dan bentukan bentang alam yang sudah landai – miring,
sehingga satuan ini digolongkan pada tahapan geomorfik dewasa.
18 Foto III.4 Satuan Perbukitan Bergelombang, foto diambil dari jalan raya Kaliorang ke arah
baratlaut.
3.1.3 Satuan Perbukitan Bergelombang
Satuan ini menempati 35% dari luas daerah penelitian (Lampiran F2) dengan penyebaran berada di bagian utara memanjang dari timurlaut ke baratdaya. Satuan ini terletak pada ketinggian mulai dari 150 meter sampai 300 meter di atas permukaan laut. Satuan ini ditandai dengan dengan kenampakan berupa perbukitan
Foto III.3 Sungai dengan lembah yang lebar membentuk huruf “U”
mencirikan tahapan geomorfik
dewasa.
19 Foto III.5 Satuan Karst yang tersusun dari batugamping terumbu.
menggelombang (foto III.4) dengan lembah-lembah yang sempit dan curam. Satuan ini memiliki persen lereng berkisar antara 10 – 34 %.
Satuan ini disusun oleh batupasir, batulempung dan batugamping. Pada saat ini proses geomorfik yang terjadi adalah erosi dan pelapukan. Tahapan geomorfik pada satuan ini adalah tahap geomorfik menjelang dewasa, yang dicirikan oleh lembah sungai yang berbentuk U dan kerapatan sungai yang kurang intensif, serta bentukan perbukitan yang miring – agak terjal.
3.1.4 Satuan Karst
Satuan ini menempati hampir 18 % luas daerah penelitian (Lampiran F2) dan
berada pada ketinggian 450-550 m dengan ekspresi morfologi berupa perbukitan dan
punggungan terjal hingga sangat terjal (foto III.5) dengan perbedaan elevasi yang
tajam dibanding daerah dataran atau lembah di sekitarnya. dengan kemiringan lereng
yang agak curam hingga curam. Satuan ini memiliki resistensi cukup tinggi dibanding
satuan geomorfologi lainnya. pola kerapatan kontur agak rapat - rapat. Satuan ini
terletak di bagian tenggara daerah penelitian, melampar sepanjang timur - barat.
20 Gambar 3.1 Pola aliran sungai pada daerah penelitian
Batuan penyusun satuan ini adalah batugamping terumbu. Pada satuan ini terjadi proses eksogen berupa pelapukan dan pelarutan pada batugamping (karstifikasi). Proses eksogen berupa pelapukan, erosi dan pelarutan cukup intensif.
Bentuk lembah-lembah sungai berbentuk V tumpul dan satuan ini termasuk ke dalam tahapan geomorfik dewasa.
3.1.5 Pola Aliran dan Tipe Genetik Sungai
Pola aliran sungai daerah penelitian (gambar 3.1) secara umum terbagi menjadi dua pola. Pola pertama membentuk percabangan menyebar atau dendritik yang terlihat pada sungai Kaliorang dan pola kedua berupa pola aliran sub trelis yang memanjang dan sejajar dapat dilihat pada sungai Narut.
Tipe genetik sungai pada daerah penelitian terbagi menjadi dua yaitu tipe
genetik subsekuen dimana aliran alirnya sejajar dengan jurus lapisan yang dapat
dijumpai pada sungai Kaliorang dan sungai-sungai kecil yang mengalir ke arah
Sungai Narut. Sedangkan Sungai Narut termasuk pada tipe genetik obsekuen dengan
arah aliran searah dengan kemiringan lapisan batuan.
21 3.2 Stratigrafi
Klasifikasi penamaan satuan stratigrafi daerah penelitian menggunakan sistem penamaan stratigrafi tidak resmi berdasarkan ciri-ciri fisik litologi, kandungan fosil serta hasil analisis laboratorium. Secara umum stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda (gambar 3.2) adalah sebagai berikut:
Satuan Batupasir – batulempung.
Satuan Batulempung.
Satuan Batugamping.
Satuan Batupasir – batulempung sisipan batubara.