43
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tempat penelitian
4.1.1 Gambaran Geografis Desa Tumbang Baringei
Desa Tumbang Baringei merupakan salah satu desa
yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rungan
Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. Desa
Tumbang Baringei mempunyai luas wilayah 28,2 KM2 dengan kepadatan penduduk pada tahun 2015 mencapai
950 jiwa yang terdiri dari 270 jiwa laki-laki dan 280 jiwa
perempuan. Desa Tumbang Baringei berbatasan dengan
Desa Tumbang Malahoi dan Desa Jangkit pada wilayah
Utara, wilayah Selatan berbatasan dengan desa Tumbang
Jutuh, Wilayah Barat berbatasan dengan Desa Tajah
Antang, sedangkan pada wilayah Timur Desa Tumbang
Baringei berbatasan dengan Desa Tumbang Miwan.
[image:1.516.86.449.182.641.2]Sumber:(http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/ profil_kota/kab.gunungmas/)
Keseharian masyarakat Desa Tumbang Baringei ini
juga tidak jauh berbeda dengan keseharian masyarakat di
desa lainnya, seperti bercocok tanam yang meliput
menamam sayur-saturan, padi, dan karet. Selain itu juga
keseharian masyarakat Desa Tumbang Baringei yaitu
berternak babi, ayam sapi, bebek, dan hewan ternak
lainya. Sebagian besar warga masyarakat Desa Tumbang
Baringei merupakan penambang emas, dan menyadap
karet.
Kondisi populasi Desa Tumbang Baringei masih
tergolong kecil, sehingga membuat kehidupan masyarakat
di Desa Tumbang Baringei ini saling berdekatan serta
memiliki kehidupan yang masih erat dengan nilai-nilai
kebudayaan setempat. Tidak mengherankan jika
kehidupan masyarakat di Desa Tumbang Baringei ini
masih kental dengan adat istiadat dan kebudayaan yang
ada di Desa tersebut, seperti halnya kepercayaan
masyarakat terhadap dukun bayi yang menjadi suatu
fenomena yang tidak asing di Desa Tumbang Baringei.
Fenomena dukun bayi ini sudah ada sejak jaman nenek
moyang dulu, hingga sekarang keberadaan dukun bayi
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
desa Tumbang Baringei
4.1.2 Proses pelaksanaan penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap
dalam proses pelaksaan penelitian, yang meliputi tahap
pembuatan surat, tahap penentuan informan, dan tahap
pengumpulan data dari informan
4.1.2.1 Tahap Pembuatan Surat
Sebelum melakukan penelitian peneliti
menyiapkan beberapa hal yang nantinya
mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama
yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan
surat-surat yang nantinya diperlukan pada saat
penelitian, seperti surat pengantar dari Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya
Wacana (FIK UKSW), dan surat persetujuan
penelitian. Setelah semua surat sudah disiapkan,
peneliti berangkat ketempat penelitian.
4.1.2.2 Penentuan Informan
Lokasi pada penelitian ini berada di luar
daerah Jawa Tengah, yaitu di Desa Tumbang
Mas Kalimantan Tengah. Pada tanggal 09 April
2016, peneliti berangkat ke tempat penelitian. Tiba
di tempat penelitian, peneliti memilih informan yang
sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh
peneliti sebelumnya.
4.1.2.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik wawancara untuk mengumpulkan data dari
informan, sehingga peneliti menyiapkan panduan
wawancara yang telah dibuat peneliti sebelumnya.
Pada saat proses wawancara, peneliti mengunakan
handphone sebagai alat perekam untuk merekam percakapan antara peneliti dan informan terkait
dengan persepsi infroaman tentang dukun bayi,
serta alat tulis yang menunjang proses wawancara.
Peneliti mulai melakukan wawancara pada tanggal
13 april 2016.
4.1.3 Gambaran Informan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5
warga masyarakat desa Tumbang Baringei yang sudah di
dipilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah
4.1.3.1 Identitas Informan 1 (Inf1)
Nama : Ny.K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Ny.K merupakan warga masyarakat desa
Tumbang Baringei. Ny.K adalah seorang ibu yang
pernah menggunakan jasa dukun bayi sebanyak
empat kali dalam proses persalinannya, yang
dimana kelima anaknya tersebut lahir di desa
Tumbang Baringei. Pekerjaannya adalah sebagai
ibu rumah tangga. Keseharian Ny.K yaitu
mengurus anaknya yang masih bayi, memasak,
dan membersihkan rumah. Peneliti memilih Ny.K
sebagai Informan 1 karena melihat riwayat
persalinan Ny.K yang sudah empat kali bersalin
dengan jasa dukun bayi, maka peneliti berharap
Ny.K dapat memberikan informasi yang luas terkait
persepsi Informan 1 mengenai dukun bayi.
4.1.3.2 Identitas Informan 2 (Inf2)
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Ny.E merupakan seoarang ibu yang
mempunyai pengalaman bersalin dengan bantuan
dukun bayi sebanyak dua kali, dan satu kali
dengan bantuan bidan. Riwayat persalinan yang
demikian membuat peneliti tertarik memilih Ny.E
sebagai Informan 2. Karena dengan riwayat
persalinan yang dimiliki oleh Ny.E, diharapkan
Ny.E dapat memberi informasi yang mempunyai
warna tersendiri terkait persepsi mengenai
pemilihan dukun bayi dalam menolong persalinan.
Ny.E lahir di Desa Tumbang Baringei pada tahun
1981. Informan 2 adalah anak ke-2 dari empat
bersaudara. Keseharian Ny.E adalah mengurus
anaknya yang masih bayi dan sambil menjaga toko
sembakonya.
4.1.3.3 Identitas Informan 3 (Inf3)
Nama : Tn.D
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 50 tahun
Tn.D adalah salah satu tokoh adat di desa
Tumbang Baringei. Tn.D adalah seorang
wiraswasta. Tn.D masyarakat asli Desa Tumbang
sejak tahun 1987, dan menjadi tokoh adat sudah
10 tahun. Kedudukannya sebagai tokoh adat
membuat peneliti tertarik memilih Tn.D untuk
menjadi informan dalam penelitian ini, mengingat
tokoh adat adalah bagian dari elemen penting
dalam masyarakat dan tentu mempunyai wawasan
yang luas dalam menanggapi suatu fenomena
yang terkait dengan kebudayaan.
4.1.3.4 Identitas Informan 4 (Inf4)
Nama : Tn.Y
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 50 tahun
Tn.Y adalah salah satu perangkat desa yang
menjabat sebagai sekretaris desa, latar belakang
Tn.Y tentu mempunyai perbedaan dengan latar
belakang informan lainya, hal itu yang menjadi
menarik bagi peneliti, karena Tn.Y mempunyai
peran yang berhubungan dengan penelitian yang
berorientasi pada pemahaman atau persepsi
masyarakat, dan Tn.Y juga merupakan elaman
masyarakat Tn.Y lahir di desa Tumbang Baringei
dan Tn.Y berada di desa Tumbang Baringei sudah
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data dari hasil wawancara keempat
informan mengatakan bahwa dukun bayi adalah orang yang
mempunyai kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam
menolong persalinan. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki
dukun bayi tersebut akan di deskripsikan lebih jelas pada
beberapa tema yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu: (1)
penilaian terhadap dukun bayi, (2) peran dukun bayi sebelum
dan sesudah persalinan, (3) dukun bayi sebagai bagian dari
tradisi (4) harapan untuk dukun bayi.
4.2.1 Penilaian Terhadap Dukun Bayi
Penelitian ini memaparkan beberapa penilaian
masyarakat terhadap dukun bayi. Informan menilai bahwa
dukun bayi sudah bagus dalam menolong persalinan
karena memiliki banyak pengalaman. Pengalaman dukun
bayi dalam membantu persalinan sudah tidak diragukan
lagi, karena dukun bayi sudah menekuni pekerjaan
sebagai dukun bayi sudah lama, sehingga banyak
pengalaman yang didapatkan oleh seorang dukun bayi,
seperti pengalaman dukun bayi dalam merubah posisi bayi
yang abnormal di dalam rahim dengan cara memijat perut
posisi janin yang abnormal, tujuan lain dari pijat perut yaitu
agar pada saat waktu persalinan tiba, bayi dapat lahir
dengan lancar. Namun informan juga mengakui bahwa
dukun bayi memang tidak mempunyai pendidikan yang
tinggi seperti pendidikan yang dimiliki seorang bidan,
walaupun demikian informan tetap mengakui pula bahwa
pengalaman dukun bayi tidak kalah dengan pengalaman
bidan, bahkan pegalaman dukun bayi dianggap lebih
banyak dari bidan, terutama bidan-bidan yang baru lulus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan sebagai
tringaulasi sumber pada penelitian ini, menyatakan bahwa
dukun bayi adalah orang yang dianggap lebih
berpengalaman karena lebih sering menolong persalinan.
Berikut ungkapan dari informan:
“Awi je are pangalaman a te, je purung parang ih bidan kampung te nah guang desa-desa uluh tehau iye, are jadi uluh hapan iye, kueh je lihai kare ngurut nah, masyarakat nah jadi patuh denga. Dan je pasti nah murah.
(karena sudah banyak pengalamannya,bidan
Informan juga mengungkapkan bahwa pertolongan
yang diberikan oleh dukun bayi bersifat sosial atau
kekeluargaan saja. Hal tersebut dapat dilihat pada
pernyataan informan berikut:
“Amun menurut aku te, tege kia tapa are te nah selain biaya, memang ewen memahai bidan kampung tuh memang bahalap, awi terkadang dukun bayi kau kia ewenkan tau bersifat apalagi amun keluarga kan, kilau sosial ah ih, awi ewen menolong bila mana saat dibutuhkan awi pasien kebetulan bidan puskesmas tuh jatun pangalaman ah huang narai macam ah,,”
(kalau menurut aku, ada juga kebanyakan selain bayi, memang masyarakat memahami dukun bayi itu bagus, karena terkadang dukun bayi itu bisa bersifat kekeluargaan, seperti sosial saja kalau menolong, karena kalau mereka menolong apabila saat dibutuhkan oleh pasien, kebetulan bidan puskesmas ini tidak ada pengalamannya pada beberap hal) (Inf4, 396-419).
Pemotongan tali pusat yang dilakukan dukun bayi
dianggap lebih aman, karena dukun bayi memotong tali
pusat pada saat plasenta sudah keluar dari rahim ibu.
Sedangkan teknik yang digunakan bidan yaitu plasenta
dipotong pada saat plasenta masih di dalam rahim ibu, dan
tindakan seperti itu dianggap berbahaya menurut penilaian
beberapa informan. Informan menilai waktu pemotongan tali
pusat yang dilakukan bidan menjadikan salah satu alasan
dengan bantuan bidan, kerena berdasarkan ungkapan
informan bahwa pernah ada kejadian dimana ibu yang
bersalin meninggal dunia karena plasenta yang masih di
dalam rahim itu bergerak naik keatas menutup jalan nafas
ibu, hal demikian yang dapat menimbulkan kematian.
Namun menurut informan jika plasenta itu masih terikat
dengan bayi maka hal tersebut tidak bisa terjadi. Plasenta
yang dapat bergerak tersebut dikenal dengan nama “tabuni
rangkang” bagi informan. Hal itu dapat dilihat pada
pernyataan informan berikut:
“….tapi amun ayun bidan rumah sakit nah, langsung netek ih, bahkan te masih melai bitin itah nih tabuni eleh ndai netek ah, jite je terutama eka kikeh uluh manak dengan bidan rumah sakit, je pertama awi je netek tabuni masih melai kanai nah, kan tege pengalaman je puji uluh matei nah awi gara-gara tabuni masih melai kanai nah, amun bidan kampung nunggu balua harun netek ah”
(…tapi kalau bidan rumah sakit, langsung dipotong, bahkan itu ari-arinya masih di perut kita, kan ada pengalaman kalau ada yang pernah meninggal gara-gara ari-arinya lama berada didalam perut. Kalau dukun bayi tunggu keluar baru dipotong), (Inf5, 394-414).
Dukun bayi juga tidak pernah membawa dampak
yang kurang baik bagi ibu-ibu hamil yang bersalin dengan
dukun bayi, seperti kematian ibu dan anak. Walupun
dukun bayi hanya bermodalkan pengalaman dan hanya
namun informan mengungkapkan persalinan yang ditolong
dukun bayi selalu selamat. Seperti yang diungkapkan oleh
informan berikut:
“Jatun ih je lalau dia bahalap, amun bidan kampung te rata-rata salamat ih amun ewen nolong uluh manak,..”
(tidak ada dampak yang tidak bagus, karena setahu saya rata-rata yang ditolong dukun bayi itu selamat.) (Inf2, 291-297), (Inf3, 501-508), (Inf4, 444-457).
Dukun bayi mempunyai kelebihan yang menurut
informan tidak dimiliki oleh bidan, seperti keahlian dukun
bayi dalam memperbaiki posisi bayi yang sungsang,
miring, ataupun melintang. Hal ini juga didukung dengan
pernyataan bidan bahwa dukun bayi mempunyai
kemampuan dalam memjiat perut ibu, sedangkan bidan
hanya sebatas melakukan pemeriksaan leopold.
Kemampuan merubah posisi bayi yang abnormal dalam
kandungan ini tidak dimiliki oleh seorang bidan. Selain
untuk memperbaiki posisi bayi, memijiat perut ibu juga
bertujuan untuk menjaga agar posisi bayi dalam
kandungan tetap dalam posisi normal sehingga pada saat
waktu kelahiran tiba dapat berjalan dengan lancar.
Informan juga mengungkapkan bahwa dukun bayi juga
terlebih dahulu atau bayi yang lahir sungsang. Hal ini
dapat dilihat pada pernyataan informan berikut:
“Dohop uluh manak te, kilau kare tau ngurut nah, kare ngmbuah posisi awo amun kare pai melai ngiwa nah, kare miring nah tau,, bidan puskesms nah dia tau,,”
(menolong orang melahir, seperti bisa memijat perut, terus memperbaiki posisi bayi yang miring, sungsang, bidan puskesmas tidak bisa) (Inf1, 412-421), (Inf2, 260-284), (Inf3, 60-81), (Inf4, 108-130).
Jasa dukun bayi lebih murah dibandingkan dengan
jasa bidan menjadikan salah satu kelebihan dari dukun
bayi. menurut informan biaya yang harus dikeluarkan
untuk membayar jasa dukun bayi biasanya tidak
ditentukan, atau pemberian sukarela saja, sehingga biaya
yang cenderung lebih murah menjadikan dukun bayi
masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat, terutama
bagi golongan masyarakat yang mempunyai
perekonomian kurang mampu. Hal ini dapat kita lihat pada
pernyataan informan berikut:
“Awi termasuk biaya, amun bidan puskesmas biaya a te tangah due juta jadi ewen narget ah, mun bidan kampung kau jatun, sekedar pire panenga ih, jatun ye nentu ah, jite ih je nguan uluh masih duan bidan kampung nah, lebih murah”
dukun bayi, le bih murah) (Inf2, 209-223), (Inf3, 359-381), (Inf4, 257-291).
4.2.2 Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Persalinan
Peran yang diberikan oleh dukun bayi
bermacam-macam, seperti peran sebelum melahirkan, dukun bayi
bisa mengatur makanan ibu hamil mana yang bisa
dimakan mana yang tidak, memijat perut ibu untuk
mengetahui posisi bayi apakah normal atau tidak, dan
memberikan petuah untuk proses persaliannya nanti
lancar. Berikut pernyataan informan:
“Amun sebelum manak bahut nah peran ah matur kare panginan je dia tau kinan metuh manak..”
(kalau sebelum persalinan biasanya perannya yaitu mengatur makanan mana yang tidak boleh dimakan selama hamil) (Inf1, 154-160), (Inf 2, 93-100), (Inf3, 211-221), (Inf4, 87-99).
`
Peran dukun bayi tidak hanya saat sebelum
melahirkan saja, tetapi pada saat setelah melahirkan juga
dukun bayi memberikan obat-obat tradisional dari
kayu-kayuan yang bertujuan untuk memulihkan kondisi ibu yang
sebelumnya lemah karena setelah melewati proses
persalinan yang dapat membuat kondisi fisik terganggu,
dan obat tradisional ini juga untuk menguatkan ibu setelah
melahirkan. Selain bagi ibu, infroman juga
petuah untuk bayi dengan harapan bayi tetap dalam
kondisi yang sehat, petuah tersebut diletakan pada air
yang akan digunakan untuk memandikan bayi. Berikut
pernyataan informan terkait peran dukun bayi setelah
persalinan:
“Jadi melahir ndai, yenah je nenga kare kayu manganyu, obat tradisional mangat gulung barigas au..”
(sudah lahir, bidan kampung/dukun bayi memberi kayu kayuan, obat tradisional sepuya cepat sehat katanya) (Inf2, 108-115), (Inf3, 408- 426), (Inf4, 137-148).
4.2.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi
Informan mengungkapkan bahwa memilih dukun
bayi dalam menolong persalian juga merupakan bagian
dari kebiasaan masyarakat atau sudah menjadi tradisi
yang turun temurun, karena keberadaan dukun bayi sudah
dikenal sejak dulu. Selain itu, informan berasumsi bahwa
kepercayaan masyarakat kepada dukun bayi serta
kebiasan masyarakat memilih dukun bayi membuat dukun
bayi sulit untuk dihilangkan dari tengah-tengah
masyarakat, karena jika dukun bayi yang sudah tua
meninggal maka akan ada penerus yang
menggantikannya. Informan juga mengungkapkan bahwa
yang buruk dari masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan dukun bayi. Numun menurut informan, pada
kenyataannya sampai sekarang dukun bayi selalu
memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.
Berikut ungkapan informan:
“Awi jadi tradisi bara huran nah, jadi kilau budaya, jadi maleket ndai, bahali marubah ah, awi je turun temurun nah, awi amun matei je bakas-bakas ah, tege hinai je tau malanjut a”
(karena sudah manjadi tradisi dari dulu, jadi sudah menjadi budaya, sudah melekat, sulit untuk dirubah, karena sudah turun temurun, karena kalau dukun bayi yang tua-tua sudah meninggal, ada lagi yang bisa melanjutkannya) (Inf2, 239-251), (Inf3, 388-402), (Inf5, 582-603).
4.2.4 Harapan Untuk Dukun Bayi
Penelitian ini juga mengungkapkan tentang harapan
informan untuk dukun bayi. Informan berharap agar dukun
bayi tetap ada di tengah-tengah masyarakat. Jika suatu
saat dukun bayi dilarang untuk menolong persalinan,
informan tetap berharap agar dukun bayi tetap
memberikan jasanya dengan didamping oleh bidan. Selain
itu juga informan mengharapkan agar dukun bayi bisa
mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam bentuk
pelatihan maupun penyuluhan. Peralatan yang digunakan
peralatan-peralatan medis seperti halnya yang digunakan oleh
bidan, contoh kecilnya adalah gunting yang digunakan
pada saat pemotongan tali pusat. Berikut pernyataan
informan:
“….jakai tau nah sama-sama ih dengan bidan te, kerjasama ih bidan kampung dengan bidan je sakula”
(iya murah, rugi kalau menurut aku, kalau bisa ya sama-sama aja dengan bidan, kerjasama dukun bayi dengan bidan yang sekolah) (Inf1, 429-436), (Inf2, 311-351), (Inf3, 517-534).
Harapan lain yang diungkapan oleh informan yaitu
diharapkan pemerintah juga dapat memperhatikan dukun
bayi dengan memberinya penghargaan ataupun imbalan
finansial atas jasa dukun bayi dalam menolong persalinan,
4.3 Uji Keabsahan Data
Pada penelitian ini, untuk melakukan uji keabsahan data
peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan member check.
1. Triangulasi Sumber
Pada triangulasi sumber peneliti memilih tenaga
kesehatan yang pada penelitian ini adalah bidan. Peneliti
melakukan wawancara terhadap bidan mengunakan
panduan wawancara yang sama dengan panduan
wawancara pada informan. Hal ini dilakukan peneliti untuk
melihat apakah yang diungkapkan informan mempunyai
kesamaan dengan yang diungkapkan bidan. Selain itu
peneliti juga menanyakan kembali kepada bidan mengenai
beberapa jawaban informan yang peneliti anggap penting
untuk diuji keabsahannya. Hasil dari trianglasi sumber ini
ditemukan bahwa jawaban antara informan dengan bidan
memiliki kesamaan makna.
2. Member check
Pada teknik member check, peneliti menyerahkan hasil wawancara yang sudah dibuat peneliti dalam bentuk
transkip wawancara kepada informan, dan peneliti memberi
waktu kepada informan untuk membaca hasil wawancara
wawancara tersebut, peneliti dan informan mendiskusikan
kembali bebarapa hal terkait dengan hasil wawancara untuk
mengetahui apakah ada hal-hal yang informan anggap tidak
sesuai dengan apa yang informan sampaikan pada saat
wawancara.
4.4 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi
masyarakat desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah terkait
pemilihan dukun bayi dalam proses persalinan. Menurut
Hardjana (2003) persepsi merupakan proses yang kompleks
yang dilakukan orang untuk mengatur, memilih, serta memberi
makna pada kenyataan yang telah dijumpai disekelilingnya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang
baik itu dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Sarwono (1976)
mengungkapkan bahwa perhatian, set, kebutuhan dan sistem nilai serta ciri kepribadian seseorang dapat mempengaruhi
perbedaan persepsi dari individu. Sedangkan pendapat lain
mengungkapkan persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
personal yaitu pengalaman, motivasi, dan kepribadian
(Gunarsa, 2002). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
sebagian besar persepsi dari keempat informan mempunyai
lainya terkait dengan pelayanan dukun bayi. Berbagai persepsi
informan akan dirangkum dalam empat tema besar yang akan
dibahas oleh peneliti, yaitu: (1) penilaian terhadap dukun bayi,
(2) peran dukun bayi sebelum dan sesudah persalinan, (3)
tradisi memilih dukun bayi, dan (4) harapan untuk dukun bayi.
Keempat tema tersebut telah ditentukan peneliti berdasarkan
tujuan dari penelitian, yaitu untuk mencari tahu bagaimana
persepsi masyarakat desa Tumbang Baringei Kalimantan
Tengah tentang dukun bayi terkait pemilihan dukun bayi dalam
proses persalinan.
4.4.1 Penilaian Terhadap Dukun Bayi
Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian
informan terhadap dukun bayi sangat variatif, dan
mempunyai beberapa kesamaan penilaian yang
diungkapkan oleh informan. Adapun penilaian informan
terhadap dukun bayi diantaranya kemampuan dukun bayi
dalam menolong persalinan sudah bagus, dukun bayi
mempunyai banyak pengalaman dalam menolong
persalinan, dukun bayi tidak membawa dampak yang tidak
baik bagi kesehatan ibu dan anak, dan waktu pemotongan
serta biasaya bersalin dengan dekun bayi cenderung lebih
murah.
Penilaian informan yang pertama terhadap dukun
bayi dalam hal kemampuan dukun bayi menolong
persalinan yang dianggap sudah bagus. Kata „bagus‟ tentu
masih sangat umum, maka disini peneliti akan membahas
secara mendetail maksud dari penilaian informan tersebut.
Pengalaman informan yang sudah lama mengenal dukun
bayi akan mempengaruhi bagaimana informan menilai
kualitas pelayanan yang diberikan dukun bayi. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Gunarsa (2002) yang menyatakan bahwa pengalaman
adalah salah satu faktor personal yang mempengaruhi
persepsi seseorang.
Dalam pelayanannya, dukun bayi selalu
memberikan yang terbaik ketika menolong persalinan,
sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
oleh dukun bayi, kemampuan dan keahlian tersebut
mendukung kualitas pelayanan yang diberikan. Seperti
keahlian dukun bayi memperbaiki posisi bayi yang
sungsang, melintang, miring dan posisi abnormal lainnya
hanya dengan memijat perut ibu, ini merupakan penilaian
mendapatkan respon baik dari masyarakat, khususnya
ibu-ibu hamil yang sering meminta dukun bayi untuk
memijat perutnya. Kebiasaan memijat perut ini memang
selalu dilakukan oleh dukun bayi kepada pasiennya,
sehingga sudah menjadi ciri khas dukun bayi dalam
memberikan palayanan. Hal ini sejalan dengan teori
Senoaji (2012) bahwa praktek pijat perut biasanya
dilakukan oleh dukun bayi untuk memutar posisi janin
pada kasus bayi sungsang atau melintang. Namun dalam
bukunya juga Seonaji menyatakan bahwa praktek pijat
perut itu juga membahayakan dan tidak boleh dilakukan,
karena dapat menyebabkan terlepasnya plasenta dan
kematian janin. Pada penelitian ini, salah satu hal yang
menarik menurut peneliti adalah tidak ditemukan kondisi
yang membahayakan pada saat dukun bayi melakukan
pijat perut seperti terlepasnya plasenta ataupun kematian
bayi, hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh informan.
Seperti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian
bahwa tujuan dari pijat perut yaitu memperbaiki posisi
janin yang abnormal, dan jika waktu persalinan tiba maka
proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Jika
dikaitkan dengan teori Gde dkk (2007) yang menyatakan
abnormal seperti melintang dapat membahayakan bayi
seperti bisa terjadi kontraksi uterus lebih lanjut yang dapat
menimbulkan retraksi otot uterus yang semakin pendek
dan bisa menimbulkan adanya gangguan sirkulasi
retroplasenta dan menyebabkan asfiksia intrauteri hingga
kematian janin. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan
pijat perut yang diberikan dukun bayi juga memberi
dampak yang positif, serta tindakan ini dapat mengurangi
resiko-resiko yang dapat mengancam keselamatan ibu
maupun bayi.
Penilaian yang ketiga yaitu informan menganggap
bahwa dukun bayi mempunyai banyak pengalaman.
Keberadaan dukun bayi di tengah-tengah masyarakat
desa Tumbang Baringei sudah ada sejak zaman nenek
moyang dulu, bahkan sebelum masyarakat mengenal
bidan dukun bayi sudah ada. Dalam kurun waktu yang
sangat lama dalam memberikan pertolongan persalinan
membuat dukun bayi mempunyai banyak pengalaman,
baik itu pengalaman buruk maupun pengalaman baik yang
dimiliki dukun bayi, sehingga banyak hal-hal yang dukun
bayi ketahui mengenai persalinan, seperti tanda-tanda
melahirkan, mengetahui posisi janin, memperbaiki posisi
tradisional. Penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rina Anggorodi pada tahun 2009 di
beberapa daerah di Indonesia yaitu di desa Tobimiita,
desa Inalobu, dan desa Lapulu, Kabupaten Kendari
(Sulawesi Tenggara), di desa Bode Sari, desa
Karangasem dan desa Gombong Kabupaten Cirebon
(Jawa Barat) bahwa alasan lebih memilih dukun bayi yaitu
karena bidan dipandang belum memiliki pengalaman
melahirkan dan kebanyakan bidan masih belum dikenal
oleh masyarakat.
Selain itu, informan menilai bahwa dukun bayi tidak
membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan ibu
dan anak, ini merupakan penilaian selanjutnya dari
informan atau penilaian yang keempat. Penilaian ini juga
didukung dengan tidak ditemukan kejadian-kejadian yang
tidak dikehendaki pada saat proses persalinan seperti
terjadi kematian pada janin. Hal inilah yang membuat
informan menyakini bahwa dukun bayi tidak berbahaya
bagi ibu-ibu hamil yang bersalin dengan bantuan dukun
bayi. Penilaian informan yang demikian membuat peneliti
berasumsi bahwa pelayanan dukun bayi terkhususnya di
Desa Tumbang Baringei ini tidak mempunyai kontribusi
Hal ini tentunya bertolak belakang dengan beberapa teori
maupun penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
salah satu hal yang melatar belakangi tingginya angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia yaitu masih banyaknya
persalinan yang ditolong oleh non-tenaga kesehatan atau
dukun bayi. Salah satu contoh teori yang diungkapkan
oleh Gde dkk (2007) bahwa pertolongan dukun bayi di
Indonesia masih dominan, sehingga tidaklah
mengherankan, apabila terjadi penyulit dalam proses
persalinan, kematian ibu dan perinatal tinggi. Temuan ini
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
dalam menanggapi fenomena dukun bayi di masyarakat.
Pemerintah harus menyadari bahwa kehadiran dukun bayi
di masyarakat tidak selalu memberikan dampak yang
negatif terkhususnya bagi klien dukun bayi sendiri, bahkan
kehadiran dukun bayi tersebut memberikan kenyamanan
bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Andika (2014) dengan judul penelitian
“Tindakan Sosial Ibu Hamil Memilih Persalinan ke Dukun
Beranak Di Desa Tanjung Kapur” ditemukan bahwa
masyarakat merasa nyaman dalam menjalankan proses
persalinan ke dukun beranak karena kepercayaan secara
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andika (2014)
tersebut dapat mendukung hasil penelitian ini, dan dapat
memberikan gambaran mengenai perasaan maupun
kepercayaan ibu-ibu yang bersalinan dengan bantuan
dukun bayi. Kemiripan dari kedua hasil penelitian ini juga
menunjukan bahwa adanya kesamaan pemahaman yang
terjadi pada informan, bahwa dalam pandangan mereka,
bersalinan dengan dukun bayi tidak membahayakan, dan
dengan kepercayaan mereka yang tinggi kepada dukun
bayi membuat klien merasa lebih nyaman ketika ditolong
dukun bayi. Selain itu juga dapat kita pahami bahwa
kedekatan antara dukun bayi dengan masyarakat meliputi
beberapa aspek, seperti aspek sosial, budaya, serta
spiritual.
Penilaian yang kelima yaitu kebiasaan dukun bayi
memotong tali pusat yaitu pada saat plasenta sudah
keluar dari rahim ibu dianggap lebih aman dibandingkan
dengan tindakan bidan yang memotong tali pusat pada
saat plasenta masih di dalam rahim. Penilaian yang
demikian karena berdasarkan pengalaman informan yang
pernah mendengar ataupun mengetahui cerita tentang
bahaya dari tindakan memotong tali pusat pada saat
naik ke atas dan menutupi jalan nafas. Hal ini dapat terjadi
jika plasenta sudah tidak terikat lagi dengan bayi atau tali
pusat telah dipotong pada saat plasenta masih di dalam
rahim. Berdasarkan pernyataan informan yang pernah
bersalin dengan dukun bayi menyatakan bahwa dukun
bayi melakukan pemotongan tali pusat pada saat plasenta
sudah keluar dari rahim ibu. Dalam dunia medis,
terkhususnya dalam ilmu keperawatan maternitas bahwa
tali pusat dipotong pada saat setelah bayi sudah lahir dan
plasenta masih di dalam rahim ibu (Prendiville 2000 dalam
Sodikin 2009).
Pada penelitian ini, penundaan pemotongan tali
pusat yang dilakukan oleh dukun bayi mempunyai tujuan
yaitu agar plasenta tetap terikat dengan bayi sehingga
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti plasenta
bergerak naik ke atas menutup jalan nafas seperti yang
telah diungkapkan oleh informan. Selain untuk mencegah
bergeraknya plasenta, tindakan penundaan pemotongan
tali pusat yang dilakukan dukun bayi juga ternyata
memberikan keuntungan lain bagi bayi itu sendiri
walaupun sebanarnya keuntungan tersebut tidak diketahui
oleh dukun bayi. Adapun keuntungan dari penundaan
dilakukan oleh Elly pada tahun 2013 dengan judul
penelitian “pengaruh waktu pemotongan tali pusat
terhadap status hematologi bayi baru lahir cukup bulan
berdasarkan telaah literature” didapatkan bahwa
penundaan waktu pemotongan tali pusat bisa
meningkatkan hemoglobin, hematokrit, bilirubin bayi baru
lahir cukup bulan, serta dapat meningkatkan kadar zat
besi pada bayi. Dalam buku yang ditulis oleh Kuswandi
(2014) meyebutkan bahwa di Swedia telah dilakukan
penelitian terhadap 400 bayi, dari hasil penelitian tersebut
diperoleh bayi-bayi yang tali pusatnya ditunda selama 3
menit memiliki kadar zat besi lebih tinggi di usia empat
bulan dibandingkan dengan bayi yang tali pusatnya
dipotong beberapa detik setelah lahir. Waktu pemotongan
tali pusat yang tepat dan dapat diakui masih belum dapat
ditentukan. Penentuan waktu pemotongan tali pusat yang
tepat masih menjadi subjek perdebatan (Simkin dkk,
2008). Namun, peneliti setuju dengan tindakan penundaan
pemotongan tali pusat dengan berlandaskan teori serta
penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu. Dalam hal ini juga peneliti berasumsi akan lebih
mengenai keuntungan dari penundaan pemotongan tali
pusat terhadap peningkatan kesehatan bayi.
Penilaian yang terakhir yaitu jasa dukun bayi juga
lebih murah jika dibandingkan dengan jasa bidan. Biaya
bersalin yang mahal membuat dukun bayi juga menjadi
pilihan alternatif dalam mengatasi masalah biaya. Jasa
dukun bayi biasanya tidak ditentukan, dan bahkan hanya
pemberian sukarela saja. Hasil penelitian ini serupa
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alhikma
(2015) dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu
Melahirkan Ditolong Oleh Dukun Bayi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecematan Parung Kabupaten Bogor” dan
penelitian yang dilakukan oleh Mayasaroh (2013) dengan
judul “Peran Dukun Bayi Dalam Penanganan Kesehatan
Ibu Dan Anak Di Desa Bolo Kecamatan Demak Kabupaten
Demak” bahwa biaya bersalin dengan dukun bayi yang
cenderung lebih murah merupakan salah satu alasan
masyarakat memilih dukun bayi dalam menolong
persalinan.
Kemiripan hasil penelitian ini menunjukan bahwa
jasa dukun bayi yang cenderung lebih murah memang
sangat menguntungkan bagi masyarakat, terkhususnya
pedesaan yang cenderung lebih menyukai hal-hal yang
sifatnya dapat menguntungkan, seperti halnya mendapat
keuntungan ketika memilih jasa dukun bayi yang lebih
murah, karena persalinan dengan bantuan bidan, ibu
hamil harus mengeluarkan uang sebanyak kurang lebih
satu setengah juta, sedangkan jika ibu memilih bersalinan
dengan jasa dukun bayi biayanya tidak ditentukan, yang
artinya ibu bisa membayar jasa dukun bayi dengan
pemberian sukarela.
Penilaian informan kepada dukun bayi ini dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan penilaian yang
diberikan adalah penilaian-penilaian yang positif atau
dapat bisa dikatakan juga sebagai persepsi yang positif.
Peneliti berasumsi bahwa munculnya persepsi yang positif
terhadap dukun bayi ini karena dukun bayi mampu
memperlihatkan pelayanannya yang baik bagi masyarakat.
Teori yang diungkapkan oleh Robbins (2002) yang
menyatakan bahwa munculnya persepsi positif pada
seorang individu disebabkan adanya kepuasan yang
dialami oleh soeorang individu terhadap objek tersebut,
adanya pengetahuan yang dimiliki individu, dan juga
adanya pengalaman dari individu tersebut terhadap objek
Dalam penilaian informan terhadap dukun bayi ini juga menggambarkan bahwa informan membanding
kualitas pelayanan antara dukun bayi dan bidan. Selain
penilaian informan terhadap dukun bayi, dalam penelitian
ini juga didapatkan beberapa peran dukun bayi yang
diungkapkan oleh informan seperti yang akan dijelaskan
pada tema berikut.
4.4.2 Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Persalinan Peran yang dijalankan oleh dukun bayi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat
mendukung dalam proses persalinan. Peran yang
mendukung proses persalinan seperti peran dukun bayi
yang terkait dengan penilaian informan tentang kelebihan
dukun bayi yaitu perannya dalam memijat perut ibu yang
bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki posisi janin
dalam kandungan ibu jika terjadi posisi yang abnormal
pada janin serta memberikan petuah agar proses
persalinan lancar. Peran ini dijalankan pada saat sebelum
persalinan.
Ibu hamil yang percaya kepada dukun bayi, akan
meminta dukun bayi untuk memeriksa kondisi atau posisi
posisi janin dalam perut berada dalam posisi normal atau
posisi abnormal seperti sungsang, dan melintang.
Kebiasaan memijat perut ini dilakukan pada saat usia
kandungan berada dalam rentang enam sampai tujuh
bulan. Selain peran dalam memijat perut ibu, peran kedua
dukun bayi yaitu memberikan petuah yang diyakini dapat
memperlancar proses persalinan. Keyakinan terhadap
petuah ini sudah ada sejak dulu yang bertahan secara
turun temurun, dan hal ini juga di perkuat oleh budaya
masyarakat yang masih percaya terhadap kekuatan
magis, serta didukung pula oleh bukti-bukti keberhasilan
dari petuah yang diberikan oleh dukun bayi. Jika dikaitkan
dengan teori Effendy (1998) yang menyatakan bahwa
salah satu ciri-ciri masyarakat desa yaitu percaya kepada
kekuatan-kekuatan gaib. Hal ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuraeni dan Dewi
Purnamawati pada tahun 2011 di tiga Desa di wilayah
Puskesmas Kecamatan Pedes, yaitu Desa Karangjaya,
Desa Puspasari, dan Desa Kertamulya, Kabupaten
Karawang di dapatkan bahwa dukun bayi dianggap
sebagai seorang yang mampu dan mempunyai kekuatan
pertolongan persalinan sehingga pada saat bersalin ibu
merasa lebih aman dan nyaman.
Peran yang ketiga dari dukun bayi yaitu pada saat
setelah persalinan, dukun bayi memberikan obat
tradisional dari kayu-kayuan yang bertujuan untuk
mengembalikan kondisi ibu menjadi lebih baik pasca
persalinan, dan diyakini dapat menguatkan kondisi fisik
ibu. Obat tradisional yang diberikan dukun bayi dapat
berupa ramuan yang dapat diminum, atau berupa akar
kayu-kayuan yang dijadikan bahan untuk nginang bagi ibu.
Menurut informan efek dari obat tradisional ini juga baik
bagi ibu, walaupun reaksinya tidak secepat reaksi obat
dari medis, namun masyarakat lebih suka menggunakan
obat tradisional karena menilai bahwa obat tradisional
lebih aman karena dari bahan yang alami dan juga
khasiatnya sudah dipercayai sejak dulu. Hal ini sesuai
dengan teori Harmanto dan Subroto (2007) bahwa obat
tradisional yang berbahan baku alami lebih aman dan kecil
sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang
konstruktif terhadap tubuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sebagian masyarakat lebih suka memilih obat tradisional
yang berbahan alami dari alam karena dianggap
mungkin reaksi positif (reaksi yang menyembuhkan) dari
obat tradisional cenderung lambat dari reaksi obat medis.
Namun, walaupun demikian tidak mempengaruhi minat
para penggunana obat tradisonal.
4.4.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi
Berdasarkan hasil penelitian, informan
berpendapat bahwa memilih dukun bayi dalam menolong
persalinan merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat
yang sudah melekat dan tentunya tradisi ini adalah hal
yang sulit dihilangkan, mengingat peran dukun bayi dalam
menolong persalinan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Hal ini juga didukung dengan teori Soehono (2002) yang
menyatakan bahwa kehidupan di tengah-tengah
masyarakat yang majemuk masing-masing mempunyai
tradisi kehidupan tersendiri, bahkan tradisi dan adat itu
sangat sulit untuk dihilangkan. Peneliti berasumsi bahwa
pengunaan jasa dukun bayi sudah terjadi sejak dulu, dan
dukun bayi pada jaman dulu adalah orang yang sangat
diandalkan dalam menolong persalinan karena
kemampuan dan keahlian-keahlian yang dimilikinya
mampu membuat nama dukun bayi ini dikenal hingga saat
masyarakat terhadap dukun bayi, bahkan tidak jarang
sebagian ibu hamil lebih suka bersalin dengan
menggunakan jasa dukun bayi dibandingkan bidan.
Menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan
masyarakat tentang keahlian atau kelebihan yang dimiliki
dukun bayi dalam menolong proses persalinan, keahlian
yang dimiliki dukun bayi tersebut seringkali dinilai lebih
bagus dari bidan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kristiani (2006) dengan judul
“pemanfaatan pelayanan bidan di desa kabupaten Muaro
Jambi” ditemukan informan yang tidak memanfaatkan
pelayanan bidan menyatakan bahwa dukun bayi lebih
terampil dari bidan, dan menganggap bidan masih belum
berpengalaman.
4.4.4 Harapan Untuk Dukun Bayi
Pada penelitian ini juga ditemukan juga harapan
informan untuk dukun bayi. Harapan informan untuk dukun
bayi juga positif, seperti menginginkan dukun bayi bisa
mendapatkan pelatihan dari pemerintah agar
kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki dukun bayi dapat
dikembangkan dan dimantapkan lagi. Selama ini dukun
juga harus bisa mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan yang
berlandaskan teori, seperti misalkan pengetahuan tentang
tindakan aseptik ketika memberikan pertolongan
peralinan.
Selain itu juga harapan positif lainnya yaitu dukun
bayi dapat menerima peralatan medis yang menunjang
dukun bayi dalam memberikan pelayanannya. Karena
selama ini dukun bayi hanya menggunakan peralatan
yang seadanya saja, contohnya seperti gunting yang
digunakan untuk pemotongan tali pusat hanya
menggunakan gunting yang biasa digunakan sehari-hari.
Menurut Daniur (1994) pelatihan diperlukan bagi dukun
bayi, dimana pelatihan yang diberikan menitik beratkan
untuk meningkatkan pengetahuan dukun yang
bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan yang akan
digunakan dalam memberikan pertolongan persalinan.
Berbagai harapan yang disampaikan oleh infoman
ini berdasarkan penilaian mereka terhadap pelayanan
yang diberikan dukun bayi sangat membantu masyarakat,
terkhususnya bagi masyarakat pedesaan yang masih
kental dengan adat kebudayaan yang percaya kepada
tetap ada di tengah-tengah masyarakat untuk menolong
persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Rina
Anggorodi (2009) ditemukan bahwa pasien dukun bayi
menilai kehadiran dukun bayi sangat penting karena
pasien beranggapan bahwa ketika melahirkan yang
ditunggui oleh dukun, maka persalinan akan berjalan
lancar.
Dari penelitian ini serta penelitian pendukung
lainnya, dapat dipahami bahwa keberadaan dukun bayi ini
memang sangat dibutuhkan bagi sebagian masyarakat,
terutama pada masyarakat pedasaan yang secara budaya
masih sangat kuat, dan masih percaya terhadap dukun
bayi. Kata “sangat dibutuhkan” ini dapat dilihat dari
berbagai penilaian-penilaian positif terhadap dukun bayi,
kelebihan yang yang diberikan dukun bayi, serta perasaan
nyaman yang dirasakan pasien pada saat ditolong oleh
dukun bayi, ini artinya bahwa dukun bayi dan ibu-ibu hamil
yang percaya kepada dukun bayi mempunyai ikatan batin
yang kuat.
4.5 Keterbatasan penelitian
Proses penelitian dalam penelitian ini dapat berjalan
memperlambat peneliti untuk mendapatkan data-data yang
menunjang dalam penelitian, seperti data untuk kondisi
geografis Desa yang harus menunggu lama karena Kepala
Desa pada saat itu tidak berada ditempat, sehingga peneliti
harus menunggu kurang lebih tiga minggu lamanya untuk bisa
mendapatkan data tersebut.
Keterbatasan lain dalam penelitian yaitu peneliti
mengalami kesulitan dalam memperoleh referensi mengenai
dukun bayi terkhususnya referensi yang bersumber dari
buku-buku, sehingga pada penelitian ini peneliti mengakui akan
minimnya tentang teori-teori terkait dukun bayi, hal ini yang
membuat peneliti cenderung lebih banyak mengadopsi dari
berbagai hasil-hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh