• Tidak ada hasil yang ditemukan

Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

NEURAMINIDASE INHIBITOR VIRUS INFLUENZA A (H5N1): RESISTENSI DAN PENGEMBANGANOBAT ANTIVIRUS NEURAMINIDASE

Achmad Junaidi, Eli Halimah Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Virus influenza merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada penyakit pernapasan. Neuraminidase merupakan protein utama pada permukaan virus yang berperan dalam menginfeksi sel target dengan memutuskan terminal asam neuraminat dari sel reseptor.

Terdapat dua golongan antivirus untuk pengobatan dan pencegahan influenza, yaitu inhibitor M2 dan inhibitor neuraminidase. Terdapat empat obat inhibitor neuraminidase yang telah diakui yaitu zanamivir, oseltamivir, peramivir, dan lanamivir. Dalam ulasan ini terfokus pada resistensi obat inhibitor neuraminidase. Inhibitor neuraminidase telah mengalami resistensi terhadap virus influenza. Virus influenza telah banyak mengalami mutasi di antaranya V116A, I117V, R118K, E119V, E119G, E119A/D, Q136K, D151E/G/N, R152K, D198N, I222V, R224K, H274Y, E276D, R292K, N2945, I314V, dan R371K. Adanya resistensi akibat mutasi gen tersebut diperlukan pengembangan senyawa sebagai antivirus influenza. Xanthone dari buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktivitas dalam menghambat neuraminidase virus H5N1.

Kata kunci: Virus influenza A H5N1, Resistensi, Inhibitor neuraminidase.

ABSTRACT

The influenza virus is a major cause of mortality and morbidity in respiratory diseases.

Neuraminidase is a major protein on the surface of viruses that act infect target cells by cleaving neuraminic acid terminal of the cell receptor. There are two classes of antiviral for the treatment and prevention of influenza are M2 inhibitors and neuraminidase inhibitors.

There are four neuraminidase inhibitors that have been recognized are zanamivir, oseltamivir, peramivir, and lanamivir. In this review focused on the neuraminidase inhibitor drug resistance. Neuraminidase inhibitors had resistance to Influenza virus. The influenza virus have many mutations among V116A, I117V, R118K, E119V, E119G, E119A/D, Q136K, D151E/G/N, R152K, D198N, I222V, R224K, H274Y, E276D, R292K, N2945, I314V, and R371K. There was resistance due to mutations in this gene is necessary development as influenza antiviral compounds. Xanthone contained in the mangosteen fruits is one ofthe compounds which has activity in inhibiting neuraminidase H5N1 virus.

Keywords: Influenza A Virus H5N1, Resistance, Neuraminidase inhibitors.

(2)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

PENDAHULUAN

Influenza tetap menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada penyakit pernapasan. Saat ini, hanya terdapat dua pilihan untuk mengurangi dampak dari virus influenza, yaitu vaksin dan antivirus. Vaksin ini tidak sepenuhnya dapat melindungi dari paparan virus influenza karena virus influenza ini seringkali terjadi perubahan formasi antigenic shift dalam protein di permukaan virus. Antivirus yang digunakan antivirus amantadin dan rimantadin. Antivirus tersebut efektivitasnya semakin menurun akibat terjadinya resistensi pada virus.

Hilangnya efektivitas antivirus terhadap target merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu perhatian di seluruh Indonesia bahkan dunia hingga saat ini melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap masalah ini.2

Inhibitor protein M2, yaitu amantadin dan rimantadin ini hanya berperan pada influenza A. Walaupun virus B memiliki protein BM2 yang

merupakan analog dari protein M2 di influenza A ini tidak sensitif terhadap inhibitor M2. Inhibitor M2 memiliki dua situs ikatan yang potensial pada protein M2: situs afinitas tinggi di pori saluran ion dan situs afinitas rendah pada permukaan lipid dari pori-pori. Dua lokasi gen yang paling umum mengalami mutasi yaitu V27A dan S31N berada di pori saluran ion.13

Namun, meskipun inhibitor M2 murah dan telah ada selama hampir 50 tahun, penggunaannya untuk pengobatan influenza telah terbatas karena virus yang resistan muncul dengan cepat pada pasien yang diobati. Virus A(H1N1) pdm 09 pandemik sudah resisten, dan mayoritas virus musiman A (H3N2) telah resisten sejak pertengahan 2000-an dengan peningkatan virus H1N1 musiman yang tahan terhadap oseltamivir juga diamati.

Banyak strain H5N1 yang tersebar di Asia Tenggara, terutama di Vietnam dan Thailand, juga tahan terhadap inhibitor M2

(3)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

karena resistensi dan kegunaan obat ini saat ini terbatas.4,8

Dampak infeksi influenza dirasakan secara global setiap tahun ketika penyakit ini berkembang di sekitar 20 persen dari populasi dunia. Di Amerika Serikat, infeksi influenza terjadi pada epidemik setiap musim dingin, umumnya antara akhir Desember dan awal Maret. Peristiwa terakhir, termasuk kasus-kasus flu burung pada manusia, telah meningkatkan kesadaran akan ancaman pandemik dan telah memacu upaya untuk mengembangkan rencana untuk pengawasan.9 Ulasan ini terfokus pada pengembangan NAIs yang saat ini sedang dikembangkan.

METODE

Dalam penulisan ulasan ini dilakukan dengan menggunakan metode meta analisis. Sumber data yang digunakan berupa jurnal penelitian yang diunduh secara online. Dari beberapa jurnal penelitian ini diskrining sesuai pokok

bahasan dan digabungkan menjadi satu- kesatuan yang utuh.

Adapun ulasan ini membahas mengenai informasi umum virus influenza H5N1, data pandemik dan epidemik, obat antivirus neuraminidase, resistensi virus terhadap antivirus neuraminidase dan pengembangan senyawa inhibitor neuraminidase.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hurt (2009) bahwa Zanamivir dan Oseltamivir telah mengalami resistensi terhadap gen virus yang telah mengalami mutasi. Hasil analisis pembacaan urutan DNA virus H5N1 oleh Gen Bank ditemukan adanya mutasi pada gen Q163K.5

Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Orozovic10 telah mengalami perkembangan mutasi virus H5N1. Berikut ini merupakan hasil data sensitivitas Zanamivir dan Oseltamivir

(4)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

sebagai obat antivirus neuraminidase terhadap gen mutasi pada virus H5N1:

Mutasi Jenis Residu Sensitivitas subtipe Neuraminidase

Zanamivir Oseltamivir

V116A F (I) N1a (R) N1a

I117V F (I) N1a, (S) N1b* (I) N1a, (I) N1b

R118K C (nr) N2a (nr) N2a

E119V F (S) N2a, (S) NBa (R) N2a, (R) NBa, (R) N2b

E119G F (R) NBa, (R) N9c, (R) NBc (R) NBa, (S) N9c

E119A/D F (Nt/R) N2a, (R/R) NBa, (R/Nt) N1a, (R/R) N2c

(Nt/S) N2a, (R/R) NBa, (R/Nt) N1a, (I/S) N2c

Q136K F (R) N1a, c (S) N1a, c

D151E/G/N F (S) N2a, (S/S/S) N1c (LR) N2a, (S/S/S) N1c R152K C (S) NBa, (S) N2a, (R) NBb (S) NBa, (S) N2a, (R) NBb

D198N F (R) NBb (R) NBb

I222V F (S) N1a (LR) N2a, (S) N1a

R224K C (R) N2a (R) N2a

H274Y F (S) N2a, (S) N9a, (S) N1b (S) N2a, (R) N9a, (R) N1b

E276D C (R) N2a (LR) N2a

R292K C (R) N2a, (R) N2c (R) N2c, (R) N2a, (R) N2b N2945 F (S) N1a, (Nt) N2b, (Nt) N1b (R) N1a, (LR) N2b, (LR) N1b

I314V - (S) N1b* (I) N1b

R371K C (R) N2a (R) N2a

Keterangan :

1)F - Framework residue; C - Catalytic residue.

2)Golongan: R - resistant, I - intermediate, LR - low resistant, S - susceptible; nr – not recovered, Nt - not tested. Virus NA dengan subtipe (N1 - 9 or B). Origin of mutants:

a)reverse genetic,

b)In clinic,

c)In vitro;

*- mutasi

Berikut merupakan hasil pengujian interaksi antara neuraminidase Q163K

dengan Zanamivir sebagai agen antivirus neuraminidase inhibitor secara in silico.

(5)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

Pengujian ini menggambarkan interaksi antara Q163K nonmutasi dan Q163K yang

mengalami mutasi terhadap Zanamivir.5

PEMBAHASAN Virus Influenza

Membran virus influenza mengandung dua glikoprotein, yaitu hemagglutinin dan neuraminidase.

Neuraminidase merupakan perantara terjadi infeksi akibat berikatan dengan reseptor asam sialat pada permukaan.

Setelah terjadi replikasi di sel inang, neuraminidase melepaskan asam sialat sehingga virus baru dapat keluar dan menginfeksi sel-sel lainnya yang berada di sekitarnya.9

Sifat antigen yang berbeda dari molekul hemaglutinin dan neuraminidase yang berbeda digunakan untuk mengklasifikasikan virus influenza tipe A ke dalam subtipe: hemagglutinin terdapat 16 variasi (H1-H16) dan 9 untuk neuraminidase (N1-N9). Banyak kombinasi subtipe dari hemaglutinin dan neuraminidase yang ditemukan di spesies burung, manusia, tiga pandemik dari abad kedua puluh yang disebabkan oleh virus yang mengandung H1N1 pada tahun 1918, H2N2 pada tahun 1957 dan H3N2 pada tahun 1968. Virus flu burung yang saat ini Gambar 1. Struktur mutasi berdasarkan struktur kristal kompleks

antara H5N1 dengan Zanamivir. (A) H5N1 tipe liar (batang berwarna putih) dengan Zanamivir (batang berwarna orange). (B) Mutasi Q136K (batang berwarna hijau).5

(6)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

mengancam menjadi pandemik baru H5N1. N1 dan N2 neuraminidase virus saat ini beredar pada manusia terbagi menjadi dua group filogenetis yang berbeda. Kelompok 1 berisi subtipe N1, N4, N5 dan N8 sedangkan kelompok 2 berisi N2, N3, N6, N7 dan N9.18

Epidemik dan Pandemik

Virus pandemik ini muncul akibat adanya strain influenza yang sejumlah besar belum terpapar ke penduduk sehingga belum dikenali oleh antivirus.

Sebuah virus baru yang dapatditularkan dengan mudah dari individu ke individu lainnya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan berpotensi menyebabkan pandemik influenza. Highly pathogenic avian influenza A (HPAI) atau yang disebut dengan virus H5N1 telah dilaporkan terjadi penularan dari unggas ke manusia. Namun, penularan dari manusia ke manusia belum dilaporkan hingga saat ini. Namun, virus H5N1 yang kini telah menjadi endemik di unggas domestik Asia sedang disebarkan oleh burung liar dan

tampak tidak mungkin bisa dihilangkan.

Virus H5N1 meluas jangkauan target inangnya dan infeksi manusia dengan tingkat kematian yang tinggi terjadi di Vietnam, Thailand, dan Kamboja.

Peristiwa ini meningkatkan rasa khawatir dan waspada bahwa akan ada banyak kesempatan untuk terjadi adaptasi virus H5N1 ke manusia sebagai targetnya.2,11

Penggunaan obat antivirus ini merupakan strategi penting dalam menghadapi influenza pandemik termasuk flu burung H5N1. Vaksin yang spesifik untuk strain virus pandemik memerlukan beberapa bulan untuk persiapan, dan meskipun pengembangan vaksin terhadap H5N1 influenza sedang berlangsung, dan masih belum ditemukan vaksin yang spesifik untuk virus tersebut. Pada tahun 1968 dan 1977, antivirus golongan adamantan ditemukan memiliki khasiat pelindung sekitar 70 persen, tetapi hanya sedikit pelaporan terkait efikasi obat tersebut. Khasiat pelindung dari inhibitor neuraminidase selama masa pandemik

(7)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

diharapkan memiliki kekuatan yang sama dengan obat antivirus golongan adamantan. Obat yang menjadi pilihan utama yaitu yang memiliki kemampuan meningkatkan sensitivas virus, tingkat resistensi yang rendah terhadap obat inhibitor neuraminidase. Pada tahun 2004, virus H5N1 mengalami resistensi terhadap obat adamantan. Namun, virus tersebut sensitif terhadap obat antivirus zanamivir dan oseltamivir.8 Dengan demikian, inhibitor neuraminidase saat ini satu- satunya pilihan untuk pengobatan atau pencegahan pada manusia terinfeksi dengan strain tersebut. Banyak negara telah dilaporkan oseltamivir digunakan sebagai obat pilihan pertama pada kasus pandemik ini. Namun, telah ada laporan terbaru bahwa virus H5N1 mengalami resistensi terhadap oseltamivir pada pasien yang terinfeksi H5N1 di Vietnam. Akibat adanya resistensi tersebut, maka zanamivir dimasukkan ke dalam obat pilihan dalam pengobatan virus H5N1.8,14

Adamantan dan Inhibitor Neuraminidase

Empat obat untuk pengobatan atau pencegahan infeksi influenza yang tersedia saat ini, yaitu obat golongan adamantan yang terdiri dari amantadin dan rimantadin dan obat neuraminidase inhibitor lain, yaitu zanamivir [Relenza] dan oseltamivir [Tamiflu]. 1,10 Obat golongan adamantan berperan mengganggu pelepasan kapsul virus di dalam sel. Mereka hanya efektif melawan influenza Adan berhubungan dengan beberapa efek toksik dan munculnya varian yang resistan terhadap obat dengan cepat. Isolat influenza A yang tahan terhadap adamantan lebih stabil secara genetik, dapat ditularkan melalui kontak, merupakan virus yang sangat berbahaya atau patogen dibanding virus lain. Potensi untuk pengembangan resistensi meningkat sehingga membatasi penggunaan adamantan untuk pengobatan influenza, meskipun obat ini masih memiliki tempat dalam perencanaan untuk profilaksis selama epidemik.1

(8)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

Zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor Neuraminidase yang mengganggu pelepasan virus influenza keturunan dari sel inang yang terinfeksi, sebuah proses yang mencegah infeksi sel host baru dan dengan demikian menghentikan penyebaran infeksi pada saluran pernapasan. Sejak replikasi virus influenza pada saluran pernapasan mencapai puncaknya antara 24 dan 72 jam setelah onset penyakit, obat-obatan seperti inhibitor neuraminidase yang bertindak pada tahap replikasi virus harus diberikan sedini mungkin. Berbeda dengan adamantan, inhibitor neuraminidase yang terkait dengan toksisitas sangat sedikit dan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mempromosikan pengembangan influenza yang resistan terhadap obat. Sebagai obat antivirus, inhibitor neuraminidase yang efektif terhadap semua subtipe neuraminidase dan, karena itu, terhadap semua strain influenza, titik kunci dalam epidemik dan kesiapsiagaan pandemik dan keuntungan penting selama adamantan,

yang hanya efektif terhadap strain sensitif influenza A. obat baru, jika digunakan dengan benar, memiliki potensi besar untuk mengurangi efek dari infeksi influenza.5,10

Resistensi Tehadap Inhibitor Neuraminidase

Keuntungan utama dari pengembangan inhibitor neuraminidase adalah mampu menekan resistensi virus H5N1 danperkembangan resistensi sangat jarang terjadi. Global Neuraminidase Inhibitor Network (GNIN) yang mengkoordinasi dalam analisis isolat klinis yang telah dikumpulkan melalui jaringan pengawasan WHO tidak menemukan isolat influenza dengan resistensi spontan terhadap inhibitor neuraminidase. Sampai saat ini, ada sedikit munculnya perlawanan selama pengobatan dan tidak ada resistensi dari virus yang telah diisolasi dari individu yang memiliki respon imun yang baik (imunokompeten) yang menerima pengobatan zanamivir. Untuk oseltamivir, virus yangdiisolasi setelah pengobatan dan

(9)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

mengalami resistensi terhadap obat ini lebih tinggi sekitar 0.4%. 5,10 Namun, pada pengobatan anak-anak yang terinfeksi virus pandemik lebih sering mengalami resistensi terhadap obat inhibitor neuraminidase. Pada penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa 9 dari 50 anak yang terinfeksi virus H5N1 di Jepang mengalami resistensi terhadap oseltamivir akibat terjadi mutasi pada gen neuraminidase. Apabila terjadi resistensi pada anak-anak ini merupakan suatu fenomena yang membutuhkan perhatian yang cukup serius karena anak-anak merupakan sumber utama dalam penyebaran virus dalam suatu populasi.5,10 Pengembangan Senyawa Neuraminidase Inhibitor

Tanpa adanya protein neuraminidase pada virus, proses infeksi pada sel target akan terbatas sehingga replikasi dari virus juga terbatas. Dengan begitu, hal tersebut jarang sekali dapat menyebabkan penyakit.

Neuraminidase juga dapat memfasilitasi invasi virus dari saluran napas atas dengan

cara membelah gugus asam sialat pada cairan yang memiliki viskositas yang tinggi (lendir) yang menggenangi sel epitel saluran napas.9,18 Kemampuan analog asam sialat dalam keadaan transisi untuk menghambat neuraminidase influenza pertama kali diakui pada tahun 1970.

Dalam pengembangan senyawa inhibitor neuraminidase perlu diketahui sisi aktif katalik dalam menghambat replikasi virus target. Inhibitor neuraminidase yang memiliki potensi sebagai antivirus H5N1 seperti zanamivir mampu mengenali substrat target dan berikatan pada sisi aktifnya secara enzimatik sehingga terjadi penghambatan virus dalam sel host.

Zanamivir diberikan secara inhalasi oral.

Obat ini akan terdistribusi langsung ke dalam saluran pernapasan. Berbeda dengan oseltamivir yang dikembangkan dengan modifikasi struktur asam sialat dengan penambahan rantai sisi lipofilik sehingga obat ini dapat diberikan secara oral.8,9,18

Dalam pengembangan senyawa baru sebagai obat antivirus yang bekerja pada

(10)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

penghambatan neuraminidase dapat dilakukan yang metode Neuraminidase Inhibition Assay. Dalam metode ini menggunakan 2’-(4 methyllumbelliferyl)- α-D-N-acetylneuraminic acid (MUNANA) sebagai ligan dan enzim neuraminidase sebagai substrat. Dalam reaksi enzimatik ini akan menghasilkan produk akhir, yaitu 4-Methylumbelliferone yang akan diukur sebagai indikator kemampuan senyawa

baru dalam menghambat

neuraminidase.6,7,15,16 Apabila produk 4- Methylumbelliferone semakin banyak maka senyawa baru tersebut memiliki aktivitas yang buruk dalam menghambat neuraminidase. 6,7,15,16

Dalam pengembangan obat antivirus neuraminidase banyak dilakukan penggalian senyawa-senyawa yang berasal dari bahan alam seperti xanthone.

Xanthone banyak sekali ditemukan dalam tumbuhan clusiaceae. Salah satu tumbuhan family Clusiaceae, yaitu Manggis. Kandungan xanthone banyak sekali ditemukan dalam kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L.). Buah manggis (Garcinia mangostanaL.) merupakan sumber bahan alam yang memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder, yaitu α-mangostin, β- mangostin, γ-mangostin, garsinon, mangostanol, gartanin dan xanthone.3 Pada kulit buah manggis banyak mengandung xanthone yang berguna sebagai antivirus.12

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ryu HW, et al.17, telah dilakukan isolasi senyawa xanthones dari daging Garcinia mangostana L. Senyawa xanthone tersebut, yaitu β-mangostin, 9- hydroxycalabaxanthone, mangostanol, α- mangostin, garcinone D, c-mangostin, cudraxanthone, 8-deoxygartanin, gartanin,smeathxanthone A, mangostenon F, dan mangostenon G. Hasil isolat tersebut terbukti memiliki aktivitas menghambat enzim neuramindase.

Namun, dari hasil pengujian penghambatan enzim neuraminidase yang

(11)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

paling efektif adalah Smeathxanthone A dengan IC50 = 0.27µM.

SIMPULAN

Zanamivir dan oseltamivir telah mengalami resistensi sebagai antivirus neuraminidase untuk pengobatan virus influenza H5N1. Hal ini disebabkan virus influenza H5N1 mudah mengalami mutasi sehingga perlu dilakukan pengembangan obat antivirus neuraminidase dengan cara modifikasi obat atau dengan pencarian senyawa neuraminidase inhibitor baru.

Senyawa xanthone yang terkandung dalam buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki aktivitas antivirus dalam penghambatan neuraminidase sehingga berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai obat penghambat neuraminidase virus H5N1.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Eli Halimah, M.Si., Apt. yang telah membantu melalui diskusi-diskusi terkait tema serta memberikan pencerahan;

Rina Fajri Nuwarda, M.Sc. yang telah memberikan dorongan dan saran maupun rekomendasi sehingga ulasan ini terselesaikan dengan baik.

KONFLIK KEPENTINGAN

Penulis menyatakan tidak memiliki konflik kepentingan dalam penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boltz DA, Jerry R, Robert G, dan Elena AG. Drugs in Development for Influenza. Drugs. 2010; 70(11): 1349- 1362.

2. Chao, Dennis L. Modelling the global transmission of antiviral resistant influenza viruses. Influenza and Other Respiratory Viruses. 2012; 7(1); 58-62.

3. Ee GC, Daud S, Izzaddin SA dan Rahmani M. Garcinia mangostana: a source of potential anticancer lead compounds against CEM-SS cell line. J Asian Nat Prod Res. 2008; 10(5-6):

475-9.

4. Gubavera LV, Trujillo AA and Okomo- Adhiambo M. Comprehensive assessment of 2009 pandemic influenza

(12)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

A (H1N1) virus drug susceptibility in vitro. Antivir Ther. 2010; 15:1151-1159.

5. Hurt AC, Jessica KH, Michael P, Anne K, dan Ian GB. Zanamivir-Resistant Influenza Viruses with a Novel Neuraminidase Mutation. Journal of Virology. 2009; 83(20): 10366-10373.

6. Jeong, H. J., Ryu, Y. B., Park, S. J., Kim, J. H., Kwon, H. J., Kim, J. H. et al. Neuraminidase Inhibitory Activities of Flavonols Isolated from Rhodiola Rosea Roots and Their In Vitro Anti- Influenza Viral Activities. Bioorg Med Chem. 2009; 17, 6816–6823.

7. Kongkamnerd J, Adelaide M, Giovanni C, Calogero T, Ilaria C, Luca B et al.

The Quenching Effect of Flavonoids on 4-Methylumbelliferone, a Potential Pitfall in Fluorometric Neuraminidase Inhibition Assays. Journal of Biomolecular Screening. 2011; 16)7).

8. Mckimm-Breschkin. Influenza neuraminidase inhibitor: Antiviral action and mechanism of resistence.

Influenza and Other Respiratory. 2012;

7(1):25-36.

9. Moscona, Anne. Drug Therapy:

Neuraminidase Inhibitors for Influenza.

N Engl J Med. 2005; 353(13).

10. Orozovic G, Kanita O, Johan L, dan Bjorn O. Detection of Resistence Mutations to Antivirals Oseltamivir and Zanamivir in Avian Influenza A Viruses Isolated from Wild Birds. PLOS one.

2011; 6(1): 1-10.

11. Pariani E, Marianna M, Marta C, Seyed MJ, Bas BO, Martin D et al.

Influenza and Other Respiratory Viruses Involved in Severe Acute Respiratory Disease in Northern Italy during the Pandemic and Postpandemic Period (2009-2011). Biomed Research

Int. 2014;

http://dx.doi.org/10.1155/2014/241298.

12. Pedraza-Chaverri J, Cardenas- Rodriguez N, Orozco-Ibarra M and Perez-Rojaz JM. Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana).

(13)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

Food Chem Toxicol. 2008; 46(10):

3227-39.

13. Rosenberg MR and Casarotto MG.

Coexistence of two adamantine binding sites in the influenza A M2 ion channel.

Proc Natl Acad Sci USA. 2010;

107:13866-13871.

14. Russell RJ, Lesley FH, David JS, Patrick JC, Yi PL, Michael B et al. The structure of H5N1 avian influenza neuraminidase suggest new opportunities for drug design. Nature.

2006; 443:45-49.

15. Ryu, Y. B., Curtis-Long, M. J., Lee, J. W., Ryu, H. W., Kim, J. Y., Lee, W.

S. et al. Structural Characteristics of Flavanones and Flavones from Cudrania tricuspidata for Neuraminidase Inhibition. Bioorg MedChem Lett. 2009a;19, 4912–4915.

16. Ryu, Y. B., Curtis-Long, M. J., Lee, J. W., Kim, J. H., Kim, J. Y., Kang, K.

Y., Lee, W. S. et al. Characteristic of Neuraminidase Inhibitory Xanthones

from Cudrania tricuspidata. Bioorg Med Chem. 2009b;17, 2744–2750.

17. Ryu HW, Curtis-Long MJ, Jung S, Jin YM, Cho JK, Ryu YB, Lee WS, and Park KH. Xanthones with neraminidase inhibitory activity from the seedcases og Garcinia mangotana. Bloorg Med Chem. 2010; 18(17): 6258-64.

18. Vavricka CJ, Qing Li, Yan W, Jianxun Q, Mingyang W, Yue L et al.

Structural and Functional Analysis of Lanamivir and its Octanoate Prodrug Reveals Group Specific Mechanisms for Influenza NA Inhibition. PLOS PATHOGEN. 2011; 7(10): e1002249.

(14)

Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157

Referensi

Dokumen terkait

komunitas global dalam bidang ilmu pengetahuan, (4) peningkatan budaya ilmiah masyarakat Indonesia, dan (5) pelaksanaan dukungan manajemen. 2) Indikator jumlah industri

Tujuan dari Penelitian ini adalah (1) dapat memprediksi volume ekspor non migas untuk pakaian jadi dengan metode K- means Clustering dan Gath-Geva Clustering; (2)

Observasi non partisipan dilakukan dengan mengamati bahan ajar digital yang sebelumnya telah disusun oleh guru materi pelajaran yang diunggah pada situs youtube

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Bahwa dalam melakukan hubungan antar instansi-instansi pemerintah dengan pelanggannya dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang dilakukan oleh mereka dunia

Sebagaimana pada soal pilihan ganda, soal jawaban singkat dengan bentuk melengkapi sebenarnya merupakan soal dengan bentuk pertanyaan yang tersirat, sehingga

3) Proses pengajaran lebih menarik siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan Melihat kelebihan metode demonstrasi di atas, maka metode

Dengan didukung semangat belajar dan motivasi yang tinggi maka siswa akan lebih mandiri dan mempunyai keyakinan yang tinggi dalam memecahkan masalah dalam belajar