• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT PERNAPASAN PADA BALITA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT PERNAPASAN PADA BALITA."

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS

PENYAKIT PERNAPASAN PADA BALITA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh

PUTERI CAHYANINGRUM

NIM 12305144006

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS

PENYAKIT PERNAPASAN PADA BALITA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh

PUTERI CAHYANINGRUM

NIM 12305144006

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

Kejujuran adalah kesederhanaan yang paling mewah.

Dan sesungguhnya beserta (sesudah) kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya beserta (sesudah) kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al Insyirah : 5

6)

Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu).

(H.R. Muslim)

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin,

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan nikmat

serta jalan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, Ibu Sri Lestari dan Bapak Surajiman, yang tak pernah lelah

untuk mendoakanku, memberi semangat, kasih sayang, dan dukungan dalam segala

bentuk.

Kakak dan adik, Mas Anang dan Dik Ndaru, serta paman, tante, kakek, nenek

yang selalu mendoakanku dan memberi semangat.

Adik sepupuku, Salma dan Rafa yang tak pernah bosan dan lelah menghiburku.

Sahabat-sahabatku yang selalu mendoakanku dengan ketulusan hatinya, memberi

semangat dan mendukungku dalam hal positif.

(8)

vii

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

PERNAPASAN PADA BALITA

Oleh

Puteri Cahyaningrum

12305144006

ABSTRAK

Penyakit pernapasan atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah

penyakit saluran pernapasan atas atau bawah. Penyakit ini sangat bahaya,

khususnya jika menjangkit balita. Hal tersebut dikarenakan daya tahan tubuhnya

yang masih lemah. Penyakit pernapasan ini merupakan penyebab utama angka

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) penyakit menular di

dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya

disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Namun, pengendalian

penyakit ini menemui kendala, yaitu cakupan penemuan masih sangat rendah

akibat tingginya mutasi tenaga kesehatan dan juga kurangnya pengetahuan orang

tua tentang penyakit ini.

Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Pernapasan pada Balita

diharapkan mampu untuk digunakan dalam penanganan masalah-masalah yang

ada. Sistem pakar ini menggunakan metode

Forward Chaining

, yaitu penelusuran

maju sampai menemukan hasil konsultasi/diagnosis. Hasil diperoleh dengan

menjawab pertanyaan sesuai gejala yang dialami sang balita. Hasil konsultasi

tersebut berupa dugaan penyakit, gejala-gejala yang berhubungan dengan

penyakit, keterangan penyakit, dan saran atau penanganan untuk orang tua.

Aplikasi sistem pakar ini terdiri dari tiga

user

, yaitu admin, pakar, dan

pengguna biasa/umum. Sistem

diuji menggunakan pengujian

Beta

, yaitu

pengujian kepada pengguna. Berdasarkan pengujian yang diperoleh dari nilai

rata-rata keseluruhan karakteristik menurut ISO 9126, sistem ini termasuk dalam

kriteria sangat baik, artinya sistem mampu memenuhi kebutuhan pengguna, dapat

menampilkan informasi sesuai masukan pengguna dengan tepat, mudah

digunakan, mudah dimodifikasi, tampilan menarik, memiliki respon yang cepat,

serta dapat diakses melalui

web browser

yang berbeda.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang

berjudul “

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

PERNAPASAN PADA BALITA

” ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan guna meraih gelar sarjana sains pada Fakultas Matematika dan Ilmpu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2.

Bapak Dr. Ali Mahmudi, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Yogyakarta.

3.

Bapak Dr. Agus Maman Abadi selaku Ketua Program Studi Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Yogyakarta.

4.

Bapak Nur Hadi Waryanto, M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Ibu Nur Insani, M.Sc. selaku Penasihat Akademik yang selalu memberikan

(10)
(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

... i

PERSETUJUAN

... ii

HALAMAN PENGESAHAN

... iii

HALAMAN PERNYATAAN

... iv

MOTTO

... v

HALAMAN PERSEMBAHAN

... vi

ABSTRAK

... vii

KATA PENGANTAR

... viii

DAFTAR ISI

... x

DAFTAR GAMBAR

... xii

DAFTAR TABEL

... xiv

BAB I PENDAHULUAN

... 1

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Batasan Masalah... 4

C.

Rumusan Masalah ... 5

D.

Tujuan Penulisan ... 5

E.

Manfaat Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

... 7

A.

Sistem Pakar ... 7

B.

Data Flow Diagram

(DFD) ... 19

C.

Basis Data (

Database)

... 22

D.

PHP (

Personal Home Page tools

) ... 24

E.

MySQL ... 25

F.

Dreamweaver

... 25

G.

Metode Pengembangan Sistem ... 25

H.

Metode uji Coba ... 27

(12)

xi

BAB III PEMBAHASAN

... 37

A.

Analisis

... ...

37

B.

Perancangan Aplikasi ... 39

C.

Implementasi ... 65

D.

Pengujian ... 75

BAB IV PENUTUP

... 87

A.

Kesimpulan ... 87

B.

Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA

... 89

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Struktur Sistem Pakar ... 10

Gambar 2

Cara kerja Metode

Forward Chaining

... 11

Gambar 3

Graf Pengetahuan ... 12

Gambar 4

Cara Kerja Metode

Backward Chaining

... 13

Gambar 5

Representasi Jaringan Semantik ... 16

Gambar 6

Contoh Diagram Konteks ... 21

Gambar 7

Contoh DFD Level 1 ... 21

Gambar 8

Contoh DFD Level 2 ... 22

Gambar 9

Model

Waterfall

Pressman ... 26

Gambar 10

Graf Pengetahuan

Forward Chaining

... 44

Gambar 11

Pohon Pelacakan

Forward Chaining

... 45

Gambar 12

Diagram Konteks ... 46

Gambar 13

DFD Level 1 ... 47

Gambar 14

DFD Level 2 Proses 2 ... 48

Gambar 15

DFD Level 2 Proses 3 ... 49

Gambar 16

Entity Relation Diagram

(ERD) ... 50

Gambar 17

Relasi Antartabel ... 58

Gambar 18

Perancangan Menu... 59

Gambar 19

Perancangan Antarmuka Index ... 60

Gambar 20

Perancangan Antarmuka Konsultasi ... 60

Gambar 21

Perancangan Antarmuka Hasil Konsultasi ... 61

Gambar 22

Perancangan Antarmuka Halaman Index Pakar ... 61

Gambar 23

Perancangan Antarmuka Halaman Index Admin ... 62

Gambar 24

Perancangan Antarmuka Masukan Penyakit ... 63

Gambar 25

Perancangan Antarmuka Masukan Gejala ... 63

Gambar 26

Perancangan Antarmuka Masukan Relasi ... 63

Gambar 27

Perancangan Antarmuka Kelola Usulan ... 64

(14)

xiii

Gambar 29

Perancangan Antarmuka Kelola Data Akun ... 65

Gambar 30

Antarmuka Halaman Index ... 66

Gambar 31

Antarmuka Konsultasi ... 67

Gambar 32

Contoh Konsultasi 1 ... 67

Gambar 33

Contoh Konsultasi 2 ... 68

Gambar 34

Contoh Konsultasi 3 ... 68

Gambar 35

Contoh Konsultasi 4 ... 68

Gambar 36

Antarmuka Hasil Konsultasi ... 69

Gambar 37

Antarmuka Halaman Index Pakar ... 70

Gambar 38

Antarmuka Halaman Index Admin ... 71

Gambar 39

Antarmuka Masukan Penyakit ... 71

Gambar 40

Antarmuka Masukan Gejala ... 72

Gambar 41

Antarmuka Masukan Relasi ... 73

Gambar 42

Antarmuka Kelola Usulan ... 73

Gambar 43

Antarmuka Tambah

User

... 74

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Representasi Pengetahuan dengan OAV ... 17

Tabel 2

Contoh Bingkai ... 18

Tabel 3

Notasi Dasar DFD ... 19

Tabel 4

Notasi Dasar E-R ... 23

Tabel 5

Pedoman Penskoran ... 30

Tabel 6

Klasifikasi Penilaian ... 30

Tabel 7

Rentang Skor Kuesioner ... 31

Tabel 8

Basis Pengetahuan dalam Bentuk Tabel ... 41

Tabel 9

Tabel Gejala-gejala Batuk-Pilek ... 42

Tabel 10

Tabel Gejala-gejala Sinusitis ... 42

Tabel 11

Tabel Gejala-gejala Faringitis dan Tonsilofaringitis ... 43

Tabel 12

Tabel Gejala-gejala Laringitis ... 43

Tabel 13

Tabel Gejala-gejala Difteria ... 43

Tabel 14

Tabel Gejala-gejala Bronkitis ... 43

Tabel 15

Tabel Gejala-gejala Pneumonia ... 44

Tabel 16

Tabel Penyakit ... 51

Tabel 17

Tabel Gejala ... 51

Tabel 18

Tabel Relasi ... 51

Tabel 19

Tabel Hasil ... 52

Tabel 20

Tabel Artikel ... 52

Tabel 21

Tabel Buku Tamu ... 52

Tabel 22

Tabel Bantu Penyakit ... 53

Tabel 23

Tabel Bantu Gejala ... 53

Tabel 24

Tabel Bantu Analisis ... 53

Tabel 25

Tabel

User

... 54

Tabel 26

Tabel Usulan1... 54

Tabel 27

Tabel Usulan2... 55

(16)

xv

Tabel 29

Tabel Usulan_gejala1 ... 56

Tabel 30

Tabel Usulan_gejala2 ... 56

Tabel 31

Tabel Usulan_gejala3 ... 56

Tabel 32

Tabel Usulan_relasi1 ... 57

Tabel 33

Tabel Usulan_relasi2 ... 57

Tabel 34

Tabel Usulan_relasi3 ... 57

Tabel 35

Saran dari Ahli Media dan Pengguna ... 76

Tabel 36

Tabel Persentase Penilaian Ahli Media ... 77

Tabel 37

Tabel Persentase Penilaian Tingkat Admin ... 80

Lanjutan Tabel 37 ... 81

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat

rentan terhadap berbagai macam penyakit karena daya tahan tubuhnya yang

masih lemah sehingga mudah tertular penyakit, khususnya penyakit

pernapasan yang disebabkan oleh parasit seperti virus, bakteri, dan jamur

karena mudah menular lewat udara.

Penyakit pernapasan atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah dan biasanya menular.

Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai tingkat penyakit, dari penyakit

tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan,

tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor

pejamu/manusianya (WHO, 2007: 6). ISPA merupakan penyebab utama

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) penyakit

menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap

tahun, 98% darinya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.

Menurut WHO (2007: 12) terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut

beberapa faktor. Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan:

1.

kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),

(18)

2

2.

ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan

infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap

fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi);

3.

faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu

menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau

infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan

umum; dan

4.

karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi

(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran

inokulum).

Menurut Menteri Kesehatan Indonesia, dr. Endang R. Sedyaningsih,

MPH, Dr. PH ketika membuka seminar Pneumonia,

The Forgotten Killer Of

Children

tanggal 2 November 2009 di Universitas Padjadjaran Bandung,

penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode

penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan tiga sampai enam

kali per tahun, ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk

pilek sebanyak tiga sampai enam kali setahun. Sebagai kelompok penyakit,

ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana

kesehatan, yaitu sebanyak 40%

60% kunjungan berobat di Puskesmas dan

15%

30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah

sakit.

Dari berbagai macam penyakit pernapasan, Pneumonia merupakan

(19)

3

lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria, dan

Campak. Di dunia, dari 9 juta kematian balita lebih dari 2 juta balita

meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 balita

meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian balita, satu diantaranya

disebabkan pneumonia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016:

174) menyebutkan sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan

Pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti, yaitu berkisar

antara 20%-30%. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%.

Angka kematian akibat Pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi,

angka kematian sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 0,17% dibandingkan pada

kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%.

Menurut Menkes, pengendalian penyakit ISPA memiliki kendala

diantaranya cakupan penemuan masih sangat rendah akibat tingginya mutasi

tenaga kesehatan. Di sisi lain, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai

penyakit-penyakit pernapasan dapat menyebabkan bertambah parah penyakit

yang diderita balita, dikarenakan kesalahan atau keterlambatan penanganan.

Orang tua sering menganggap ringan masalah pernapasan pada balita, terlebih

ketika anak mengalami gejala batuk dan/atau pilek. Permasalahan lain, dokter

atau pakar terdekat tidak dapat ditemui untuk konsultasi sewaktu-waktu,

sehingga menyebabkan terlambatnya mengetahui diagnosis penyakit yang

diderita. Akibatnya penyakit dapat bertambah parah, dikarenakan kesalahan

(20)

4

jangka pendek maupun jangka panjang, karena penyakit dapat menyebar ke

seluruh sistem pernapasan tubuh.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dibuat sebuah aplikasi sistem

pakar untuk mendiagnosis penyakit pernapasan pada balita dengan cepat yang

dapat diakses selama 24 jam penuh. Sistem pakar adalah perangkat lunak

yang memiliki kemampuan untuk meniru kapasitas berpikir dan penalaran

manusia berdasarkan beberapa fakta dan aturan yang disajikan. Menurut

Giarratano dan Riley dalam Kusumadewi (2003: 109), sistem pakar adalah

suatu sistem komputer yang dapat menyamai atau meniru kemampuan

seorang pakar. Contoh penggunaan sistem pakar yaitu di berbagai sektor

seperti medis diagnosis, sistem pendukung keputusan, pendidikan, dan lain

sebagainya. Tujuan dari sistem pakar misalnya dalam medis diagnosis adalah

untuk membantu ahli medis dalam membuat diagnosis penyakit tertentu atau

membantu orang awam untuk mendapatkan hasil diagnosis penyakit.

B.

Batasan Masalah

Untuk membatasi objek yang menjadi pokok penelitian, maka

permasalahan akan dibatasi sebagai berikut.

1.

Data penyakit yang digunakan sebagai data awal adalah 7 jenis penyakit

pernapasan pada balita. Untuk jenis penyakit lainnya dapat dilakukan

penambahan pada sistem.

2.

Sistem pakar ini hanya digunakan untuk diagnosis awal dan saran atau

(21)

5

C.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan

masalah, yakni.

1.

bagaimana membangun aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit

pernapasan pada balita?

2.

bagaimana hasil pengujian terhadap aplikasi sistem pakar untuk diagnosis

penyakit pernapasan pada balita yang dibangun?

D.

Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, diambil tujuan penelitian sebagai berikut:

1.

dapat membangun aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit

pernapasan pada balita,

2.

dapat mengetahui hasil pengujian terhadap aplikasi sistem pakar diagnosis

penyakit pernapasan pada balita yang dibangun,

E.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1.

Bagi tenaga kesehatan

Sistem dapat menjadi alat bantu bagi tenaga kesehatan untuk menemukan

kasus dalam rangka pengendalian penyakit pernapasan pada balita.

2.

Bagi orang tua

a.

Sistem dapat menjadi alat bantu bagi orang tua untuk mempermudah

(22)

6

pernapasan pada putra-putrinya yang masih balita dan juga sekaligus

saran atau penanganannya.

b.

Dapat memberikan kemudahan pelayanan untuk diagnosis awal

penyakit pernapasan pada balita karena dapat diakses selama 24 jam.

3.

Bagi pakar

Sistem dapat digunakan sebagai alat transfer pengetahuan dan keahlian

(23)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita dibangun dengan

merujuk pada beberapa teori. Teori yang dideskripsikan adalah sistem pakar,

Data

Flow Diagram

, basis data,

PHP

,

MySQL

,

dreamweaver

, metode pengembangan

sistem, metode uji coba, dan penyakit pernapasan pada balita.

A.

Sistem Pakar

1.

Kecerdasan Buatan

Menurut H. A. Simon dalam Kusrini (2006: 3), kecerdasan buatan

(

artificial intelligence

) merupakan kawasan penelitian, aplikasi, dan instruksi

yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal

yang dalam pandangan manusia. Menurut John McCarthy dalam Desiani &

Arhami (2006: 3) kecerdasan buatan adalah ilmu untuk mengetahui dan

memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat

menirukan perilaku manusia. Sesuai dengan definisi tersebut, maka ilmu

kecerdasan buatan ini dapat diaplikasikan ke berbagai bidang seperti:

Robotika (

Robotics

), Penglihatan Komputer (

Computer Vision

), Pengolahan

Bahasa Alami (

Natural Language Processing

), Pengenalan Pola (

Pattern

Recognition

), System Syaraf Buatan (

Artificial Neural System

), Pengenalan

Suara (

Speech Recognition

) dan Sistem Pakar (

Expert System

).

Menurut Winston dan Prendergast dalam Kusrini (2006:4), ada tiga

tujuan kecerdasan buatan, yaitu: membuat komputer lebih cerdas, mengerti

(24)

8

kemampuan untuk belajar atau mengerti dari pengalaman, memahami pesan

yang kontradiktif dan ambigu, menanggapi dengan cepat dan baik atas situasi

yang baru, menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah serta

menyelesaikannya dengan efektif.

2.

Sistem Pakar

a. Konsep dasar sistem pakar

Sistem pakar adalah bagian dari kecerdasan buatan yang merupakan

perangkat lunak untuk memecahkan masalah yang biasanya diselesaikan oleh

seorang pakar atau ahli dan berisi aturan-aturan bagaimana memberlakukan

informasi-informasi yang tersimpan, sehingga program dapat memberikan

bantuan pengambilan keputusan mengenai suatu permasalahan tertentu,

sebagaimana seorang pakar. Pakar atau ahli (

expert

) didefinisikan sebagai

seseorang yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang tidak dimiliki oleh

kebanyakan orang (Rosnelly, 2012: 8). Sistem pakar, dipandang berhasil ketika

mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik

dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang

diperoleh (Kusrini, 2008: 3).

b. Ciri-ciri sistem pakar

Menurut Kusrini (2006: 14) sistem pakar yang baik haruslah memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

terbatas pada bidang yang spesifik,

dapat memberikan penalaran untuk data–data yang tidak lengkap atau

(25)

9

dapat mengemukakan alasan yang diberikannya dengan bahasa yang dapat

dipahami,

bekerja berdasarkan kaidah atau aturan (

rule

) tertentu,

dirancang dengan tujuan dapat dikembangkan secara bertahap,

keluaran atau outputnya berisi anjuran atau nasihat,

sistem dapat mengarahkan pengguna kepada

output

, tergantung dari dialog

pengguna dan sistem,

basis pengetahuan dan mekanisme inferensinya terpisah.

c. Kelebihan dan kekurangan sistem pakar

Secara garis besar, banyak sekali keuntungan yang didapatkan dengan

adanya sistem pakar, diantaranya sebagai berikut.

Menghimpun data dalam jumlah yang sangat besar.

Menyimpan data tersebut untuk jangka waktu yang panjang.

Meningkatkan output dan produktivitas karena sistem pakar dapat bekerja

lebih cepat dibandingkan manusia.

Mempermudah pencarian pengetahuan dan nasihat yang diperlukan.

Dapat bekerja dengan data yang kurang lengkap dan tidak pasti.

Sistem pakar tidak dapat lelah dan bosan.

Memberikan respons (jawaban) yang cepat.

Di samping memiliki kelebihan, sistem pakar juga memiliki kekurangan

(26)

10

Masalah dalam mendapatkan pengetahuan di mana pengetahuan tidak

selalu mudah diperoleh karena kadang kala pakar dari masalah tersebut

tidak ada atau terkadang pendekatan yang dimiliki para ahli berbeda-beda.

Membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas sangatlah sulit

dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Dapat jadi sistem pakar tidak dapat membuat keputusan

Sistem pakar tidaklah 100% menguntungkan karena tidak sempurna atau

tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti sebelum

digunakan.

d. Struktur sistem pakar

Struktur Sistem Pakar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1

: Struktur Sistem Pakar (sumber: Rosnelly, 2012)

Penjelasan dari komponen-komponen di atas adalah sebagai berikut.

1.

Basis Pengetahuan (

knowledge base

).

Basis pengetahuan merupakan komponen yang mengandung

(27)

11

Komponen sistem pakar terdiri dari dua elemen dasar, yakni fakta dan

aturan. Fakta adalah informasi tentang obyek dalam area permasalahan

tertentu, sedangkan aturan adalah informasi tentang bagaimana cara

memperoleh fakta baru dari fakta yang telah diketahui (Desiani & Arhami,

2006: 234).

2.

Mesin Inferensi (I

nference Engine

).

Mesin inferensi adalah bagian dari komputer yang bertindak sebagai

otak dari sebuah sistem pakar. Komponen ini mengandung mekanisme

fungsi berpikir dan pola penalaran. Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu

forward chaining

(runut maju) dan

backward chaining

(runut balik).

a.

Forward Chaining

Pada metode ini, penalaran dimulai dari fakta-fakta yang ada (IF)

kemudian bergerak maju melalui

premis-premis

untuk menuju kesimpulan

(

THEN

). Metode runut maju ini digunakan untuk mendiagnosis suatu

penyakit bedasarkan gejala-gejala yang ada. Cara kerja metode

forward

chaining

yaitu seperti pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2

. Cara Kerja Metode

Forward Chaining

Gambar 3 adalah ilustrasi untuk mempermudah pemahaman tentang

metode inferensi. Dalam penalaran ini,

user

diminta memasukkan

premis-premis yang dialami. Seandainya

user

memilih Premis 1, Premis 2, dan

Premis 3 maka aturan yang terpilih adalah aturan 1 dengan konklusinya

(28)

12

sistem akan mengarah pada aturan empat dengan konklusinya adalah

Konklusi 4, tetapi karena aturan tersebut premisnya adalah Premis 1,

Premis 4, Premis 5, dan Premis 6 maka premis-premis yang dipilih oleh

user

tidak cukup untuk mengambil kesimpulan Konklusi 4 sebagai

konklusi terpilih.

Gambar 3.

Graf Pengetahuan

b.

Backward Chaining

Metode ini membantu dalam menangani permasalahan di mana

konklusinya telah diketahui sebelumnya dan penyebab dari konklusi

tersebut yang kemudian dicari. Penelusuran didasarkan pada suatu

keyakinan bahwa ada kemungkinan konklusi dari daftar konklusi

merupakan salah satu tujuan atau konklusi terpilih berdasarkan fakta yang

(29)

13

Gambar 4.

Cara Kerja Metode

Backward Chaining

Menggunakan Gambar 3, sistem dengan urutan tertentu akan

mengambil sebuah konklusi sebagai calon konklusinya. Misal awalnya

sistem akan mengambil hipotesis bahwa konklusinya adalah Konklusi 1.

Untuk membuktikannya, sistem akan mencari premis-premis aturan yang

mengandung Konklusi 1. Setelah itu sistem akan meminta umpan balik

kepada

user

mengenai premis-premis yang ditemukan. Untuk Konklusi 1,

premisnya adalah premis 1, premis 2, dan premis 3, maka sistem akan

mencari tahu apakah

user

memilih premis-premis tersebut.

3.

Memori Kerja (

Working Memory

).

Memori kerja adalah area penyimpanan fakta yang dihasilkan oleh

mesin inferensi dengan penambahan parameter berupa derajat kepercayaan

atau dapat juga dikatakan sebagai

global database

dari fakta yang

digunakan oleh aturan-aturan yang ada (Rika Rosnelly, 2012: 13).

4.

Fasilitas Penjelasan (

Explanation Facility

).

Fasilitas penjelasan adalah komponen yang berfungsi memberi

penjelasan kepada pengguna, bagaimana suatu kesimpulan dapat diambil.

Menurut Turban dalam Desiani&Arhami (2006: 239), fasilitas penjelasan

dapat menjelaskan bagaimana cara berpikir sistem dengan menjawab

pertanyaan berikut:

a)

mengapa pertanyaan tertentu ditanyakan oleh sistem pakar?

(30)

14

c)

mengapa alternatif tertentu ditolak?

d)

apa rencana untuk memperoleh penyelesaian?

5.

Fasilitas Akuisisi Pengetahuan (

Knowledge Acquisition Facility

).

Fasilitas ini merupakan suatu proses pengumpulan data-data

pengetahuan suatu masalah dari pakar, meliputi proses pengumpulan,

pemindahan dan perubahan dari kemampuan pemecahan masalah seorang

pakar atau sumber pengetahuan yang terdokumentasi ke program

komputer yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembangkan basis

pengetahuan.

6.

Antarmuka Pengguna (

User Interface

)

Antarmuka pengguna (

user interface

) adalah komponen yang

digunakan pengguna dan sistem untuk saling berkomunikasi. Antarmuka

menerima informasi dari pengguna dan mengubahnya ke dalam bentuk

yang dimengerti oleh sistem. Oleh sistem, informasi tersebut akan diolah

kemudian diteruskan ke antarmuka. Oleh antarmuka, informasi tersebut

diubah terlebih dulu menjadi informasi yang dapat dimengerti pengguna.

3.

Representasi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan intisari dari sebuah informasi, dapat berisi

fakta, informasi, konsep, prosedur, model, dan heuristis yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan suatu persoalan. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi

tiga, yaitu: (a) pengetahuan

procedural

(

procedural knowledge

), adalah

pengetahuan yang lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu; (b)

(31)

15

apakah sesuatu bernilai salah atau benar; dan (c) pengetahuan tacit (

tacit

knowledge

), yaitu pengetahuan yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa.

Menurut Kusrini (2008: 6), representasi pengetahuan merupakan

metode yang digunakan untuk mengkodekan pengetahuan dalam sebuah

sistem pakar. Representasi dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting

masalah dan membuat informasi itu dapat diakses oleh prosedur pemecahan

masalah. Adapun karakteristik dari metode representasi pengetahuan adalah

sebagai berikut:

a.

harus dapat diprogram dan hasilnya disimpan dalam memori,

b.

dirancang sedemikian sehingga isinya dapat digunakan untuk proses

penalaran,

c.

model representasi pengetahuan merupakan sebuah struktur data yang

dapat dimanipulasi oleh mesin inferensi dan pencarian untuk aktivitas

pencocokan pola.

Menurut Kusrini (2006: 24-25), representasi pengetahuan dapat

dimodelkan menjadi:

a.

Logika (

logic

)

Logika merupakan suatu pengkajian ilmiah tentang serangkaian

penalaran, sistem kaidah dan prosedur yang membantu proses penalaran.

Dalam melakukan penalaran, komputer harus dapat menggunakan proses

penalaran deduktif (penalaran umum ke khusus) dan proses penalaran

induktif (penalaran khusus ke umum).

(32)

16

Premis mayor: Jika hari ini saya sakit, saya tidak akan berangkat

sekolah

.

Premis minor: Hari ini saya sakit

.

Konklusi: Hari ini saya tidak berangkat sekolah.

Berikut contoh penalaran induktif:

Premis: Dioda yang salah menyebabkan alat elektronik rusak.

Premis: Transistor rusak menyebabkan peralatan elektronik rusak.

Premis: Dioda dan transistor merupakan peralatan semikonduktor.

Konklusi: Peralatan semikonduktor yang rusak menyebabkan peralatan

elektronik rusak.

b.

Jaringan semantik (

semantic nets

)

Jaringan semantik merupakan penggambaran grafis dari pengetahuan

yang memperlihatkan hubungan antar obyek. Komponen dasar dari

jaringan semantik (Gambar 5), yaitu simpul (

node

) dan penghubung

(

arc/link

).

Node

menggambarkan objek, konsep, atau situasi sedangkan

arc/link

menggambarkan hubungan antar

node.

Contoh jaringan semantik:

Gambar 5

. Representasi Jaringan Semantik

Gambar 5 merepresentasikan pernyataan bahwa semua PC

(33)

17

semua komputer memiliki monitor. Dari pernyataan tersebut dapat

diketahui bahwa semua PC memiliki monitor dan hanya sebagian alat

elektronik saja yang memiliki monitor.

c.

Object-Attribute-Value

(OAV)

Object

dapat berupa fisik atau konsep.

Attribute

adalah karakteristik

dari objek tersebut.

Value

adalah besaran/nilai/takaran spesifik dari

attribute

tersebut pada situasi tertentu, dapat berupa numerik, string atau

konstan. Contoh representasi pengetahuan dengan menggunakan OAV:

Tabel 1.

Representasi Pengetahuan dengan OAV

Object

Attribute

Value

Mangga

Warna

Hijau, Orange

Mangga

Berbiji

Tunggal

Mangga

Rasa

Asam, Manis

Pisang

Warna

Kuning, Hijau

Pisang

Bentuk

Lonjong

Pada Tabel 1, obyek yang dibahas adalah mangga. Mangga ini

memiliki beberapa atribut (karakteristik dari obyek) salah satunya adalah

atribut warna. Warna pada mangga memiliki

value

yakni hijau atau

orange. Karena objek di sini memiliki beberapa atribut, maka objek ini

disebut dengan OAV multi-

attribute

.

d.

Bingkai (

frame

)

Frame

berupa ruang-ruang (

slots

) yang berisi atribut untuk

mendeskripsikan

pengetahuan.

Bingkai

digunakan

untuk

(34)

18

Tabel 2.

Contoh Bingkai

Ruang (slots)

Isi (filters)

Nama

Flu

Gejala

1. Bersin

2. Pusing

3. Demam

Obat

1. Ultraflu

2. Mixagrip

e.

Aturan produksi (

production rule

)

Aturan menyediakan cara formal untuk merepresentasikan

rekomendasi, arahan, atau strategi. Aturan produksi ditulis dalam bentuk

jika-maka (

if-then

). Aturan

if-then

mengandung anteseden (

antecencent

)

dengan konsekuensi yang dihasilkannya. Anteseden mengacu kepada

situasi yang terjadi sebelum konsekuensi dapat diamati.

Menurut Kusrini (2008: 7-8), aturan dalam kaidah produksi

diklasifikasikan menjadi kaidah derajat pertama dan kaidah meta. Kaidah

derajat pertama adalah aturan yang bagian konklusinya tidak menjadi

premis bagi kaidah lain. Sebaliknya, kaidah meta merupakan kaidah yang

berisi penjelasan bagi kaidah yang lain.

Contoh kaidah derajat pertama:

JIKA

Anemia

DAN

Batuk Kronis

MAKA

TBC

Contoh kaidah meta:

JIKA

Pusing

(35)

19

DAN

Sering Kesemutan

MAKA

Anemia

B. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram

(DFD) merupakan notasi-notasi yang digunakan

untuk menggambarkan arus data sistem. DFD menggambarkan

komponen-komponen sebuah sistem, aliran-aliran data dan penyimpanan dari data

tersebut (Jogiyanto Hartono, 2005: 701).

Tabel 3.

Notasi Dasar DFD

Simbol

Keterangan

Kesatuan Luar (

External

Entity)

Proses

Arus Data

Penyimpanan Data

Menurut Al-Bahra bin Ladjamuddin (2005: 67-75), elemen dasar dari

DFD adalah sebagai berikut:

1.

Kesatuan Luar (

External Entity

)

Kesatuan luar adalah sesuatu yang berada di luar sistem tetapi

memberikan data ke dalam sistem atau sebaliknya. Kesatuan luar tidak

termasuk bagian dari sistem. Pedoman kesatuan luar adalah sebagai

berikut: nama kesatuan luar berupa kata benda dan kesatuan luar tidak

(36)

20

2.

Proses (

Process

)

Proses merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh sistem.

Proses berfungsi mentranformasikan satu atau beberapa data masukan

menjadi satu atau beberapa data keluaran sesuai dengan spesifikasi yang

dinginkan. Pedoman pemberian nama proses adalah sebagai berikut:

a.

nama proses terdiri dari kata kerja dan kata benda yang mencerminkan

fungsi proses,

b.

jangan menggunakan kata proses sebagai bagian dari nama suatu

proses,

c.

tidak boleh ada beberapa proses yang memiliki nama yang sama,

d.

proses harus diberi nomor.

3. Simpanan Data (

Data Store

)

Simpanan data merupakan tempat penyimpanan data yang ada dalam

sistem. Pedoman pemberian nama simpanan data adalah sebagai berikut:

a.

nama harus mencerminkan simpanan data tersebut,

b.

bila namanya lebih dari satu kata, maka harus diberi tanda sambung.

4.

Arus Data (

Data Flow

)

Arus data merupakan tempat mengalirnya informasi dan

digambarkan dengan garis yang menghubungkan komponen dari sistem.

Arus data ditunjukkan dengan arah panah dan garis diberi nama atas arus

data yang mengalir. Pedoman nama aliran data adalah sebagai berikut:

a.

nama aliran data yang terdiri dari beberapa kata dihubungkan dengan

(37)

21

b.

sedapatnya mungkin nama aliran data ditulis lengkap,

c.

tidak boleh ada aliran data dari kesatuan luar dan simpanan data atau

sebaliknya, hubungan kesatuan luar dengan simpanan data harus

melalui proses.

Menurut Agus Winarno (2007: 2) DFD dibagi menjadi 2 jenis.

a.

Diagram Konteks

(Context Diagram)

Diagram konteks merupakan DFD Level 0, yaitu diagram yang

paling sederhana dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran

data dari kesatuan luar ke dalam sistem dan sebaliknya.

Gambar 6

. Contoh Diagram Konteks

b.

DFD Level n

DFD level n merupakan diagram yang digunakan untuk

menggambarkan diagram hasil pengembangan dari diagram konteks ke

dalam komponen yang lebih detail. Nilai n merupakan banyaknya

angka/digit yang digunakan untuk penomoran proses yang ada.

(38)

22

Gambar 8

. Contoh DFD Level 2

C. Basis Data (Database)

Menurut Arief (2006: 33),

database

merupakan sekumpulan data yang

saling terintegrasi satu sama lain dan terorganisasi berdasarkan sebuah skema

atau struktur tertentu dan tersimpan pada sebuah

hardware

komputer. Di

dalam sistem pakar, basis data merupakan tempat penyimpanan fakta-fakta

kemudian ditambahkan dengan fakta baru yang diperoleh dari proses

pelacakan oleh mesin inferensi. Selain itu basis data memiliki fungsi untuk

mengelola data yang tersimpan di dalamnya seperti menambah, menghapus,

melacak, dan lain sebagainya.

Model basis data relasional merupakan model basis data yang paling

sederhana sehingga mudah untuk digunakan dan dipahami. Model basis data

relasional ini umumnya dimodelkan menggunakan diagram relasi antar

(39)
[image:39.595.155.493.109.316.2]

23

Tabel 4.

Notasi Dasar Diagram E-R (sumber: Yudi Priyadi, 2014: 20)

Simbol

Keterangan

Persegi panjang, menunjukkan objek

dasar

Lingkaran/elips, menunjukkan atribut dari

objek dasar

Belah ketupat, menunjukkan relasi

Garis, menunjukkan adanya relasi

Menurut Priyadi (2014: 21) penjelasan untuk notasi dasar pada Tabel 4

adalah sebagai berikut.

1.

Entitas merupakan notasi untuk mewakili suatu objek dengan karakteristik

yang sama, dilengkapi oleh atribut. Entitas biasanya berupa kata benda,

pekerjaan, orang, dan tempat. Misalnya

user

, admin, dan pakar adalah

contoh entitas.

2.

Atribut adalah notasi yang menjelaskan karakteristik suatu entitas. Nama

user

atau asal admin merupakan contoh dari atribut. Atribut dapat berupa

key

yang bersifat unik seperti

primary key

dan

foreign key

.

a.

Kunci primer (

primary key

)

Kunci primer adalah kunci yang dipilih sebagai kunci utamma dalam

mengidentifikasi baris dalam tabel.

b.

Kunci tamu (

foreign key

)

Kunci tamu adalah sebarang atribut yang menunjuk ke kunci primer

(40)

24

3.

Relasi merupakan notasi dasar yang digunakan untuk menghubungkan

beberapa entitas berdasarkan fakta pada suatu lingkungan.

4.

Garis penghubung merupakan notasi dasar yang digunakan untuk

menunjukkan keterkaitan antara notasi-notasi yang digunakan dalam

diagram E-R.

D. PHP (Personal Home Page tools)

PHP adalah bahasa pemrograman yang berjalan dalam sebuah web

server dan berfungsi sebagai pengolah data. PHP termasuk dalam

HTML-embedded

, yang artinya kode PHP dapat disisipkan pada sebuah halaman

HTML. Menurut Haryono (2004: 15), kode-kode bahasa PHP dalam

penulisannya menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu file. Kode PHP

diletakkan antara tanda <? atau <?php dan diakhiri dengan tanda ?> sebagai

identitas bahasa pemrograman PHP. Akan tetapi, ada beberapa cara lagi

untuk memberikan tanda bahwa kode yang ditulis adalah kode PHP, antara

sebagai berikut.

1.

Model javascript, php diawali dengan tag <script language=”php”> dan

diakhiri dengan </script>.

2.

Model ASP, penulisan kode php diawali dengan tag<% dan diakhiri

dengan %>. Akan tetapi, cara ini berfungsi bila server diatur lebih dahulu

(41)

25

E. MySQL

MySQL adalah salah satu jenis basis data

server

yang sangat terkenal

disebabkan MySQL menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk

mengakses basis datanya. Selain itu MySQL bersifat gratis kecuali pada

windows yang bersifat

shareware

atau perlu membayar setelah melakukan

evaluasi dan memutuskan untuk digunakan pada keperluan produksi.

F. Dreamweaver

Menurut M. Suyanto (2005: 244), Dreamweaver merupakan sebuah

software

web design

yang menawarkan cara untuk mendesain website dengan

dua langkah sekaligus dalam satu waktu, yaitu mendesain dan memprogram.

Dreamweaver

memiliki satu jendela mini yang disebut HTML Source, tempat

kode-kode HTML tertulis. Dreamweaver juga mampu mengenali

tag

-

tag

lain

di luar HTML, seperti Cold Fussion dan ASP, serta mendukung

script-script

dinamik HTML dan CSS

style

. Selain itu, dreamweaver juga memberikan

pilihan

workspace

baru yang terintegrasi, menyediakan lingkungan

pengembangan yang lebih

familiar

dengan

dockable panel

yang lengkap dan

jendela dokumen yang menyebut pemakai.

G. Metode Pengembangan Sistem

Sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita dibangun

(42)

26

muncul yaitu sekitar tahun 1970. Model

Waterfall

sering dianggap kuno,

tetapi paling sering digunakan dalam

Software Engineering

(SE).

Gambar 9

. Model

Waterfall

Pressman

Pressman (2001: 28) menyatakan bahwa model

Waterfall

diuraikan

dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1.

Analysis

adalah tahap menganalisa hal-hal yang diperlukan dalam

pelaksanaan perancangan aplikasi.

2.

Design

adalah tahap penerjemah atau tahap perancangan dari

keperluan-keperluan yang dianalisis dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh

pemakai.

3.

Code

adalah tahap implementasi dari hasil aplikasi yang telah dirancang

dalam bahasa pemrograman yang telah ditentukan dan digunakan dalam

pembuatan aplikasi.

(43)

27

H. Metode Uji Coba

Pengujian merupakan metode yang dilakukan untuk menentukan

kualitas perangkat lunak. Salah satu tolak ukur kualitas perangkat lunak

adalah ISO 9126 yang dibuat oleh

International Organization for

Standardization

(ISO) dan

International Electrotechnical Commision

(IEC).

Faktor kualitas menurut ISO 9126 meliputi enam karakteristik kualitas

sebagai berikut:

1.

Functionality

(Fungsionalitas), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk

menyediakan fungsi sesuai kebutuhan pengguna, ketika digunakan dalam

kondisi tertentu.

2.

Reliability

(Kehandalan), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk

mempertahankan tingkat kinerja tertentu, ketika digunakan dalam kondisi

tertentu.

3.

Usability

(Kebergunaan), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk

dipahami, dipelajari, digunakan, dan menarik bagi pengguna, ketika

digunakan dalam kondisi tertentu.

4.

Efficiency

(Efisiensi), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk

memberikan kinerja yang sesuai dan relatif terhadap jumlah sumber daya

yang digunakan pada saat keadaan tersebut.

5.

Maintainability

(Pemeliharaan), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk

dimodifikasi. Modifikasi meliputi koreksi, perbaikan atau adaptasi

(44)

28

6.

Portability

(Portabilitas), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk

ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan lain.

Masing-masing karakteristik kualitas perangkat lunak model ISO 9126

dibagi menjadi beberapa sub-karakteristik kualitas, sebagai berikut.

1.

Functionality

terdiri dari:

suitability

(kemampuan perangkat lunak untuk

menyediakan serangkaian fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu

dan tujuan pengguna),

accuracy

(kemampuan perangkat lunak dalam

memberikan hasil yang presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan),

security

(kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang tidak

diinginkan, menghadapi penyusup/

hacker

maupun otorisasi dalam

modifikasi data),

interoperability

(kemampuan perangkat lunak untuk

berinteraksi dengan satu atau lebih sistem tertentu), dan

compliance

(kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan kebutuhan

sesuai peraturan yang berlaku).

2.

Reliability

terdiri dari:

maturity

(kemampuan perangkat lunak untuk

menghindari kegagalan sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat

lunak),

fault

tolerance

(kemampuan

perangkat

lunak

untuk

mempertahankan kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak), dan

recoverability

(kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali

tingkat kinerja ketika terjadi kegagalan sistem, termasuk data dan koneksi

jaringan).

(45)

29

lunak dalam kemudahan untuk dipelajari),

operability

(kemampuan

perangkat lunak dalam kemudahan untuk dioperasikan), dan

attractiveness

(kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna).

4.

Efficiency

terdiri dari:

time behavior

(kemampuan perangkat lunak dalam

memberikan respon dan waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan

fungsinya) dan

resource behavior

(kemampuan perangkat lunak dalam

menggunakan sumber daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi

yang ditentukan).

5.

Maintainability

terdiri dari:

analyzability

(kemampuan perangkat lunak

dalam mendiagnosis kekurangan atau penyebab kegagalan),

changeability

(kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu),

stability

(kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak terduga dari

modifikasi perangkat lunak), dan

testability

(kemampuan perangkat lunak

untuk dimodifikasi dan divalidasi perangkat lunak lain).

6.

Portability

terdiri dari:

adaptability

(kemampuan perangkat lunak untuk

diadaptasikan pada lingkungan yang berbeda-beda),

instalability

(kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam lingkungan yang

berbeda-beda),

coexistence

(kemampuan perangkat lunak untuk

berdampingan dengan perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan

(46)

30

Pengujian perangkat lunak dilakukan menggunakan kuesioner

pengujian dengan skala jawaban Sangat Tidak Baik (STB), Tidak Baik (TB),

Kurang Baik (KB), Baik (B), dan Sangat Baik (SB).

Tabel 5.

Pedoman Penskoran

Kategori

Skor

Sangat Tidak Baik (STB)

1

Tidak Baik (TB)

2

Kurang Baik (KB)

3

Baik (B)

4

Sangat Baik (SB)

5

Konversi skor rata-rata menjadi nilai kualitatif menurut Saifuddin

Azwar (2010: 163) disajikan berdasarkan Tabel 6:

Tabel 6.

Klasifikasi Penilaian

Rentang skor (i) kuantitatif

Kriteria Kualitatif

> (

i

+1,50

i

)

Sangat Baik

(

i

+

i

) <

≤ (

i

+1,50

i

)

Baik

(

i

0,5

i

) <

≤ (

i

+

i

)

Cukup Baik

(

i

1,50

i

) <

≤ (

i

0,5

i

)

Sangat Kurang

≤ (

i

1,50

i

)

Sangat Kurang Baik

Keterangan:

skor maksimal ideal = skor tertinggi

skor minimal ideal = skor terendah

= rata-rata skor tiap butir

i

= rata-rata ideal =

(skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

i

= simpangan baku ideal =

(skor maksimal ideal

skor minimal ideal)

Berdasarkan Tabel 6, maka didapat rentang skor kuesioner yang

(47)

31

Tabel 7.

Rentang Skor Kuesioner

Rentang skor (i) kuantitatif

Kriteria Kualitatif

4,00

Sangat Baik

3,67

4,00

Baik

2,66

3,67

Cukup Baik

1,99

2,66

Sangat Kurang

1,99

Sangat Kurang Baik

Untuk menentukan kualitas perangkat lunak dibutuhkan suatu

pengujian. Pengujian merupakan metode yang dilakukan untuk menjelaskan

tentang pengoperasian perangkat lunak yang terdiri dari perangkat pengujian,

metode pengujian, dan pelaksanaan pengujian. Pengujian sistem

menggunakan pengujian

Beta

, yaitu pengujian yang dilakukan pada satu atau

lebih pengguna sistem pakar yang dibangun dan pengembang tidak terlibat.

Rumus untuk mencari persentase jawaban pengguna adalah sebagai berikut:

Y = (P/Q) x 100%

Keterangan:

Y = Persentase jawaban responden tiap soal

P = Banyaknya jawaban responden tiap soal

Q = Total responden

I. Penyakit Pernapasan pada Balita

Penyakit pernapasan pada balita yang akan digunakan sebagai basis

pengetahuan untuk sistem pakar ini berupa tujuh jenis penyakit, yaitu:

(48)

32

diperoleh dari buku kedokteran dan dipadukan dengan pengetahuan dari

dokter.

1.

Batuk-Pilek (

Common Cold)

Batuk-Pilek merupakan penyakit saluran pernapasan yang paling

sering mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat

mudah tertular, karenanya perawat yang sedang batuk pilek tidak

diperkenankan bekerja di ruangan bayi walaupun ia memakai masker,

karena virus dapat menembusnya. Penularan juga masih tetap terjadi

disebabkan seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya karena

rasa gatal atau membuang ingusnya; jika tidak segera mencuci tangan ia

akan menjadi sumber penularan (Ngastiyah, 2014: 31).

Gejala atau gambaran umum yang dialami pasien berupa batuk,

pilek, bersin-bersin, pusing atau nyeri kepala atau kepala terasa berat,

gangguan selera makan, terdapat cairan/lendir di tenggorok, hidung

tersumbat, gelisah, dan bernapas melalui mulut.

Penanganan yang dapat dilakukan adalah membaringkan bayi

tengkurap untuk pengeluaran sekret/lendir. Pada anak agak besar dapat

diajarkan untuk mengeluarkan sekret/lendir/dahaknya sendiri. Jika batuk

pilek lebih dari 2 hari belum sembuh, bawa anak ke dokter untuk

mendapat pemeriksaan lanjutan.

2.

Sinusitis

Menurut Ngastiyah (2014: 34), Sinusitis adalah radang sinus yang

(49)

33

Frontalis (biasanya Sinusitis Maksilaris). Sinusitis dapat berlangsung akut

maupun kronik, ia dapat mengenai anak yang sudah besar saat Sinusitis

Pranasal sudah berkembang.

Gambaran umum yang biasa diderita pasien, yaitu: pilek, pusing atau

nyeri kepala atau kepala terasa berat, serak, terdapat cairan/lendir di

tenggorok, hidung tersumbat, bengkak kemerahanpada pipi yang dapat

menjalar ke kelopak mata, nyeri di atas sinus/rongga berisi udara yang

terdapat di sekitar pipi/hidung/mata, penciuman terganggu, tersumbatnya

ostium (pembukaan ke dalam sinus untuk pertukaran udara dan lendir),

dan bernapas melalui mulut.

Saran untuk orang tua adalah segera membawa anak ke dokter atau

bagian THT untuk pemeriksaan lanjutan apakah perlu dilakukan pencucian

sinus atau tidak.

3.

Faringitis/Tonsilofaringitis

Radang faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan organ

sekitarnya, sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil,

sehingga disebut sebagai Tonsilofaringitis (Ngastiyah, 2014: 36).

Gambaran umum yang biasa dialami penderita, yaitu: demam/suhu

tubuh lebih dari 38

0

Celcius

, nyeri menelan, nyeri tenggorok, sakit telinga,

bengkak kelenjar ludah/submandibula (di rahang bawah), dan mulut

berbau.

Penanganan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah anjurkan

(50)

34

makanan lunak. Jika sampai 2 hari demam tidak juga hilang dan kondisi

anak tetap sama atau bahkan menurun, segera bawa ke dokter untuk

pemeriksaan tenggorok apakah perlu tonsilektomi atau tidak.

4.

Laringitis

Penyebab Laringitis umumnya adalah

Streptococcus hemolyticus

,

Streptococcus viridians

,

pneumokokus

,

Staphylococcus hemolyticus

, dan

Haemophilus influenzae

. Proses radang pada laring dipermudah oleh

trauma, bahan kimia, radiasi, alergi dan pemakaian suara berlebihan

(Ngastiyah, 2014: 39).

Gejala yang biasa dialami oleh penderita Laringitis berupa batuk,

pilek, sesak napas, demam/suhu tubuh lebih dari 38

0

Celcius

, serak, nyeri

menelan, napas berat, suara napas kasar, hilang suara, nyeri ulu hati, napas

tersengal, dan gelisah.

Saran untuk orang tua terhadap balitanya yaitu anjurkan anak untuk

istirahat bersuara dan bawa ke dokter atau bagian THT untuk pemeriksaan

lanjutan, biasanya berupa laringoskopi direk.

5.

Difteria

Menurut Ngastiyah (2014: 40), penyakit Difteria adalah suatu infeksi

akut yang mudah menular, dan yang sering diserang terutama saluran

pernapasan bagian atas, dengan tanda khas timbulnya pseudomembran.

Penyebab penyakit Difteria adalah kuman Diphtheriae corynebacterium

bersifat gram positif dan polimorf, tidak bergerak, dan tidak membentuk

(51)

35

Gambaran umum penderita Difteria, yaitu: pusing, sesak napas,

demam, gangguan selera makan, serak, nyeri menelan, suara napas kasar,

bengkak, pada leher, lesu, dan pucat.

Saran bagi orang tua adalah segera bawa anak ke dokter untuk

melakukan pemeriksaan lanjutan, biasanya berupa pemeriksaan darah dan

urin.

6.

Bronkitis

Secara harfiah, Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh

adanya inflamasi bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan Bronkitis

sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk

merupakan gejala yang utama dan dominan (Ngastiyah, 2014: 54).

Gejala yang biasa dialami pasien yaitu: batuk, sesak napas, terdapat

cairan/ lendir di tenggorok, mengi, nyeri dada, dan suara napas kasar.

Penanganan yang dapat dilakukan orang tua adalah memberi anak

minum yang banyak terutama sari buah-buahan, jangan biarkan anak

merasa kedinginan, untuk meringankan gejala batuknya berikan minum

hangat tidak manis; untuk anak yang agak besar beritahu supaya

membuang dahaknya. Jika batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah

2 minggu berturut-turut dan/atau berulang paling sedikit 3x dalam 3 bulan,

bawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lanjutan

7.

Pneumonia

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

(52)

36

Anak mengalami napas yang dangkal dan cepat, yaitu untuk usia kurang

dari dua bulan napas lebih dari 60x/menit; dua bulan- satu tahun napas

lebih dari 50x/menit; dan satu sampai lima tahun napas lebih dari

40x/menit (Kustantinah, 2007: 182).

Gambaran umum atau gejala Pneumonia biasanya adalah batuk,

pusing, sesak napas, demam, nyeri sekitar hidung dan mulut, napas cuping

hidung, napas cepat dan dangkal, serta lesu.

Saran bagi orang tua adalah segera bawa anak ke dokter untuk

(53)

37

BAB III

PEMBAHASAN

Proses pembuatan aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit

pernapasan pada balita menggunakan metode

Waterfall

. Metode

Waterfall

terdiri

dari tahap analisis,

design

atau perancangan,

code

atau implementasi, dan

test

atau

pengujian. Penjelasan mengenai tahap-tahap pembuatan sistem pakar ini dengan

menggunakan metode

Waterfall

adalah sebagai berikut.

A.

Analisis

Analisis merupakan langkah menentukan spesifikasi kebutuhan

perangkat guna menjalankan sistem. Analisis kebutuhan dalam membangun

sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita adalah sebagai

berikut.

1.

Kebutuhan Perangkat Lunak (Software) Bantu

Kebutuhan perangkat lunak merupakan kebutuhan aplikasi dengan

spesifikasi tertentu untuk merancang, membuat, dan menjalankan sistem.

Sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita dibangun dengan

perangkat lunak bantu sebagai berikut.

a)

Sistem Operasi Windows 8

b)

Adobe Dreamweaver

sebagai

text editor

(54)

38

2.

Kebutuhan Pengguna

Berdasarkan hak akses, pengguna dalam sistem pakar penyakit

pernapasan pada balita dibagi menjadi 3:

a.

Admin

Admin merupakan orang yang berhak megelola sistem pakar diagnosis

penyakit pernapasan pada balita, yaitu Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI). Admin memiliki wewenang penuh terhadap sistem meliputi

input

,

edit, dan hapus data-data dalam sistem. Data-data yang merupakan wewenang

admin yaitu: data penyakit (kode penyakit, nama penyakit, keterangan, dan

penanganan); data gejala (kode gejala dan nama gejala); data relasi (kode

penyakit dan kode gejala);

data tambah user yang terdiri dari user sebagai

admin atau pakar (

username

,

password

, no identitas, nama, alamat rumah,

tempat praktik, telepon, jabatan, foto); data berita (judul, kop, isi, gambar);

data hasil konsultasi; data laporan buku tamu; data daftar pakar; data kelola

akun.

b.

Pakar

Pakar dalam sistem ini adalah orang yang dipercaya admin untuk

membantu mengelola sistem berupa

transfer

pengetahuan. Data

input

pakar

dalam sistem ini berupa: data usulan penyakit (kode penyakit, nama penyakit,

keterangan, dan penanganan); data usulan gejala (kode gejala dan nama

gejala); data usulan relasi (kode penyakit dan kode gejala); data berita (judul,

(55)

39

c.

Pengguna atau masyarakat umum

Pengguna atau masyarakat umum yaitu orang-orang yang menggunakan

sistem ini untuk mendapatkan hasil diagnosis. Data

input

pengguna atau

masyarakat umum dalam sistem pakar penyakit pernapasan pada balita

berupa data gejala-gejala yang dialami dan data buku tamu.

B.

Perancangan Aplikasi

Perancangan aplikasi dapat diartikan sebagai penggambaran,

perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen

menjadi satu kesatuan. Perancangan aplikasi yang akan dibuat dimulai setelah

tahap analisis terhadap aplikasi selesai dilakukan.

1.

Perancangan Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan yang

dihubungkan dengan suatu permasalahan tertentu. Basis pengetahuan berisi

kaidah-kaidah yang akan digunakan untuk penarikan kesimpulan yang

merupakan hasil dari sebuah pelacakan.

Dalam perancangan basis pengetahuan, digunakan kaidah produksi

sebagai sarana untuk representasi pengetahuan. Kaidah produksi dituliskan

dalam bentuk pernyataan JIKA [premis] dan MAKA [konklusi]. Pada

perancangan basis pengetahuan dalam sistem pakar ini yang bertindak

sebagai premis adalah gejala-gejala yang dialami penderita, sedangkan yang

(56)

40

Contoh 1:

JIKA batuk

DAN pilek

DAN bersin-bersin

DAN pusing

DAN anoreksia

DAN terdapat cairan/lendir di tenggorok

DAN hidung tersumbat

DAN gelisah

DAN bernapas melalui mulut

MAKA Batuk-Pilek /

Commoncold

Contoh 2:

JIKA batuk

DAN sesak napas

DAN demam

DAN pusing

DAN nyeri sekitar hidung

DAN napas cuping hidun

Gambar

Tabel 4. Notasi Dasar Diagram E-R (sumber: Yudi Priyadi, 2014: 20)
Tabel 8. Basis Pengetahuan dalam Bentuk Tabel
Tabel 9. Tabel Gejala-gejala Batuk-Pilek / Commoncold
Tabel 14. Tabel Gejala-gejala Bronkitis
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Aplikasi Sistem Pakar Berbasis PHP untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Menggunakan Metode Certainty Factor ”. Lapor an Tugas Akhir ini

Gambar 4 merupakan context diagram yang berfungsi untuk menampilkan sistem secara keseluruhan dan lengkap dengan detail data masukan dan keluaran pada sistem

Pada Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ini, peneliti menggunakan metode forward chaining yaitu mencocokan fakta atau statement yang didapat

Gambar 4 merupakan context diagram yang berfungsi untuk menampilkan sistem secara keseluruhan dan lengkap dengan detail data masukan dan keluaran pada sistem

Dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh dokter mengakibatkan bidang sistem pakar mulai dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan para ahli/pakar untuk mendiagnosa

Sistem pakar ini menggunakan bahasa programan PHP dan MySQL sebagai basis datannya dengan metode forward chaining yang berbasis web dengan cara konsultasi dapat menjawab

Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit pada balita merupakan aplikasi sistem pakar yang dirancang dengan tujuan agar dapat membantu orang tua untuk mendiagnosa penyakit

Proses perancangan ini mengacu pada metode pengembangan sistem pakar dari Durkin, dimana tahapan yang dijalankan merupakan langkah untuk membangun basis pengetahuan dalam