PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA POKOK
BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP N. 1 SEI BAMBAN T.A 2014/ 2015
Oleh :
Silva Purnama Dewi Sagala NIM 4113111074
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan kasih karunia yang diberiakan kepada penulis sehingga
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang diharapkan.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) dan Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Pada
Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di Kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban” disusun
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Dr. Asrin Lubis, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan
skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada Bapak Drs. W. L Sihombing, M. Pd, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, yang telah memberikan
masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan
skripsi ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Drs. Togi, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak
dan Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang
sudah membantu penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala
sekolah (Bapak Sudariyono, S. Pd) dan guru matematika (Ibu R. Samosir, S. Pd)
di SMP N.1 Sei Bamban yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda R. Sagala,
dan Ibunda N. Simbolon serta saudara penulis Bang Bona Tua Sagala, Bang Mitra
Setiadi Sagala, Adik Asima Arta Uli Sagala dan juga Adik Simon Patrick Sagala
serta keluarga yang selalu mendukung penulis dalam perkuliahan dan telah
banyak memberi motivasi, kasih sayang, semangat, nasehat, dan doa sehingga
Ucapan terimakasihjuga kepada orang-orang luar biasa di sekeliling
penulis yang selalu memberi dukungan dan semangat, teman seperjuangan yang
banyak membantu penulis Martha, Stepany, Nonce, Mery, Chrisna, Putri, Jesica,
Mai, kk Lenra, Risda, grestica, teman-teman seangkatan 2011 jurusan Matematika
terlebih Dik C 2011. Tak lupa juga mengucapkan terima kasih buat teman
sepenanggungan se-PS Martha Napitupulu, Dina Ria Ambarita, dan Rani Lubis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan
pembaca dalam usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.
Medan, Juni 2015 Penulis
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD
TOGETHER (NHT) DAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP N. 1 SEI BAMBAN TA. 2014/2015
SILVA P. D. SAGALA (4113111074)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dan dilakukan di SMP. N. 1 Sei Bamban yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dan tipe STAD pada pokok bahasan Aritmetika Sosial di Kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban T.A. 2014/ 2015.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban T.A. 2014/2015, sedangkan yang menjadi sampel sasaran dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VII-1sebanyak 42 siswa sebagai kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dan kelas VII-2 sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen 2 dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Instrumen penelitian ini berupa soal Tes Hasil Belajar yang berbentuk pilihan berganda yang telah valid dan reliabel sebanyak 10 soal. Sebelum instrumen diberikan pada siswa kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2, soal Tes Hasil Belajar terlebih dahulu diuji coba di kelas VIII-2 SMP N. 1 Sei Bamban.
Nilai rata-rata Tes Hasil Belajar yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada pretest 32,3809 dan pada postest 54,5238. Sedangkan nilai rata-rata Tes Hasil Belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada pretest 31,25 dan pada postest 61,25. Dari hasil analisis data dengan menggunakan data pretest diperoleh, untuk uji normalitas diperoleh kelas eksperimen 1 χ2 hitung = 10,6346 < χ2 tabel= 11,070 dan kelas eksperimen 2 χ2 hitung = 9,7901 < χ2 tabel = 11,070 sehingga dapat disimpulkan kedua kelas adalah berdistribusi normal pada taraf signifikansi α = 0,05. Untuk uji homogenitas data diperoleh Fhitung = 1,0847 < Ftabel = 1,6965 adalah homogen dengan taraf nyata �= 0,05.
Berdasarkan perhitungan uji hipotesis menggunakn uji t dua pihak dengan dk = n1 + n2 – 2 = 80 dan taraf nyata α = 0,05, diperoleh t hitung = -2,1476 dan t tabel
= 1.9933. Karena t hitung = -2,1476 tidak berada diantara interval -1,9933 < t hitung <
DAFTAR ISI
halaman
Lembar Persetujuan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 8
1.3.Pembatasan Masalah 8
1.4.Rumusan Masalah 9
1.5.Tujuan Penelitian 9
1.6.Manfaat Penelitian 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Hasil Belajar 10
2.1.2. Pembelajaran Matematika 11
2.1.3. Model Pembelajaran 13
2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 14
2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) 17
2.1.5.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) 17
2.1.5.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe
vii
2.1.5.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) 20
2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) 21
2.1.6.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) 21
2.1.6.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) 23
2.1.6.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) 25
2.1.7. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
dan STAD 27
2.1.8. Materi Aritmetika Sosial 28
2.1.9. Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Model Numbered
Head Together (NHT) 31
2.1.10. Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Model Student
Teams Achievement Division (STAD) 33
2.2. Kerangka Konseptual 36
2.3. Hipotesis Penelitian 38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 39
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 39
3.2.1. Populasi Penelitian 39
3.2.2. Sampel Penelitian 39
3.3. Variabel Penelitian 40
3.4. Definisi Operasional variabel 40
3.5. Jenis Dan Desain Penelitian 41
3.5.1. Jenis Penelitian 41
3.5.2. Desain Penelitian 41
3.7. Instrumen Penelitian 45
3.7.1. Uji Validitas 46
3.7.2. Uji Reabilitas 47
3.7.3. Daya Pembeda Soal 48
3.7.4. Analisis Tingkat Kesulitan 50
3.8. Teknik Analisis Data 52
3.8.1. Menghitung Rata-Rata Skor 52
3.8.2. Menghitung Standart Deviasi 52
3.8.3. Uji Normalitas 52
3.8.4. Uji Homogenitas 54
3.8.5. Uji Hipotesis 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data 58
4.2. Analisis Data 60
4.2.1. Uji Hipotesis 60
4.3. Pembahasan 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 65
5.2. Saran 65
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 16
Tabel 2.2 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 23
Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan 24
Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok 24
Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT dan STAD 27
Tabel 3.1 Desain Penelitian 42
Tabel 3.2 Validitas Uji Coba THB 47
Tabel 3.3 Daya Pembeda Uji Coba THB 49
Tabel 3.4 Indeks Kesulitan Soal Uji Coba THB 51
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 53
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data 54
Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Pengujian Kesamaan Rata-rata Pretest 57
Tabel 4.1 Data Posstest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 44
Gambar 4.1. Histogram Data Posstest Siswa Kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Eksperimen 2 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 : RPP 1 Kelas Eksperimen 1 68
Lampiran 2 : RPP 2 Kelas Eksperimen 1 73
Lampiran 3 : RPP 3 Kelas Eksperimen 1 78
Lampiran 4 : RPP 1 Kelas Eksperimen 2 83
Lampiran 5 : RPP 2 Kelas Eksperimen 2 87
Lampiran 6 : RPP 3 Kelas Eksperimen 2 92
Lampiran 7 : Lembar Aktivitas Siswa 1 96
Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa 2 100
Lampiran 9 : Lembar Aktivitas Siswa 3 104
Lampiran 10: Alternatif Jawaban LAS 1 107
Lampiran 11: Alternatif Jawaban LAS 2 109
Lampiran 12: Alternatif Jawaban LAS 3 112
Lampiran 13: Kisi-kisi Soal Uji Coba THB 114
Lampiran 14: Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar 115
Lampiran 15: Jawaban Soal Uji Coba THB 118
Lampiran 16: Lembar Validasi THB 119
Lampiran 17: Distribusi Jawaban Uji Coba soal THB 122
Lampiran 18: Perhitungan Validitas THB 124
Lampiran 19: Pehitungan Reliabilitas THB 126
Lampiran 20 : Perhitungan Daya Pembeda THB 128
Lampiran 21 : Perhitungan Analisis Tingkat Kesulitan THB 130
Lampiran 22 : Kisi-kisi Soal THB 132
Lampiran 23 : Tes Hasil Belajar 133
Lampiran 24 : Jawaban Tes Hasil Belajar 136
Lampiran 25 : Data Hasil Belajar Matematika Siswa 137
Lampiran 26 : Uji Normalitas Data 139
Lampiran 27 : Uji Homogenitas Varians THB 142
Lampiran 29 : Uji Hipotesis Hasil Posstest Kelas Sampel 146
Lampiran 30 : Dokumentasi Penelitian 148
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek yang besar pengaruhnya dan
memegang peranan penting dalam suatu bangsa. Menurut Hermino (2013: 18) bahwa: “ Pendidikan merupakan inti kemajuan suatu bangsa dalam mewujudkan cita-cita untuk kelangsungan kehidupan bangsa tersebut”. Dalam mewujudkan
cita-cita tersebut, diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas yang
menciptakan sumber daya manusia yang tumbuh menuju pematangan kualitas
hidup.
Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 (dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/defenisi-pendidikan-defenisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/), bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan poses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dengan adanya pendidikan peserta didik dapat mengembangkan sikap,
kepribadian, watak, kecerdasan dan juga ketrampilan yang sangat diperlukan
dalam suatu bangsa sehingga manusia mutlak membutuhkan pendidikan.
Mulyasana (2011) mengatakan bahwa:
pematangan kualitas diri menuju terbentuknya kepribadian unggul dan tercapainya titik puncak kesempurnaan diri. (8) Pendidikan membantu menumbuhkan akhlak mulia.
Matematika salah satu mata pelajaran yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk
mengkaji sesuatu secara logis dan juga sistematis. Sejalan dengan pendapat
Hudojo (2005: 37) bahwa “Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan
cara berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan
sehari-hari”. Matematika juga merupakan pelajaran yang memiliki peran yang
sangat penting dalam memudahkan untuk berpikir. Hal ini senada dengan
pengertian matematika menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman 2012: 202), “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi
teoretisnya adalah memudahkan untuk berpikir”. Selain hal tersebut ada alasan
lainnya tentang perlunya belajar matematika seperti yang dikemukakan oleh
Cornelius (dalam Abdurrahman 2012: 204 ) yaitu:
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”
Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak sejalan
dengan tanggapan siswa. Karena pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang
menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, sehingga siswa kurang
berminat dalam belajar matematika. Abdurrahman (2012: 202) menyatakan bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal tersebut
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan survey PISA tahun 2013 dikatakan bahwa “Indonesia berada di peringkat 64 atau kedua dari bawah untuk kemampuan matematika. Hanya
3
matematika”
(http://www.cpps.or.id/content/survei-kualitas-pendidikan-anak-memasuki-tahap-endline). Dari informasi tersebut diperoleh bahwasannya
kemampuan matematika siswa di Indonesia masih kurang.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP N. 1 Sei Bamban
melalui wawancara dari salah satu guru matematika kelas VII yaitu Ibu Rosinda
(dalam wawancara 15 Januari 2015) bahwa: “Hasil belajar matematika siswa
khususnya kelas VII di kategorikan rendah yang dikarenakan siswa menganggap
matematika itu pelajaran yang menakutkan. Permasalahan dalam bentuk soal
cerita merupakan salah satu materi yang menyulitkan siswa, dimana siswa sulit memahami soal berbentuk cerita”. Materi kelas VII yang dominan berbentuk soal cerita adalah materi Aritmetika Sosial.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di kelas VII-1 SMP N. 1
Sei Bamban diperoleh keterangan hasil belajar siswa kelas VII-1 SMP N. 1 Sei
Bamban pada semester ganjil Tahun Ajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian I, Ujian Tengah Semester, dan Ujian
Semester Kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban
Tes KKM Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah siswa % Jumlah siswa %
UH 1 75 3 7,14 39 92,8
UTS 75 5 11,9 37 88,1
US 75 6 14, 28 36 85,72
(Sumber: Guru Matematika Kelas VII-1 SMP N. 1 Sei Bamban)
Dari tabel diatas diperoleh dari tiga kali tes hasil belajar, jumlah siswa yang tidak
tuntas ataupun yang memiliki hasil belajar rendah masih tergolong banyak.
Slameto (2010:54) mengatakan bahwa:
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1. Faktor-faktor internal
- Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)
- Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)
- Kelelahan
2. Faktor-faktor eksternal
- Sekolah (metode,mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran , waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)
- Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupanmasyarakat).
Dari pernyataan di atas faktor eksternal yaitu sekolah berpengaruh dalam
hasil belajar siswa. Salah satu faktor sekolah tersebut meliputi: metode dan
mengajar. Dari hasil observasi di kelas VII-1 SMP N. 1 Sei Bamban, ternyata
pengajaran dan metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional, dimana
guru menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Setelah melakukan wawacara
dengan guru mata pelajaran kelas tersebut yaitu Ibu Rosinda, mengatakan: “Metode pembelajaran yang sering dilakukan adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi”. Ibu Rosinda juga mengatakan bahwa: “Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang ia lakukan masih tergolong pasif dan jarang bertanya. Siswa
yang aktif dalam proses pembelajaran adalah sekitar ±25%”.
Faktor sekolah lainnya yang dinyatakan di atas adalah relasi siswa dengan
siswa. Saat dilakukan observasi di kelas VII-1 SMP N. 1 Sei Bamban, ternyata
relasi siswa dengan siswa saat pembelajaran di kelas tersebut kurang baik terjalin.
Dimana siswa belajar secara individualistis dan juga kompetitif. Mereka terkesan
berlomba dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan guru secara
sendiri dan tidak mau bekerjasama dan bertukarpikiran bersama dalam
memecahkan persoalan matematika tersebut. Dalam pembelajaran siswa tidak
berinteraksi sosial dengan baik dengan temannya. Dari hasil wawancara dengan
Ibu Rosinda Samosir juga menyatakan hal yang demikian juga bahwa: “Siswa
dominan belajar secara individualistis dan jarang terjadi interaksi dengan sesama
seperti berdiskusi bersama”.
Belajar individualistis dan kompetitif jika disusun dengan baik, akan
efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik.
Namun Slavin menyatakan (dalam Trianto 2009: 55) bahwa:
5
diberikan salah, (b) siswa berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) siswa berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (d) membuat frustasi siswa lainnya”.
Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang
lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar
kooperatif. Sejalan dengan hal tersebut Stahl (dalam Isjoni 2009: 15) menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. Kemudian Johnson
& Johnson (dalam Trianto 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang menuntut adanya kelompok-kelompok untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas bersama dan mereka harus saling berdiskusi untuk
menyelesaikan tugas bersama yang telah diberikan oleh guru dalam
memaksimalkan belajar mereka. Slavin (2005: 10) menyatakan model
pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama
dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Sehingga dengan model ini
pembelajaran mendukung terjalinnya hubungan siswa dengan siswa yang baik dan
efektif dalam meningkatkan hasil belajar metematika siswa. Ada berbagai jenis
model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan tipe Student Teams
Achievement Division (STAD).
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional
(Trianto, 2009: 82). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) siswa dituntut untuk lebih aktif saling berdiskusi untuk
memikirkan jawaban tanpa saling mengharapkan teman. Melalui tipe ini juga
mengecek seberapa jauh pemahaman siswa tersebut akan materi yang sedang
berlangsung. Sejalan dengan pendapat Trianto (2009: 82) bahwa: “NHT
melibatkan lebih banyak siswa dalam menalaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”.
Sehingga pada model pembelajaran tipe NHT ini lebih terjamin keaktifannya
dalam berkelompok dan dalam proses pembelajaran karena tipe ini memiliki ciri
khas yaitu guru hanya menunjuk seorang siswa tiap kelompok tanpa mengetahui
sebelumnya untuk mewakili kelompoknya dalam menjawab pertanyaan sehingga
setiap siswa harus siap apabila dirinya akan ditunjuk untuk mewakili dalam
menyatakan jawaban dari kelompoknya.
Istarani (2012:13) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
memiliki keunggulan yaitu:
“(1) Dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa, sebab dalam
pembelajarannya siswa ditempatkan dalam suatu kelompok untuk berdiskusi, (2) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa secara bersama, sebab masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda untuk dibahas (3) Melatih siswa untuk menyatukan pikiran, karena Numbered Head Together mengajak siswa untuk menyatukan prepepsi dalam kelompok (4) Melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain, sebab dari hasil diskusi dimintai tanggapan dari peserta lain”.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD)
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok
4-5 orang siswa secara heterogen (Trianto 2009: 68). Pada tipe ini, siswa dituntut
bekerja dengan tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran, sehingga siswa saling mendukung dan membantu satu sama
lain untuk mencapai pemahaman mengenai pelajaran. Hal ini sejalan dengan
gagasan utama yang dinyatakan Slavin (2005: 12) yaitu bahwa gagasan utama dari
STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan
membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Isjoni (2009: 74) yang mengatakan bahwa: “
STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan adanya aktivitas
7
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”. Sehingga
STAD baik digunakan karena siswa yang kurang baik dalam pelajaran dapat
terbantu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian, dkk (2012) menyatakan
bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, dimana pembelajaran ini
melibatkan siswa secara aktif untuk bekerja sama dan melatih siswa dalam
berfikir dan bekerja sama secara kelompok. Selanjutnya, berdasarkan penelitian
yang dilakukan Hidayati (2008) diperoleh bahwa penggunaan model cooperative
learning tipe STAD meningkatkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih tinggi
didalam pembelajaran materi pokok aljabar dan aritmetika sosial. Dimana
dikatakan bahwa skor-skor yang diperoleh secara individual meningkat dan
mendukung tim diskusi kelompok untuk bersaing terhadap kelompok lain.
Penghargaan yang diberikan menambah semangat siswa dalam meraih skor yang
lebih tinggi, dan fasilitas STAD membantu dan memotivasi siswa untuk
meningkatkan hasil belajar menjadi lebih tinggi. Dari hasil penelitian di atas
diperoleh informasi bahwa model kooperatif tipe NHT dan STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Dari penjelasan di atas kedua model pembelajaran hampir sama dan kedua
model ini juga dapat meningkatkan hasil belajar matematika, menyebabkan
penulis ingin melakukan penelitian dengan melihat perbedaan hasil belajar dari
kedua model yaitu Numbered Head Together (NHT) dan Student Teams
Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan aritmetika sosial. Untuk
melihat perbedaan hasil belajar dengan kedua model tersebut penulis mencoba
melakukan penelitian di SMP N. 1 Sei Bamban. Sekolah ini dipilih karena
menurut informasi yang diperoleh, bahwa di sekolah tersebut belum pernah ada
penelitian model NHT dan STAD dengan pokok bahasan aritmetika sosial. Oleh
karena itu, untuk dapat melihat perbedaan hasil belajar untuk pokok bahasan
aritmetika sosial dengan kedua model tersebut, maka perlu dilakukan
Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) Dan Tipe Student Teams Achiement Division (STAD)
Pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial Di Kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban
T.A 2014/ 2015”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh siswa.
2. Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban masih
rendah berdasarkan hasil ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian
semester.
3. Siswa dalam pembelajaran masih bersifat individualistis ataupun interaksi
sesama siswa yang kurang
4. Siswa kelas VII SMP N. 1 Sei Bamban kesulitan dalam mempelajari
pelajaran matematika yang berbentuk soal cerita seperti Aritmetika Sosial
berdasarkan hasil wawancara dengan guru.
5. Model pembelajaran yang dilakukan di kelas kurang mendukung siswa untuk
aktif dalam mengungkapkan pendapat ataupun gagasan siswa.
1.3Batasan Masalah
Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan seeperti yang ada pada
identifikasi masalah, maka penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti
lebih terfokus. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar matematika siswa pada
9
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa
dengan menerapkan Kooperatif Tipe Numbered Head together (NHT) dan Tipe
Student Teams Achievement (STAD) pada pokok bahasan Aritmetika Sosial di
kelas SMP N. 1 Sei Bamban pada T.A 2014/2015?
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui
apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan Kooperatif Tipe
Numbered Head together (NHT) berbeda dari Tipe Student Teams Achievement
(STAD) pada pokok bahasan Aritmetika Sosial di kelas VII SMP N. 1 Sei
Bamban pada T.A 2014/2015.
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
khususnya pada pokok bahasan aritmetika sosial.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan pembelajaran
yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa yang akan
datang.
4. Bahan perbandingan bagi peneliti lain, yang memilih dan membahas
permasalahan yang sama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) pada pokok Aritmetika Sosial di kelas VII SMP N. 1 Sei
Bamban T.A. 2014/2015.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu
disampaikan antara lain:
1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya menerapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika khususnya pokok
bahasan Aritmetika Sosial.
2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif Tipe NHT dan STAD sebaiknya supaya bisa memaksimalkan
waktu sebaik mungkin dan persiapan yang matang agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
3. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif bekerjasama dalam diskusi
kelompok dan sebelum memulai pembelajaran siswa diharapkan untuk
mencari informai mengenai materi yang akan dipelajari.
4. Kepada peneliti lainnya diharapkan untuk meneliti hal yang sama pada
sekolah lainnya agar dapat dijadikan studi perbandingan dalam meningkatkan
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2012). Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta
Akhmad, Sudrajat, (2010) Defenisi Pendidikan (online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/defenisi-pendidikan-defenisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ (diakses 21 Januari 2015 12: 15)
Arief, Muhammad, (2014), Perbedaan Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Tipe NHT Pada Bangun Ruang Sisi Lengkung, FMIPA UNIMED, Medan
Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Asdi Mahasatya, Jakarta
Dian, dkk, (2012), Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Pokok Bahasan Segitiga Kelas VIIC Semester 2 SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012, (online), (http://repository.library.ukws.edu/.../2/T1_202008064_Full_Text.pdf, diakses 21 Januari 2015 14:13)
Hermino, Agustinus, (2013), Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan. Gramedia, Jakarta
Hidayati, (2011) Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Aljabar Dan Aritmatika Sosial Di Kelas 7C SMPN 1 Pringsurat Tahun Pelajaran 2008/2009. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, P.181, 185,(Online), (eprints.uny.ac.id/6924/1/P-15%20Pendidikan(Hidayati).pdf, diakses 21 Januari 2015 13:07)
http://www.cpps.or.id/content/survei-kualitas-pendidikan-anak-memasuki-tahap-endline/, diakses 21 Januari 2015 12: 14
Hudojo, Herman, (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang
Isjon, (2009), Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Mulyasana, Dedy, (2011), Pendidikan Bermutu dan Berdaya saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Medan
Ngalimun, (2013), Strategi dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Yogyakarta
Nuharini, Dewi dan Wahyuni, (2008), Matematika Konsep dan Aplikasi 1. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Setiawan, (2004), Aritmetika Sosial (Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika
SMP Jenjang Dasar) (online),
(http://p4tkmatematika.org/.../smp/Arsos.pdf, diakses 3 Februari 2015 15:17)
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta
Slavin, Robert E, (2005), Cooperative Learning. Teori Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung
Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung
Sugiono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Alfabeta, Bandung
Suprijono, Agus, (2009), Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta