• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA PESTISIDA NABATI YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN TEMBAKAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEBERAPA PESTISIDA NABATI YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN TEMBAKAU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA PESTISIDA NABATI YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN TEMBAKAU

Oleh :

Umiati,SP dan Nuryanti, SP

A. PENDAHULUAN

Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika. Perkembangan penanaman tembakau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan perkembangan perdagangan di dunia luar. Di samping itu karena pengaruh iklim dan tanah di daerah-daerah pertanaman dan cara-cara bercocok tanam, banyak terdapat tipe-tipe atau jenis-jenis tembakau antara lain : tembakau susur, tembakau untuk sigaret kretek, rokok lintingan, tembakau sigaret putih, dan tembakau cerutu yang hasilnya dipasarkan di Eropa untuk industri cerutu (Abdullah dan Soedarmanto, 1990).

Dalam Budidaya tanaman sering kita jumpai berbagai kendala yang mengakibatkan produksi berkurang. Salah satu faktor penyebab turunnya produksi maupun kualitas tembakau adalah serangan hama. Apabila terjadi kerusakan pada daun seperti robek dan berlubang maka harga tembakau tersebut turun hingga setengah harga di pasar pelelangan (Maulidiana, N, 2008 dalam PTPN XII, ). Serangga hama yang sering ditemukan menyerang tembakau adalah Helicoverpa spp. dan Spodoptera litura yang dapat menyebabkan kehilangan hasil 30% - 40% (Amir, 2009). Pengendalian S. litura pada tembakau masih mengandalkan insektisida kimia karena mudah dilaksanakan dan cepat diketahui hasilnya. Insektisida yang digunakan 10 – 15 liter/ha dengan selang penyemprotan 3 – 5 hari (Handoko, 1996 dalam Amir, 2009). Penggunaan insektisida yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pendapatan petani maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna (parasitoid, predator dan penyerbuk) dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama terhadap insektisida juga dapat mengurangi kualitas tanaman (Laoh et al., 2003). Mengingat dampak negatif penggunaan insektisida, pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan tentang sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Arifin, 2011). Pemakaian pestisida organik dan penerapan PHT adalah dua hal yang saling mendukung. Penerapan PHT bertujuan untuk menekan dampak negatif pemakaian pestisida sintesis, hal ini sejalan dengan tujuan pemakaian pestisida nabati yang ramah lingkungan (Sukorini, 2006). Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap serangga bukan sasaran, mudah terurai di alam, memiliki toksisitas dan fitotoksis yang rendah karena tidak meninggalkan residu pada tanaman (Tohir, 2010). Di Indonesia,

(2)

banyak terdapat jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati, diantaranya umbi gadung, babadotan maupun biji jarak (Kardinan, 2004).

B. SISTEMATIKA DAN MORFOLOGI ULAT GRAYAK (S. litura)

S. litura atau ulat grayak adalah serangga yang termasuk dalam phylum Arthropoda ,klas Insekta,ordoptera Lepidoptera, famili Noctuidae, genus Spodoptera dan species S.litura (Kalshoven ,1981). mengemukakan bahwa, nama umum S. litura adalah ulat pemotong rumput, selain itu juga dikenal dengan nama ulat grayak atau ulat tentara. S.litura tersebut mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : Telur dari S.litura diletakkan pada permukaan daun bagian bawah secara berkelompok,berkisar 25 -500 butir per kelompok, tertutup semacam beludru berwarna coklat kekuningan.Masa inkubasi antara 2 -4 hari.

Stadia larva berkisar antara 15-30 hari. Pada stadia larva mengalami 6 kali instar yaitu: - Instar 1 : Warna tubuh hijau bening, panjang 2 - 2,74 mm, ditumbuhi bulu-bulu halus.

Kepala warna hitam ,lebar 0,2-0,3 mm.

- Instar 2 : Tubuh berwarna hijau panjang 3,75 -10 mm, bulu-bulunya tidak dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung abdomen. Pada toraks terlihat. Pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam melingkar .

- Instar 3 : Panjang tubuh 8 – 15 mm, lebar kepala 0,5 -0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig – zag berwarna putih dan bulatan – bulatan hitam sepanjang tubuh.

- Instar 4,5 dan 6 : ketiga instar ini agak sulit dibedakan .Panjang tubuh 13 -20 mm,

Untuk larva instar 4, instar 5: 25 -35 mm dan instar 6 : 35- 50 mm. Pada bagian kiri dan kanan tubuhnya tardapat gambar berbentuk setengah lingkaran. Mulai instar 4, warna tubuh larva bervariasi yaitu hitam, hijau keputihan, hijau kekuningan atau hijau keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan. Warna pupa coklat kemerahan dengan panjang 12,5 -17,5 mm. Lama stadia pupa 8-10 hari . Pada stadia imago sayap depan berwarna coklat atau keperakan, sayap belakang S.litura berwarna keputihan dengan noda hitam. Panjang kupu betina 14 mm sedangkan jantan 17 mm (Anonymous, 1991 ).

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu spesies hama yang menyerang tanaman tembakau. Selain menyerang tembakau, ulat ini juga menyerang tanaman lainnya seperti kedelai, kacang tanah, kentang, cabai, bawang merah dan kubis.

Umur ngengat pendek, bertelur dalam 2-6 hari. Telur diletakkan dalam kelompok dan bentuknya bermacam-macam. Masing-masing kelompok berisi telur lebih kurang 350 butir dan jumlah semua telur 2000-3000 butir. Telur akan menetas sesudah 3-5 hari. Untuk sementara

(3)

setelah menetas, ulat kecil masih tetap berkumpul. Baru beberapa hari kemudian mereka tersebar mencari makanan. Ulat mempunyai warna yang bervariasi, tetapi ada ciri utama, yaitu adanya garis menyerupai kalung berwarna hitam yang melingkar pada ruas ketiga. Kepompongnya berwarna coklat tua dan terdapat di permukaan tanah (Kalshoven 1981).

Ulat merusak tanaman tembakau dengan cara membuat lubang pada daun tembakau, sehingga mutu daun menjadi berkurang. Siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan menyerang tanaman pada malam hari. Mereka suka bersembunyi di tempat yang lembab. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Setelah cukup dewasa yaitu sekitar 2 minggu ulat mulai berkepompong di dalam tanah. Pupanya dibungkus dengan tanah.

Gambar 1. Hama Spodoptera litura

C. GEJALA SERANGAN

Ulat merusak tanaman tembakau dengan cara membuat lubang pada daun tembakau, sehingga mutu daun menjadi berkurang. Ulat muda makan daun dengan menyisakan epidermis, sehingga daun menjadi transparan. Ulat tua memakan seluruh bagian daun dan yang ditinggalkan hanya tulang daunnya saja.

Gambar 1. Serangan S. litura (Satrio S, 2011)

D. PESTISIDA NABATI DAN CARA PEMBUATANNYA

Beberapa pestisida nabati yang dapat dipilih untuk pengendalian hama tanaman (Lukitaningsih D, 2009) :

(4)

1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”

Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.

Cara Pembuatannya:

- 1 kg daun pepaya segar dirajang

- Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan semalam.

- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus. - Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman. 2. Pestisida Nabati “Biji Jarak”

Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” , efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan), Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).

Cara Pembuatannya:

- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.

- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter. - Siap digunakan dengan cara di semprotkan ke tanaman.

3. Pestisida Nabati ”Pacar Cina “

Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tanin. Efektif untuk mengendalikan ”Hama ulat “.

Cara Pembuatan:

- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk agar menjadi larutan. - saring dengan kain halus.

- siap disemprotkan ke tanaman. 4. Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “

Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.

Cara Pembuatan :

- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus. - Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap disemprotkan ke tanaman.

(5)

5. Pestisida Nabati ”Daun Mimba “

Daun mimba mengandung Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol. Efektif mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll. Cara pembuatan :

a. Dengan ” Biji Mimba “

- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba - rendam dalam 10 liter air semalam

- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman. b. Dengan ” Daun Mimba “

- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.

- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.

6. Pestisida Nabati ” Srikaya “

Srikaya mengandung annonain dan resin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.

Cara Pembuatan

- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang

- Rendam dalam 1 liter air, 1 gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.

7. Pestisida Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Cara Pembuatan

- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.

E. KESIMPULAN

Masalah yang sering merugikan petani dalam kegiatan produksi adalah hama penyakit tanaman dan bencana alam. Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman biasanya petani menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal

(6)

pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif.

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia.

Sederhananya, pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dengan mekanisme kerja yang unik terhadap hama sasaran. Kata “unik” ini merujuk pada sebuah efek yang tidak berarti harus membunuh hama sasaran. Unik bisa berarti mengusir, memperangkap, menghambat perkembangan serangga/hama, mengganggu proses cerna, mengurangi nafsu makan, bersifat sebagai penolak, bahkan memandulkan hama sasaran

Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian (Yulianti, 2013). Dengan melihat banyaknya keuntungan penggunaan pestisida nabati, dalam melakukan budidaya tanaman hendaknya petani diarahkan untuk menggunakan pestisida nabati.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. dan Soedarmanto, 1990. Budidaya Tembakau. Yasaguna, Jakarta. hlm. 9-13. Amir, A. M. 2009. Pemantauan Resistensi Hama Tembakau terhadap Insektisida. Balai

Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang. J. Ilmiah Tan. Tembakau 8(3):376– 380. Departemen Pertanian. 2009. Pestisida Nabati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. http://jambi.litbang.deptan.go.id.

Anonymous,(1991). Agricultural Statistics. Statistics and Farm Management Unit, Department of Agriculture,Peradeniya (unpublished).

Arifin, 2011). Teknik Produksi dan Pemanfaatan Bioinsektisida NPV untukPengendalian Ulat Grayak Kedelai. Balai Penelitian Bioteknologi

(7)

Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Laoh, J. at al. 2003. Kerentanan Larva Spodoptera litura F. terhadap Virus Nuklear Polyhedrosis. Universitas Riau. Pekanbaru. J. Natur Indonesia 5(2):145-151.

Lukitaningsih D, 2009. Macam – Macam Pestisida Nabati/Alami dan Cara Pembuatannya. http://dewilukitaningsih.wordpress.com

Maulidiana, N. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia. Sripsi, Universitas Sumatera Utara.

Satrio Singolandoh, 2011. Hama Penting Tanaman Tembakau.

Sukorini, H. 2006. Pengaruh Pestisida Organik dan Interval Penyemprotan terhadap Hama Plutella xylostella pada Budidaya Tanaman Kubis Organik. GAMMA 2(1):11-16. Tohir, 2010 Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati untuk Menurunkan

Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.) di Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian 15(1):37–40.

Yulianti, 2013. Pestisida Nabati. Kementerian Pertanian Republik Indonesia -- http://epetani.deptan.go.id

Gambar

Gambar 1. Serangan S. litura (Satrio S, 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan roadmap jambu kristal Indonesia tahun 2015−2035, jambu kristal memiliki peluang dan potensi yang cukup menjanjikan untuk menggantikan (subtitusi)

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan awal sambung samping tanaman jambu kristal pada berbagai taraf konsentrasi IAA dan BAP yang berbeda, serta

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui bagaimana pengembangkan perangkat pembelajaran model ARIAS pada

(3) Ketentuan tentang prosedur, struktur rencana maupun laporan hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diatur dalam Pedoman Penyelenggaran Penelitian dan

Pembentukan pegunungan pada kala miosen tengah telah mengangkat bagian tenggara dari cekungan tersebut dan batuan Formasi Tertiary yang muncul dari erosi

Dampak dari perlawanan Teuku Nyak Raja terhadap Agresi Belanda dengan terbunuhnya Kohler itu menjadi dampak yang sangat besar, karena setelah Kohler terbunuh menjadi

Kajian ini menemukan beberapa hal: Pertama, konstruksi muslimah mompreneur yang ditawarkan Hadila adalah ibu rumah tangga, memiliki usaha yang akrab dengan dunia perempuan,

Ada empat alternatif strategi dalam penyelesaian konflik penguasaan lahan di Lokapurna yaitu mengeluarkan masyarakat secara keseluruhan dari Taman Nasional (relokasi),