APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS
PENYAKIT PERNAPASAN PADA BALITA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh
PUTERI CAHYANINGRUM
NIM 12305144006
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS
PENYAKIT PERNAPASAN PADA BALITA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh
PUTERI CAHYANINGRUM
NIM 12305144006
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
Kejujuran adalah kesederhanaan yang paling mewah.
Dan sesungguhnya beserta (sesudah) kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya beserta (sesudah) kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al Insyirah : 5
–
6)
Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya
menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu).
(H.R. Muslim)
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin,
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan nikmat
serta jalan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, Ibu Sri Lestari dan Bapak Surajiman, yang tak pernah lelah
untuk mendoakanku, memberi semangat, kasih sayang, dan dukungan dalam segala
bentuk.
Kakak dan adik, Mas Anang dan Dik Ndaru, serta paman, tante, kakek, nenek
yang selalu mendoakanku dan memberi semangat.
Adik sepupuku, Salma dan Rafa yang tak pernah bosan dan lelah menghiburku.
Sahabat-sahabatku yang selalu mendoakanku dengan ketulusan hatinya, memberi
semangat dan mendukungku dalam hal positif.
vii
APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT
PERNAPASAN PADA BALITA
Oleh
Puteri Cahyaningrum
12305144006
ABSTRAK
Penyakit pernapasan atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah
penyakit saluran pernapasan atas atau bawah. Penyakit ini sangat bahaya,
khususnya jika menjangkit balita. Hal tersebut dikarenakan daya tahan tubuhnya
yang masih lemah. Penyakit pernapasan ini merupakan penyebab utama angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Namun, pengendalian
penyakit ini menemui kendala, yaitu cakupan penemuan masih sangat rendah
akibat tingginya mutasi tenaga kesehatan dan juga kurangnya pengetahuan orang
tua tentang penyakit ini.
Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Pernapasan pada Balita
diharapkan mampu untuk digunakan dalam penanganan masalah-masalah yang
ada. Sistem pakar ini menggunakan metode
Forward Chaining
, yaitu penelusuran
maju sampai menemukan hasil konsultasi/diagnosis. Hasil diperoleh dengan
menjawab pertanyaan sesuai gejala yang dialami sang balita. Hasil konsultasi
tersebut berupa dugaan penyakit, gejala-gejala yang berhubungan dengan
penyakit, keterangan penyakit, dan saran atau penanganan untuk orang tua.
Aplikasi sistem pakar ini terdiri dari tiga
user
, yaitu admin, pakar, dan
pengguna biasa/umum. Sistem
diuji menggunakan pengujian
Beta
, yaitu
pengujian kepada pengguna. Berdasarkan pengujian yang diperoleh dari nilai
rata-rata keseluruhan karakteristik menurut ISO 9126, sistem ini termasuk dalam
kriteria sangat baik, artinya sistem mampu memenuhi kebutuhan pengguna, dapat
menampilkan informasi sesuai masukan pengguna dengan tepat, mudah
digunakan, mudah dimodifikasi, tampilan menarik, memiliki respon yang cepat,
serta dapat diakses melalui
web browser
yang berbeda.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang
berjudul “
APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT
PERNAPASAN PADA BALITA
” ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan guna meraih gelar sarjana sains pada Fakultas Matematika dan Ilmpu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
2.
Bapak Dr. Ali Mahmudi, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
3.
Bapak Dr. Agus Maman Abadi selaku Ketua Program Studi Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
4.
Bapak Nur Hadi Waryanto, M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Ibu Nur Insani, M.Sc. selaku Penasihat Akademik yang selalu memberikan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
... i
PERSETUJUAN
... ii
HALAMAN PENGESAHAN
... iii
HALAMAN PERNYATAAN
... iv
MOTTO
... v
HALAMAN PERSEMBAHAN
... vi
ABSTRAK
... vii
KATA PENGANTAR
... viii
DAFTAR ISI
... x
DAFTAR GAMBAR
... xii
DAFTAR TABEL
... xiv
BAB I PENDAHULUAN
... 1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Batasan Masalah... 4
C.
Rumusan Masalah ... 5
D.
Tujuan Penulisan ... 5
E.
Manfaat Penulisan ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
... 7
A.
Sistem Pakar ... 7
B.
Data Flow Diagram
(DFD) ... 19
C.
Basis Data (
Database)
... 22
D.
PHP (
Personal Home Page tools
) ... 24
E.
MySQL ... 25
F.
Dreamweaver
... 25
G.
Metode Pengembangan Sistem ... 25
H.
Metode uji Coba ... 27
xi
BAB III PEMBAHASAN
... 37
A.
Analisis
... ...
37
B.
Perancangan Aplikasi ... 39
C.
Implementasi ... 65
D.
Pengujian ... 75
BAB IV PENUTUP
... 87
A.
Kesimpulan ... 87
B.
Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA
... 89
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Struktur Sistem Pakar ... 10
Gambar 2
Cara kerja Metode
Forward Chaining
... 11
Gambar 3
Graf Pengetahuan ... 12
Gambar 4
Cara Kerja Metode
Backward Chaining
... 13
Gambar 5
Representasi Jaringan Semantik ... 16
Gambar 6
Contoh Diagram Konteks ... 21
Gambar 7
Contoh DFD Level 1 ... 21
Gambar 8
Contoh DFD Level 2 ... 22
Gambar 9
Model
Waterfall
Pressman ... 26
Gambar 10
Graf Pengetahuan
Forward Chaining
... 44
Gambar 11
Pohon Pelacakan
Forward Chaining
... 45
Gambar 12
Diagram Konteks ... 46
Gambar 13
DFD Level 1 ... 47
Gambar 14
DFD Level 2 Proses 2 ... 48
Gambar 15
DFD Level 2 Proses 3 ... 49
Gambar 16
Entity Relation Diagram
(ERD) ... 50
Gambar 17
Relasi Antartabel ... 58
Gambar 18
Perancangan Menu... 59
Gambar 19
Perancangan Antarmuka Index ... 60
Gambar 20
Perancangan Antarmuka Konsultasi ... 60
Gambar 21
Perancangan Antarmuka Hasil Konsultasi ... 61
Gambar 22
Perancangan Antarmuka Halaman Index Pakar ... 61
Gambar 23
Perancangan Antarmuka Halaman Index Admin ... 62
Gambar 24
Perancangan Antarmuka Masukan Penyakit ... 63
Gambar 25
Perancangan Antarmuka Masukan Gejala ... 63
Gambar 26
Perancangan Antarmuka Masukan Relasi ... 63
Gambar 27
Perancangan Antarmuka Kelola Usulan ... 64
xiii
Gambar 29
Perancangan Antarmuka Kelola Data Akun ... 65
Gambar 30
Antarmuka Halaman Index ... 66
Gambar 31
Antarmuka Konsultasi ... 67
Gambar 32
Contoh Konsultasi 1 ... 67
Gambar 33
Contoh Konsultasi 2 ... 68
Gambar 34
Contoh Konsultasi 3 ... 68
Gambar 35
Contoh Konsultasi 4 ... 68
Gambar 36
Antarmuka Hasil Konsultasi ... 69
Gambar 37
Antarmuka Halaman Index Pakar ... 70
Gambar 38
Antarmuka Halaman Index Admin ... 71
Gambar 39
Antarmuka Masukan Penyakit ... 71
Gambar 40
Antarmuka Masukan Gejala ... 72
Gambar 41
Antarmuka Masukan Relasi ... 73
Gambar 42
Antarmuka Kelola Usulan ... 73
Gambar 43
Antarmuka Tambah
User
... 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Representasi Pengetahuan dengan OAV ... 17
Tabel 2
Contoh Bingkai ... 18
Tabel 3
Notasi Dasar DFD ... 19
Tabel 4
Notasi Dasar E-R ... 23
Tabel 5
Pedoman Penskoran ... 30
Tabel 6
Klasifikasi Penilaian ... 30
Tabel 7
Rentang Skor Kuesioner ... 31
Tabel 8
Basis Pengetahuan dalam Bentuk Tabel ... 41
Tabel 9
Tabel Gejala-gejala Batuk-Pilek ... 42
Tabel 10
Tabel Gejala-gejala Sinusitis ... 42
Tabel 11
Tabel Gejala-gejala Faringitis dan Tonsilofaringitis ... 43
Tabel 12
Tabel Gejala-gejala Laringitis ... 43
Tabel 13
Tabel Gejala-gejala Difteria ... 43
Tabel 14
Tabel Gejala-gejala Bronkitis ... 43
Tabel 15
Tabel Gejala-gejala Pneumonia ... 44
Tabel 16
Tabel Penyakit ... 51
Tabel 17
Tabel Gejala ... 51
Tabel 18
Tabel Relasi ... 51
Tabel 19
Tabel Hasil ... 52
Tabel 20
Tabel Artikel ... 52
Tabel 21
Tabel Buku Tamu ... 52
Tabel 22
Tabel Bantu Penyakit ... 53
Tabel 23
Tabel Bantu Gejala ... 53
Tabel 24
Tabel Bantu Analisis ... 53
Tabel 25
Tabel
User
... 54
Tabel 26
Tabel Usulan1... 54
Tabel 27
Tabel Usulan2... 55
xv
Tabel 29
Tabel Usulan_gejala1 ... 56
Tabel 30
Tabel Usulan_gejala2 ... 56
Tabel 31
Tabel Usulan_gejala3 ... 56
Tabel 32
Tabel Usulan_relasi1 ... 57
Tabel 33
Tabel Usulan_relasi2 ... 57
Tabel 34
Tabel Usulan_relasi3 ... 57
Tabel 35
Saran dari Ahli Media dan Pengguna ... 76
Tabel 36
Tabel Persentase Penilaian Ahli Media ... 77
Tabel 37
Tabel Persentase Penilaian Tingkat Admin ... 80
Lanjutan Tabel 37 ... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat
rentan terhadap berbagai macam penyakit karena daya tahan tubuhnya yang
masih lemah sehingga mudah tertular penyakit, khususnya penyakit
pernapasan yang disebabkan oleh parasit seperti virus, bakteri, dan jamur
karena mudah menular lewat udara.
Penyakit pernapasan atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah dan biasanya menular.
Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai tingkat penyakit, dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan,
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor
pejamu/manusianya (WHO, 2007: 6). ISPA merupakan penyebab utama
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) penyakit
menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap
tahun, 98% darinya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah.
Menurut WHO (2007: 12) terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut
beberapa faktor. Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan:
1.
kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),
2
2.
ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan
infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi);
3.
faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu
menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau
infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan
umum; dan
4.
karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi
(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran
inokulum).
Menurut Menteri Kesehatan Indonesia, dr. Endang R. Sedyaningsih,
MPH, Dr. PH ketika membuka seminar Pneumonia,
The Forgotten Killer Of
Children
tanggal 2 November 2009 di Universitas Padjadjaran Bandung,
penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode
penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan tiga sampai enam
kali per tahun, ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk
pilek sebanyak tiga sampai enam kali setahun. Sebagai kelompok penyakit,
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana
kesehatan, yaitu sebanyak 40%
−
60% kunjungan berobat di Puskesmas dan
15%
−
30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah
sakit.
Dari berbagai macam penyakit pernapasan, Pneumonia merupakan
3
lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria, dan
Campak. Di dunia, dari 9 juta kematian balita lebih dari 2 juta balita
meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 balita
meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian balita, satu diantaranya
disebabkan pneumonia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016:
174) menyebutkan sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan
Pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti, yaitu berkisar
antara 20%-30%. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%.
Angka kematian akibat Pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi,
angka kematian sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 0,17% dibandingkan pada
kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%.
Menurut Menkes, pengendalian penyakit ISPA memiliki kendala
diantaranya cakupan penemuan masih sangat rendah akibat tingginya mutasi
tenaga kesehatan. Di sisi lain, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit-penyakit pernapasan dapat menyebabkan bertambah parah penyakit
yang diderita balita, dikarenakan kesalahan atau keterlambatan penanganan.
Orang tua sering menganggap ringan masalah pernapasan pada balita, terlebih
ketika anak mengalami gejala batuk dan/atau pilek. Permasalahan lain, dokter
atau pakar terdekat tidak dapat ditemui untuk konsultasi sewaktu-waktu,
sehingga menyebabkan terlambatnya mengetahui diagnosis penyakit yang
diderita. Akibatnya penyakit dapat bertambah parah, dikarenakan kesalahan
4
jangka pendek maupun jangka panjang, karena penyakit dapat menyebar ke
seluruh sistem pernapasan tubuh.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dibuat sebuah aplikasi sistem
pakar untuk mendiagnosis penyakit pernapasan pada balita dengan cepat yang
dapat diakses selama 24 jam penuh. Sistem pakar adalah perangkat lunak
yang memiliki kemampuan untuk meniru kapasitas berpikir dan penalaran
manusia berdasarkan beberapa fakta dan aturan yang disajikan. Menurut
Giarratano dan Riley dalam Kusumadewi (2003: 109), sistem pakar adalah
suatu sistem komputer yang dapat menyamai atau meniru kemampuan
seorang pakar. Contoh penggunaan sistem pakar yaitu di berbagai sektor
seperti medis diagnosis, sistem pendukung keputusan, pendidikan, dan lain
sebagainya. Tujuan dari sistem pakar misalnya dalam medis diagnosis adalah
untuk membantu ahli medis dalam membuat diagnosis penyakit tertentu atau
membantu orang awam untuk mendapatkan hasil diagnosis penyakit.
B.
Batasan Masalah
Untuk membatasi objek yang menjadi pokok penelitian, maka
permasalahan akan dibatasi sebagai berikut.
1.
Data penyakit yang digunakan sebagai data awal adalah 7 jenis penyakit
pernapasan pada balita. Untuk jenis penyakit lainnya dapat dilakukan
penambahan pada sistem.
2.
Sistem pakar ini hanya digunakan untuk diagnosis awal dan saran atau
5
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah, yakni.
1.
bagaimana membangun aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit
pernapasan pada balita?
2.
bagaimana hasil pengujian terhadap aplikasi sistem pakar untuk diagnosis
penyakit pernapasan pada balita yang dibangun?
D.
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, diambil tujuan penelitian sebagai berikut:
1.
dapat membangun aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit
pernapasan pada balita,
2.
dapat mengetahui hasil pengujian terhadap aplikasi sistem pakar diagnosis
penyakit pernapasan pada balita yang dibangun,
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1.
Bagi tenaga kesehatan
Sistem dapat menjadi alat bantu bagi tenaga kesehatan untuk menemukan
kasus dalam rangka pengendalian penyakit pernapasan pada balita.
2.
Bagi orang tua
a.
Sistem dapat menjadi alat bantu bagi orang tua untuk mempermudah
6
pernapasan pada putra-putrinya yang masih balita dan juga sekaligus
saran atau penanganannya.
b.
Dapat memberikan kemudahan pelayanan untuk diagnosis awal
penyakit pernapasan pada balita karena dapat diakses selama 24 jam.
3.
Bagi pakar
Sistem dapat digunakan sebagai alat transfer pengetahuan dan keahlian
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita dibangun dengan
merujuk pada beberapa teori. Teori yang dideskripsikan adalah sistem pakar,
Data
Flow Diagram
, basis data,
PHP
,
MySQL
,
dreamweaver
, metode pengembangan
sistem, metode uji coba, dan penyakit pernapasan pada balita.
A.
Sistem Pakar
1.
Kecerdasan Buatan
Menurut H. A. Simon dalam Kusrini (2006: 3), kecerdasan buatan
(
artificial intelligence
) merupakan kawasan penelitian, aplikasi, dan instruksi
yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal
yang dalam pandangan manusia. Menurut John McCarthy dalam Desiani &
Arhami (2006: 3) kecerdasan buatan adalah ilmu untuk mengetahui dan
memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat
menirukan perilaku manusia. Sesuai dengan definisi tersebut, maka ilmu
kecerdasan buatan ini dapat diaplikasikan ke berbagai bidang seperti:
Robotika (
Robotics
), Penglihatan Komputer (
Computer Vision
), Pengolahan
Bahasa Alami (
Natural Language Processing
), Pengenalan Pola (
Pattern
Recognition
), System Syaraf Buatan (
Artificial Neural System
), Pengenalan
Suara (
Speech Recognition
) dan Sistem Pakar (
Expert System
).
Menurut Winston dan Prendergast dalam Kusrini (2006:4), ada tiga
tujuan kecerdasan buatan, yaitu: membuat komputer lebih cerdas, mengerti
8
kemampuan untuk belajar atau mengerti dari pengalaman, memahami pesan
yang kontradiktif dan ambigu, menanggapi dengan cepat dan baik atas situasi
yang baru, menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah serta
menyelesaikannya dengan efektif.
2.
Sistem Pakar
a. Konsep dasar sistem pakar
Sistem pakar adalah bagian dari kecerdasan buatan yang merupakan
perangkat lunak untuk memecahkan masalah yang biasanya diselesaikan oleh
seorang pakar atau ahli dan berisi aturan-aturan bagaimana memberlakukan
informasi-informasi yang tersimpan, sehingga program dapat memberikan
bantuan pengambilan keputusan mengenai suatu permasalahan tertentu,
sebagaimana seorang pakar. Pakar atau ahli (
expert
) didefinisikan sebagai
seseorang yang memiliki pengetahuan atau keahlian yang tidak dimiliki oleh
kebanyakan orang (Rosnelly, 2012: 8). Sistem pakar, dipandang berhasil ketika
mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik
dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang
diperoleh (Kusrini, 2008: 3).
b. Ciri-ciri sistem pakar
Menurut Kusrini (2006: 14) sistem pakar yang baik haruslah memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
terbatas pada bidang yang spesifik,
dapat memberikan penalaran untuk data–data yang tidak lengkap atau
9
dapat mengemukakan alasan yang diberikannya dengan bahasa yang dapat
dipahami,
bekerja berdasarkan kaidah atau aturan (
rule
) tertentu,
dirancang dengan tujuan dapat dikembangkan secara bertahap,
keluaran atau outputnya berisi anjuran atau nasihat,
sistem dapat mengarahkan pengguna kepada
output
, tergantung dari dialog
pengguna dan sistem,
basis pengetahuan dan mekanisme inferensinya terpisah.
c. Kelebihan dan kekurangan sistem pakar
Secara garis besar, banyak sekali keuntungan yang didapatkan dengan
adanya sistem pakar, diantaranya sebagai berikut.
Menghimpun data dalam jumlah yang sangat besar.
Menyimpan data tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
Meningkatkan output dan produktivitas karena sistem pakar dapat bekerja
lebih cepat dibandingkan manusia.
Mempermudah pencarian pengetahuan dan nasihat yang diperlukan.
Dapat bekerja dengan data yang kurang lengkap dan tidak pasti.
Sistem pakar tidak dapat lelah dan bosan.
Memberikan respons (jawaban) yang cepat.
Di samping memiliki kelebihan, sistem pakar juga memiliki kekurangan
10
Masalah dalam mendapatkan pengetahuan di mana pengetahuan tidak
selalu mudah diperoleh karena kadang kala pakar dari masalah tersebut
tidak ada atau terkadang pendekatan yang dimiliki para ahli berbeda-beda.
Membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas sangatlah sulit
dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Dapat jadi sistem pakar tidak dapat membuat keputusan
Sistem pakar tidaklah 100% menguntungkan karena tidak sempurna atau
tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti sebelum
digunakan.
d. Struktur sistem pakar
Struktur Sistem Pakar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1
: Struktur Sistem Pakar (sumber: Rosnelly, 2012)
Penjelasan dari komponen-komponen di atas adalah sebagai berikut.
1.
Basis Pengetahuan (
knowledge base
).
Basis pengetahuan merupakan komponen yang mengandung
11
Komponen sistem pakar terdiri dari dua elemen dasar, yakni fakta dan
aturan. Fakta adalah informasi tentang obyek dalam area permasalahan
tertentu, sedangkan aturan adalah informasi tentang bagaimana cara
memperoleh fakta baru dari fakta yang telah diketahui (Desiani & Arhami,
2006: 234).
2.
Mesin Inferensi (I
nference Engine
).
Mesin inferensi adalah bagian dari komputer yang bertindak sebagai
otak dari sebuah sistem pakar. Komponen ini mengandung mekanisme
fungsi berpikir dan pola penalaran. Metode ini terbagi menjadi dua, yaitu
forward chaining
(runut maju) dan
backward chaining
(runut balik).
a.
Forward Chaining
Pada metode ini, penalaran dimulai dari fakta-fakta yang ada (IF)
kemudian bergerak maju melalui
premis-premis
untuk menuju kesimpulan
(
THEN
). Metode runut maju ini digunakan untuk mendiagnosis suatu
penyakit bedasarkan gejala-gejala yang ada. Cara kerja metode
forward
chaining
yaitu seperti pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2
. Cara Kerja Metode
Forward Chaining
Gambar 3 adalah ilustrasi untuk mempermudah pemahaman tentang
metode inferensi. Dalam penalaran ini,
user
diminta memasukkan
premis-premis yang dialami. Seandainya
user
memilih Premis 1, Premis 2, dan
Premis 3 maka aturan yang terpilih adalah aturan 1 dengan konklusinya
12
sistem akan mengarah pada aturan empat dengan konklusinya adalah
Konklusi 4, tetapi karena aturan tersebut premisnya adalah Premis 1,
Premis 4, Premis 5, dan Premis 6 maka premis-premis yang dipilih oleh
user
tidak cukup untuk mengambil kesimpulan Konklusi 4 sebagai
konklusi terpilih.
Gambar 3.
Graf Pengetahuan
b.
Backward Chaining
Metode ini membantu dalam menangani permasalahan di mana
konklusinya telah diketahui sebelumnya dan penyebab dari konklusi
tersebut yang kemudian dicari. Penelusuran didasarkan pada suatu
keyakinan bahwa ada kemungkinan konklusi dari daftar konklusi
merupakan salah satu tujuan atau konklusi terpilih berdasarkan fakta yang
13
Gambar 4.
Cara Kerja Metode
Backward Chaining
Menggunakan Gambar 3, sistem dengan urutan tertentu akan
mengambil sebuah konklusi sebagai calon konklusinya. Misal awalnya
sistem akan mengambil hipotesis bahwa konklusinya adalah Konklusi 1.
Untuk membuktikannya, sistem akan mencari premis-premis aturan yang
mengandung Konklusi 1. Setelah itu sistem akan meminta umpan balik
kepada
user
mengenai premis-premis yang ditemukan. Untuk Konklusi 1,
premisnya adalah premis 1, premis 2, dan premis 3, maka sistem akan
mencari tahu apakah
user
memilih premis-premis tersebut.
3.
Memori Kerja (
Working Memory
).
Memori kerja adalah area penyimpanan fakta yang dihasilkan oleh
mesin inferensi dengan penambahan parameter berupa derajat kepercayaan
atau dapat juga dikatakan sebagai
global database
dari fakta yang
digunakan oleh aturan-aturan yang ada (Rika Rosnelly, 2012: 13).
4.
Fasilitas Penjelasan (
Explanation Facility
).
Fasilitas penjelasan adalah komponen yang berfungsi memberi
penjelasan kepada pengguna, bagaimana suatu kesimpulan dapat diambil.
Menurut Turban dalam Desiani&Arhami (2006: 239), fasilitas penjelasan
dapat menjelaskan bagaimana cara berpikir sistem dengan menjawab
pertanyaan berikut:
a)
mengapa pertanyaan tertentu ditanyakan oleh sistem pakar?
14
c)
mengapa alternatif tertentu ditolak?
d)
apa rencana untuk memperoleh penyelesaian?
5.
Fasilitas Akuisisi Pengetahuan (
Knowledge Acquisition Facility
).
Fasilitas ini merupakan suatu proses pengumpulan data-data
pengetahuan suatu masalah dari pakar, meliputi proses pengumpulan,
pemindahan dan perubahan dari kemampuan pemecahan masalah seorang
pakar atau sumber pengetahuan yang terdokumentasi ke program
komputer yang bertujuan untuk memperbaiki atau mengembangkan basis
pengetahuan.
6.
Antarmuka Pengguna (
User Interface
)
Antarmuka pengguna (
user interface
) adalah komponen yang
digunakan pengguna dan sistem untuk saling berkomunikasi. Antarmuka
menerima informasi dari pengguna dan mengubahnya ke dalam bentuk
yang dimengerti oleh sistem. Oleh sistem, informasi tersebut akan diolah
kemudian diteruskan ke antarmuka. Oleh antarmuka, informasi tersebut
diubah terlebih dulu menjadi informasi yang dapat dimengerti pengguna.
3.
Representasi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan intisari dari sebuah informasi, dapat berisi
fakta, informasi, konsep, prosedur, model, dan heuristis yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan suatu persoalan. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu: (a) pengetahuan
procedural
(
procedural knowledge
), adalah
pengetahuan yang lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu; (b)
15
apakah sesuatu bernilai salah atau benar; dan (c) pengetahuan tacit (
tacit
knowledge
), yaitu pengetahuan yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa.
Menurut Kusrini (2008: 6), representasi pengetahuan merupakan
metode yang digunakan untuk mengkodekan pengetahuan dalam sebuah
sistem pakar. Representasi dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting
masalah dan membuat informasi itu dapat diakses oleh prosedur pemecahan
masalah. Adapun karakteristik dari metode representasi pengetahuan adalah
sebagai berikut:
a.
harus dapat diprogram dan hasilnya disimpan dalam memori,
b.
dirancang sedemikian sehingga isinya dapat digunakan untuk proses
penalaran,
c.
model representasi pengetahuan merupakan sebuah struktur data yang
dapat dimanipulasi oleh mesin inferensi dan pencarian untuk aktivitas
pencocokan pola.
Menurut Kusrini (2006: 24-25), representasi pengetahuan dapat
dimodelkan menjadi:
a.
Logika (
logic
)
Logika merupakan suatu pengkajian ilmiah tentang serangkaian
penalaran, sistem kaidah dan prosedur yang membantu proses penalaran.
Dalam melakukan penalaran, komputer harus dapat menggunakan proses
penalaran deduktif (penalaran umum ke khusus) dan proses penalaran
induktif (penalaran khusus ke umum).
16
Premis mayor: Jika hari ini saya sakit, saya tidak akan berangkat
sekolah
.
Premis minor: Hari ini saya sakit
.
Konklusi: Hari ini saya tidak berangkat sekolah.
Berikut contoh penalaran induktif:
Premis: Dioda yang salah menyebabkan alat elektronik rusak.
Premis: Transistor rusak menyebabkan peralatan elektronik rusak.
Premis: Dioda dan transistor merupakan peralatan semikonduktor.
Konklusi: Peralatan semikonduktor yang rusak menyebabkan peralatan
elektronik rusak.
b.
Jaringan semantik (
semantic nets
)
Jaringan semantik merupakan penggambaran grafis dari pengetahuan
yang memperlihatkan hubungan antar obyek. Komponen dasar dari
jaringan semantik (Gambar 5), yaitu simpul (
node
) dan penghubung
(
arc/link
).
Node
menggambarkan objek, konsep, atau situasi sedangkan
arc/link
menggambarkan hubungan antar
node.
Contoh jaringan semantik:
Gambar 5
. Representasi Jaringan Semantik
Gambar 5 merepresentasikan pernyataan bahwa semua PC
17
semua komputer memiliki monitor. Dari pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa semua PC memiliki monitor dan hanya sebagian alat
elektronik saja yang memiliki monitor.
c.
Object-Attribute-Value
(OAV)
Object
dapat berupa fisik atau konsep.
Attribute
adalah karakteristik
dari objek tersebut.
Value
adalah besaran/nilai/takaran spesifik dari
attribute
tersebut pada situasi tertentu, dapat berupa numerik, string atau
konstan. Contoh representasi pengetahuan dengan menggunakan OAV:
Tabel 1.
Representasi Pengetahuan dengan OAV
Object
Attribute
Value
Mangga
Warna
Hijau, Orange
Mangga
Berbiji
Tunggal
Mangga
Rasa
Asam, Manis
Pisang
Warna
Kuning, Hijau
Pisang
Bentuk
Lonjong
Pada Tabel 1, obyek yang dibahas adalah mangga. Mangga ini
memiliki beberapa atribut (karakteristik dari obyek) salah satunya adalah
atribut warna. Warna pada mangga memiliki
value
yakni hijau atau
orange. Karena objek di sini memiliki beberapa atribut, maka objek ini
disebut dengan OAV multi-
attribute
.
d.
Bingkai (
frame
)
Frame
berupa ruang-ruang (
slots
) yang berisi atribut untuk
mendeskripsikan
pengetahuan.
Bingkai
digunakan
untuk
18
Tabel 2.
Contoh Bingkai
Ruang (slots)
Isi (filters)
Nama
Flu
Gejala
1. Bersin
2. Pusing
3. Demam
Obat
1. Ultraflu
2. Mixagrip
e.
Aturan produksi (
production rule
)
Aturan menyediakan cara formal untuk merepresentasikan
rekomendasi, arahan, atau strategi. Aturan produksi ditulis dalam bentuk
jika-maka (
if-then
). Aturan
if-then
mengandung anteseden (
antecencent
)
dengan konsekuensi yang dihasilkannya. Anteseden mengacu kepada
situasi yang terjadi sebelum konsekuensi dapat diamati.
Menurut Kusrini (2008: 7-8), aturan dalam kaidah produksi
diklasifikasikan menjadi kaidah derajat pertama dan kaidah meta. Kaidah
derajat pertama adalah aturan yang bagian konklusinya tidak menjadi
premis bagi kaidah lain. Sebaliknya, kaidah meta merupakan kaidah yang
berisi penjelasan bagi kaidah yang lain.
Contoh kaidah derajat pertama:
JIKA
Anemia
DAN
Batuk Kronis
MAKA
TBC
Contoh kaidah meta:
JIKA
Pusing
19
DAN
Sering Kesemutan
MAKA
Anemia
B. Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram
(DFD) merupakan notasi-notasi yang digunakan
untuk menggambarkan arus data sistem. DFD menggambarkan
komponen-komponen sebuah sistem, aliran-aliran data dan penyimpanan dari data
tersebut (Jogiyanto Hartono, 2005: 701).
Tabel 3.
Notasi Dasar DFD
Simbol
Keterangan
Kesatuan Luar (
External
Entity)
Proses
Arus Data
Penyimpanan Data
Menurut Al-Bahra bin Ladjamuddin (2005: 67-75), elemen dasar dari
DFD adalah sebagai berikut:
1.
Kesatuan Luar (
External Entity
)
Kesatuan luar adalah sesuatu yang berada di luar sistem tetapi
memberikan data ke dalam sistem atau sebaliknya. Kesatuan luar tidak
termasuk bagian dari sistem. Pedoman kesatuan luar adalah sebagai
berikut: nama kesatuan luar berupa kata benda dan kesatuan luar tidak
20
2.
Proses (
Process
)
Proses merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh sistem.
Proses berfungsi mentranformasikan satu atau beberapa data masukan
menjadi satu atau beberapa data keluaran sesuai dengan spesifikasi yang
dinginkan. Pedoman pemberian nama proses adalah sebagai berikut:
a.
nama proses terdiri dari kata kerja dan kata benda yang mencerminkan
fungsi proses,
b.
jangan menggunakan kata proses sebagai bagian dari nama suatu
proses,
c.
tidak boleh ada beberapa proses yang memiliki nama yang sama,
d.
proses harus diberi nomor.
3. Simpanan Data (
Data Store
)
Simpanan data merupakan tempat penyimpanan data yang ada dalam
sistem. Pedoman pemberian nama simpanan data adalah sebagai berikut:
a.
nama harus mencerminkan simpanan data tersebut,
b.
bila namanya lebih dari satu kata, maka harus diberi tanda sambung.
4.
Arus Data (
Data Flow
)
Arus data merupakan tempat mengalirnya informasi dan
digambarkan dengan garis yang menghubungkan komponen dari sistem.
Arus data ditunjukkan dengan arah panah dan garis diberi nama atas arus
data yang mengalir. Pedoman nama aliran data adalah sebagai berikut:
a.
nama aliran data yang terdiri dari beberapa kata dihubungkan dengan
21
b.
sedapatnya mungkin nama aliran data ditulis lengkap,
c.
tidak boleh ada aliran data dari kesatuan luar dan simpanan data atau
sebaliknya, hubungan kesatuan luar dengan simpanan data harus
melalui proses.
Menurut Agus Winarno (2007: 2) DFD dibagi menjadi 2 jenis.
a.
Diagram Konteks
(Context Diagram)
Diagram konteks merupakan DFD Level 0, yaitu diagram yang
paling sederhana dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran
data dari kesatuan luar ke dalam sistem dan sebaliknya.
Gambar 6
. Contoh Diagram Konteks
b.
DFD Level n
DFD level n merupakan diagram yang digunakan untuk
menggambarkan diagram hasil pengembangan dari diagram konteks ke
dalam komponen yang lebih detail. Nilai n merupakan banyaknya
angka/digit yang digunakan untuk penomoran proses yang ada.
22
Gambar 8
. Contoh DFD Level 2
C. Basis Data (Database)
Menurut Arief (2006: 33),
database
merupakan sekumpulan data yang
saling terintegrasi satu sama lain dan terorganisasi berdasarkan sebuah skema
atau struktur tertentu dan tersimpan pada sebuah
hardware
komputer. Di
dalam sistem pakar, basis data merupakan tempat penyimpanan fakta-fakta
kemudian ditambahkan dengan fakta baru yang diperoleh dari proses
pelacakan oleh mesin inferensi. Selain itu basis data memiliki fungsi untuk
mengelola data yang tersimpan di dalamnya seperti menambah, menghapus,
melacak, dan lain sebagainya.
Model basis data relasional merupakan model basis data yang paling
sederhana sehingga mudah untuk digunakan dan dipahami. Model basis data
relasional ini umumnya dimodelkan menggunakan diagram relasi antar
23
Tabel 4.
Notasi Dasar Diagram E-R (sumber: Yudi Priyadi, 2014: 20)
Simbol
Keterangan
Persegi panjang, menunjukkan objek
dasar
Lingkaran/elips, menunjukkan atribut dari
objek dasar
Belah ketupat, menunjukkan relasi
Garis, menunjukkan adanya relasi
Menurut Priyadi (2014: 21) penjelasan untuk notasi dasar pada Tabel 4
adalah sebagai berikut.
1.
Entitas merupakan notasi untuk mewakili suatu objek dengan karakteristik
yang sama, dilengkapi oleh atribut. Entitas biasanya berupa kata benda,
pekerjaan, orang, dan tempat. Misalnya
user
, admin, dan pakar adalah
contoh entitas.
2.
Atribut adalah notasi yang menjelaskan karakteristik suatu entitas. Nama
user
atau asal admin merupakan contoh dari atribut. Atribut dapat berupa
key
yang bersifat unik seperti
primary key
dan
foreign key
.
a.
Kunci primer (
primary key
)
Kunci primer adalah kunci yang dipilih sebagai kunci utamma dalam
mengidentifikasi baris dalam tabel.
b.
Kunci tamu (
foreign key
)
Kunci tamu adalah sebarang atribut yang menunjuk ke kunci primer
24
3.
Relasi merupakan notasi dasar yang digunakan untuk menghubungkan
beberapa entitas berdasarkan fakta pada suatu lingkungan.
4.
Garis penghubung merupakan notasi dasar yang digunakan untuk
menunjukkan keterkaitan antara notasi-notasi yang digunakan dalam
diagram E-R.
D. PHP (Personal Home Page tools)
PHP adalah bahasa pemrograman yang berjalan dalam sebuah web
server dan berfungsi sebagai pengolah data. PHP termasuk dalam
HTML-embedded
, yang artinya kode PHP dapat disisipkan pada sebuah halaman
HTML. Menurut Haryono (2004: 15), kode-kode bahasa PHP dalam
penulisannya menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu file. Kode PHP
diletakkan antara tanda <? atau <?php dan diakhiri dengan tanda ?> sebagai
identitas bahasa pemrograman PHP. Akan tetapi, ada beberapa cara lagi
untuk memberikan tanda bahwa kode yang ditulis adalah kode PHP, antara
sebagai berikut.
1.
Model javascript, php diawali dengan tag <script language=”php”> dan
diakhiri dengan </script>.
2.
Model ASP, penulisan kode php diawali dengan tag<% dan diakhiri
dengan %>. Akan tetapi, cara ini berfungsi bila server diatur lebih dahulu
25
E. MySQL
MySQL adalah salah satu jenis basis data
server
yang sangat terkenal
disebabkan MySQL menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk
mengakses basis datanya. Selain itu MySQL bersifat gratis kecuali pada
windows yang bersifat
shareware
atau perlu membayar setelah melakukan
evaluasi dan memutuskan untuk digunakan pada keperluan produksi.
F. Dreamweaver
Menurut M. Suyanto (2005: 244), Dreamweaver merupakan sebuah
software
web design
yang menawarkan cara untuk mendesain website dengan
dua langkah sekaligus dalam satu waktu, yaitu mendesain dan memprogram.
Dreamweaver
memiliki satu jendela mini yang disebut HTML Source, tempat
kode-kode HTML tertulis. Dreamweaver juga mampu mengenali
tag
-
tag
lain
di luar HTML, seperti Cold Fussion dan ASP, serta mendukung
script-script
dinamik HTML dan CSS
style
. Selain itu, dreamweaver juga memberikan
pilihan
workspace
baru yang terintegrasi, menyediakan lingkungan
pengembangan yang lebih
familiar
dengan
dockable panel
yang lengkap dan
jendela dokumen yang menyebut pemakai.
G. Metode Pengembangan Sistem
Sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita dibangun
26
muncul yaitu sekitar tahun 1970. Model
Waterfall
sering dianggap kuno,
tetapi paling sering digunakan dalam
Software Engineering
(SE).
Gambar 9
. Model
Waterfall
Pressman
Pressman (2001: 28) menyatakan bahwa model
Waterfall
diuraikan
dengan tahap-tahap sebagai berikut.
1.
Analysis
adalah tahap menganalisa hal-hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan perancangan aplikasi.
2.
Design
adalah tahap penerjemah atau tahap perancangan dari
keperluan-keperluan yang dianalisis dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh
pemakai.
3.
Code
adalah tahap implementasi dari hasil aplikasi yang telah dirancang
dalam bahasa pemrograman yang telah ditentukan dan digunakan dalam
pembuatan aplikasi.
27
H. Metode Uji Coba
Pengujian merupakan metode yang dilakukan untuk menentukan
kualitas perangkat lunak. Salah satu tolak ukur kualitas perangkat lunak
adalah ISO 9126 yang dibuat oleh
International Organization for
Standardization
(ISO) dan
International Electrotechnical Commision
(IEC).
Faktor kualitas menurut ISO 9126 meliputi enam karakteristik kualitas
sebagai berikut:
1.
Functionality
(Fungsionalitas), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk
menyediakan fungsi sesuai kebutuhan pengguna, ketika digunakan dalam
kondisi tertentu.
2.
Reliability
(Kehandalan), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk
mempertahankan tingkat kinerja tertentu, ketika digunakan dalam kondisi
tertentu.
3.
Usability
(Kebergunaan), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk
dipahami, dipelajari, digunakan, dan menarik bagi pengguna, ketika
digunakan dalam kondisi tertentu.
4.
Efficiency
(Efisiensi), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk
memberikan kinerja yang sesuai dan relatif terhadap jumlah sumber daya
yang digunakan pada saat keadaan tersebut.
5.
Maintainability
(Pemeliharaan), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk
dimodifikasi. Modifikasi meliputi koreksi, perbaikan atau adaptasi
28
6.
Portability
(Portabilitas), yaitu kemampuan perangkat lunak untuk
ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan lain.
Masing-masing karakteristik kualitas perangkat lunak model ISO 9126
dibagi menjadi beberapa sub-karakteristik kualitas, sebagai berikut.
1.
Functionality
terdiri dari:
suitability
(kemampuan perangkat lunak untuk
menyediakan serangkaian fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu
dan tujuan pengguna),
accuracy
(kemampuan perangkat lunak dalam
memberikan hasil yang presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan),
security
(kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang tidak
diinginkan, menghadapi penyusup/
hacker
maupun otorisasi dalam
modifikasi data),
interoperability
(kemampuan perangkat lunak untuk
berinteraksi dengan satu atau lebih sistem tertentu), dan
compliance
(kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan kebutuhan
sesuai peraturan yang berlaku).
2.
Reliability
terdiri dari:
maturity
(kemampuan perangkat lunak untuk
menghindari kegagalan sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat
lunak),
fault
tolerance
(kemampuan
perangkat
lunak
untuk
mempertahankan kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak), dan
recoverability
(kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali
tingkat kinerja ketika terjadi kegagalan sistem, termasuk data dan koneksi
jaringan).
29
lunak dalam kemudahan untuk dipelajari),
operability
(kemampuan
perangkat lunak dalam kemudahan untuk dioperasikan), dan
attractiveness
(kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna).
4.
Efficiency
terdiri dari:
time behavior
(kemampuan perangkat lunak dalam
memberikan respon dan waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan
fungsinya) dan
resource behavior
(kemampuan perangkat lunak dalam
menggunakan sumber daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi
yang ditentukan).
5.
Maintainability
terdiri dari:
analyzability
(kemampuan perangkat lunak
dalam mendiagnosis kekurangan atau penyebab kegagalan),
changeability
(kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu),
stability
(kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak terduga dari
modifikasi perangkat lunak), dan
testability
(kemampuan perangkat lunak
untuk dimodifikasi dan divalidasi perangkat lunak lain).
6.
Portability
terdiri dari:
adaptability
(kemampuan perangkat lunak untuk
diadaptasikan pada lingkungan yang berbeda-beda),
instalability
(kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam lingkungan yang
berbeda-beda),
coexistence
(kemampuan perangkat lunak untuk
berdampingan dengan perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan
30
Pengujian perangkat lunak dilakukan menggunakan kuesioner
pengujian dengan skala jawaban Sangat Tidak Baik (STB), Tidak Baik (TB),
Kurang Baik (KB), Baik (B), dan Sangat Baik (SB).
Tabel 5.
Pedoman Penskoran
Kategori
Skor
Sangat Tidak Baik (STB)
1
Tidak Baik (TB)
2
Kurang Baik (KB)
3
Baik (B)
4
Sangat Baik (SB)
5
Konversi skor rata-rata menjadi nilai kualitatif menurut Saifuddin
Azwar (2010: 163) disajikan berdasarkan Tabel 6:
Tabel 6.
Klasifikasi Penilaian
Rentang skor (i) kuantitatif
Kriteria Kualitatif
> (
i
+1,50
i
)
Sangat Baik
(
i
+
i
) <
≤ (
i
+1,50
i
)
Baik
(
i
−
0,5
i
) <
≤ (
i
+
i
)
Cukup Baik
(
i
−
1,50
i
) <
≤ (
i
−
0,5
i
)
Sangat Kurang
≤ (
i
−
1,50
i
)
Sangat Kurang Baik
Keterangan:
skor maksimal ideal = skor tertinggi
skor minimal ideal = skor terendah
= rata-rata skor tiap butir
i
= rata-rata ideal =
(skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
i
= simpangan baku ideal =
(skor maksimal ideal
–
skor minimal ideal)
Berdasarkan Tabel 6, maka didapat rentang skor kuesioner yang
31
Tabel 7.
Rentang Skor Kuesioner
Rentang skor (i) kuantitatif
Kriteria Kualitatif
4,00
Sangat Baik
3,67
4,00
Baik
2,66
3,67
Cukup Baik
1,99
2,66
Sangat Kurang
1,99
Sangat Kurang Baik
Untuk menentukan kualitas perangkat lunak dibutuhkan suatu
pengujian. Pengujian merupakan metode yang dilakukan untuk menjelaskan
tentang pengoperasian perangkat lunak yang terdiri dari perangkat pengujian,
metode pengujian, dan pelaksanaan pengujian. Pengujian sistem
menggunakan pengujian
Beta
, yaitu pengujian yang dilakukan pada satu atau
lebih pengguna sistem pakar yang dibangun dan pengembang tidak terlibat.
Rumus untuk mencari persentase jawaban pengguna adalah sebagai berikut:
Y = (P/Q) x 100%
Keterangan:
Y = Persentase jawaban responden tiap soal
P = Banyaknya jawaban responden tiap soal
Q = Total responden
I. Penyakit Pernapasan pada Balita
Penyakit pernapasan pada balita yang akan digunakan sebagai basis
pengetahuan untuk sistem pakar ini berupa tujuh jenis penyakit, yaitu:
32
diperoleh dari buku kedokteran dan dipadukan dengan pengetahuan dari
dokter.
1.
Batuk-Pilek (
Common Cold)
Batuk-Pilek merupakan penyakit saluran pernapasan yang paling
sering mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat
mudah tertular, karenanya perawat yang sedang batuk pilek tidak
diperkenankan bekerja di ruangan bayi walaupun ia memakai masker,
karena virus dapat menembusnya. Penularan juga masih tetap terjadi
disebabkan seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya karena
rasa gatal atau membuang ingusnya; jika tidak segera mencuci tangan ia
akan menjadi sumber penularan (Ngastiyah, 2014: 31).
Gejala atau gambaran umum yang dialami pasien berupa batuk,
pilek, bersin-bersin, pusing atau nyeri kepala atau kepala terasa berat,
gangguan selera makan, terdapat cairan/lendir di tenggorok, hidung
tersumbat, gelisah, dan bernapas melalui mulut.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah membaringkan bayi
tengkurap untuk pengeluaran sekret/lendir. Pada anak agak besar dapat
diajarkan untuk mengeluarkan sekret/lendir/dahaknya sendiri. Jika batuk
pilek lebih dari 2 hari belum sembuh, bawa anak ke dokter untuk
mendapat pemeriksaan lanjutan.
2.
Sinusitis
Menurut Ngastiyah (2014: 34), Sinusitis adalah radang sinus yang
33
Frontalis (biasanya Sinusitis Maksilaris). Sinusitis dapat berlangsung akut
maupun kronik, ia dapat mengenai anak yang sudah besar saat Sinusitis
Pranasal sudah berkembang.
Gambaran umum yang biasa diderita pasien, yaitu: pilek, pusing atau
nyeri kepala atau kepala terasa berat, serak, terdapat cairan/lendir di
tenggorok, hidung tersumbat, bengkak kemerahanpada pipi yang dapat
menjalar ke kelopak mata, nyeri di atas sinus/rongga berisi udara yang
terdapat di sekitar pipi/hidung/mata, penciuman terganggu, tersumbatnya
ostium (pembukaan ke dalam sinus untuk pertukaran udara dan lendir),
dan bernapas melalui mulut.
Saran untuk orang tua adalah segera membawa anak ke dokter atau
bagian THT untuk pemeriksaan lanjutan apakah perlu dilakukan pencucian
sinus atau tidak.
3.
Faringitis/Tonsilofaringitis
Radang faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan organ
sekitarnya, sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil,
sehingga disebut sebagai Tonsilofaringitis (Ngastiyah, 2014: 36).
Gambaran umum yang biasa dialami penderita, yaitu: demam/suhu
tubuh lebih dari 38
0Celcius
, nyeri menelan, nyeri tenggorok, sakit telinga,
bengkak kelenjar ludah/submandibula (di rahang bawah), dan mulut
berbau.
Penanganan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah anjurkan
34
makanan lunak. Jika sampai 2 hari demam tidak juga hilang dan kondisi
anak tetap sama atau bahkan menurun, segera bawa ke dokter untuk
pemeriksaan tenggorok apakah perlu tonsilektomi atau tidak.
4.
Laringitis
Penyebab Laringitis umumnya adalah
Streptococcus hemolyticus
,
Streptococcus viridians
,
pneumokokus
,
Staphylococcus hemolyticus
, dan
Haemophilus influenzae
. Proses radang pada laring dipermudah oleh
trauma, bahan kimia, radiasi, alergi dan pemakaian suara berlebihan
(Ngastiyah, 2014: 39).
Gejala yang biasa dialami oleh penderita Laringitis berupa batuk,
pilek, sesak napas, demam/suhu tubuh lebih dari 38
0Celcius
, serak, nyeri
menelan, napas berat, suara napas kasar, hilang suara, nyeri ulu hati, napas
tersengal, dan gelisah.
Saran untuk orang tua terhadap balitanya yaitu anjurkan anak untuk
istirahat bersuara dan bawa ke dokter atau bagian THT untuk pemeriksaan
lanjutan, biasanya berupa laringoskopi direk.
5.
Difteria
Menurut Ngastiyah (2014: 40), penyakit Difteria adalah suatu infeksi
akut yang mudah menular, dan yang sering diserang terutama saluran
pernapasan bagian atas, dengan tanda khas timbulnya pseudomembran.
Penyebab penyakit Difteria adalah kuman Diphtheriae corynebacterium
bersifat gram positif dan polimorf, tidak bergerak, dan tidak membentuk
35
Gambaran umum penderita Difteria, yaitu: pusing, sesak napas,
demam, gangguan selera makan, serak, nyeri menelan, suara napas kasar,
bengkak, pada leher, lesu, dan pucat.
Saran bagi orang tua adalah segera bawa anak ke dokter untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan, biasanya berupa pemeriksaan darah dan
urin.
6.
Bronkitis
Secara harfiah, Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
adanya inflamasi bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan Bronkitis
sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk
merupakan gejala yang utama dan dominan (Ngastiyah, 2014: 54).
Gejala yang biasa dialami pasien yaitu: batuk, sesak napas, terdapat
cairan/ lendir di tenggorok, mengi, nyeri dada, dan suara napas kasar.
Penanganan yang dapat dilakukan orang tua adalah memberi anak
minum yang banyak terutama sari buah-buahan, jangan biarkan anak
merasa kedinginan, untuk meringankan gejala batuknya berikan minum
hangat tidak manis; untuk anak yang agak besar beritahu supaya
membuang dahaknya. Jika batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah
2 minggu berturut-turut dan/atau berulang paling sedikit 3x dalam 3 bulan,
bawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lanjutan
7.
Pneumonia
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
36
Anak mengalami napas yang dangkal dan cepat, yaitu untuk usia kurang
dari dua bulan napas lebih dari 60x/menit; dua bulan- satu tahun napas
lebih dari 50x/menit; dan satu sampai lima tahun napas lebih dari
40x/menit (Kustantinah, 2007: 182).
Gambaran umum atau gejala Pneumonia biasanya adalah batuk,
pusing, sesak napas, demam, nyeri sekitar hidung dan mulut, napas cuping
hidung, napas cepat dan dangkal, serta lesu.
Saran bagi orang tua adalah segera bawa anak ke dokter untuk
37
BAB III
PEMBAHASAN
Proses pembuatan aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit
pernapasan pada balita menggunakan metode
Waterfall
. Metode
Waterfall
terdiri
dari tahap analisis,
design
atau perancangan,
code
atau implementasi, dan
test
atau
pengujian. Penjelasan mengenai tahap-tahap pembuatan sistem pakar ini dengan
menggunakan metode
Waterfall
adalah sebagai berikut.
A.
Analisis
Analisis merupakan langkah menentukan spesifikasi kebutuhan
perangkat guna menjalankan sistem. Analisis kebutuhan dalam membangun
sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita adalah sebagai
berikut.
1.
Kebutuhan Perangkat Lunak (Software) Bantu
Kebutuhan perangkat lunak merupakan kebutuhan aplikasi dengan
spesifikasi tertentu untuk merancang, membuat, dan menjalankan sistem.
Sistem pakar diagnosis penyakit pernapasan pada balita dibangun dengan
perangkat lunak bantu sebagai berikut.
a)
Sistem Operasi Windows 8
b)
Adobe Dreamweaver
sebagai
text editor
38
2.
Kebutuhan Pengguna
Berdasarkan hak akses, pengguna dalam sistem pakar penyakit
pernapasan pada balita dibagi menjadi 3:
a.
Admin
Admin merupakan orang yang berhak megelola sistem pakar diagnosis
penyakit pernapasan pada balita, yaitu Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Admin memiliki wewenang penuh terhadap sistem meliputi
input
,
edit, dan hapus data-data dalam sistem. Data-data yang merupakan wewenang
admin yaitu: data penyakit (kode penyakit, nama penyakit, keterangan, dan
penanganan); data gejala (kode gejala dan nama gejala); data relasi (kode
penyakit dan kode gejala);
data tambah user yang terdiri dari user sebagai
admin atau pakar (
username
,
password
, no identitas, nama, alamat rumah,
tempat praktik, telepon, jabatan, foto); data berita (judul, kop, isi, gambar);
data hasil konsultasi; data laporan buku tamu; data daftar pakar; data kelola
akun.
b.
Pakar
Pakar dalam sistem ini adalah orang yang dipercaya admin untuk
membantu mengelola sistem berupa
transfer
pengetahuan. Data
input
pakar
dalam sistem ini berupa: data usulan penyakit (kode penyakit, nama penyakit,
keterangan, dan penanganan); data usulan gejala (kode gejala dan nama
gejala); data usulan relasi (kode penyakit dan kode gejala); data berita (judul,
39
c.
Pengguna atau masyarakat umum
Pengguna atau masyarakat umum yaitu orang-orang yang menggunakan
sistem ini untuk mendapatkan hasil diagnosis. Data
input
pengguna atau
masyarakat umum dalam sistem pakar penyakit pernapasan pada balita
berupa data gejala-gejala yang dialami dan data buku tamu.
B.
Perancangan Aplikasi
Perancangan aplikasi dapat diartikan sebagai penggambaran,
perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen
menjadi satu kesatuan. Perancangan aplikasi yang akan dibuat dimulai setelah
tahap analisis terhadap aplikasi selesai dilakukan.
1.
Perancangan Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan yang
dihubungkan dengan suatu permasalahan tertentu. Basis pengetahuan berisi
kaidah-kaidah yang akan digunakan untuk penarikan kesimpulan yang
merupakan hasil dari sebuah pelacakan.
Dalam perancangan basis pengetahuan, digunakan kaidah produksi
sebagai sarana untuk representasi pengetahuan. Kaidah produksi dituliskan
dalam bentuk pernyataan JIKA [premis] dan MAKA [konklusi]. Pada
perancangan basis pengetahuan dalam sistem pakar ini yang bertindak
sebagai premis adalah gejala-gejala yang dialami penderita, sedangkan yang
40
Contoh 1:
JIKA batuk
DAN pilek
DAN bersin-bersin
DAN pusing
DAN anoreksia
DAN terdapat cairan/lendir di tenggorok
DAN hidung tersumbat
DAN gelisah
DAN bernapas melalui mulut
MAKA Batuk-Pilek /
Commoncold
Contoh 2:
JIKA batuk
DAN sesak napas
DAN demam
DAN pusing
DAN nyeri sekitar hidung
DAN napas cuping hidun