• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan T1 462012072 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan T1 462012072 BAB IV"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

43

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tempat penelitian

4.1.1 Gambaran Geografis Desa Tumbang Baringei

Desa Tumbang Baringei merupakan salah satu desa

yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rungan

Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. Desa

Tumbang Baringei mempunyai luas wilayah 28,2 KM2 dengan kepadatan penduduk pada tahun 2015 mencapai

950 jiwa yang terdiri dari 270 jiwa laki-laki dan 280 jiwa

perempuan. Desa Tumbang Baringei berbatasan dengan

Desa Tumbang Malahoi dan Desa Jangkit pada wilayah

Utara, wilayah Selatan berbatasan dengan desa Tumbang

Jutuh, Wilayah Barat berbatasan dengan Desa Tajah

Antang, sedangkan pada wilayah Timur Desa Tumbang

Baringei berbatasan dengan Desa Tumbang Miwan.

[image:1.516.86.449.182.641.2]

Sumber:(http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/ profil_kota/kab.gunungmas/)

(2)

Keseharian masyarakat Desa Tumbang Baringei ini

juga tidak jauh berbeda dengan keseharian masyarakat di

desa lainnya, seperti bercocok tanam yang meliput

menamam sayur-saturan, padi, dan karet. Selain itu juga

keseharian masyarakat Desa Tumbang Baringei yaitu

berternak babi, ayam sapi, bebek, dan hewan ternak

lainya. Sebagian besar warga masyarakat Desa Tumbang

Baringei merupakan penambang emas, dan menyadap

karet.

Kondisi populasi Desa Tumbang Baringei masih

tergolong kecil, sehingga membuat kehidupan masyarakat

di Desa Tumbang Baringei ini saling berdekatan serta

memiliki kehidupan yang masih erat dengan nilai-nilai

kebudayaan setempat. Tidak mengherankan jika

kehidupan masyarakat di Desa Tumbang Baringei ini

masih kental dengan adat istiadat dan kebudayaan yang

ada di Desa tersebut, seperti halnya kepercayaan

masyarakat terhadap dukun bayi yang menjadi suatu

fenomena yang tidak asing di Desa Tumbang Baringei.

Fenomena dukun bayi ini sudah ada sejak jaman nenek

moyang dulu, hingga sekarang keberadaan dukun bayi

(3)

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

desa Tumbang Baringei

4.1.2 Proses pelaksanaan penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap

dalam proses pelaksaan penelitian, yang meliputi tahap

pembuatan surat, tahap penentuan informan, dan tahap

pengumpulan data dari informan

4.1.2.1 Tahap Pembuatan Surat

Sebelum melakukan penelitian peneliti

menyiapkan beberapa hal yang nantinya

mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama

yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan

surat-surat yang nantinya diperlukan pada saat

penelitian, seperti surat pengantar dari Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya

Wacana (FIK UKSW), dan surat persetujuan

penelitian. Setelah semua surat sudah disiapkan,

peneliti berangkat ketempat penelitian.

4.1.2.2 Penentuan Informan

Lokasi pada penelitian ini berada di luar

daerah Jawa Tengah, yaitu di Desa Tumbang

(4)

Mas Kalimantan Tengah. Pada tanggal 09 April

2016, peneliti berangkat ke tempat penelitian. Tiba

di tempat penelitian, peneliti memilih informan yang

sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh

peneliti sebelumnya.

4.1.2.1 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan

teknik wawancara untuk mengumpulkan data dari

informan, sehingga peneliti menyiapkan panduan

wawancara yang telah dibuat peneliti sebelumnya.

Pada saat proses wawancara, peneliti mengunakan

handphone sebagai alat perekam untuk merekam percakapan antara peneliti dan informan terkait

dengan persepsi infroaman tentang dukun bayi,

serta alat tulis yang menunjang proses wawancara.

Peneliti mulai melakukan wawancara pada tanggal

13 april 2016.

4.1.3 Gambaran Informan

Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5

warga masyarakat desa Tumbang Baringei yang sudah di

dipilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah

(5)

4.1.3.1 Identitas Informan 1 (Inf1)

Nama : Ny.K

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Ny.K merupakan warga masyarakat desa

Tumbang Baringei. Ny.K adalah seorang ibu yang

pernah menggunakan jasa dukun bayi sebanyak

empat kali dalam proses persalinannya, yang

dimana kelima anaknya tersebut lahir di desa

Tumbang Baringei. Pekerjaannya adalah sebagai

ibu rumah tangga. Keseharian Ny.K yaitu

mengurus anaknya yang masih bayi, memasak,

dan membersihkan rumah. Peneliti memilih Ny.K

sebagai Informan 1 karena melihat riwayat

persalinan Ny.K yang sudah empat kali bersalin

dengan jasa dukun bayi, maka peneliti berharap

Ny.K dapat memberikan informasi yang luas terkait

persepsi Informan 1 mengenai dukun bayi.

4.1.3.2 Identitas Informan 2 (Inf2)

Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan

(6)

Ny.E merupakan seoarang ibu yang

mempunyai pengalaman bersalin dengan bantuan

dukun bayi sebanyak dua kali, dan satu kali

dengan bantuan bidan. Riwayat persalinan yang

demikian membuat peneliti tertarik memilih Ny.E

sebagai Informan 2. Karena dengan riwayat

persalinan yang dimiliki oleh Ny.E, diharapkan

Ny.E dapat memberi informasi yang mempunyai

warna tersendiri terkait persepsi mengenai

pemilihan dukun bayi dalam menolong persalinan.

Ny.E lahir di Desa Tumbang Baringei pada tahun

1981. Informan 2 adalah anak ke-2 dari empat

bersaudara. Keseharian Ny.E adalah mengurus

anaknya yang masih bayi dan sambil menjaga toko

sembakonya.

4.1.3.3 Identitas Informan 3 (Inf3)

Nama : Tn.D

Jenis Kelamin : laki-laki

Usia : 50 tahun

Tn.D adalah salah satu tokoh adat di desa

Tumbang Baringei. Tn.D adalah seorang

wiraswasta. Tn.D masyarakat asli Desa Tumbang

(7)

sejak tahun 1987, dan menjadi tokoh adat sudah

10 tahun. Kedudukannya sebagai tokoh adat

membuat peneliti tertarik memilih Tn.D untuk

menjadi informan dalam penelitian ini, mengingat

tokoh adat adalah bagian dari elemen penting

dalam masyarakat dan tentu mempunyai wawasan

yang luas dalam menanggapi suatu fenomena

yang terkait dengan kebudayaan.

4.1.3.4 Identitas Informan 4 (Inf4)

Nama : Tn.Y

Jenis Kelamin : laki-laki

Usia : 50 tahun

Tn.Y adalah salah satu perangkat desa yang

menjabat sebagai sekretaris desa, latar belakang

Tn.Y tentu mempunyai perbedaan dengan latar

belakang informan lainya, hal itu yang menjadi

menarik bagi peneliti, karena Tn.Y mempunyai

peran yang berhubungan dengan penelitian yang

berorientasi pada pemahaman atau persepsi

masyarakat, dan Tn.Y juga merupakan elaman

masyarakat Tn.Y lahir di desa Tumbang Baringei

dan Tn.Y berada di desa Tumbang Baringei sudah

(8)

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data dari hasil wawancara keempat

informan mengatakan bahwa dukun bayi adalah orang yang

mempunyai kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam

menolong persalinan. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki

dukun bayi tersebut akan di deskripsikan lebih jelas pada

beberapa tema yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu: (1)

penilaian terhadap dukun bayi, (2) peran dukun bayi sebelum

dan sesudah persalinan, (3) dukun bayi sebagai bagian dari

tradisi (4) harapan untuk dukun bayi.

4.2.1 Penilaian Terhadap Dukun Bayi

Penelitian ini memaparkan beberapa penilaian

masyarakat terhadap dukun bayi. Informan menilai bahwa

dukun bayi sudah bagus dalam menolong persalinan

karena memiliki banyak pengalaman. Pengalaman dukun

bayi dalam membantu persalinan sudah tidak diragukan

lagi, karena dukun bayi sudah menekuni pekerjaan

sebagai dukun bayi sudah lama, sehingga banyak

pengalaman yang didapatkan oleh seorang dukun bayi,

seperti pengalaman dukun bayi dalam merubah posisi bayi

yang abnormal di dalam rahim dengan cara memijat perut

(9)

posisi janin yang abnormal, tujuan lain dari pijat perut yaitu

agar pada saat waktu persalinan tiba, bayi dapat lahir

dengan lancar. Namun informan juga mengakui bahwa

dukun bayi memang tidak mempunyai pendidikan yang

tinggi seperti pendidikan yang dimiliki seorang bidan,

walaupun demikian informan tetap mengakui pula bahwa

pengalaman dukun bayi tidak kalah dengan pengalaman

bidan, bahkan pegalaman dukun bayi dianggap lebih

banyak dari bidan, terutama bidan-bidan yang baru lulus.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan sebagai

tringaulasi sumber pada penelitian ini, menyatakan bahwa

dukun bayi adalah orang yang dianggap lebih

berpengalaman karena lebih sering menolong persalinan.

Berikut ungkapan dari informan:

Awi je are pangalaman a te, je purung parang ih bidan kampung te nah guang desa-desa uluh tehau iye, are jadi uluh hapan iye, kueh je lihai kare ngurut nah, masyarakat nah jadi patuh denga. Dan je pasti nah murah.

(karena sudah banyak pengalamannya,bidan

(10)

Informan juga mengungkapkan bahwa pertolongan

yang diberikan oleh dukun bayi bersifat sosial atau

kekeluargaan saja. Hal tersebut dapat dilihat pada

pernyataan informan berikut:

“Amun menurut aku te, tege kia tapa are te nah selain biaya, memang ewen memahai bidan kampung tuh memang bahalap, awi terkadang dukun bayi kau kia ewenkan tau bersifat apalagi amun keluarga kan, kilau sosial ah ih, awi ewen menolong bila mana saat dibutuhkan awi pasien kebetulan bidan puskesmas tuh jatun pangalaman ah huang narai macam ah,,”

(kalau menurut aku, ada juga kebanyakan selain bayi, memang masyarakat memahami dukun bayi itu bagus, karena terkadang dukun bayi itu bisa bersifat kekeluargaan, seperti sosial saja kalau menolong, karena kalau mereka menolong apabila saat dibutuhkan oleh pasien, kebetulan bidan puskesmas ini tidak ada pengalamannya pada beberap hal) (Inf4, 396-419).

Pemotongan tali pusat yang dilakukan dukun bayi

dianggap lebih aman, karena dukun bayi memotong tali

pusat pada saat plasenta sudah keluar dari rahim ibu.

Sedangkan teknik yang digunakan bidan yaitu plasenta

dipotong pada saat plasenta masih di dalam rahim ibu, dan

tindakan seperti itu dianggap berbahaya menurut penilaian

beberapa informan. Informan menilai waktu pemotongan tali

pusat yang dilakukan bidan menjadikan salah satu alasan

(11)

dengan bantuan bidan, kerena berdasarkan ungkapan

informan bahwa pernah ada kejadian dimana ibu yang

bersalin meninggal dunia karena plasenta yang masih di

dalam rahim itu bergerak naik keatas menutup jalan nafas

ibu, hal demikian yang dapat menimbulkan kematian.

Namun menurut informan jika plasenta itu masih terikat

dengan bayi maka hal tersebut tidak bisa terjadi. Plasenta

yang dapat bergerak tersebut dikenal dengan nama “tabuni

rangkang” bagi informan. Hal itu dapat dilihat pada

pernyataan informan berikut:

“….tapi amun ayun bidan rumah sakit nah, langsung netek ih, bahkan te masih melai bitin itah nih tabuni eleh ndai netek ah, jite je terutama eka kikeh uluh manak dengan bidan rumah sakit, je pertama awi je netek tabuni masih melai kanai nah, kan tege pengalaman je puji uluh matei nah awi gara-gara tabuni masih melai kanai nah, amun bidan kampung nunggu balua harun netek ah”

(…tapi kalau bidan rumah sakit, langsung dipotong, bahkan itu ari-arinya masih di perut kita, kan ada pengalaman kalau ada yang pernah meninggal gara-gara ari-arinya lama berada didalam perut. Kalau dukun bayi tunggu keluar baru dipotong), (Inf5, 394-414).

Dukun bayi juga tidak pernah membawa dampak

yang kurang baik bagi ibu-ibu hamil yang bersalin dengan

dukun bayi, seperti kematian ibu dan anak. Walupun

dukun bayi hanya bermodalkan pengalaman dan hanya

(12)

namun informan mengungkapkan persalinan yang ditolong

dukun bayi selalu selamat. Seperti yang diungkapkan oleh

informan berikut:

“Jatun ih je lalau dia bahalap, amun bidan kampung te rata-rata salamat ih amun ewen nolong uluh manak,..”

(tidak ada dampak yang tidak bagus, karena setahu saya rata-rata yang ditolong dukun bayi itu selamat.) (Inf2, 291-297), (Inf3, 501-508), (Inf4, 444-457).

Dukun bayi mempunyai kelebihan yang menurut

informan tidak dimiliki oleh bidan, seperti keahlian dukun

bayi dalam memperbaiki posisi bayi yang sungsang,

miring, ataupun melintang. Hal ini juga didukung dengan

pernyataan bidan bahwa dukun bayi mempunyai

kemampuan dalam memjiat perut ibu, sedangkan bidan

hanya sebatas melakukan pemeriksaan leopold.

Kemampuan merubah posisi bayi yang abnormal dalam

kandungan ini tidak dimiliki oleh seorang bidan. Selain

untuk memperbaiki posisi bayi, memijiat perut ibu juga

bertujuan untuk menjaga agar posisi bayi dalam

kandungan tetap dalam posisi normal sehingga pada saat

waktu kelahiran tiba dapat berjalan dengan lancar.

Informan juga mengungkapkan bahwa dukun bayi juga

(13)

terlebih dahulu atau bayi yang lahir sungsang. Hal ini

dapat dilihat pada pernyataan informan berikut:

Dohop uluh manak te, kilau kare tau ngurut nah, kare ngmbuah posisi awo amun kare pai melai ngiwa nah, kare miring nah tau,, bidan puskesms nah dia tau,,”

(menolong orang melahir, seperti bisa memijat perut, terus memperbaiki posisi bayi yang miring, sungsang, bidan puskesmas tidak bisa) (Inf1, 412-421), (Inf2, 260-284), (Inf3, 60-81), (Inf4, 108-130).

Jasa dukun bayi lebih murah dibandingkan dengan

jasa bidan menjadikan salah satu kelebihan dari dukun

bayi. menurut informan biaya yang harus dikeluarkan

untuk membayar jasa dukun bayi biasanya tidak

ditentukan, atau pemberian sukarela saja, sehingga biaya

yang cenderung lebih murah menjadikan dukun bayi

masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat, terutama

bagi golongan masyarakat yang mempunyai

perekonomian kurang mampu. Hal ini dapat kita lihat pada

pernyataan informan berikut:

“Awi termasuk biaya, amun bidan puskesmas biaya a te tangah due juta jadi ewen narget ah, mun bidan kampung kau jatun, sekedar pire panenga ih, jatun ye nentu ah, jite ih je nguan uluh masih duan bidan kampung nah, lebih murah”

(14)

dukun bayi, le bih murah) (Inf2, 209-223), (Inf3, 359-381), (Inf4, 257-291).

4.2.2 Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Persalinan

Peran yang diberikan oleh dukun bayi

bermacam-macam, seperti peran sebelum melahirkan, dukun bayi

bisa mengatur makanan ibu hamil mana yang bisa

dimakan mana yang tidak, memijat perut ibu untuk

mengetahui posisi bayi apakah normal atau tidak, dan

memberikan petuah untuk proses persaliannya nanti

lancar. Berikut pernyataan informan:

“Amun sebelum manak bahut nah peran ah matur kare panginan je dia tau kinan metuh manak..”

(kalau sebelum persalinan biasanya perannya yaitu mengatur makanan mana yang tidak boleh dimakan selama hamil) (Inf1, 154-160), (Inf 2, 93-100), (Inf3, 211-221), (Inf4, 87-99).

`

Peran dukun bayi tidak hanya saat sebelum

melahirkan saja, tetapi pada saat setelah melahirkan juga

dukun bayi memberikan obat-obat tradisional dari

kayu-kayuan yang bertujuan untuk memulihkan kondisi ibu yang

sebelumnya lemah karena setelah melewati proses

persalinan yang dapat membuat kondisi fisik terganggu,

dan obat tradisional ini juga untuk menguatkan ibu setelah

melahirkan. Selain bagi ibu, infroman juga

(15)

petuah untuk bayi dengan harapan bayi tetap dalam

kondisi yang sehat, petuah tersebut diletakan pada air

yang akan digunakan untuk memandikan bayi. Berikut

pernyataan informan terkait peran dukun bayi setelah

persalinan:

“Jadi melahir ndai, yenah je nenga kare kayu manganyu, obat tradisional mangat gulung barigas au..”

(sudah lahir, bidan kampung/dukun bayi memberi kayu kayuan, obat tradisional sepuya cepat sehat katanya) (Inf2, 108-115), (Inf3, 408- 426), (Inf4, 137-148).

4.2.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi

Informan mengungkapkan bahwa memilih dukun

bayi dalam menolong persalian juga merupakan bagian

dari kebiasaan masyarakat atau sudah menjadi tradisi

yang turun temurun, karena keberadaan dukun bayi sudah

dikenal sejak dulu. Selain itu, informan berasumsi bahwa

kepercayaan masyarakat kepada dukun bayi serta

kebiasan masyarakat memilih dukun bayi membuat dukun

bayi sulit untuk dihilangkan dari tengah-tengah

masyarakat, karena jika dukun bayi yang sudah tua

meninggal maka akan ada penerus yang

menggantikannya. Informan juga mengungkapkan bahwa

(16)

yang buruk dari masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan dukun bayi. Numun menurut informan, pada

kenyataannya sampai sekarang dukun bayi selalu

memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Berikut ungkapan informan:

“Awi jadi tradisi bara huran nah, jadi kilau budaya, jadi maleket ndai, bahali marubah ah, awi je turun temurun nah, awi amun matei je bakas-bakas ah, tege hinai je tau malanjut a”

(karena sudah manjadi tradisi dari dulu, jadi sudah menjadi budaya, sudah melekat, sulit untuk dirubah, karena sudah turun temurun, karena kalau dukun bayi yang tua-tua sudah meninggal, ada lagi yang bisa melanjutkannya) (Inf2, 239-251), (Inf3, 388-402), (Inf5, 582-603).

4.2.4 Harapan Untuk Dukun Bayi

Penelitian ini juga mengungkapkan tentang harapan

informan untuk dukun bayi. Informan berharap agar dukun

bayi tetap ada di tengah-tengah masyarakat. Jika suatu

saat dukun bayi dilarang untuk menolong persalinan,

informan tetap berharap agar dukun bayi tetap

memberikan jasanya dengan didamping oleh bidan. Selain

itu juga informan mengharapkan agar dukun bayi bisa

mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam bentuk

pelatihan maupun penyuluhan. Peralatan yang digunakan

(17)

peralatan-peralatan medis seperti halnya yang digunakan oleh

bidan, contoh kecilnya adalah gunting yang digunakan

pada saat pemotongan tali pusat. Berikut pernyataan

informan:

“….jakai tau nah sama-sama ih dengan bidan te, kerjasama ih bidan kampung dengan bidan je sakula”

(iya murah, rugi kalau menurut aku, kalau bisa ya sama-sama aja dengan bidan, kerjasama dukun bayi dengan bidan yang sekolah) (Inf1, 429-436), (Inf2, 311-351), (Inf3, 517-534).

Harapan lain yang diungkapan oleh informan yaitu

diharapkan pemerintah juga dapat memperhatikan dukun

bayi dengan memberinya penghargaan ataupun imbalan

finansial atas jasa dukun bayi dalam menolong persalinan,

(18)

4.3 Uji Keabsahan Data

Pada penelitian ini, untuk melakukan uji keabsahan data

peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan member check.

1. Triangulasi Sumber

Pada triangulasi sumber peneliti memilih tenaga

kesehatan yang pada penelitian ini adalah bidan. Peneliti

melakukan wawancara terhadap bidan mengunakan

panduan wawancara yang sama dengan panduan

wawancara pada informan. Hal ini dilakukan peneliti untuk

melihat apakah yang diungkapkan informan mempunyai

kesamaan dengan yang diungkapkan bidan. Selain itu

peneliti juga menanyakan kembali kepada bidan mengenai

beberapa jawaban informan yang peneliti anggap penting

untuk diuji keabsahannya. Hasil dari trianglasi sumber ini

ditemukan bahwa jawaban antara informan dengan bidan

memiliki kesamaan makna.

2. Member check

Pada teknik member check, peneliti menyerahkan hasil wawancara yang sudah dibuat peneliti dalam bentuk

transkip wawancara kepada informan, dan peneliti memberi

waktu kepada informan untuk membaca hasil wawancara

(19)

wawancara tersebut, peneliti dan informan mendiskusikan

kembali bebarapa hal terkait dengan hasil wawancara untuk

mengetahui apakah ada hal-hal yang informan anggap tidak

sesuai dengan apa yang informan sampaikan pada saat

wawancara.

4.4 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi

masyarakat desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah terkait

pemilihan dukun bayi dalam proses persalinan. Menurut

Hardjana (2003) persepsi merupakan proses yang kompleks

yang dilakukan orang untuk mengatur, memilih, serta memberi

makna pada kenyataan yang telah dijumpai disekelilingnya.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang

baik itu dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Sarwono (1976)

mengungkapkan bahwa perhatian, set, kebutuhan dan sistem nilai serta ciri kepribadian seseorang dapat mempengaruhi

perbedaan persepsi dari individu. Sedangkan pendapat lain

mengungkapkan persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor

personal yaitu pengalaman, motivasi, dan kepribadian

(Gunarsa, 2002). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa

sebagian besar persepsi dari keempat informan mempunyai

(20)

lainya terkait dengan pelayanan dukun bayi. Berbagai persepsi

informan akan dirangkum dalam empat tema besar yang akan

dibahas oleh peneliti, yaitu: (1) penilaian terhadap dukun bayi,

(2) peran dukun bayi sebelum dan sesudah persalinan, (3)

tradisi memilih dukun bayi, dan (4) harapan untuk dukun bayi.

Keempat tema tersebut telah ditentukan peneliti berdasarkan

tujuan dari penelitian, yaitu untuk mencari tahu bagaimana

persepsi masyarakat desa Tumbang Baringei Kalimantan

Tengah tentang dukun bayi terkait pemilihan dukun bayi dalam

proses persalinan.

4.4.1 Penilaian Terhadap Dukun Bayi

Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian

informan terhadap dukun bayi sangat variatif, dan

mempunyai beberapa kesamaan penilaian yang

diungkapkan oleh informan. Adapun penilaian informan

terhadap dukun bayi diantaranya kemampuan dukun bayi

dalam menolong persalinan sudah bagus, dukun bayi

mempunyai banyak pengalaman dalam menolong

persalinan, dukun bayi tidak membawa dampak yang tidak

baik bagi kesehatan ibu dan anak, dan waktu pemotongan

(21)

serta biasaya bersalin dengan dekun bayi cenderung lebih

murah.

Penilaian informan yang pertama terhadap dukun

bayi dalam hal kemampuan dukun bayi menolong

persalinan yang dianggap sudah bagus. Kata „bagus‟ tentu

masih sangat umum, maka disini peneliti akan membahas

secara mendetail maksud dari penilaian informan tersebut.

Pengalaman informan yang sudah lama mengenal dukun

bayi akan mempengaruhi bagaimana informan menilai

kualitas pelayanan yang diberikan dukun bayi. Hal

tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Gunarsa (2002) yang menyatakan bahwa pengalaman

adalah salah satu faktor personal yang mempengaruhi

persepsi seseorang.

Dalam pelayanannya, dukun bayi selalu

memberikan yang terbaik ketika menolong persalinan,

sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki

oleh dukun bayi, kemampuan dan keahlian tersebut

mendukung kualitas pelayanan yang diberikan. Seperti

keahlian dukun bayi memperbaiki posisi bayi yang

sungsang, melintang, miring dan posisi abnormal lainnya

hanya dengan memijat perut ibu, ini merupakan penilaian

(22)

mendapatkan respon baik dari masyarakat, khususnya

ibu-ibu hamil yang sering meminta dukun bayi untuk

memijat perutnya. Kebiasaan memijat perut ini memang

selalu dilakukan oleh dukun bayi kepada pasiennya,

sehingga sudah menjadi ciri khas dukun bayi dalam

memberikan palayanan. Hal ini sejalan dengan teori

Senoaji (2012) bahwa praktek pijat perut biasanya

dilakukan oleh dukun bayi untuk memutar posisi janin

pada kasus bayi sungsang atau melintang. Namun dalam

bukunya juga Seonaji menyatakan bahwa praktek pijat

perut itu juga membahayakan dan tidak boleh dilakukan,

karena dapat menyebabkan terlepasnya plasenta dan

kematian janin. Pada penelitian ini, salah satu hal yang

menarik menurut peneliti adalah tidak ditemukan kondisi

yang membahayakan pada saat dukun bayi melakukan

pijat perut seperti terlepasnya plasenta ataupun kematian

bayi, hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh informan.

Seperti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian

bahwa tujuan dari pijat perut yaitu memperbaiki posisi

janin yang abnormal, dan jika waktu persalinan tiba maka

proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Jika

dikaitkan dengan teori Gde dkk (2007) yang menyatakan

(23)

abnormal seperti melintang dapat membahayakan bayi

seperti bisa terjadi kontraksi uterus lebih lanjut yang dapat

menimbulkan retraksi otot uterus yang semakin pendek

dan bisa menimbulkan adanya gangguan sirkulasi

retroplasenta dan menyebabkan asfiksia intrauteri hingga

kematian janin. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan

pijat perut yang diberikan dukun bayi juga memberi

dampak yang positif, serta tindakan ini dapat mengurangi

resiko-resiko yang dapat mengancam keselamatan ibu

maupun bayi.

Penilaian yang ketiga yaitu informan menganggap

bahwa dukun bayi mempunyai banyak pengalaman.

Keberadaan dukun bayi di tengah-tengah masyarakat

desa Tumbang Baringei sudah ada sejak zaman nenek

moyang dulu, bahkan sebelum masyarakat mengenal

bidan dukun bayi sudah ada. Dalam kurun waktu yang

sangat lama dalam memberikan pertolongan persalinan

membuat dukun bayi mempunyai banyak pengalaman,

baik itu pengalaman buruk maupun pengalaman baik yang

dimiliki dukun bayi, sehingga banyak hal-hal yang dukun

bayi ketahui mengenai persalinan, seperti tanda-tanda

melahirkan, mengetahui posisi janin, memperbaiki posisi

(24)

tradisional. Penelitian ini serupa dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Rina Anggorodi pada tahun 2009 di

beberapa daerah di Indonesia yaitu di desa Tobimiita,

desa Inalobu, dan desa Lapulu, Kabupaten Kendari

(Sulawesi Tenggara), di desa Bode Sari, desa

Karangasem dan desa Gombong Kabupaten Cirebon

(Jawa Barat) bahwa alasan lebih memilih dukun bayi yaitu

karena bidan dipandang belum memiliki pengalaman

melahirkan dan kebanyakan bidan masih belum dikenal

oleh masyarakat.

Selain itu, informan menilai bahwa dukun bayi tidak

membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan ibu

dan anak, ini merupakan penilaian selanjutnya dari

informan atau penilaian yang keempat. Penilaian ini juga

didukung dengan tidak ditemukan kejadian-kejadian yang

tidak dikehendaki pada saat proses persalinan seperti

terjadi kematian pada janin. Hal inilah yang membuat

informan menyakini bahwa dukun bayi tidak berbahaya

bagi ibu-ibu hamil yang bersalin dengan bantuan dukun

bayi. Penilaian informan yang demikian membuat peneliti

berasumsi bahwa pelayanan dukun bayi terkhususnya di

Desa Tumbang Baringei ini tidak mempunyai kontribusi

(25)

Hal ini tentunya bertolak belakang dengan beberapa teori

maupun penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa

salah satu hal yang melatar belakangi tingginya angka

kematian ibu dan bayi di Indonesia yaitu masih banyaknya

persalinan yang ditolong oleh non-tenaga kesehatan atau

dukun bayi. Salah satu contoh teori yang diungkapkan

oleh Gde dkk (2007) bahwa pertolongan dukun bayi di

Indonesia masih dominan, sehingga tidaklah

mengherankan, apabila terjadi penyulit dalam proses

persalinan, kematian ibu dan perinatal tinggi. Temuan ini

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah

dalam menanggapi fenomena dukun bayi di masyarakat.

Pemerintah harus menyadari bahwa kehadiran dukun bayi

di masyarakat tidak selalu memberikan dampak yang

negatif terkhususnya bagi klien dukun bayi sendiri, bahkan

kehadiran dukun bayi tersebut memberikan kenyamanan

bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Andika (2014) dengan judul penelitian

“Tindakan Sosial Ibu Hamil Memilih Persalinan ke Dukun

Beranak Di Desa Tanjung Kapur” ditemukan bahwa

masyarakat merasa nyaman dalam menjalankan proses

persalinan ke dukun beranak karena kepercayaan secara

(26)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andika (2014)

tersebut dapat mendukung hasil penelitian ini, dan dapat

memberikan gambaran mengenai perasaan maupun

kepercayaan ibu-ibu yang bersalinan dengan bantuan

dukun bayi. Kemiripan dari kedua hasil penelitian ini juga

menunjukan bahwa adanya kesamaan pemahaman yang

terjadi pada informan, bahwa dalam pandangan mereka,

bersalinan dengan dukun bayi tidak membahayakan, dan

dengan kepercayaan mereka yang tinggi kepada dukun

bayi membuat klien merasa lebih nyaman ketika ditolong

dukun bayi. Selain itu juga dapat kita pahami bahwa

kedekatan antara dukun bayi dengan masyarakat meliputi

beberapa aspek, seperti aspek sosial, budaya, serta

spiritual.

Penilaian yang kelima yaitu kebiasaan dukun bayi

memotong tali pusat yaitu pada saat plasenta sudah

keluar dari rahim ibu dianggap lebih aman dibandingkan

dengan tindakan bidan yang memotong tali pusat pada

saat plasenta masih di dalam rahim. Penilaian yang

demikian karena berdasarkan pengalaman informan yang

pernah mendengar ataupun mengetahui cerita tentang

bahaya dari tindakan memotong tali pusat pada saat

(27)

naik ke atas dan menutupi jalan nafas. Hal ini dapat terjadi

jika plasenta sudah tidak terikat lagi dengan bayi atau tali

pusat telah dipotong pada saat plasenta masih di dalam

rahim. Berdasarkan pernyataan informan yang pernah

bersalin dengan dukun bayi menyatakan bahwa dukun

bayi melakukan pemotongan tali pusat pada saat plasenta

sudah keluar dari rahim ibu. Dalam dunia medis,

terkhususnya dalam ilmu keperawatan maternitas bahwa

tali pusat dipotong pada saat setelah bayi sudah lahir dan

plasenta masih di dalam rahim ibu (Prendiville 2000 dalam

Sodikin 2009).

Pada penelitian ini, penundaan pemotongan tali

pusat yang dilakukan oleh dukun bayi mempunyai tujuan

yaitu agar plasenta tetap terikat dengan bayi sehingga

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti plasenta

bergerak naik ke atas menutup jalan nafas seperti yang

telah diungkapkan oleh informan. Selain untuk mencegah

bergeraknya plasenta, tindakan penundaan pemotongan

tali pusat yang dilakukan dukun bayi juga ternyata

memberikan keuntungan lain bagi bayi itu sendiri

walaupun sebanarnya keuntungan tersebut tidak diketahui

oleh dukun bayi. Adapun keuntungan dari penundaan

(28)

dilakukan oleh Elly pada tahun 2013 dengan judul

penelitian “pengaruh waktu pemotongan tali pusat

terhadap status hematologi bayi baru lahir cukup bulan

berdasarkan telaah literature” didapatkan bahwa

penundaan waktu pemotongan tali pusat bisa

meningkatkan hemoglobin, hematokrit, bilirubin bayi baru

lahir cukup bulan, serta dapat meningkatkan kadar zat

besi pada bayi. Dalam buku yang ditulis oleh Kuswandi

(2014) meyebutkan bahwa di Swedia telah dilakukan

penelitian terhadap 400 bayi, dari hasil penelitian tersebut

diperoleh bayi-bayi yang tali pusatnya ditunda selama 3

menit memiliki kadar zat besi lebih tinggi di usia empat

bulan dibandingkan dengan bayi yang tali pusatnya

dipotong beberapa detik setelah lahir. Waktu pemotongan

tali pusat yang tepat dan dapat diakui masih belum dapat

ditentukan. Penentuan waktu pemotongan tali pusat yang

tepat masih menjadi subjek perdebatan (Simkin dkk,

2008). Namun, peneliti setuju dengan tindakan penundaan

pemotongan tali pusat dengan berlandaskan teori serta

penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti

terdahulu. Dalam hal ini juga peneliti berasumsi akan lebih

(29)

mengenai keuntungan dari penundaan pemotongan tali

pusat terhadap peningkatan kesehatan bayi.

Penilaian yang terakhir yaitu jasa dukun bayi juga

lebih murah jika dibandingkan dengan jasa bidan. Biaya

bersalin yang mahal membuat dukun bayi juga menjadi

pilihan alternatif dalam mengatasi masalah biaya. Jasa

dukun bayi biasanya tidak ditentukan, dan bahkan hanya

pemberian sukarela saja. Hasil penelitian ini serupa

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alhikma

(2015) dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu

Melahirkan Ditolong Oleh Dukun Bayi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecematan Parung Kabupaten Bogor” dan

penelitian yang dilakukan oleh Mayasaroh (2013) dengan

judul “Peran Dukun Bayi Dalam Penanganan Kesehatan

Ibu Dan Anak Di Desa Bolo Kecamatan Demak Kabupaten

Demak” bahwa biaya bersalin dengan dukun bayi yang

cenderung lebih murah merupakan salah satu alasan

masyarakat memilih dukun bayi dalam menolong

persalinan.

Kemiripan hasil penelitian ini menunjukan bahwa

jasa dukun bayi yang cenderung lebih murah memang

sangat menguntungkan bagi masyarakat, terkhususnya

(30)

pedesaan yang cenderung lebih menyukai hal-hal yang

sifatnya dapat menguntungkan, seperti halnya mendapat

keuntungan ketika memilih jasa dukun bayi yang lebih

murah, karena persalinan dengan bantuan bidan, ibu

hamil harus mengeluarkan uang sebanyak kurang lebih

satu setengah juta, sedangkan jika ibu memilih bersalinan

dengan jasa dukun bayi biayanya tidak ditentukan, yang

artinya ibu bisa membayar jasa dukun bayi dengan

pemberian sukarela.

Penilaian informan kepada dukun bayi ini dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan penilaian yang

diberikan adalah penilaian-penilaian yang positif atau

dapat bisa dikatakan juga sebagai persepsi yang positif.

Peneliti berasumsi bahwa munculnya persepsi yang positif

terhadap dukun bayi ini karena dukun bayi mampu

memperlihatkan pelayanannya yang baik bagi masyarakat.

Teori yang diungkapkan oleh Robbins (2002) yang

menyatakan bahwa munculnya persepsi positif pada

seorang individu disebabkan adanya kepuasan yang

dialami oleh soeorang individu terhadap objek tersebut,

adanya pengetahuan yang dimiliki individu, dan juga

adanya pengalaman dari individu tersebut terhadap objek

(31)

Dalam penilaian informan terhadap dukun bayi ini juga menggambarkan bahwa informan membanding

kualitas pelayanan antara dukun bayi dan bidan. Selain

penilaian informan terhadap dukun bayi, dalam penelitian

ini juga didapatkan beberapa peran dukun bayi yang

diungkapkan oleh informan seperti yang akan dijelaskan

pada tema berikut.

4.4.2 Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Persalinan Peran yang dijalankan oleh dukun bayi dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat

mendukung dalam proses persalinan. Peran yang

mendukung proses persalinan seperti peran dukun bayi

yang terkait dengan penilaian informan tentang kelebihan

dukun bayi yaitu perannya dalam memijat perut ibu yang

bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki posisi janin

dalam kandungan ibu jika terjadi posisi yang abnormal

pada janin serta memberikan petuah agar proses

persalinan lancar. Peran ini dijalankan pada saat sebelum

persalinan.

Ibu hamil yang percaya kepada dukun bayi, akan

meminta dukun bayi untuk memeriksa kondisi atau posisi

(32)

posisi janin dalam perut berada dalam posisi normal atau

posisi abnormal seperti sungsang, dan melintang.

Kebiasaan memijat perut ini dilakukan pada saat usia

kandungan berada dalam rentang enam sampai tujuh

bulan. Selain peran dalam memijat perut ibu, peran kedua

dukun bayi yaitu memberikan petuah yang diyakini dapat

memperlancar proses persalinan. Keyakinan terhadap

petuah ini sudah ada sejak dulu yang bertahan secara

turun temurun, dan hal ini juga di perkuat oleh budaya

masyarakat yang masih percaya terhadap kekuatan

magis, serta didukung pula oleh bukti-bukti keberhasilan

dari petuah yang diberikan oleh dukun bayi. Jika dikaitkan

dengan teori Effendy (1998) yang menyatakan bahwa

salah satu ciri-ciri masyarakat desa yaitu percaya kepada

kekuatan-kekuatan gaib. Hal ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuraeni dan Dewi

Purnamawati pada tahun 2011 di tiga Desa di wilayah

Puskesmas Kecamatan Pedes, yaitu Desa Karangjaya,

Desa Puspasari, dan Desa Kertamulya, Kabupaten

Karawang di dapatkan bahwa dukun bayi dianggap

sebagai seorang yang mampu dan mempunyai kekuatan

(33)

pertolongan persalinan sehingga pada saat bersalin ibu

merasa lebih aman dan nyaman.

Peran yang ketiga dari dukun bayi yaitu pada saat

setelah persalinan, dukun bayi memberikan obat

tradisional dari kayu-kayuan yang bertujuan untuk

mengembalikan kondisi ibu menjadi lebih baik pasca

persalinan, dan diyakini dapat menguatkan kondisi fisik

ibu. Obat tradisional yang diberikan dukun bayi dapat

berupa ramuan yang dapat diminum, atau berupa akar

kayu-kayuan yang dijadikan bahan untuk nginang bagi ibu.

Menurut informan efek dari obat tradisional ini juga baik

bagi ibu, walaupun reaksinya tidak secepat reaksi obat

dari medis, namun masyarakat lebih suka menggunakan

obat tradisional karena menilai bahwa obat tradisional

lebih aman karena dari bahan yang alami dan juga

khasiatnya sudah dipercayai sejak dulu. Hal ini sesuai

dengan teori Harmanto dan Subroto (2007) bahwa obat

tradisional yang berbahan baku alami lebih aman dan kecil

sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang

konstruktif terhadap tubuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sebagian masyarakat lebih suka memilih obat tradisional

yang berbahan alami dari alam karena dianggap

(34)

mungkin reaksi positif (reaksi yang menyembuhkan) dari

obat tradisional cenderung lambat dari reaksi obat medis.

Namun, walaupun demikian tidak mempengaruhi minat

para penggunana obat tradisonal.

4.4.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi

Berdasarkan hasil penelitian, informan

berpendapat bahwa memilih dukun bayi dalam menolong

persalinan merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat

yang sudah melekat dan tentunya tradisi ini adalah hal

yang sulit dihilangkan, mengingat peran dukun bayi dalam

menolong persalinan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Hal ini juga didukung dengan teori Soehono (2002) yang

menyatakan bahwa kehidupan di tengah-tengah

masyarakat yang majemuk masing-masing mempunyai

tradisi kehidupan tersendiri, bahkan tradisi dan adat itu

sangat sulit untuk dihilangkan. Peneliti berasumsi bahwa

pengunaan jasa dukun bayi sudah terjadi sejak dulu, dan

dukun bayi pada jaman dulu adalah orang yang sangat

diandalkan dalam menolong persalinan karena

kemampuan dan keahlian-keahlian yang dimilikinya

mampu membuat nama dukun bayi ini dikenal hingga saat

(35)

masyarakat terhadap dukun bayi, bahkan tidak jarang

sebagian ibu hamil lebih suka bersalin dengan

menggunakan jasa dukun bayi dibandingkan bidan.

Menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan

masyarakat tentang keahlian atau kelebihan yang dimiliki

dukun bayi dalam menolong proses persalinan, keahlian

yang dimiliki dukun bayi tersebut seringkali dinilai lebih

bagus dari bidan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Kristiani (2006) dengan judul

“pemanfaatan pelayanan bidan di desa kabupaten Muaro

Jambi” ditemukan informan yang tidak memanfaatkan

pelayanan bidan menyatakan bahwa dukun bayi lebih

terampil dari bidan, dan menganggap bidan masih belum

berpengalaman.

4.4.4 Harapan Untuk Dukun Bayi

Pada penelitian ini juga ditemukan juga harapan

informan untuk dukun bayi. Harapan informan untuk dukun

bayi juga positif, seperti menginginkan dukun bayi bisa

mendapatkan pelatihan dari pemerintah agar

kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki dukun bayi dapat

dikembangkan dan dimantapkan lagi. Selama ini dukun

(36)

juga harus bisa mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan yang

berlandaskan teori, seperti misalkan pengetahuan tentang

tindakan aseptik ketika memberikan pertolongan

peralinan.

Selain itu juga harapan positif lainnya yaitu dukun

bayi dapat menerima peralatan medis yang menunjang

dukun bayi dalam memberikan pelayanannya. Karena

selama ini dukun bayi hanya menggunakan peralatan

yang seadanya saja, contohnya seperti gunting yang

digunakan untuk pemotongan tali pusat hanya

menggunakan gunting yang biasa digunakan sehari-hari.

Menurut Daniur (1994) pelatihan diperlukan bagi dukun

bayi, dimana pelatihan yang diberikan menitik beratkan

untuk meningkatkan pengetahuan dukun yang

bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan yang akan

digunakan dalam memberikan pertolongan persalinan.

Berbagai harapan yang disampaikan oleh infoman

ini berdasarkan penilaian mereka terhadap pelayanan

yang diberikan dukun bayi sangat membantu masyarakat,

terkhususnya bagi masyarakat pedesaan yang masih

kental dengan adat kebudayaan yang percaya kepada

(37)

tetap ada di tengah-tengah masyarakat untuk menolong

persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Rina

Anggorodi (2009) ditemukan bahwa pasien dukun bayi

menilai kehadiran dukun bayi sangat penting karena

pasien beranggapan bahwa ketika melahirkan yang

ditunggui oleh dukun, maka persalinan akan berjalan

lancar.

Dari penelitian ini serta penelitian pendukung

lainnya, dapat dipahami bahwa keberadaan dukun bayi ini

memang sangat dibutuhkan bagi sebagian masyarakat,

terutama pada masyarakat pedasaan yang secara budaya

masih sangat kuat, dan masih percaya terhadap dukun

bayi. Kata “sangat dibutuhkan” ini dapat dilihat dari

berbagai penilaian-penilaian positif terhadap dukun bayi,

kelebihan yang yang diberikan dukun bayi, serta perasaan

nyaman yang dirasakan pasien pada saat ditolong oleh

dukun bayi, ini artinya bahwa dukun bayi dan ibu-ibu hamil

yang percaya kepada dukun bayi mempunyai ikatan batin

yang kuat.

4.5 Keterbatasan penelitian

Proses penelitian dalam penelitian ini dapat berjalan

(38)

memperlambat peneliti untuk mendapatkan data-data yang

menunjang dalam penelitian, seperti data untuk kondisi

geografis Desa yang harus menunggu lama karena Kepala

Desa pada saat itu tidak berada ditempat, sehingga peneliti

harus menunggu kurang lebih tiga minggu lamanya untuk bisa

mendapatkan data tersebut.

Keterbatasan lain dalam penelitian yaitu peneliti

mengalami kesulitan dalam memperoleh referensi mengenai

dukun bayi terkhususnya referensi yang bersumber dari

buku-buku, sehingga pada penelitian ini peneliti mengakui akan

minimnya tentang teori-teori terkait dukun bayi, hal ini yang

membuat peneliti cenderung lebih banyak mengadopsi dari

berbagai hasil-hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh

Gambar

Gambar 4.1: Peta Desa Tumbang Baringei

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian individu dengan tingkat kebingungan yang berbeda (tinggi dan rendah) dan gaya pengambilan keputusan (perfectsionis, novelty, hedonis, brand loyalty) yang

Individu yang berbeda pasti mempunyai keinginan yang berbeda-beda, tidak hanya itu faktor gaya pengambilan keputusan masing- masing individu juga dapat memberi pengaruh

Kantor: Jl Magelang Km 5,5/77, Sindudadi, Mlati YOGYAKARTA 36.

Tempat – tempat yang memberikan informasi dan melakukan penelitian tentang kebudayaan jawa masih kurang, sehingga dengan adanya ”Pusat Studi dan Kajian Kebudayaan

Energi listrik yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik pada bangunan Pusat Studi dan kajian kebudayaan jawa berasal dari sumber listrik PLN dan genset.

Kuat geser yang dihasilkan dari tanah tanpa serabut kelapa.. yaitu 0,15 semakin meningkat sampai dengan pencampuran

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga dapat menyelesaikan hasil Karya Tulis Tugas Akhir, yang mencakup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa tarif sewa kamar dan selisih tarif sewa kamar Hotel Puri Artha Yogyakarta pada saat low season dengan metode cost-plus