• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH SMP DI KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH SMP DI KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN

INTELEKTUAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP

KINERJA KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI DAN

SWASTA DI KABUPATEN DELI SERDANG

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh : TAHAN SILABAN

8116132016

NIM.

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVESITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Tahan Silaban. NIM. 8116132016.Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Intelektual Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah SMP Di Kabupaten Deli Serdang.Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja Kepala sekolah; (2) pengaruh kemampan intelektual terhadap motivasi kerja kepala sekolah; (3)pengaruh budaya organisai terhadap kinerja kepala sekolah; (4) pengaruh kemampuan intelektual terhadap kinerja kepala sekolah, (5) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja kepala sekolah. Metode penelitian adalah Ex Post Facto yang bertujuan untuk memperoleh pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen penelitian. Subjek penelitian adalah seluruh Kepala Sekolah di SMP Kabupaten Deli Serdang. Dengan jumlah sampel sebanyak 149 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Metode penelitian analisis jalur yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan memperoleh informasi tentang penelitian. Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan: (1)terdapat pengaruh langsung budaya organisasi terhadap motivasi kerja Kepala sekolah dinyatakan dengan thitung ρ31> ttabel α=5% (6,031>1,655); (2) terdapat pengaruh

langsung kemampan intelektual terhadap motivasi kerja kepala sekolah dinyatakan dengan thitung ρ32 > ttabel α=5% (2,130>1,655); (3)terdapat pengaruh

langsung budaya organisai terhadap kinerja kepala sekolah dinyatakan dengan thitung ρ41> ttabel α=5%(4,320>1,655); (4) terdapat pengaruh langsung kemampuan

intelektual terhadap kinerja kepala sekolah dinyatakan dengan thitung ρ42> ttabel α=5%(2,039>1,655); dan (5) terdapat pengaruh langsung motivasi kerja terhadap

kinerja kepala sekolah dinyatakan dengan thitung ρ43> ttabel α=5% (4,091>1,655). Hasil

(6)

ABSTRACT

Tahan Silaban. NIM. 8116132016. Effect of Organizational Culture, Intellectual Ability and Work Motivation to Performance Junior High School Principal in Deli Serdang. Graduate Program, State University of Medan in 2014.

This study aimed to determine: (1) the effect organizational culture to work motivation; (2) the effect intellectual ability to work motivation; (3) the effect organizational culture to principal performance; (4) the effect intellectual ability to principal performance; (5) the effect work motivation to principal performance.The research method is Ex Post Facto aimed to obtain the effect of exogenous variables on endogenous variables of research. Subjects were principal Public Junior High Schools in Deli Serdang with a total sample of 149 people. Sampling is done by random sampling. Path analysis research method is aimed to test the hypothesis and to obtain information about the study. Based on hypothesis testing can be concluded: (1)there is effect organizational culture to work motivationby tcount ρ31> ttabel α=5%(6,031 >1,655); (2) there is effect

intellectual ability to work motivation by tcount ρ32 > ttabel α=5% (2,130>1,655); (3)

there is effect organizational culture to principal performance by tcount ρ41> ttabel α=5%(4,320>1,655); (4) there is intellectual ability to principal performance by

tcountρ42> ttabel α=5%(2,039 >1,655); and (5) there is work motivation to principal

performance by tcount ρ43> ttabel α=5%(4,091>1,655). The results of the research

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi,

Kemampuan Intelektual dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Kepala Sekolah

SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Deli Serdang”.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak lain baik moril maupun materiil, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu semua bantuan dan dorongannya yang telah diberikan menjadi amal

ibadah dan mendapatkan rahmatNya.

Rasa terimakasih terutama kepada Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang

sebagai pembimbing I, dan kepada Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi pada penulis.

Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan kepada narasumber dalam

penulisan ini yakni : Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd, M.Si; Prof. Dr. Sri Milfayetty,

MS; Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd; Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd.

Dan tak lupa pula terimakasih penulis ucapkan kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, serta semua staf yang telah

memberikan fasilitas belajar selama penulis mengikuti perkuliahan di

(8)

3. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Administrasi Pendidikan yang

telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis.

4. Ayahanda Alm. St. Salmen Silaban, Ibunda Morhan Lumbantoruan, dan

Istri tercinta Moklina Siregar, serta Anak-anak yang penulis sayangi Eka

Julianty Silaban, Dwiki Silaban dan Devani Citra Silaban yang senantiasa

memberikan perhatian, kasih saying, motivasi, doa dan dukungan baik

moril maupun materiil sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahan hingga

sampai pada penyelesaian kuliah penulis.

5. Rekan-rekan seperjuangan khususnya Mahasiswa/i Program Pascasarjana

Prodi Administrasi Pendidikan Kelas B Tahun 2011.

6. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam

kesempatan ini yang telah banyak memberikan motivasi maupun

kontribusi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau kelemahan dari tesis

ini, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran ataupun kritik yang

bersifat konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini. Akhir kata kiranya hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan kini dan yang

akan datang.

Medan, Juni 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teoretis ... 14

1. Kinerja Kepala Sekolah ... 14

a. Pengertian Kinerja ... 14

b. Teori Kinerja ... 21

c. Faktor-faktor Mempengaruhi Kinerja ... 23

d. Indikator Kinerja ... 25

d. Faktor Mempengaruhi Budaya Organisasi ... 46

e. Peran Budaya Organisasi di Sekolah ... 47

f. Penting Membangaun Budaya Organisasi di Sekolah ... 55

3. Kemampuan Intelektual ... 57

a. Defenisi Kemampuan ... 57

b. Komponen Kemampuan ... 59

c. Kemampuan Intelektual ... 61

d. Fungsi Kemampuan Intelektual dalam Meningkatkan Kinerja ... 64

4. Motivasi Kerja ... 66

a. Defenisi Motivasi ... 66

(10)

c. Kedudukan Motivasi dalam Meningkatkan Kinerja ... 78

d. Ciri Individu yang Memiliki Motivasi Kerja Tinggi ... 78

e. Faktor Mempengaruhi Motivasi Kerja ... 79

B. Penelitian Relevan ... 81

C. Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Intelektual dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah ... 83

1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja ... 83

2. Pengaruh Kemampuan Intelektual Terhadap Motivasi Kerja ... 83

3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah . 85 4. Pengaruh Kemampuan Intelektual Terhadap Kinerja Kepala Sekolah ... 86

5. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kepala Sekolah ... 87

D. Hipotesis Penelitian ... 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 90

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 90

B. Metode Penelitian... 90

C. Sumber Data ... 91

1. Populasi ... 91

2. Sampel ... 92

D. Definisi Operasional... 93

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 95

1. Penyusunan Instrumen ... 95

2. Skala Pengukuran ... 97

F. Uji Coba Instrumen ... 98

G. Teknik Analisis Data ... 101

H. Hipotesis Statistik ... 107

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 108

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 108

B. Uji Kecendrungan Variabel Penelitian ... 114

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 118

D. Uji Korelasi antar Variabel ... 123

E. Deskripsi Penelitian ... 126

F. Pengujian Kesesuain Model ... 128

G. Temuan Penelitian ... 129

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 131

I. Keterbatasan Penelitian ... 137

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Dimensi Kinerja ... 7

Gambar 2.1 Model MARS ... 15

Gambar 2.2 Komponen Kinerja Individu ... 19

Gambar 2.3 Proses MotivasiIsi ... 69

Gambar 2.4 Prose Motivasi ... 70

Gambar 2.5 Faktor Mempengaruhi Motivasi ... 71

Gambar 2.6 Perluasan Diagram Situasi Motivasi ... 72

Gambar 2.7 Model Kebutuhan Hirarki Maslow ... 73

Gambar 2.8 Teori Model Dua Faktor Motivasi ... 76

Gambar 2.9 Empat Variabel Kinerja ... 77

Gambar 2.10 Paradigma Penelitian ... 87

Gambar 4.1 Histogram Skor Variabel Kinerja KepalaSekolah ... 109

Gambar 4.2 Histogram Skor Variabel Budaya Organisasi ... 111

Gambar 4.3 Histogram Skor Variabel Kemampuan Intelektual ... 112

Gambar 4.4 Histogram Skor Variabel Motivasi Kerja ... 113

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis Nilai dan Perilaku Dasarnya Menurut Spranger ... 48

Tabel 2.2 Fokus Teori Motivasi ... 60

Tabel 3.1 Jumlah populasi Kepala Sekolah ... 91

Tabel 3.2 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi ... 91

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Kepala Sekolah ... 96

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi ... 96

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Intelektual ... 97

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja ... 97

Tabel 3.7 Interprestasi Koefisien Korelasi nilai r ... 100

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Skor Variabel Penelitia ... 108

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kinerja Kepala Sekolah ... 109

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Budaya Organisasi ... 110

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kemampuan Intelektual ... 111

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Kerja ... 113

Tabel 4.6 Tingkat Kecenderungan Variabel Kinerja Kepala Sekolah ... 114

Tabel 4.7 Tingkat Kecenderungan Budaya Organisasi ... 115

Tabel 4.8 Tingkat Kecenderungan Kemampuan Intelektual ... 115

Tabel 4.9 Tingkat Kecenderungan Motivasi Kerja ... 116

Tabel 4.10 Ringkasan Uji Normalitas ... 116

Tabel 4.11 Ringkasan ANAVA Persamaan Uji Linieritas X4 atas X1 ... 117

Tabel 4.12 Ringkasan ANAVA Persamaan Uji Linieritas X4 atas X2 ... 118

Tabel 4.13 Ringkasan ANAVA Persamaan Uji Linieritas X4 atas X3 ... 119

Tabel 4.14 Ringkasan ANAVA Persamaan Uji Linieritas X3 atas X1 ... 120

Tabel 4.15 Ringkasan ANAVA Persamaan Uji Linieritas X3 atas X2 ... 121

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran1 Instrumen Penelitian ... 156

Lampiran 2 Validitas Instrumen Penelitian ... 169

Lampiran 3 Uji Reliabilitas Angket ... 174

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 183

Lampiran 5 Perhitungan Statistik Dasar ... 187

Lampiran 6 Uji Kecendrungan ... 194

Lampiran 7,8 Uji Normalitas ... 198

Lampiran 9 Korelasi Antar Variabel ... 257

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu selalu menjadi harapan setiap bangsa, baik yang

diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Lembaga pendidikan

yang berbentuk sekolah didirikan untuk menyiapkan anak didik menjadi warga

negara yang baik untuk masa sekarang juga untuk masa yang akan datang. Sukses

tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah. Komponen

sekolah yang dimaksud adalah unsur-unsur yang terlibat baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran di sekolah seperti guru, siswa,

orangtua, kepala sekolah, pemerintah, fasilitas belajar dan faktor-faktor lainnya.

Namun dari sejumlah faktor tersebut di atas, kepala sekolah merupakan pihak yang

paling berperan dalam menentukan baik buruknya mutu pendidikan di sekolah,

karena kepala sekolah merupakan tokoh sentral dan memiliki peran yang sangat

strategis dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Secara operasional, kedudukan

kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi di sekolah menjadi sangat

penting dan menentukan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Berdasarkan Permendiknas No 13 Tahun 2007 mengenai standar kompetensi

(15)

Kepala Sekolah yakni, kompetensi kepribadian yang menyangkut integritas dan

kejujuran; kompetensi sosial yang mencakup hubungan antar manusia dan hubungan

baik dengan sesama; kompetensi manajerial yang terkait kemampuan Kepala

Sekolah dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah; kompetensi supervisi,

dan kompetensi kewirausahaan.

Kinerja kepala sekolah merupakan faktor yang signifikan dalam proses

pencapaian tujuan-tujuan pendidikan sekolah, sehingga apabila kinerja kepala

sekolah baik maka kemajuan sekolah yang diharapkan akan tercapai. Sebagai

pemimpin pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk berupaya keras mengelola

seluruh kegiatan di sekolah seefektif dan seefisien mungkin agar proses pendidikan

di sekolah sesuai dengan yang diharapkan. Kinerja kepala sekolah ditentukan oleh

berbagai faktor yang ada dalam diri maupun di luar dirinya. Wahjosumidjo

(2010:42) mengemukakan bahwa faktor dalam diri dapat meliputi sikap terhadap

pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, kemampuan, dan pengalaman, sedangkan faktor

di luar diri individu yang bersangkutan meliputi pengawasan, gaji, lingkungan kerja,

dan kepemimpinan. Menurut Elmore, Friesen & Jacobsen, Hattie, Leithwood, dan

Marzano (dalam Dharma,2010:52) peran kinerja kepala sekolah pada abad 21

lebih banyak berpatisipasi pada pembelajaran, yaitu 91%. Hal ini menunjukkan

bahwa kepala sekolah punya andil cukup besar dalam peningkatan mutu pendidikan

di sekolah. Dengan demikian meningkatkan kompetensi kinerja kepala sekolah

mutlak harus dilakukan.

Sehubungan dengan kinerja kepala SMP, Manullang (2013: 196) dalam

(16)

% yang memiliki kinerja dalam kategori tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 88,8 %

tidak termasuk kategori tinggi. Hal tersebut berarti bahwa secara umum kinerja

kepala SMP tersebut masih tergolong kurang baik. Temuan tersebut sejalan dengan

hasil penelitian Siburian (2011: 177) yang menemukan bahwa kinerja Kepala SMP

di Kabupaten Deli Serdang cenderung kurang baik. Secara teoretis, ada beberapa

faktor penyebab kinerja tidak sesuai dengan yang diharapkan, dan berbagai faktor

yang dapat terjadi sebagai akibat dari permasalahan kinerja. Castetter (1981: 23)

mengemukakan bahwa sumber utama yang menyebabkan kinerja tidak baik berasal

dari 1) Sumber individu itu sendiri, yaitu : (a) kelemahan intelektual, (b) kelemahan

psikologis, (c) demotivasi, (d) faktor personalitas, (e) keusangan/ketuaan, dan (f)

orientasi nilai ; 2) Sumber dari organisasi, yaitu : (a) sistem organisasi, (b) peranan

organisasi, (c) kelompok-kelompok dalam organisasi, (d) perilaku yang

berhubungan dengan pengawasan, (e) budaya organisasi ; 3) Sumber dari

lingkungan eksternal, yaitu : (a) keluarga, (b) kondisi ekonomi, (c) kondisi politik,

(d) kondisi hukum, (e) nilai-nilai sosial, (f) pasaran kerja, (g) perubahan teknologi,

(h) perkumpulan-perkumpulan.

Kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi pendidikan harus memililki

kredibilitas yang tinggi dan mempunyai strategi-strategi kepemimpinan tertentu hal

ini sesuai dengan Mulyasa, (2005:90) yang menerangkan bahwa untuk menjadi

kepala sekolah yang profesional dan memiliki kredibilitas yang tinggi maka

dibutuhkan strategi kepala sekolah yaitu : 1) Efektifitas proses pendidikan, 2)

Tumbuhnya kepemimpinan sekolah yang kuat, 3) Pengelola tenaga kependidikan

(17)

Kemandirian, 7) Partisipasi warga sekolah dan lingkungan masyarakat, 8)

Transparansi manajemen dalam wacana demokrasi pendidikan, 9) Kemampuan

untuk berubah, 10) Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, 11) Tanggap terhadap

kebutuhan, 12) Akuntabilitas.

Kepala sekolah sebagai salah satu komponen pada organisasi pendidikan

mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan,

mampu menciptakan kondisi kerja yang komunikatif, efektif, dan efesien dengan

menampilan performance yang unggul. Agar hai ini dapat tercapai, kepala sekolah

harus menguasai dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang terampil dalam

membentuk hubungan dengan orang lain. Kepala sekolah memainkan peran penting

dalam mewujudkan visi pendidikan nasional. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki

pengaruh signifikan terhadap kualitas praktik pengajaran dan pencapaian belajar

peserta didik (Bennett & Anderson,2003:30).

Proses peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah memerlukan kepala

sekolah, baik secara individu maupun kolaboratif untuk dapat melalukan sesuatu,

mengubah suatu kondisi agar pndidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas.

Menjadi kepala sekolah tanpa motivasi kerja akan cepat merasa jenuh karna tidak

adanya unsur pendorong. Motivasi merupakan pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan

(Malayu Hasibuan, 2006:141). Motivasi tercermin dalam sikap dasar, kebiasan

(18)

sederhana, berpikiran maju, disiplin, dan dapat bekerja sama dengan baik dalam

menyelesaikan pekerjaan.

Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang berkualitas. Kualitas

yang dimaksud adalah kepala sekolah yang mampu membawa dan memanfaatkan

semua potensi yang ada untuk kemajuan sekolah, serta kepala sekolah yang benar –

benar memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang cukup dan dapat

menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi di sekolah dengan baik. Kepala

sekolah yang dapat mengelola sumber daya pendidikan yang ada di lembaga

pendidikan tersebut benar – benar berfungsi dengan baik dalam rangka peningkatan

mutu pendidikan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan efektif harus memenuhi

beberapa karakteristik. Dalam hal ini Danim, (2006:65), menjelaskan tentang

bagaimana kualitas kepala sekolah yang seharusnya dipenuhi yaitu antara lain : 1)

Bawahan menginginkan agar kepala sekolah memiliki tujuan yang jelas dan

konsisten, dengan harapan tidak mudah terbawa kepada arus angin, melainkan

melaksanakan tugas sesuai harapan pemerintah dan kebutuhan sekolah baik

pengembangan kualitas maupun kuantitas, 2) Bawahan menginginkan kepala

sekolah membuat rencana yang baik dan dapat dijangkau oleh para guru dan anak

didik, 3) Bawahan menginginkan kepala sekolah secara terus menerus

menginformasikan kemajuan sekolah kepada semua warga sekolah, 4) Bawahan

menghendaki agar kepala sekolah memperlakukan mereka sebagai pendidik dan

bukan robot yang sesuka hati memerintah mereka, 5) Bawahan berharap kepala

(19)

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan

kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang perpengaruh

dalam meningkatkan kinerja guru.

Sekolah sebagai sebuah organisasi, manajemennya dipimpin oleh seorang

kepala sekolah. Faktor kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan upaya

peningkatan motivasi kerja guru. Pada umumnya, kepala sekolah di Indonesia belum

dapat dikatakan sebagai manajer profesional. Hal ini disinyalir pula oleh laporan

Bank Dunia bahwa salah satu penyebab makin menurunnya mutu pendidikan di

persekolahan di Indonesia adalah kurang profesionalnya peran kepala sekolah (E.

Mulyasa, 2003: 42).

Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan berdampak

positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah. Agar

motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah maka perlu diketahui

faktor – faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor - faktor it

meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal

yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan,

bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain – lain serta faktor dari luar individu

yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan

(Wahjosumidjo, 2001: 42).

Dalam kajian teori Robbins, (2001:218) untuk menganalisi dimensi kinerja

(20)

Gambar: 1.1 Demensi Kinerja, Robbins (2001:218)

Terlihat pada teori perilaku organisasi di atas bahwa kinerja (performance)

merupakan fungsi dari interaksi antara kemampuan, motivasi, dan kesempatan,

Secara matematik dapat dituliskan persamaannya, yaitu: kinerja = f (A x M x O).

Persamaan ini menggambarkan bahwa peformance merupakan fungsi dari Ability

(kemampuan), Motivation (motivasi) dan Opportunity (kesempatan). Jadi, kinerja

seseorang ditentukan oleh kemampuan, motivasi, dan kesempatan yang

didapatkannya. Selain itu, Robbins dan Judge menjelaskan faktor yang

mempengaruhi kinerja sebagaimana dibuat pada Gambar 1.2.

.

Gambar 1. 2 Model Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja dan Kepuasan

Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. 2009. Organizational

Behaviour. New Jersey: Pearson Education, Inc. p. 608 Kemampuan

Motivasi Kesempatan

(21)

Berdasarkan Gambar 1.2 di atas dapat diketahui bahwa budaya organisasi

yang terdiri dari enam faktor, yaitu: inovasi dan pengambilan resiko, perhatian

terhadap detail, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, agresivitas, dan

stabilitas secara langsung mempengaruhi kepuasan dan kinerja. Sesuai Gambar 1. 2.

dapat diketahui, jika semakin kuat budaya organisasi, semakin tinggi kinerja dan

kepuasan. Dengan demikian, budaya organisasi merupakan suatu faktor yang secara

langsung mempengaruhi kinerja dan kepuasan.

Sehubungan dengan kinerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya,

kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah belum

optimal, sehingga persoalan kinerja kepala sekolah menjadi perhatian yang cukup

serius oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang. Keberhasilan sebuah sekolah

tentunya tidak lepas dari adanya peran kepala sekolah dalam upaya memajukan dan

mencapai keberhasilan sebuah sekolah, maka bagaimana kinerja kepala sekolah

dalam mengelola sumber daya yang dimiliki juga menarik untuk diteliti.

Hal lain dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis di SMPNegeri

dan Swasta di Kabupaten Deli Serdang dan hasil wawancara penulis dengan

guru-guru, pada November 2013 masih didapati Kepala Sekolah yang hadir di sekolah

lewat dari jam masuk sekolah. Kepala Sekolah sering tidak berada di tempat pada

waktu jam belajar berlangsung, dengan berbagai alasan atau keperluan antara lain; 1)

urusan ke Dinas Pendidikan, 2) menghadiri rapat-rapat, 3) apakah rapat intern dengan

yayasan,4) banyak tugas kuliah dikampus; dan 5) rapat bulanan yang diadakan oleh

Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau rapat yang berkaitan dengan organisasi

(22)

Di samping masalah tersebut kepala sekolah keluar untuk urusan atau tugas

lainnya. Rata-rata kepala sekolah tidak kembali lagi ke sekolah apabila sudah pergi

keluar, hal ini disebabkan karena jam belajar di sekolah yang sangat singkat. Jadi

kalau dihitung secara umum jam kerja kepala sekolah rata-rata berkisar tiga jam/hari.

Selain beberapa alasan di atas, ada lagi hal-hal yang menyebabkan kinerja kepala

sekolah belum sebagaimana yang diharapkan yaitu kepala sekolah memiliki urusan

urusan pribadi yang dilakukan pada saat jam belajar berlangsung seperti urusan

keluarga menghadiri pesta atau kemalangan atau sakit. Diasmping pada umumnya

kepala sekolah tidak masuk kelas. Padahal menurut peraturan kepala sekolah wajib

masuk kelas 6 jam/minggu. Hal ini menyebabkan kepala sekolah tidak melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya sebagai Kepala Sekolah seperti jarang atau bahkan

tidak melakukan kegitan supervisi kepada guru-guru. Kepala Sekolah tidak pernah

mengontrol waktu dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, tidak memeriksa

administrasi kelas guru dan memeriksa kehadiran anak didik yang pada akhirnya

juga selalu terlambat dalam mengirimkan laporan ke Dinas Pendidikan.

Memahami fenomena di atas bahwa kinerja kepala sekolah di SMPN

Kabupaten Deli Serdang ini dapat dilakukan eksplorasi terhadap beberapa variabel

yang dapat mempengaruhi kinerja kepala sekolah secara empiris dan konseptual,

sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, diduga variabel budaya organisasi,

kemampuan intelektual, dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja kepala

sekolah. Berdasarkan uraian di atas diajukan suatu penelitian yang

berjudul,“Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampan Intelektual dan Motivasi Kerja

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, sesuai dengan penjelasan

Castetter dan model teoretis yang menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi

kinerja, dapat diidentifikasi faktor-faktor tersebut yang bersumber dari diri individu,

organisasi, dan lingkungan eksternal. Sehubungan dengan itu diajukan identifikasi

masalah sebagai berikut: (1) Apakah ada pengaruh peluang kerja terhadap kinerja ?

(2) Apakah ada pengaruh kemampuan terhadap kinerja ? (3) Apakah ada pengaruh

bakat terhadap kinerja ? (4) Apakah ada pengaruh minat terhadap kinerja ? (5)

Apakah ada pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja ? (6) Apakah ada pengaruh

budaya organisasi terhadap motivasi kerja ? (7) Apakah ada pengaruh kemampuan

intelektual terhadap motivasi kerja ? (8) Apakah ada pengaruh budaya organisasi

terhadap kinerja ? (9) Apakah ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja ? (10)

Apakah ada pengaruh kemampuan intelektual terhadap kinerja ? (11) Apakah ada

pengaruh etika kerja terhadap kinerja ? (12) Apakah ada pengaruh struktur

organisasi terhadap kinerja ? (13) Apakah ada pengaruh pengambilan keputusan

terhadap kinerja ? (14) Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat berbagai masalah yang

berkaitan dengan kinerja kepala sekolah. Agar penelitian lebih fokus dan terarah,

maka penelitian ini hanya dibatasi pada faktor budaya organisasi, kemampuan

intelektual, motivasi kerja, dan kinerja kepala sekolah. Penelitian ini dibatasi hanya

(24)

D. Rumusan Masalah

Dilihat dari ruang lingkup di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja kepala

SMP di Kabupaten Deli Serdang?

2. Apakah terdapat pengaruh kemampan intelektual terhadap motivasi kerja

kepala SMP di Kabupaten Deli Serdang?

3. Apakah terdapat pengaruh budaya organisai terhadap kinerja kepala SMP di

Kabupaten Deli Serdang?

4. Apakah terdapat pengaruh kemampuan intelektual terhadap kinerja kepala

SMP di Kabupaten Deli Serdang?

5. Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja kepala SMP di

Kabupaten Deli Serdang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh lansung budaya organisasi terhadap motivasi

kerja kepala SMP di Kabupaten Deli Serdang?

2. Untuk mengetahui pengaruh lansung kemampan intelektual terhadap

motivasi kerja kepala SMP di Kabupaten Deli Serdang?

3. Untuk mengetahui pengaruh lansung budaya organisai terhadap kinerja

(25)

4. Untuk mengetahui pengaruh lansung kemampuan intelektual terhadap

kinerja kepala SMP di Kabupaten Deli Serdang?

5. Untuk mengetahui pengaruh lansung motivasi kerja terhadap kinerja kepala

SMP di Kabupaten Deli Serdang?

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Pengembangan khasanah ilmu Administrasi Pendidikan dalam bidang

manajemen pendidikan dan sumber daya manusia pada Program Studi

Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

b. Kajian penelitian ini diharapkan dapat menemukan faktor-faktor yang

mempengaruhi dengan kinerja kepala sekola, sehingga akhirnya

diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan pada dunia pendidikan,

khususnya pendidikan Deli Serdang dalam rangka meningkatkan kualitas

dan profesionalitas kepala sekolah.

c. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

ilmu pengetahuan tentang Pengaruh budaya organisasi, kemampuyan

intelektual dan motivasi kerja terhadap kinerja kepala sekolah.

d. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama

(26)

2. Secara Praktis

a. Bagi para guru, penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam rangka

meningkatkan motivasi kerja guru. Hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan acuan dalam memberikan masukan arah penerapan

kebijakan sekolah yang berkaitan dengan peningkatan motivasi kerja

guru. Sehingga secara otomatis dapat memajukan sekolah dan

pencapaian tujuan belajar-mengajar khususnya di SMP Deli Serdang.

b. Para penentu kebijakan, khususnya di jajaran Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Deli Serang, hasil penelitian ini dapat sebagai

masukan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah-sekolah negeri maupun swata.

c. Kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pegangan dan

masukan dalam pembinaan karir untuk meningkatkan mutu sekolah.

d. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi

peneliti, serta sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan diri terjun

(27)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka

dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja

kepala SMP di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berarti, jika budaya

organisasi yang dianut oleh kepala sekolah semakian kuat, maka motivasi

kerjanya akan semakin tinggi.

2. Kemampuan intelektual berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja

kepala SMP di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berarti, jika kemampuan

intelektual yang dimiliki kepala sekolah semakin baik, maka motivasi

kerjanya akan semakin tinggi.

3. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kinerja kepala SMP

di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berarti, jika budaya organisasi yang

dianut oleh kepala sekolah semakian kuat, maka kinerjanya akan

semakinbaik.

4. Kemampan intelektual berpengaruh langsung positif terhadap kinerja kepala

SMP di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berarti, jika kemampuan intelektual

yang dimiliki kepala sekolah semakin baik, maka kinerjanya akan semakin

(28)

5. Motivasi kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja kepala SMP di

Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berarti, jika motivasi kerja kepala sekolah

semakin tinggi, maka kinerjanya akan semakin baik.

B. Implikasi

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan budaya organisasi,

kemampuan intelektual dan motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja kepala

sekolah. Berdasarkan hal tersebut maka implikasi dari yang dapat diberikan

berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian diantaranya.

1. Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Guru Melalui Peningkatan Budaya Organisasi

Dengan diterimanya hipotesis pertama yakni budaya organisasi

berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja kepala sekolah, maka upaya

meningkatkan motivasi kerjakepala sekolah adalah dengan meningkatkan budaya

organisasi sekolah. Atas dasar temuan di atas, dikemukakan sejumlah implikasi

terkait dengan upaya peningkatan budaya organisasi.

Budaya organisasi kuat adalah budaya dimana nilai-nilai inti organisasi

dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi.

Ada dua faktor yang menentukan kekuatan budaya organisasi, yaitu kebersamaan

dan intensitas. Atas dasar itu maka perlu upaya bersama dalam menciptakan

budaya organisasi yang kuat. Budaya Organisasi Kuat memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, pedoman bertingkah

laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti,

(29)

orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif, nilai-nilai yang dianut organisasi tidak

hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku

sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan,

organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan

secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan, dijumpai

banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah, memiliki jaringan

kultural yang menampung cerita-cerita kehebatan para pahlawan.

Budaya organisasi ini diturunkan dari para pendiri organisasi dan

diteruskan oleh para penerusnya serta dipertahankan oleh seluruh anggota

organisasi, misalnya sebuah perusahaan terkenal dengan kecepatan pelayanan dan

paling berani mengambil resiko, karakter tersebut dipertahankan oleh seluruh

anggoota organisasi sehingga secara terus menerus tercipta dan berkembang serta

dimodifikasi sehingga dapat menuntun seluruh anggota organisasi.

Beberapa hal yang dapat dilakukan unsur manajemen puncak dalam

menciptakan budaya organisasi yang kuat dan baik, manajamen harus menjadi

model peran yang visible. Seluruh karyawan akan melihat dan memperhatikan

sikap dan perilaku unsure manajemen puncak, maka jadilah model yang baik agar

dapat dijadikan acuan oleh karyawan dalam menilai standar budaya yang baik

dalam perusahaan. Dengan berperilaku yang baik dalam membangun budaya

organisasi hal tersebut akan memberikan pesan yang baik dn positif kepada

seluruh karyawan, manajemen harus dapat mensosialisasikann harapan-harapan

yang etis. Ketidak pedulian terhadap etika dapat diminimalkan dengan

(30)

mengandung nilai-nilai utama organisasi dan berbagai aturan etis organisasi yang

akan dipatuhi oleh seluruh karyawan, manajemen harus mengadakan pelatihan,

seminar-seminar dan lokakarya-lokakarya dan program-program pelatihan etis

untuk memperkuat standar tuntutan organisasi, menjelaskan praktek-praktek yang

diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam organisasi dan cara menangani

dilema dan kendala-kendala etis yang mungkin akan terjadi dalam etika

organisasi, manajemen harus memberikan penghargaan dan hukuman secara tegas

kepada tindakan-tindakan yang etis dan tidak etis dari perilaku karyawan dalam

organisasi, manajemen harus memberikan dan membuat mekanisme perlindungan

secara formal kepada seluruh karyawan agar seluruh karyawan dapat memberikan

pendapat dan opininya akan hal-hal yang etis dan tidak etis, dapat berdiskusi akan

etika perusahaan dan tanpa rasa takut karayawan dapat melaporkan perilaku yang

tidak etis yang terjadi dalam lingkungan perusahaan.

2. Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Melalui Peningkatan Kemampuan Intelektual

Dengan diterimanya hipotesis kedua yakni kemampuan intelektual

berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja, maka upaya meningkatkan

motivasi kerja adalah dengan meningkatkan kemampuan intelektual. Atas dasar

temuan di atas, dikemukakan sejumlah implikasi terkait dengan upaya

kemampuan intelektual. Jabatan kepala sekolah merupakan salah satu jenis

jabatan kepemimpinan dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan pada umumnya dan sebagai penggungjawab secara

langsung terselenggaranya proses belajar dalam lingkungan sub sistem

(31)

melakukan berbagai inovasi (pembaharuan) yakni mengembangkan sekolah

sebagai Pusat Kebudayaan dan Ketahanan Sekolah. Hal ini penting, karena

sekolah harus ikut berkiprah dalam pembangunan bangsa dan negara; yakni

memperoses potensi yang dimiliki peserta didik berupa bakat, minat dan

kemampuan menjadi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tanggung

dalam upaya menjawab tantangan adanya kemajuan perkembvangan ilmu

pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan di

lingkungan masyarakat.

Seorang kepala sekolah harus memiliki semangat dan kemampuan

intelektual yang mumpuni, hal ini memncakuyp beberapa kriteria sebagai berikut:

(a) Memiliki kecerdasan yang relatif tinggi. (b) Sistimatis dalam berfikir. (c)

Kritis di dalam menganalisis setiap masalah. (d) Memiliki kemurnian atau

keaslian dalam berpendapat. (e) Kreatif dalam berencana dan berbuat. (f)

Memiliki sikap optimisme-paedagogis. (g) Memiliki pengetahuan yang

berhubungan dengan jabatannya, dan pengetahuan umuym yang relatif luas. (h)

Memiliki kegemaran dan lapangan minat yang relatif positif dan luas. (I)

Memiliki kemauan yang kuat dan semangat yang hangat di dalam menghadapi

setiap problem dan tugas-tugas jabatan.

3. Upaya Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah Melalui Peningkatan Budaya organisasi

Dengan diterimanya hipotesis ketiga yakni Budaya organisasiberpengaruh

langsung positif terhadap kinerja kepala sekolah, maka upaya meningkatkan

(32)

temuan di atas, dikemukakan sejumlah implikasi terkait dengan upaya

peningkatan budaya organisasi.

Sekolah merupakan sebuah organisasi, maka sekolah pun memiliki budaya

sekolah yang dapat diartikan sebagai nilai atau kebiasaaan yang mengikat

komponen-komponen yang ada di dalam sekolah yang terjadi melalui interaksi

satu sama lain dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah. Kualitas sekolah

dapat dibangun melalui dua strategi utama, yaitu strategi yang berfokus pada

dimensi struktural dan dimensi kultural. Penerapan strategi struktural sudah sering

dilakukan, namun hasilnya dipandang belum memuaskan.

Berbagai program seperti penataan manajemen sekolah, penambahasan

sarana sekolah, pelatihan guru dan kepala sekolah telah sering dilakukan, namun

hasilnya tidak banyak membawa perubahan terhadap kualitas sekolah secara

melejit.

Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh

para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi

lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang

dijunjung tinggi oleh organisasi.

Budaya sekolah memiliki pengaruh tinggi terhadap peningkatan prestasi

dan motivasi siswa, sikap dan motivasi kerja guru, dan produktifitas serta

kepuasan kerja guru. Namun demikian pengaruh budaya sekolah ini harus dilihat

sebagai bagian dari suatu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, sesuatu yang ada

pada budaya sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan dalam kaitan dengan

(33)

prestasi, komunitas sekolah yang tertib, pemahaman tujuan sekolah, ideologi

sekolah yang kuat, partisipasi orang tua siswa, kepemimpinan kepala sekolah, dan

hubungan akrab diantara guru. Dengan kata lain, pengaruh budaya sekolah

terhadap peningkatan prestasi sekolah meskipun sangat kuat tetapi tidaklah

bersifat langsung, melainkan melalui berbagai variabel, antara lain: semangat

kerja keras dan kemauan untuk berprestasi.

4. Upaya Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah Melalui Kemampuan Intelektual

Dengan diterimanya hipotesis keempat yakni motivasi kerja guru

berpengaruh langsung positif terhadap efektivitas kerja guru, maka upaya

meningkatkan efektivitas kerja guru adalah dengan meningkatkan motivasi kerja

guru. Atas dasar temuan di atas, dikemukakan sejumlah implikasi terkait dengan

upaya peningkatan motivasi kerja guru.

Kepala sekolah yang efektif memiliki beragam kemampuan yang

memadai. Salah satunya yakni kemampuan intelektual (intellectual capabilities).

Kemampuan intelektual berkaitan dengan kemampuan berpikir, melakukan

penilaian rasional dan pengambilan keputusan secara bijak. Kemampuan ini

mendasari peran utama kepala sekolah sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan

dan pencapaian misi pendidikan. Oleh karena itu, karakteristik pertama dari

kemampuan intelektual adalah memahami dan mempengaruhi agenda stratejik

serta memahani perubahan baik dari lingkup lokal, nasional maupun internasional.

. Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seseorang menunjukkan tingkat

(34)

permasalahan selama bekerja, lebih cepat mengembangkan kemampuan diri dan

akhirnya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Sehingga dengan

kemampuan intelektualnya seorang guru akan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Kemampuan intelektual secara umum memprediksikan performansi kerja

sesuai dengan jabatan dan kondisi pekerjaannya. Kemampuan intelektual terutama

memprediksikan kemampuan belajar dan penguasaan pengetahuan pekerjaan.

Persyaratan pengetahuan pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan cenderung

dibutuhkan keduanya, tetapi tidak semua pengetahuan pekerjaan atau tugas

pekerjaan sama sulit atau kompleksnya. Beberapa literatur menunjukkan bahwa

validilitas kemampuan umum atau intelegensi dalam memprediksikan performansi

kerja dijembatani oleh kompleksitas pekerjaan.

5. Upaya Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah Melalui Motivasi Kerja Dengan diterimanya hipotesis kelima yakni motivasi kerja berpengaruh

langsung positif terhadap kinerja kepala sekolah, maka upaya meningkatkan

kinerja kepala sekolah adalah dengan meningkatkan motivasi kerja. Atas dasar

temuan di atas, dikemukakan sejumlah implikasi terkait dengan upaya

peningkatan motivasi kerja Kepala sekolah.

Kepala sekolah berperan penting dalam meningkatkan motivasi kerja guru.

Hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab kepala sekolah sebagai seorang

pimpinan lembaga pendidikan. Keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan

(35)

adalah dapat mempengaruhi dan menggerakkan guru untuk ikut berpartisipasi

dalam setiap kegiatan sekolah guna mewujudkan visi dan misi sekolah. Motivasi

merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang pribadi yang mendorongnya

untuk melakukan tindakan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan-kebutuhan pribadi, 2) Tujuan dan persepsi

orang atau kelompok yang bersangkutan, dan 3) Dengan cara apa kebutuhan dan

tujuan tersebut direalisasikan.

Kepala sekolah yang mempunyai motivasi kerja tinggi akan terdorong untuk

berusaha dengan berbagai cara guna mencapai prestasi kerja yang tinggi. Jika

menghadapi kesulitan di dalam pekerjaanya akan berusaha keras untuk

mengatasinya baik melalui sendiri, berdiskusi dengan teman, bertanya kepada

orang lain yang dipandang menguasainya. Sebaliknya bagi kepala sekolah yang

rendah motivasi kerjanya, maka semangat bersaing dan bekerja keras

dimungkinkan tidak akan muncul, karena mereka lebih senang menyerah kepada

nasib atau bersifat untung-untungan.

Rendahnya motivasi kerja juga menyebabkan kurangnya semangat dan

kegigihan dalam bekerja. Kepala sekolah yang kuat pengharapannya untuk sukses

akan bekerja lebih giat jika dibandingkan dengan guru yang hanya mencoba

menghindari kegagalan. Pengharapan untuk sukses akan mendorong mereka untuk

mencapai nilai yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan guru yang hanya

sekedar mengugurkan kewajibannya. Kepala sekolah yang mempunyai motivasi

untuk bekerja cenderung untuk melalukan tindakan akademis yang bermakna dan

(36)

diharapkan. Secara konseptual motivasi berkaitan erat dengan prestasi. Dengan

kata lain, bekerja yang dilandasi dengan motivasi yang kuat diharapkan mampu

menghasilkan prestasi yang lebih baik dari pada kepala sekolah yang memiliki

motivasi kerja yang rendah.

C. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan implikasi, dalam rangka

meningkatkan kinerja kepala SMP dan faktor yang mempengaruhinya diajukan

saran kepada pihak terkait.

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang.

Sesuai dengan amanat Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang program

penguatan kemampuan kepala sekolah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli

Serdang dapat memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan latihan bagi kepala

SMP untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan mensosialisasikan aturan

yang dapat dianut kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerjanya.Selain

itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang dapat melakukan

peningkatan usaha berupa pemberian penghargaan dan promosi bagi kepala SMP

berprestasi, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerjanya, dan selanjutnya akan

dapat meningkatkan kinerjanya.

2. Pengawas Sekolah

Sesuai dengan tugas pengawas membantu kepala sekolah untuk

meningkatkan kinerja, maka pengawas perlu memberikan penghargaan berupa

(37)

kolaboratif yang dapat menunjang budaya organisasi guna meningkatkan kinerja

kepala SMP mewujudkan pencapaian tujuan SMP secara efektif dan efisien.

3. Peneliti

Bagi peneliti, penelitian kinerja ini perlu ditindaklanjuti dengan

melibatkan variabel eksogenus lainnya di luar variabel budaya organisasi,

kemampuan intelektual, dan motivasi kerja yang diduga memiliki pengaruh

dominan terhadap kinerja, sehingga didapatkan model kinerja yang efektif

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. Ruky,2001. Sistem Manajemen Kinerja. Jakrata: Gramedia

A.M. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Anastasia, A dan Urbina,S, 2001. Tes Psikologi, Edisi Bahasa Indonesia Jakarta: PT.Prenhalindo

_________________________, 2004,Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan., Bandung: Remaja Rosdakarya.

AnoragaPanji dan Suyati Sri, 2005,Perilaku Keorganisasian,Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Arnold, Hugh J dan Danield C. Feldman, 1986. Individual In Organizational. New York: McGraw Hill.

Arikunto,Suharsini .2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta

________________. 1998. Manajemen Penelitian. Cet. 4. Jakarta: Rineka Cipta.

Armstrong Michael, 1999,Manajemen Sumber Daya Manusia; Judul Asli: A Handbook of Human Resources Management, Terjemahan Sofyan Cikrat dan Haryanto. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Arni Muhammad. 2006. Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara.

As’ad. Moh. 2004. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Beach Lee Roy, 1993. Making The Right Decision Organizational Culture, Vision and Planing. New Jersey: Pretince Hall.

Barnes. D, Bliss. PJ. Gould. BW, and Valentine. HR. Water and Wastewater Engineering System, Logman Scientific and Technical, 1995

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit BPFE, Yogyakarta:Universitas GajahMada.

(39)

Buyung. A. Syafei, 2007, Evaluasi Kinerja,Palembang:Program Pascasarjana Universitas BinaDarmaCipta.

Castetter, William B., 1981. The Personnel Function in Educational Administration

New York : Mc Millan Publishing.

Colquitt, LePine, & Wesson, 2009. Organizational Behavior. Harper and Row : New York.

Chung, Kae. E & Megginson, Leon. C. 1981, Organisasi Bihavior; DevelopmentManagerial, New York, Hopper, Publishar.

Dharma, Surya. 2010, Manajemen Kinerja, Penerbit: Pustaka Pelajar, Jakarta.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen.

Edgar H Schein,. “Organizational Culture & Leadership”.

(http://www.tnellen.com/ted/tc/schein.html) MIT Sloan Management Review.

Yuliana, Eka. 2006. Pengaruh Kemampuan Intelektual dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Diklat Produktif Produktif Penjualan di SMK Bisnis dan Manajemen Kabupaten Kebumen. Skripsi Tidak Diterbitkan. Semarang. Universitas Negeri Semarang

Gibson, James L., John M. Ivancevich & James H, Donelly,. 1994, Organizational Behavior Structure Process, Boston Richard D Irwin, Inc.

______________________, 1996,Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses, Jakarta: Bumi Aksara.

______________________, 2006. Organisation, (Djarkasih, Terjemahan) Jakarta: Erlangga.

Gie, The Liang, 1999, Efisiensi Kerja bagi Pembangunan Negara : Suatu Bunga Rampai Bacaan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Goleman, D. 2001. Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta:

GramediaPustaka Utama.

(40)

Handoko, Hani T, 2004, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.

Hersey, Paul dan Ken Blanchard. 1996. Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan Sumberdaya Manusia, Cetakan Ketiga, Alih Bahasa Agus Dharma, Erlangga, Jakarta.

Hofstede, 2005. Cultures and Organizations:Software of the mind. New York: McGraw Hill.

Ilyas, Yaslis, 2002.Kinerja:Teori,Penilaia, danPenelitian,Pusat Kajian EkonomiKesehatan Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Indrawijaya, Ibrahim Adam, 2003. Perilaku Organisasi, Cetakan Pertama, Bandung: SinarBaru.

Joan Gaustad. “School Discipline” (http://eric.uoregon.edu/publications/ digests/digest078.html ). ERIC Digest 78. December 1992

Kreitner Robert & KinickiAngelo, 2001,Organizationl Behavior, (New york:Irwin Mc Graw-Hill, Int. Edition.

Kusnendi. 2008. Model-model Persamaan Struktural. Satu dan Multigroup Sampel dengan Lisrel.Bandung: Alfabeta.

Kuncel, N.R, Hezlett, S.A dan Ones D.S, 2004. Academic Peformance, Career Potential. Creativity Job Performance Can One Construct Predict Them All.

Journal Of Personalit and Social Pc Cholog. Vol. 86.

Larry Lashway.

“EthicalLeadership”.(http://eric.uoregon.edu/publications/digests/digest107.ht ml ). ERIC Digest. Number 106. June 1996.

Luthans, Fred. 2006.Perilaku Organisasi.Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Vivin A.Y, Shekar Purwanti. Yogyakarta: Andi

(41)

Locke, E.A., Latham, G.P., 1991. A Theory of Goal Setting and Task Performance. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja. Bandung : Refika Aditama

Manullang, Martua. 2013. Pengaruh Pengetahuan Organisasi, Motivasi Berprestasi, Pengambilan Keputusan dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Studi Pada SMP Kota Medan). Disertasi. PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

McClelland, D. C, 1985. Human motivation. Glenview, IL: Scott, Foresman.

Moh. Surya .1995. Nilai-Nilai Kehidupan (makalah) . Kuningan : PGRI PD II Kuningan h. 3-8

Mulyasa, 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Munandar, M. 2001. Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja Pengawasan Kerja.Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Munzert, Alfrend W. 2000. Tes IQ. Jakarta: Ketindo.

Ndraha Talizuduhu, 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Newstrom &Davis, 1997, Organizational Behavior: Human Behavior at Work, (New York: Mc. Graw-Hill Companies, Inc.

Newstrom, John W. 2007. Organizational behavior . 12edition. Mc Graw Hill.

Nurtanio, I., Astuti, E.H., Purnama, I.K.E., Hariadi, and M., Purnomo, M.H.2013,

“Classifying Cyst and Tumor Lesion Using Support Vector Machinebased on Dental Panoramic Images Texture Features”, International Journalof Computer Science (IJCS), Vol. 40, Issue 1, hal. 29-37

Pidarta Made. 2008. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PTRemaka Rosdakarya Offset.

(42)

Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Riduwan, Kuncoro, A.E. 2008. Cara Menggunakan dan Meamakai Analisis jalur.

Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi (edisi 12). Jakarta: Salemba Empat.

________________________________,2009Organizational Behavior, 13 Th Edition, ( USA: Pearson International Edition), Prentice Hall.

______________. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat

_________________. 2006. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa: Hadiana Pudja Atmaka. Jakarta: Prehalindo.

___________________2009. Perilaku Organisasi. Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jakarta: Prehalindo.

Sagala, Saiful. (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta : Alfabeta.

Schermerhorn, J. R.,John Willey & Sons, 1996, Management. Inc, New York

Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

_________________.1992. Organisasi Kepemimpinan dan perilaku Administrasi,

Jakarta:Gunung Agung.

(43)

Sinamo, 2002. Budaya Kerja Kemampuan dan Komitmen Pegawai Negeri Sipil Di Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. www.damandiri.or.id

Sinamo, Jansen H. 2002, Etos Kerja 21 Etos Kerja Profesional di Era Global. Jakarta: Institut Darma Mahardika.

Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Soelaiman, Sukmalana. 2007. Manajemen Kinerja : Langkah Efektif untukMembangun, Mengendalikan danEvaluasi Kerja. Cetakan Kedua,Jakarta : Intermedia PersonaliaUtama.

Sitepu, Nirwana S. K., 1994. Analisis Jalur. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Spencer, L.M and Spencer, S.M. 1993, Competence at Work, John Wiley & Sons, Inc., Toronto.

Stephen Stolp.“Leadershipfor School

Culture”.(http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ ed370198.html).

ERIC Digest, Number 91. Tahun 1994 .

Sudjana, 1989. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan kuantitatif, kualitattif, dan R & D. Cet 7. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D

Bandung: Alfabeta.

Sukarman Purba, 2010, Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Laksbang: Yogyakarta.

Sumadi Suryabrata. 1990. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali.

Sutopo. 1999. Administrasi, Manajemen dan Organisasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

(44)

Usman Husaini, Manajemen:2009 Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahjosumidjo. 2010, Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta. Ghalia Grafindo

Winardi, J. 2007. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta:Grafindo Persada.

W.GriffinRicky and Ronald J. Ebert, 2004,Business : Seventh Edition, (New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Waridin dan Masrukhin, 2006, “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Bidaya Organisasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai”, Ekobis, Vol.7, No.2.

Yousef. D.A. 2000.”Organizational Commitment: A Mediator of Relationship of Leadership Behavior With Job Satisfaction and Performance in a Non – Western Country”. Journal of Managerial Psychology. Vol. 15.1.

Yuwalliatin, 2006, “Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi dan Komitmen Terhadap Kinerja Serta Pengaruhnya Terhadap Keunggulan Kompetitif

Gambar

Gambar 1. 2  Model Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja dan Kepuasan      .Sumber: Stephen P

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Pakan sangat penting dalam usaha peternakan. Sekitar 60-70% biaya usaha diserap oleh pakan ternak. Untuk menjamin kelangsungan usaha, ketersediaan pakan yang cukup dengan

Prevalensi infestasi tungau terhadap cicak C. mutilata pada enam lokasi penangkapan di Kabupaten Cianjur disajikan pada Tabel 2. Berdasar jumlah total masing-masing

(2) Partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial pada struktur organisasi desentralisasi dan sebaliknya akan menurunkan kinerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi labu kuning dan daun suji yang ditambahkan pada cake, maka semakin tinggi pula kadar proteinnya

Edy Marwanto : Supervisi Kompetensi Akademik (Studi Situs SD Negeri 5 Masaran). Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan penelitian ini adalah ingin menjabarkan

No.KK No.KK No.KK No.KK NIK NIK NIK NIK NAMA NAMA NAMA NAMA TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR UMUR UMUR

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menggambar ragam hias pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 2 Mojolaban Sukoharjo tahun