ASPEK KEBAHASAAN
ARTIKEL ILMIAH
PENGANTAR
Kualitas artikel ilmiah ditentukan oleh tiga hal,
yaitu (a) isi, (b) sistematika, dan (c) bahasa
Kadar keilmuan (isi) menjadi penentu kualitas
sebuah artikel
Sistematika penulisan yang runtut dan konsisten
mempermudah pembaca memahami isi teks
Kadar keilmuan (isi) yang telah ditata dalam
sistemati-ka tertentu harus diungkapkan melalui bahasa yang baik
Bahasa menjadi media pengungkapan gagasan
PRINSIP BAHASA ILMIAH
Bahasa artikel ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam ilmiah
Prinsip bahasa tulis ilmiah, yaitu:
1. Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
2. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna
3. Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap
4. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren)
5. Hubungan antargagasan jelas, runtut, dan sistematis
6. Ditulis dalam format esai atau pemaparan (ekspo-sitoris), bukan numerik
Pentingnya Format Esai
Bertujuan menjaga kelancaran pembacaan
dan men-jamin keutuhan ide yang ingin disampaikan
Pembaca memperoleh kesan seoalah-olah
berkomuni-kasi langsung dengan penulis
Pembaca aktif berdialog dengan penulis
Dalam hal tertentu format enumeratif dapat
diguna-kan bila benar-benar fungsional dalam menyatakan urutan atau tahapan
Format esai tetap dapat digunakan
CIRI RAGAM BAHASA
TULIS ILMIAH
Logis
Lugas
Jelas
Bertolak dari
gagasan
Formal
Objektif
Ciri 1: Logis
Bersifat logis artinya bahasa ilmiah mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
Bahasa yang logis mampu membentuk
pernyataan dengan tepat dan saksama sehingga gagasan dapat sampai kepada pembaca secara utuh
Kalimat-kalimat yang digunakan
mencerminkan ketelitian dan objektivitas
Unsur-unsur kalimat identik dengan proposisi
logika
Jika ada dua buah gagasan yang memiliki
Contoh:
(1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini
dikha-watirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh
budaya barat tang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa.
(2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya
barat yang masuk ke Indonesia.
Ciri 2: Lugas
Bahasa tulis ilmiah menggunakan kata dan
kalimat yang bermakna lugas dan
menghindari makna ambigu (taksa makna)
Paparan yang lugas dapat mengurangi
kesalahpaham-an dan kesalahan penafsiran
Penulisan bernada sastra perlu dihindari
Contoh: Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah
sebagian anak-anak mempunyai tugas yang
Ciri 3: Jelas
Kejelasan gagasan mudah dipahami apabila
hubungan antargagasan disajikan dengan jelas.
Ketidakjelasan gagasan umumnya dikarenakan
peng-gunaan kalimat yang panjang dan idenya bertumpuk-tumpuk
(1) Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran
Pendididkan Moral Pancasila yang merupakan mata pelajaran penting strategis karena langsung
menyangkut tentang moral Pancasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata
Perbaikan
(2) Penanaman moral di sekolah sebenarnya
merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah. Penanaman moral di sekolah
dilaksanakan melalui mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena
langusng menyangkut moral Pancasila. Di samping itu, penanaman moral Pan casila
Ciri 4: Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah berorientasi pada gagasan,
sehingga pe-nonjolan diarahkan pada gagasan bukan pada penulis
Kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku
harus dihindari dengan menyajikan bentuk kalimat pasif
Orientasi pelaku bukan penulis yang tidak
berorien-tasi pada gagasan juga perlu dihindari
Paparan yang melibatkan pembaca dalam
Contoh:
(1) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa dalam menumbuhkan dan membina anak berbakat
sangat penting.
(2) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan
keluarga sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.
Ciri 5: Formal
Bahasa dalam komunikasi ilmiah bersifat formalTingkat koformalan bahasa dapat dilihat pada aspek
kosa kata, bentukan kata, pilihan istilah, dan tatanan kalimat
Artikel ilmiah termasuk kategori paparan yang
bersifat teknis, sehingga kosa katanya cenderung ke arah kosa kata ilmiah teknis
Bentukan kata formal adalah bentukan kata lengkap
dan utuh sesuai pedoman pembentukan kata BI
Keformalan kalimat ditandai: (a) kelengkapan unsur
Kata Formal Kata Informal
berkata bilang membuat bikin hanya cuma
bagi buat
memberi kasih
Kata Ilmiah Teknis Kata Ilmiah Populer
anarki kekacauan, kekerasan antipati rasa benci
Bentuk kata formal Bentukan kata
(1) Menurut Valenda (2004) menyatakan bahwa milenium …
Valendika (2004) menyatakan bahwa milenium ….
(2) Berbagai temuan baru berhasil diungkapkan dalam penelitian ini…
Ciri 6: Objektif
Sifat objektif bahasa ilmiah ditunjukkan
dengan penggunaan kata-kata objektif
Kata-kata objektif ditandai dengan makna
kata yang bersifat terukur dan bukan
kata-kata modalitas (penyangatan: antusias sekali,
sangat meningkat)
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrem
dapat menampilkan kesan subjektif dan emosional
Contoh kata subjektif: betapa, kiranya, harus,
Contoh kurang baik
1) Contoh-contoh itu telah membuktikan
betapa besarnya peran orang tua …. 2) Dari paparan tersebut kiranya dapat
disimpulkan …
3) Abstrak artikel harus ditulis dalam satu paragraf.
4) Penelitian pasti diawali adanya masalah. 5) Melalui model pembelajaran ini siswa
Ciri 7: Ringkas dan Padat
Ciri ringkas direalisasikan dengan tidak
adanya unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan
Ciri padat menunjuk pada kandungan
gagasan yang diungkapkan
Jika gagasan-gagasan sudah dapat
diungkapkan dengan bahasa yang efisien, ciri kepadatan dapat terpenuhi
Keringkasan dan kepadatan juga ditandai
1) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warga negara Indonesia
2) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap
bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan. Artinya,
pelaksanaan proyek itu sudah benar dan sudah
mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.
Ciri 8: Konsisten
Konsistensi ditampakkan pada penggunaan
prinsip secara konsisten
Pengklasifikasian dan pembagian silang
akibat peng-gunaan dua prinsip yang berbeda harus dihindari
Penerapan prinsip konsistensi juga mencakup
penerapan kaidah bahasa
Kesalahan penerapan kaidah bahasa akan
Konsisten
1) Pertimbangan memilih jodoh, yaitu (a) keturunan, (b) ketaqwaan, (c) keberadaban, dan (d) kondisi fisik
2) Penyusunan instrumen meliputi (a) penentuan
spesifikasi kemampuan, (b) penentuan kisi-kisi, (c)
penentuan jenis instrumen, (d) penyusunan instrumen, (e) pengujicobaaan, dan (f) perbaikan instrumen.
Tidak konsisten
3) Pertimbangan memilih jodoh, yaitu (a) keturunan, (b) Jawa, (c) Agama, dan (d) sabar
4) Penyusunan instrumen meliputi (a) penentuan
spesifikasi kemampuan, (b) menentukan kisi-kisi, (c)
ASPEK BAHASA
ARTIKEL ILMIAH
Pemilihan Kata
Penataan Kalimat
Pengembangan
paragraf
Kaidah pengejaan
PEMILIHAN KATA
Pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai seorang
pembi-cara atau penulis
Fungsi kata melambangkan gagasan, baik pelambangan
yang bersifat denotatif, konotatif, maupun figuratif
Dalam sifatnya yang denotatif, hubungan antara kata
dan hal yang dirujuk bersifat langsung dan satu berbanding satu.
Dalam sifatnya yang konotatif, hubungan antara makna
dan acuan berkenaan dengan nilai rasa.
Dalam sifatnya yang figuratif, suatu kata dipakai untuk
Adanya potensi konotatif yang terkandung
dalam kata-kata tertentu menyebabkan
seorang penulis tidak dapat menggunakan kata secara serampangan dalam berbagai situasi.
Dalam kaitan inilah pentingnya pilihan kata. Apalagi terdapat pula sejumlah kata yang
Pilihan kata pada hakikatnya merupakan salah
satu unsur kebahasaan yang membentuk gaya, di samping struktur kalimat
Tulisan yang baik juga memerlukan pilihan kata
yang cermat dan tepat. Suatu
Suatu pilihan kata dinyatakan tepat apabila
kata itu mengungkapkan maksud penulis dengan secermat-cermatnya.
Pilihan tersebut menunjukkan jangkauan makna
dengan batas-batas yang jelas, sehingga
Prinsip Pemilihan Kata
Kekhasan, makin khas suatu kata, makin
cermat dan tepat maknanya, dan sebaliknya
makin umum coraknya, makin samar maknanya
Kekonkretan, kata yang konkret cenderung
lebih cermat daripada kata yang abstrak
Keringkasan, penggunaan kata tunggal atau
bentuk ringkas sebagai pengganti ungkapan yang berunsur dua atau lebih dapat juga
Idiomatik, yakni ungkapan khas dalam
bahasa yang penjabaran maknanya tidak
dapat dilakukan secara langsung dari makna unsur-unsurnya
Ekonomis, pemakaian penjelas/ pembatas
yang berlebihan hendaknya dihindari karena dapat mengurangi kekuatan dan kecermatan pilihan kata
Kebaruan, ungkapan yang sudah terlalu
sering digunakan yang menandai bahwa
Kecermatan Pemilihan Kata
1) membedakan secara cermat makna kata yang denotatif dan konotatif
2) menghindarkan penggunaan kelompok kata yang panjang jika ada padanan yang pendek/singkat
3) menghindarkan pemakaian kata-kata klise
4) menghindarkan pemakaian kata-kata yang abstrak
5) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
PENATAAN KALIMAT
Hakikat kalimat adalah satuan pikiran atau
perasaan yang dinyatakan melalui susunan subjek dan predikat secara logis.
Tata kalimat merupakan seperangkat kaidah
yang mendeskripsikan pemakaian kalimat.
Dalam sebuah tulisan (karangan), kalimat
merupakan satuan yang terkecil.
Secara umum, fungsi kalimat untuk
menjelaskan pikiran dan perasaan penulis.
Jenis kalimat dapat dibeda-bedakan atau
Dalam bahasa Indonesia terdapat enam pola
dasar kalimat.
Pola-pola ini harus dikuasai oleh penulis agar
tulisannya terpelihara, terutama sekali dalam kaitannya dengan pengembangan gagasan
(1) KB1 + KB2 (Ani + guru) (2) KB + KS (Ani + cantik)
(3) KB + KK (Ani + mengajar)
(4) KB1 + KK + KB2 (Ani + menulis + puisi)
(5) KB1 + KK + KB2 + KB3 (Ani + membelikan + saya + celana)
Menurut fungsinya, terdapat dua jenis kalimat
yang sering dipakai dalam menulis karangan, yakni kalimat deklaratif dan kalimat interogatif.
Kalimat deklaratif memiliki frekuensi
pemakaian tertinggi dalam karangan ilmiah.
Kalimat deklaratif “menyatakan” sesuatu
dengan lengkap pada waktu penulis
menyampaikan informasi kepada sidang pembaca.
Kalimat interogatif dalam suatu karangan
Kalimat yang secara gramatikal sudah baik
belum tentu memuaskan jika
dipertimbangkan dari sudut retorik.
Untuk itu, unsur kalimat harus dikendalikan
dan dikelompokkan; kata-kata harus dipilih secara tepat dan ditata, sehingga
menunjukkan keserasian.
Tujuannya ialah agar kalimat itu benar-benar
efektif.
Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat
digolong-kan menjadi kalimat yang berbangun induk-anak, kalimat yang
Keefektifan Kalimat
Keefektifan kalimat diukur dari sudut
pandangan banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai tujuan komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan
menarik perhatian pembaca karena: 1) keutuhan,
Keutuhan
:Kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan kesatuan logika yang jalin-menjalin.
Kesatuan struktur diperoleh melalui pemakaian subjek dan predikat.
Jika salah satu di antaranya tidak ada, kita berhadapan dengan penggalan yang bukan kalimat.
Kesatuan logika akan nyata jika unsur kalimatnya jelas bertalian.
Pertautan
Pertautan dalam kalimat berkenaan dengan masalah pertalian di antara unsur-unsurnya. Pertalian itu dapat dijelaskan melalui tepat tidaknya penataan kata, frase, dan suku
kalimat.
Pertautan itu akan lebih nyata jika (1) pemakaian kata ganti diperhatikan; (2)
gagasan yang sejajar dituangkan ke dalam bangun yang sejajar; dan (3) jika sudut
Penegasan
Penegasan ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat yang terpenting. Penegasan dapat dicapai melalui pengubahan urutan kata yang lazim, dengan pengulangan,
dengan pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan menggunakan pungtuasi khusus.
Prinsip ekonomi
Prinsip ekonomi dalam pemakaian kalimat berarti penghematan dalam hal pemakaian kata.
Artinya, kata-kata yang tidak perlu, yang hanya
Variasi bentuk kalimat
Kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk kalimat yang
berurutan.
Cara membuat variasi kalimat yaitu:
1) pemakaian berbagai jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan bentuk retorik;
2) pemakaian kalimat yang panjangnya berbeda-beda;
KEEFEKTIFAN PARAGRAF
Secara visual paragraf ditandi dengan
ditulis mulai baris baru dengan sistem
menjorok, lurus, atau campuran
Dilihat dari segi makna, paragraf
merupakan satuan informasi yang memiliki
ide pokok sebagai dasarnya
Paragraf adalah bagian karangan yang
berpotensi terdiri dari beberapa kalimat
yang berkaitan secara utuh dan
Unsur Paragraf
:
1.
kalimat topik atau kalimat
utama
2.
kalimat pengembang atau
kalimat penjelas
3.
kalimat penegas
Syarat Paragraf
yang Baik
1.
Kesatuan (kohesi),
2.
Keselarasan (koherensi),
dan
3.
Kelengkapan
Kesatuan (Kohesi)
Tiap paragraf hanya mengandung satu
pikiran pokok.
Fungsi paragraf adalah mengembangkan
pikiran pokok tersebut.
Keselarasan (Koherensi)
Paragraf bukanlah kumpulan kalimat
yang masing-masing berdiri sendiri
atau lepas, melainkan bangunan
beberapa kalimat yang memiliki
hubungan timbal balik dan mendukung
satu pokok pikiran tertentu
Ada hubungan yang serasi antara
Pembangun Koherensi
Paragraf
:
1.
Unsur kebahasaan : repetisi
atau pengulangan, kata ganti
yang berupa deiksis, dan kata
transisi yang berupa ungkapan
penghubung
Kelengkapan
(Pengembangan)
1.
Paragraf dikatakan lengkap
apabila ter-dapat kalimat-kalimat
pengembang/ penjelas secara
lengkap untuk menun-jang pikiran
pokoknya
2.
Paragraf dinyatakan tidak lengkap
jika pikiran pokoknya belum
dikembangkan ke dalam
kalimat-kalimat penjelas atau pikiran
PENGEJAAN (
EYD
)
Bahasa Indonesia telah memiliki kaidah
penulisan (ejaan) yang telah dibakukan
Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
Aturan EYD berlaku pula dalam penulisan
hal-hal yang bersifat formal, termasuk dalam hal penulisan artikel ilmiah
Kecermatan dan kerapian pengejaan dapat
Cakupan EYD
1) Penggunaan huruf, meliputi: huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan
2) Penggunaan huruf kapital dan huruf miring
3) Penulisan kata, meliputi: kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim
4) Penulisan angka dan lambang bilangan
5) Penulisan unsur serapan
6) Pemakaian tanda baca, mencakup: tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku,