Pendidikan Kristen di Era Digital
WEBINAR NASIONAL
11-13 FEBRUARI 2022
Dr. Khoe Yao Tung, M.Sc.Ed., M.Ed.
Gambar bermakna dari seorang anak
di era digital
Fondasi Alkitab
• Mazmur 107:43
Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN.
• Mazmur 111:10
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang
melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.
• Amsal 16:16
Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak.
Pendidikan era digital
❖
Tren belajar online terus meningkat
• Dalam 6 tahun terakhir, Apple ITunes mencapai transaksi 1 milyar jumlah download untuk bahan pelajarannya. (sumber: Apple). Di tahun 2021,
meningkat 640%, Coursera telah mencapai 10,3 juta pelanggan (sumber: Inside Higher Ed).
• Udemy telah menawarkan 8000 kursus dengan jumlah 800 ribu pelanggan. (The Next Web), tahun 2021 penggunanya meningkat 400%
❖
Online degree courses
• MOOC (Massive Open online Course) – tahun 2016, 43
% Universitas telah men-share materinya melalui Youtube (USA Today). Coursera, edX (MIT dan Harvard), Udacity, Class2Go (Stanford University).
• Micro credentials.
• Platform Open Source misalnya Open edX, Open MOOC, P2PU (Peer to Peer University), Khan Academy, virtual school, virtual university.
❖
Tren pendidikan mengikuti kebutuhan pelanggan
• The education we “buy” will increasingly be on “our terms” not on theirs.
❖
Pendidikan memenuhi kebutuhan
anak-anak era millennials (generasi Z, generasi Alpha) - Education 4.0.
Heutagogy: Self-determined learning, didukung dengan “blessing in disguise” pandemi
mempercepat transisi digital
Ketergantungan anak-anak milenials (generasi alpha) pada perangkat gadget, internet, berita on demand dan sosial media.
❖
Dukungan teknologi dalam pembelajaran
Teknologi dalam pembelajaran karena dorongan dari perkembangan teknologi digital meningkatkan ketergantungan anak-anak mileneal akan
perangkat ini. Suatu Ketika pembelajaran online dengan masuk dalam metaverse dengan VR glass.
Pembelajaran berbasis AI.
Pendidikan era digital
Pendidikan era digital
❖ Pinjaman studi mahasiswa terus
meningkat, membebankan keuangan negara.
Pinjaman sampai $1 milyar dollar pada tahun 2013, pinjaman per mahasiswa di tahun 2013, mendekati $23,300 (sumber: BBC).
❖ Ada pergeseran penghargaan industri terhadap lulusan perguruan tinggi
“konvensional” sekarang cenderung pada keterampilan yang tinggi.
Lulusan Perguruan tinggi tak menjanjikan
• Di Amerika serikat, pada tahun 2012 dari
sekitar 284,000 lulusan college, ternyata 37,000 lulusan ini di bayar upah minimum (sumber:
Wall Street Journal).
• Pergeseran trend kebutuhan akan cognitive skill yang berkaitan dengan lulusan universitas sudah mulai menurun. (National Bureau of Economic Research)
Digitalisasi Kehidupan
Dunia yang digital dan artificial*) memberikan tekanan dan kebutuhan
❖ Tekanan revolusi industri 5G, standard teknologi komunikasi 6G.
❖ Berkembanganya pola komunikasi sosial media dalam masyarakat
komunikasi internet 3.0 yang berbasis AI, personal, bigdata, konkurensi teknologi.
❖ Berkembangnya teknologi komunikasi, gadget, TV “serba smart” berbasis internet (The Internet of Things – IoT), dan konkurensi teknologi yang memberikan layanan e-life style dalam kehidupan manusia, e-delivery, e- money, e-learning, e-banking, games dengan teknologi VR, AR, MR, sosial media metaverse serta teknologi layar yang semakin beyond of imagination.
*) VUCA = Volatility, Uncertainty, Complexity and Ambiguity; RUPT stands for Rapid, Unpredictable, Paradoxical, and Tangled.
Desakan Digital mindset
❖ Desakan Digital mindset (pola pikir serba digital) dalam masyarakat. Suatu pola pikir, sikap dan perilaku yang memungkinkan seseorang dan organisasi untuk memahami alur pemanfaatan teknologi digital bagi layanan yang
lebih baik.
❖ Digital mindset bukanlah kemampuan untuk menggunakan teknologi, akan tetapi kemampuan dalam memanfaatkan sistem teknologi bagi kemudahan hidupnya
❖ Sarana komunikasi dalam media sosial, big data, mobilitas, cloud, AI (Artificial Intelligence) dengan berbagai kecenderungan high speed
communication, bandwidth yang besar, mobile, implementasi big data,
mendukung trend real time, collaboration dan BYOD (Bring Your Own Device).
Six “V” dari Big Data
Analytics Internet application
Pola berpikir mindset
Berpikir digital mindset sangat dibutuhkan para pendidik di era digital.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan.
❖ Digital mindset adalah pola pikir yang memandang sesuatu sistem dengan kemudahan teknologi, namun teknologi bukan segalanya, teknologi harus digunakan untuk memfasilitasi proses pendidikan agar lebih efektif
❖ Delivery layanan dan administrasi pendidikan lebih tersistem dan akses teknologi informasi sehingga dapat memberikan mutu layanan lebih baik.
❖ Ddigital mindset, menciptakan sistem yang mendukung layanan pendidikan (Kristen).
❖ Digital Mindset dapat mendukung bagi layanan yang lebih professional dalam layanan pendidikan, namun guru tidak pernah tergantikan dengan teknologi.
• Peran Guru tak pernah tergantikan dengan teknologi digital (peran, model dan karakter). Teknologi digital hanyalah alat untuk memfasilitasi proses belajar untuk mencapai proses pembelajaran yang berhasil.
• Teknologi memungkinkan proses mendidik lebih efesien dan efektif
(memungkinkan cara-cara belajar creative, colaboration, communication dan critical thinking).
• Pendidikan harus dapat mengadaptasi kemajuan dan perkembangan teknologi bagi perkembangan mendidik anak. Teknologi harus dapat mengakomodasi cara dan gaya belajar anak dalam era digital.
• Pendidikan justru harus dapat mengakomodasi kemajuan teknologi bagi proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
“…The need for educators who appreciate technology, have knowledge of technology, and are skilled in the art and practice of technology are required in all levels of the education process if we are to adequately address the issue of technological literacy.” (Hall, 2001, p. 103
Education Philosophy
Eksodus kekristenan di tengah era digital
Terjadi eksodus spiritualitas dari kalangan remaja muda didunia
❖ Hasil riset dari David Kinnaman*) dari Barna Group, 7 dari 10 orang
generasi muda (anak remaja) yang rajin beribadah di gereja meninggalkan gereja pada saat mereka menginjak jendela usia antara 18 hingga 30
tahun.
❖ Vanhoozer**) menjelaskan adanya pengaruh budaya otentisitas dengan kemajuan teknologi memtransformasi manusia menjadi “buffered self ” yang kemudian “disenchanted” yaitu diri yang berpusat pada pikiran
sendiri. Munculnya sekularitas, alih-alih menolak gagasan tentang Tuhan, generasi ini justru mengabaikannya; mereka bukan memikirkan agama dan menolaknya, malahan mereka tidak memikirkannya sama sekali, generasi “The Nones”, “MTD” (Moralistic Therapeutic Deism).
*) David Kinnaman, and Aly Hawkins. You Lost Me and Rethinking Faith: Why Young Christian are Leaving Church (Grand Rapids, MI: Baker Books, 2011)
**) Kevin J. Vanhoozer, "What is Everyday Theology? How and Why Christians Should Read Culture." In Everyday Theology:
How to Read Cultural Texts and Interpret trend ands (Cultural Exegesis), edited by Kevin J Vanhoozer, Charles A Anderson, &
Michael J Sleasman (Grand Rapids Michigan: Baker Academics, 2007)
Terjadi eksodus spiritualitas dari kalangan remaja muda di Indonesia, di tengah-tengah era digtal
❖ Dilanjutkan hasil riset Bilangan Riset Center (2018), dinamika
spiritualitas generasi muda Kristen di Indonesia dilakukan terhadap
responden generasi muda Kristen (berusia 15-25 tahun) sejumlah 4.095 orang tersebar di 42 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
❖ Dari data yang dikumpulkan dan dianalisis, ditemukan bahwa “sekitar
80-90% persen remaja yang di masa lalu rajin dan aktif mengikuti ibadah kaum muda/remaja dan sekolah minggu di gereja mulai mengambil
keputusan untuk meninggalkan gereja, dimulai sekitar usia 15 tahun.
*) Dinamika Spiritualitas Generasi Muda Kristen Indonesia. Edited by Bambang Budijanto (Jakarta: P.T. Gramedia, 2018)
Eksodus di tengah era digital
Eksodus spritualitas masa kini
Berbagai faktor memberikan pengaruh pada eksodus spiritualitas dari kalangan remaja muda di Indonesia
❖ Eksodus spiritualitas membangunkan
kewaspadaan para pendidik generasi muda Indonesia baik di keluarga, gereja, sekolah.
❖ Bilangan Research Center*) mengingatkan perlunya antisipasi potensi eksodus
spiritualitas di masa mendatang. Di balik tren eksodus yang semakin marak terjadi,
penelitian-penelitian dan literatur Kristen kontemporer membaca adanya tren budaya dan spiritualitas sekuler yang mengancam pertumbuhan iman generasi muda.
❖ Mereka memaparkan institusi Kristen cenderung membawa budaya represif, membawa formasi spiritualitas yang
membosankan karena tidak memiliki koneksi dengan pengalaman hidup kita yang
mendalam.
*) Dinamika Spiritualitas Generasi Muda Kristen Indonesia. Edited by Bambang Budijanto (Jakarta: P.T. Gramedia, 2018)
Terjadi Eksodus Spiritualitas dari kalangan remaja muda di Indonesia
❖ Di Indonesia, Bilangan Research Center menemukan alasan generasi muda yang semula rajin dan aktif ibadah kaum muda setiap minggu, sekarang tidak lagi ke
gereja.
❖ Kesibukan sekolah sebanyak 21,4%;
❖ Program ibadah kaum muda tidak menarik/ tidak berguna/ tidak relevan sebanyak 13,9%
❖ Tidak memiliki teman-teman sejati di gereja sebanyak 11,2%.
❖ Sekitar 72,3%, yaitu generasi muda Kristen yang sangat besar kemungkinannya untuk tidak terlibat dalam memberitakan Injil,
❖ Tidak mengalami pertumbuhan rohani yang sehat, tidak menemukan tujuan hidupnya dalam Tuhan, bergaul akrab dengan Tuhan dan bahkan mungkin kurang berpengharapan dan bergairah dalam hidup, karena mereka tidak memiliki komunitas yang kuat.
Jika ini terjadi, maka tidak dapat dihindari lagi akan terjadi eksodus besar-besaran dari generasi muda meninggalkan gereja.
Eksodus spritualitas masa kini
*) Dinamika Spiritualitas Generasi Muda Kristen Indonesia.
Edited by Bambang Budijanto (Jakarta: P.T. Gramedia, 2018)
Integrasi iman dan ilmu bagi formasi spiritual
Sekolah Kristen urgent menjalankan Integrasi Alkitab dalam subjek mata pelajaran untuk membimbing spiritual murid di era digital
❖ Gaebelin (1972) menyebutkan Integrasi iman dan ilmu dalam pembelajaran merupakan sebuah bentuk yang menyeluruh antara pendidik Kristen, materi pelajaran serta administrasi yang memiliki pola yang kekal dan tak terbatas pada kebenaran Allah.
❖ Menurut Bagley (2009), peranan integrasi Alkitab untuk membimbing dan menolong murid agar memiliki pikiran yang kritis dalam pandangan alkitabiah pada setiap subjek pelajaran.
❖ Paul Kienel (1982) menyebutkan tujuan integrasi Alkitab yang dilakukan para pendidik adalah untuk membina murid dalam Biblical worldview, Christian mind, Christian nurturing, dan Christian Formation. Kienel memberikan penegasan
bahwa perlunya melaksanakan integrasi alkitab secara menyeluruh dengan semua subjek pelajaran.
Gaebelein, Frank E. The Pattern of God’s Truth. Chicago, Illinois: Moody Press, 1972
Kienel Paul A, Gibbs Ollie E. and Berry Sharon E. editors, Philosophy of Christian School Education, Colorado:
ACSI publisher, 1982.
Badley, K. Clarifying “Faith-learning integration”: Essentially contested concepts and the concept- conception distinction. Journal of Education and Christian Belief 13 (2009): 10.
Pendidikan Kristen
Digitalisasi Pendidikan Kristen ibarat dua sisi keping uang logam, peluang dan tantangan
❖ Peluang
• Teknologi digital bagi pembelajaran Learning Management System (LMS) baik blended, hybrid, flipclassroom bagi pelayanan pendidikan Kristen dalam pastoral care.
• Mengintegrasikan iman dan pembelajaran (faith and learning)
❖ Dampak negatif,
• Adanya tsunami informasi,memudahkan mendapatkan informasi dan konten bermanfaat sekaligus informasi negatif, paparan filsafat, prinsip- prinsip hidup sekuler, termasuk informasi yang menyesatkan dan
membahayakan (pornografi, game kekerasan, hate-dangerous speech.
• Terjadi eksodus iman dari kalangan muda Kristen.
Implementasi LMS
❖ Era digital mengharuskan keberadaan Learning Management System suatu perangkat yang
mengikat seluruh proses sekolah dalam sebuah ekosistem pembelajaran ada di dalam kelas dengan aktivitas cyber murid di rumah atau berbagai tempat, dalam setiap waktu, dengan berbagai gadget “Digital Classroom”.
(“pilot projekny” didukung di masa pandemi)
❖ Aplikasi hybrid Learning, Blended learning dan flipped learning (flip class).
❖ Menyediakan materi pembelajaran dalam berbagai variasi media (video, animasi, audio dan hipermedia) termasuk proses dan tes dalam pembelajaran.
❖ Menyediakan dokumentasi proses pembelajaran, termasuk buku rapor.
Perangkat LMS “fave” digunakan Moodle, Edmodo, Blackboard, Cornerstone, Schoology, SEQTA
Pendidikan Kristen era digital
Mengingat tantangan yang harus dihadapi hal berikut harus segera disiapkan
❖ Pengajaran mengenai doktrin kekristenan dalam bentuk pembelajaran PAK yang lebih doktrinal tidak sekedar etika Kristen
❖ Pembelajaran terintegrasi iman dan ilmu. Penulis Pendidikan Kristen D.P.
Jhonson (2015) menjelaskan integrasi Alkitab ke dalam mata pelajaran dalam kehidupan siswa untuk memungkinkan mereka mengembangkan visi hidup alkitabiah yang akan membimbing mereka untuk berpikir dan bertindak bagi kemuliaan Tuhan agar mereka dapat hidup berkelimpahan.
*)
❖ Integrasi Alkitab adalah sebuah proses untuk membentuk
pandangan/perspektif Alkitab ke dalam seluruh aspek kehidupan murid.
*) D.P. Johnson (2015), Truth Weaving Biblical Integration for God's Glory and Their Abundant Living
Guru dan integrasi Alkitab
• Tiga pilar pendidikan – keluarga, gereja, dan sekolah – perlu intens menjalankan misi dan visi injili, kembali me “revival”
sekolah Kristen akan misi injili yang diembannya.
• Pentingnya formasi spiritualitas dengan pembelajaran terintegrasi Alkitab
❖ Guru Kristen memiliki kesempatan
yang sangat besar dan potensi pengaruh yang dalam untuk formasi spiritualitas remaja. Mengingat eksodus remaja
❖ Sekolah Kristen haruslah menjadi institusi yang mentransmisi
seperangkat rumusan kepercayaan dan wawasan Kristen.
❖ Sekolah Kristen melalui guru Kristen yang berinteraksi langsung dengan murid harus membangun relasi dan pengajaran terintegrasi dengan iman dan ilmu yang alkitabiah untuk
memuridkan mereka mengikuti Kristus.