• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi Utara hingga Kepulauan Sangir-Talaud (Padang, 1951 dan Bronto, 2001). Gunungapi memberikan sumber daya yang melimpah bagi manusia tetapi di sisi lain gunungapi juga menyimpan berbagai bahaya bagi manusia. Bahaya yang diakibatkan oleh gunungapi dibagi menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer gunungapi antara lain awan panas, lava pijar, longsoran batu gunungapi, lahar letusan, hujan abu, dan gas beracun. Bahaya sekunder gunungapi antara lain lahar, pencemaran air tanah dan permukaan (Bronto, 2001).

Salah satu gunungapi paling aktif di Indonesia yaitu Gunung Merapi.

Gunung Merapi terakhir erupsi pada bulan Oktober-November 2010. Erupsi

tersebut merupakan erupsi terbesar selama periode 135 tahun terakhir yang

menyebabkan timbunan material vulkanik yang sangat banyak di daerah

puncak Merapi, sehingga bila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu

yang cukup lama dapat menyebabkan lahar. Kejadian lahar yang terjadi di

Kali Putih merupakan bahaya sekunder yang diakibatkan oleh letusan Gunung

Merapi. Lahar yang terjadi di Kali Putih adalah yang terparah dibandingkan

(2)

bantaran sungai lainnya di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Sleman pascaerupsi bulan November 2010 silam.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan masih ada 90 juta meter kubik material di lereng Merapi dari 140 juta meter kubik dari hasil erupsi. Sekitar 50 persen di lereng selatan yang dapat mengalir ke Kali Woro, Kali Gendol, Kali Opak, dan Kali Boyong. Sisanya 50 persen berada di sisi barat ke Kali Krasak, Kali Putih, Kali Lamat dan Kali Pabelan. Dampak lahar di Provinsi Jawa Tengah lebih besar dibanding dengan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tercatat 4 orang meninggal dan 168 orang luka akibat lahar. Kerusakan rumah mencapai 721 unit rumah, dimana 129 hanyut, 307 rusak berat, 129 rusak sedang, dan 156 rusak ringan (BNPB, 2011).

Kawasan gunungapi di Indonesia merupakan daerah pertanian yang subur dan selalu padat penduduk sejak zaman dahulu, walaupun tidak lepas dari ancaman letusan (Pratomo, 2006). Sepanjang aliran Kali Putih merupakan daerah hunian serta sebagai sumber penghasilan penduduk sekitar dari hasil pertanian. Banyaknya lahan pertanian yang rusak bahkan ada lahan pertanian yang hilang menyebabkan masyarakat di sekitar Kali Putih menjadi kehilangan mata pencaharian mereka.

Setiap bencana yang terjadi selalu menimbulkan berbagai kerugian ekonomi yang cukup besar tergantung dari intensitas bencananya.

Permasalahan penghitungan kerugian yang terjadi di Indonesia adalah belum

(3)

ditetapkannya cara menghitung jumlah kerugian akibat yang sesuai dan tepat sesuai dengan bencananya. Berdasarkan berbagai media pemberitaan banyak terjadi over estimate dalam penghitungan jumlah kerugian akibat bencana. Hal ini sangat merugikan bagi pemerintah daerah maupun pusat.

Metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi kerugian pascabencana adalah DaLA (Damage and Loss Assessment) yang dikembangkan oleh Economic Commission for Latin America and The Caribean (ECLAC, 2003). Penghitungan pada lahan pertanian dibagi menjadi

kerusakan (Damage) dan kehilangan (Loss). Kerusakan pada bencana berupa kerusakan total ataupun sebagian dari aset fisik yang ada pada daerah terdampak lahar. Kerusakan terjadi pada saat berlangsungnya bencana dan setelah terjadinya bencana yang dapat diukur dalam unit fisik seperti m², km², serta ukuran luas dan volume lainnya. Kehilangan merupakan perubahan perekonomian yang diakibatkan kejadian bencana dan akan terus terjadi sampai pemulihan dan rekonstruksi kondisi perekonomian secara menyeluruh telah tercapai. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa tahun tergantung dari jenis bencana dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan bencana (GFDRR, 2010). Metode ini digunakan untuk menghitung jumlah kerugian akibat bencana lahar pada lahan pertanian.

Fokus kajian penelitian ini adalah penaksiran kerugian pada lahan

pertanian yang meliputi lahan dan pertanian tanaman budidaya. Pertanian

tanaman budidaya meliputi tanaman pangan, tanaman perkebunan dan

(4)

tanaman holtikultura. Penghitungan kerugian pada lahan pertanian ini terdiri dari beberapa aspek yaitu tingkat kerusakan pada lahan dan tanaman pertanian, jumlah produksi tanaman pertanian sebelum dan sesuah terjadinya bencana dan jenis tanaman pertanian yang diusahakan sebelum dan sesudah bencana.

Penelitian ini juga menggunakan citra satelit beresolusi tinggi untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada lahan pertanian. Citra ini dijadikan acuan dalam mengidentifikasi daerah yang terkena lahar, sebaran kerusakan pada lahan pertanian dan luas lahan pertanian yang terkena lahar.

Penghitungan ekonomi kerusakan pada tanaman pertanian menggunakan

harga tanaman pertanian pada tingkat petani di Kecamatan Salam dalam kurun

waktu lima tahun terakhir. Hal ini bertujuan untuk memperoleh harga rata-rata

dalam beberapa tahun sehingga didapat harga yang sesuai untuk menghitung

jumlah kerugian ekonominya.

(5)

1.2. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka diperoleh permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. apa saja kerusakan pada sektor pertanian yang ditimbulkan akibat bencana lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang?

2. bagaimana pola persebaran kerusakan lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang?

3. berapa jumlah kerugian ekonomi pada lahan pertanian yang diakibatkan oleh lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang?

1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai lahar di Kali Putih telah banyak dilakukan namun penelitian mengenai estimasi kerugian akibat lahar di Kali Putih khususnya terhadap lahan pertanian masih terbatas jumlahnya. Estimasi kerugian lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih belum diketahui hingga saat ini.

Beberapa penelian yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain

kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BAPPENAS pada tahun 2006 dengan

tujuan untuk menilai dampak dari kejadian erupsi Gunung Merapi pada tahun

2006. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah DaLA. Penelitian yang

dilakukan oleh Shidiq pada tahun 2011 terkait dengan penilaian kerusakan dan

kehilangan lahan pertanian pascaerupsi 2010 di DAS Gendol. Penelitian ini

(6)

mencakup wilayah yang luas sehingga diambil titik sampel untuk mengetahui area terdampak secara keseluruhan.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang

sebelumnya adalah mengkaji tentang kerusakan pada lahan pertanian dan

menggunakan metode yang sama yaitu metode DaLA dan kuesioner, menilai

kerusakan pada lahan pertanian. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan harga

tanaman pertanian lima tahun terakhir pada tingkat petani untuk mengetahui

harga rata-rata dari tanaman pertanian. Metode yang digunakan antara lain

DaLA, wawancara kepada kelompok tani untuk memperoleh data petani yang

memiliki lahan pertanian yang terdampak dan kondisi pertanian secara umum

pada saat sebelum terjadi bencana dan sesudah bencana, mengetahui pola

persebaran dan faktor yang mempengaruhi pola persebaran kerusakan lahan

pertanian, mengetahui mata pencaharian petani saat ini, membandingkan

jumlah kerugian yang diderita petani akibat lahar dengan penghasilan petani

dari menambang pasir. Kuesioner yang digunakan diadopsi kuesioner yang

dibuat oleh Shidiq (2012) dengan modifikasi dari peneliti.

(7)

No Judul Penelitian, Nama

Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Penilaian Tingkat

Kerusakan dan Kehilangan Lahan Pertanian

Pascaerupsi Merapi 2010, Shidiq (2012).

1. Mengetahui area terdampak pascaerupsi.

2. Mengetahui kondisi lahan pertanian pasca erupsi.

3. Mengetahui karakteristik tingkat kerusakan lahan pertanian berdasarkan penilaian kerusakan dan kehilangan.

Penilaian kerusakan dan kehilangan

1. Gambaran daerah terdampak pascaerupsi 2010.

2. Gambaran kondisi lahan pertanian pascaerupsi 2010.

3. Gambaran tingkat kerusakan lahan pascaerupsi 2010.

2. Preliminary Damage and Loss Assessment,

Yogyakarta and Central Java Natural Disaster, 2006, BAPPENAS.

Menilai kerusakan dan kerugian yang diderita pascabencana gempabumi dan erupsi gunung Merapi 2006.

Penilaian kerusakan dan kehilangan

Deskripsi nilai kerusakan dan kehilangan yang diserita pascabencana.

3. Impact of the 2006 Eruption of Merapi Volcano, Indonesia, on Agriculture and

Infrastructure, Wilson et al (2007)

Mengetahui dampak erupsi Gunung Merapi 2006 terhadap aktivitas pertanian dan infrastruktur.

Survei lapangan dan pengamatan, wawancara kepada petani, penduduk lokal, ahli pertanian dan tanah.

Gambaran dampak erupsi terhadap sektor pertanian dan infrastruktur.

4. Estimasi Kerugian Lahan Pertanian Akibat Lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten

Magelang, oleh Eliyandari

1. Mengkaji kerusakan pada aspek pertanian yang ditimbulkan lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

2. Menemukenali pola persebaran

Penilaian kerusakan dan kehilangan, survei lapangan, wawancara kepada tokoh penduduk

1. Deskripsi kerusakan

lahan pertanian akibat

lahar di Kali Putih,

Kecamatan Salam,

Kabupaten Magelang;

(8)

lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

3. Mengestimasi jumlah kerugian ekonomis pada lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

memberi kuesioner kepada petani yang lahannya terdampak lahar di Kali Putih.

faktor-faktor yang

mempengaruhi kerusakan lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang;

3. Jumlah kerugian ekonomi pada lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam,

Kabupaten Magelang.

(9)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk:

1. mengetahui kerusakan yang ditimbulkan oleh lahar pada sektor pertanian di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang;

2. menemukenali pola persebaran kerusakan lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang;

3. mengestimasi jumlah kerugian ekonomi pada lahan pertanian akibat lahar di Kali Putih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan:

1. memberikan informasi mengenai estimasi kerugian lahan pertanian akibat bencana lahar di Kali Putih;

2. sebagai sumber informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kebencanaan.

Manfaat penelitian bagi pembangunan negara dan bangsa:

1. menjadi masukan bagi pemerintah sebagai pengambil keputusan dalam memberikan ganti rugi akibat bencana lahar;

2. menjadi salah satu acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi bagi masyarakat maupun

instansi terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembahasan ini, peneliti akan menganalisa kualitas akustik ruang dalam masjid Raudhaturrahman dengan membuat simulasi dan modeling menggunakan software computer

Berdasarkan 5 kali uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam segmentasi untuk identifikasi pola menggunakan analisis tekstur

Apakah penerapan Model Kooperatif tipe The Power of Two pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan jenis pekerjaan dapat meningkatkan hasil belajar

Penelitian ini dibatasi dengan mencari formula atenuasi percepatan gerakan tanah maksimum yang sesuai untuk wilayah Lampung serta membuat peta percepatan tanah maksimum

Gayamsari terdapat 3 kelurahan dari 7 kelurahan kelurahan di kecamatan ini yang terdampak banjir rob yakni, Kelurahan Sawah Besar, Kelurahan Kaligawe dan

Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh

A 2012-es év tapasztalatai azt mutatják, hogy a fajták (és nem csak a burgonyafajták) alkalmasságát az ökológiai termesztésre mindenképpen érdemes on-farm

[r]