• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

46

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ini sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan sebagai Rumah Sakit rujukan Kota Banjarmasin, Batola, dan Wilayah sekitarnya serta mengingat bahwa telah ditetapkannya Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B.

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum, Rumah Sakit juga memberikan pelayanan kesehatan seperti Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Askes PNS (Askes Sosial), Program Jamsostek maupun Asuransi Sosial lainnya. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, sebagai rumah sakit kelas B, juga menyelenggarakan praktek belajar lapangan bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum maupun Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Poltekes Banjarbaru, Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan Negeri maupun Swasta.

Penelitian ini dilakukan di Ruang Bayi yang letaknya hanya bersebelahan dengan ruangan VK bersalin. Bayi yang baru saja dilahirkan di Ruang VK baik normal maupun mengalami gangguan akan mendapatkan perawatan diruangan tersebut.

(2)

4.1.2 Sumber Daya Manusia

Ketenagaan yang ada di Ruang Bayi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin.

Tabel 4.1.2 Ketenagaan berdasarkan jenjang pendidikan di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

No Jenis Tenaga Jumlah

1 S1 Keperawatan 3

2 D3 Keperawatan 14

3 D3 Kebidanan 2

4 D4 Kebidanan 1

Jumlah 20

4.1.3 Tenaga Dokter Spesialis

Dokter spesialis yang ada di rumah sakit umum daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

Tabel 4.1.3 Dokter spesialis berdasarkan jenis spesialis di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh tahun 2016.

No Klasifikasi Spesialis Jumlah Tenaga Jumlah PNS Non PNS 1 Obsgyn (Kandungan) 2 0 2 2 Penyakit Dalam 3 0 3 3 Bedah 3 0 3 4 Bedah Orthopaqedi 1 0 1 5 Bedah Plastik 1 0 1 6 Anak 2 1 3 7 Anestesi 1 1 2 8 Radiologi 2 0 2 9 Patologi Klinik 2 0 2

(3)

10 Rehab Medik 2 0 2

11 Phatologi Anatomi 0 0 0

12 T H T 1 0 1

13 Syaraf 1 0 1

14 Kulit & Kelamin 1 0 1

15 Paru-Paru 1 0 1 16 Janntung 0 0 0 17 Mata 3 0 3 18 Kesehatan Jiwa 0 1 1 19 Urologi 0 0 0 20 Bedah Syaraf 0 0 0 Jumlah 26 3 29

Sumber Data: RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh. 2016

4.1.4 Sarana Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Secara umum sarana ruangan terdiri dari:

a. Fasilitas Ruangan.

Fasilitas Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin disediakan berupa 5 alat Inkubator, 1 alat Infant Warmer, 1 alat bantu pernafasan C-PAP dan 13 tempat tidur bayi.

b. Kapasitas Ruangan

Ruangan dibagi menjadi tiga, ruangan sebelah kanan dari pintu masuk digunakan sebagai tempat bayi baru lahir yang didalamnya terdapat tempat tidur bayi, ruangan tengah khusus untuk bayi sehat dan tempat ibu menyusui, ruangan sebelah kiri sebagai tempat bayi sakit dan memerlukan penanganan intensif.

(4)

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Kehamilan

Tabel 4.2.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur kehamilan di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

Tabel 4.2.1 menunjukkan sebagian besar ibu memiliki umur kehamilan cukup bulan sebanyak 183 (72,6%) orang.

4.2.2 Berat Bayi Lahir

Tabel 4.2.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berat bayi lahir di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

T

abel 4.2.2 menunjukkan berat bayi lahir normal lebih tinggi dari pada berat bayi rendah dan lebih yaitu sebanyak 171 (67,9%).

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini terdiri dari jenis persalinan, umur ibu, paritas, dan asfiksia.

No Umur Kehamilan n %

1 Kurang bulan 66 26,2

2 Cukup bulan 183 72,6

3 Lebih bulan 33 1,2

Jumlah 252 100

No Berat Bayi Lahir n %

1 BBLR 79 31,3

2 BBLN 171 67,9

3 BBLL 2 0,8

(5)

4.3.1 Jenis Persalinan

Tabel 4.3.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis persalinan ibu di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

Berdasarkan Tabel 4.3.1 Jenis persalinan yang paling banyak dialami oleh ibu saat melahirkan adalah secsio caesar sebanyak 171 (67,9%).

4.3.2 Umur Ibu

Tabel 4.3.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur ibu di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

No Umur Ibu n %

1 Aman 176 69,8

2 Tidak Aman 76 30,2

Jumlah 252 100

Berdasarkan tabel 4.3.2 umur aman yang paling banyak didapatkan saat persalinan yaitu 176 (69,8%).

4.3.3 Paritas

Tabel 4.3.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Paritas pada di Ruang bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

No Jenis Persalinan n %

1 Normal 67 26,5

2 Secsio Caesar 171 67,9

3 Persalinan dengan bantuan

alat: vacum, forcep ekstrasi 14 5,6

Jumlah 252 100

No Paritas n %

1 Aman 115 45,6

2 Tidak Aman 137 54,4

(6)

Berdasarkan Tabel 4.3.3 paritas tidak aman yang paling banyak dimiliki yaitu 137 (54,4%).

4.3.4 Asfiksia

Tabel 4.3.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016. No Asfiksia n % 1 Berat 67 26,6 2 Sedang 166 65,9 3 Ringan 19 7,5 Jumlah 252 100

Berdasarkan Tabel 4.3.4 Kejadian asfiksia dengan kategori sedang paling banyak terjadi yaitu 166 (65,9%).

4.4 Analisis Bivariat

4.4.1 Hubungan Jenis Persalinan dengan Asfiksia

Tabel 4.4.1 Hubungan jenis persalinan dengan asfiksia di Ruang Bayi RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

Tabel 4.4.1 menunjukan sebagian ibu melahirkan dengan persalinan normal sebanyak 35 orang (52,2%) bayi mengalami asfiksia berat, asfiksia sedang 25 orang (37,3%), dan asfiksia ringan 7 orang (10,4%). Persalinan secsio caesar sebanyak 27 orang (15,8%) bayi mengalami

Jenis Persalinan

Asfiksia Total

Berat Sedang Ringan

n % n % n % n %

Normal 35 52,2 25 37,3 7 10,4 67 100 Secsio Caesar 27 15,8 132 77,2 12 7,0 171 100 Dengan Bantuan 5 35,7 9 64,3 0 0,0 14 100 Jumlah 67 26,6 166 65,9 19 7,5 252 100

(7)

asfiksia berat, 132 orang (77,2%) bayi mengalami asfiksia sedang, dan asfiksia ringan 12 orang (7,0%) bayi normal. Persalinan dengan bantuan alat di dapatkan sebanyak 5 orang (35,7%) dengan bayi mengalami asfiksia berat, 9 orang (64,3%) asfiksia sedang.

Hasil uji Chi-Squere didapatkan p=0,000 <α=0,05 artinya H1 diterima dan H0 ditolak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis persalinan dengan asfiksia.

4.4.2 Hubungan Umur Ibu Dengan Asfiksia

Tabel 4.4.2 Hubungan umur ibu dengan asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

Tabel 4.4.2 menunjukan umur aman ibu didapatkan bayi asfiksia berat sebanyak 44 (25,0%) orang, asfiksia sedang 155 orang (65,3%), dan asfiksia 17 orang (9,7%). Umur ibu tidak aman didapatkan bayi mengalami asfiksia berat sebanyak 23 orang (30,3%), asfikia sedang 51 orang (67,1%), asfiksia ringan 2 orang (2,6%).

Hasil uji Chi-Squere didapatkan p=0,132 >α=0,05 artinya H1 ditolak dan H0 diterima, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan asfiksia.

Umur Ibu

Asfiksia

Total Berat Sedang Ringan

n % N % n % n %

Aman 44 25,0 155 65,3 17 9,7 176 100

Tidak Aman 23 30,3 51 67,1 2 2,6 76 100

Jumlah 67 26,6 166 65,9 19 7,5 252 100

(8)

4.4.3 Hubungan Paritas dengan asfiksia

Tabel 4.4.3 Hubungan umur ibu dengan asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch.Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2016.

Tabel 4.4.3 menunjukan paritas aman yang didapatkan bayi asfksia berat sebanyak 21 orang (18,3%), asfiksia sedang 76 orang (66,1%), dan asfiksia ringan 18 orang (15,7%). Paritas tidak aman didapatkan bayi 46 orang (33,6%) dengan asfiksia berat, asfiksia sedang 90 orang (35,7%), asfiksia ringan berjumlah 1 orang (0,7%).

Hasil uji Chi-Squere didapatkan p=0,000 <α=0,05 artinya H1 diterima dan H0 ditolak, terdapat hubungan yang bermakna antara pritas ibu dengan asfiksia.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pembahasan Univariat

4.5.1.1 Jenis persalinan ibu di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Hasil penelitian pada tabel 4.3.1 menunjukan jenis persalinan yang paling banyak dialami oleh ibu saat melahirkan adalah secsio caesar sebanyak 171 orang (67,9%), sedangkan dengan persalinan normal 67 orang (26,5%), dan persalinan dengan bantuan 14 orang (5,6%).

Paritas

Asfiksia Total

Berat Sedang Ringan

n % N % n % n %

Aman 21 18,3 76 66,1 18 15,7 115 100

Tidak aman 46 33,6 90 65,7 1 0,7 137 100

Jumlah 67 26,6 166 65,9 19 7,5 252 100

(9)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tahir et al, (2012) yang meneliti tentang risiko faktor persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum dirumah sakit umum daerah sawerigading kota palopo tahun 2012. Hasil penelitiannya menunjukan melahirkan dengan tindakan sebesar 57,7% dan 42,3% ibu yang melahirkan secara normal. Hal ini disebabkan anyaknya indikasi yang mengakibatkan seorang ibu harus melakukan persalinan tindakan, seperti PEB, partus lama, letang lintang, letak sungsang, KPD dll. Dari hasil tabulasi silang antara KPD dan jenis persalinan didapatkan bahwa dari 69 ibu yang mengalami KPD 72,5% diantaranya melakukan persalinan dengan tindakan. Dan dari 109 ibu yang melakukan persalinan tindakan 64,2% diantaranya adalah dengan seksio sesarea.

Persalinan seksio sesaria merupakan suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500gr. Melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Prawirohardjo, 2007). Tindakan operasi sesar ini hanya dilakukan jika terjadi kemacetan pada persalinan atau jika ada masalah pada proses persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin. Keadaan yang memerlukan persalinan caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir tertutup plasenta (plasenta previa totalis), persalinan macet, ibu mengalami hipertensi (preeklamsia), bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta terjadi pendarahan sebelum proses persalinan.

Hasil penelitian menunjukan sebanyak 171 orang (67,9%) melahirkan dengan secsio caesar, banyaknya jumlah ibu bersalin dengan secsio caesar tersebut dilakukan atas indikasi persalinan seperti persalinan lama, pecah ketuban, bayi

(10)

sungsang dan ibu dengan preeklamsia. Ditentukannya jenis persalinan dapat dilihat melalui penilai yang dilakukan oleh bidan. Ibu dengan persalinan yang lama akan menyebabkan kelelahan dan sulit mengejan menyebabkan bayi tertahan terlalu lama, hal tersebut dapat mengancam keselamatan ibu dan menyebabkan bayi yang mengalami asfiksia atau bahkan kematian. Kelebihan dari operasi ini resiko kegagalan dalam persalinan yang rendah, proses persalinan yang relatif singkat, tidak perlu melewati masa mengejan sehingga tidak mengalami kelemahan dan tidak ada peregangan otot panggul dan vagina sehingga inisiasi menyusui dini dapat dilakukan dengan mudah.

4.5.1.2 Umur ibu bersalin di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3.2 menunjukkan sebagian besar umur ibu bersalin di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin berjumlah 176 (69,8%) orang dengan umur aman dan sisanya dengan umur tidak aman sebanyak 76 (30,2%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma dan Armah yang meneliti tentang analisis faktor risiko kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Pada penelitian ini, hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 104 bayi baru lahir yang menderita asfiksia, sebanyak 36 kasus (34,61%) berdasarkan umur ibu risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) merupakan

(11)

penyebab asfiksia, dan 68 kasus (65,39%) merupakan risiko rendah (20-35 tahun).

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif,sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan,serta pemberian ASI. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kehamilan diusia muda atau remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan diusia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinan serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil (Prawirohardjo, 2012).

Hasil penelitian ini menunjukan 176 (69,8%) orang dengan umur aman lebih banyak dibandingkan ibu dengan umur tidak aman sebanyak 76 (30,2%). Banyaknya persalinan pada umur aman bisa jadi karena umur kehamilan yang sudah cukup bulan, ibu yang sudah mulai mengalami kontraksi akan memasuki kala I sampai dengan pembukaan lengkap dan berlanjut ke kala II. Lamanya proses ini tergantung pada jumlah paritas yang dimiliki ibu, 1 jam untuk primigravida atau multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primipara atau 1 jam bagi multipara, dianggap sudah abnormal. Ibu dengan paritas 1 cenderung mengalami

(12)

kekakuan serviks dan paritas >3 akan mengalami kemunduran berupa penurunan elastisitas organ-organ reproduksi, memanjangnya durasi persalinan, lalu pecahnya ketuban dapat terminum oleh bayi yang dapat menyebabkan asfiksia.

4.5.1.3 Paritas ibu di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3.3 menunjukan ibu dengan paritas tidak aman yang paling banyak dimiliki yaitu 137 orang (54,4%) dan paritas aman berjumlah 115 orang (45,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herianto et al (2012-2013) yang meneliti tentang faktor Faktor yang memengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Medan Tahun 2007 –2012. Berdasarkan paritas ibu diketahui bahwa ibu dengan paritas nullipara dan grandemultipara sebesar 66,7% pada kelompok kasus dan sebesar 36,5% pada kelompok kontrol.

Paritas adalah jumlah yang pernah dialami oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati.paritas persalinan 2-3 kali merupakan paritas resiko rendah sedangkan paritas persalinan 1 atau >3 kali adalah paritas resiko tinggi yang mempunyai angka kematian yang tinggi. Resiko pada paritas tinggi lebih dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana (Sarwono, 1999 dalam Yuni, 2015).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan

(13)

terganggunya transport O2 dari ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR Score menit pertama setelah lahir (Manuba, 2010).

Sebanyak 137 orang (54,4%) ibu memiliki paritas tidak aman, hal ini menunjukan paritas 1 dan >3 merupakan paritas tidak aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot dan cervik yang kaku dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga kekuatan mendesak tidak optimal dan memperpanjang proses persalinan.

4.5.1.4 Asfiksia pada bayi dalam buku register ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

Berdasarkan Tabel 4.3.4 Kejadian asfiksia dengan kategori sedang paling banyak terjadi yaitu 166 (65,9%), asfiksia berat sebanyak 67 (26,6%), asfiksia ringan/normal berjumlah 19 (7,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gerungan et al (2014), yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado jumlah asfiksia neonatorum yang terbanyak adalah asfiksia sedang sebanyak 162 responden (74,31 %) sementara asfiksia berat 56 responden (25,69 %).

(14)

Asfiksia sangat berpengaruh pada bayi karena asfiksia juga berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Prawiroharjo, 2012). Menurut Maryunani A dan Nurhayati (2009), Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar data bayi pada ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin mengalami asfiksia sedang yaitu sebanyak 166 orang (65,9%). Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu umur ibu bersalin, umur kehamilan, jenis persalinan, paritas, dan berat bayi lahir. Pada penelitian ini faktor yang paling menonjol adalah paritas tidak aman mencapai angka kejadian sebanyak 137 orang (54,4%) dan persalinan dengan secsio caesar sebanyak 171 orang (67,9%) dari sampel sebanyak 252. Paritas tidak aman dapat menyebabkan asfiksia pada anak pertama (primipara) dan anak lebih dari tiga (grandemultipara), faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh ketidak siapan ibu dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas oleh ibu pada anak pertama. Sedangkan anak lebih dari tiga dapat dipengaruhi oleh kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga kekuatan mendesak tidak optimal dan memperpanjang proses persalinan.

(15)

4.5.2 Pembahasan Bivariat

4.5.2.1 Hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017.

Hasil analisis tabel 4.4.1 menunjukan H1 diterima dan H0 ditolak, terdapat hubungan yang bermakna antara jenis persalinan dengan asfiksia dengan nilai p=0,000 <α=0,05.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaiful & Khudzaifah (2016), dari hasil penelitiannya diperoleh asfiksia sedang dengan persalinan secsio caesar lebih tinggi sehingga dinyatakan memiliki pengaruh terhadap asfiksia (Spearman’s Rho ρ=0.014 r=0,419).

Penyebab terjadinya asfiksia karena adanya persalinan dengan tindakan, dimana digunakan alat dan adanya penggunaan obat bius dalam operasi. Salah satu faktor penyebab terjadinya asfiksia adalah perdarahan intracranial yang menyebabkan terganggunya proses sirkulasi oksigen ke otak (Prawirohardjo, 2009). Menurut hasil penelitian Sitepu (2011) jenis persalinan dengan tindakan mempunyai risiko 5,471 kali lebih besar terhadap kejadian asfiksia neonatorum dibandingkan dengan persalinan normal.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksi diruang Bayi RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Setiap persalinan mempunyai risiko baik pada ibu maupun janin, berupa kesakitan sampai pada risiko kematian. Apabila ibu maupun

(16)

janin dalam kondisi yang menyebabkan terjadinya penyulit persalinan maka untuk segera menyelamatkan keduanya, perlu segera dilakukan persalinan dengan tindakan, yaitu persalinan pervaginam dengan suatu tindakan alat bantu tertentu, seperti dengan forsep, ekstraksi vakum, atau tindakan perabdominal yaitu secsio caesarea.

Umur kehamilan dan berat bayi dapat menjadi pertimbangan untuk ditentukannya jenis persalinan, semakin berat bayi biasanya semakin besar tubuhnya namun tidak diimbangi dengan besar panggul ibu maka jenis persalinan akan dipilih untuk mempermudah proses melahirkan. Persalinan lama dan ketuban pecah dini juga salah satu alasan diambilnya jenis persalinan namun ada sebagian ibu yang melahirkan meminta jenis persalinannya sendiri tanpa indikasi. Bayi dengan persalinan sectio caesar cenderung mengalami asfiksia ini dikarenakan anestesi pada sectio caesar dapat mempengaruhi aliran darah dengan mengubah tekanan perfusi atau resistensi vaskuler baik secara langsung maupun tidak langsung.

4.5.2.2 Hubungan antara umur ibu dengan asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017.

Hasil analisis tabel 4.4.2 menunjukan H1 ditolak dan H0 diterima, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan asfiksia p=0,132 >α=0,05.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rochwati (2015) dari hasil penelitiannya diperoleh (p =0,00 < α 0,05) sehingga Ha diterima, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara usia pada ibu bersalin dengan

(17)

kejadian asfiksia bayi baru lahir, dengan OR 2,671 yang berarti usia ibu bersalin resiko tinggi berpontensi melahirkan bayi dengan asfiksia.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa umur ibu tidak memiliki hubungan dengan kejadian asfiksia, hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Herawati (2013) yang meneliti tentang faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir dirumah sakit umum daerah Kabupaten Rokan Hulu. Hasil penelitiannya menunjukan nilai p value = 0,34. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa p value > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum.

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 155 orang ibu (65,3%) yang melahirkan pada usia aman bayinya mengalami asfiksia sedang dan sebanyak 44 orang ibu (25%) yang melahirkan pada usia aman bayinya mengalami asfiksia berat, hal ini dapat terjadi karena umur bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi asfiksia dan kemungkinan sebagian besar ibu sudah memahami tentang usia reproduksi sehat pada usia 20-35 tahun sehingga sudah sedikit ibu yang melahirkan usia dibawah 20 dan lebih dari 35 tahun. Asfiksia pada bayi baru lahir bisa saja terjadi pada ibu usia normal, hal itu disebabkan karena ibu dengan usia normal memiliki masalah pada jenis persalinan atau faktor paritas yang rendah maupun tinggi.

Jenis persalinan ibu dapat mempengaruhi kejadian asfiksia pada bayi diantaranya adalah secsio caesar. Menurut fanny (2015) Proses kelahiran dengan sectio caesarea memicu pengeluaran hormon stress pada ibu yang menjadi kunci

(18)

pematangan paru-paru bayi yang terisi air. Tekanan yang agak besar seiring dengan ditimbulkan oleh kompresi dada pada kelahiran pervaginam dan diperkirakan bahwa cairan paru-paru yang didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional. Jadi, pada bayi yang lahir dengan sectio caesarea mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit didalam parunya selama enam jam pertama setelah lahir. Kompresi toraks yang menyertai kelahiran pervaginam dan ekspansi yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor penyokong pada inisiasi respirasi.

4.5.2.3 Hubungan antara paritas ibu dengan asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017.

Hasil analisis tabel 4.4.3 menunjukan H1 diterima dan H0 ditolak, terdapat hubungan yang bermakna antara pritas ibu dengan asfiksia p=0,000 <α=0,05.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliawati et all (2016) yang meneliti tentang hubungan riwayat hipertensi dan paritas dengan asfiksia neonatorum pada ibu bersalin preeklampsia berat. Hasil dari penelitian paritas terdapat hubungan yang positif dan secara statistik signifikan antara paritas dengan risiko untuk melahirkan bayi dengan asfiksia (OR = 3.43; CI 95% = 1.08 hingga 10.88; p = 0.036).

Paritas persalinan 2-3 kali merupakan paritas resiko rendah sedangkan paritas persalinan 1 atau >3 kali adalah paritas resiko tinggi yang mempunyai angka kematian yang tinggi. Resiko pada paritas tinggi lebih dapat dikurangi atau dicegah

(19)

dengan keluarga berencana (sarwono, 1999 dalam Natalia Erlina Yuni, 2015). Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya transport O2 dari ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR Score menit pertama setelah lahir (Manuba, 2010).

Paritas 1 dan ≥4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi, ibu belum siap secara medis maupun secara mental. Kekakuan otot atau serviks yang kaku memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan pada primipara (anak pertama). Kehamilan grandemultipara (paritas tinggi) menyebabkan kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali direngangkan saat kehamilan terjadi. Sehingga cenderung untuk timbul kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut kendor kekenyalan sudah kurang sehingga dapat memperpanjang proses persalinan.

Asfiksia juga dapat dipengaruhi oleh paritas yang tinggi, paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya transport O2 dari ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR Score menit pertama setelah lahir (Manuba, 2010).

(20)

4.6 Kendala Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki kenadala atau kesulitan antara lain :

4.6.1 Penelitian ini bersumber dari data sekunder dan tidak semua data tersebut lengkap sehingga peneliti harus memilih data sesuai dengan kriteria sampel yang dilihat dari variabel yaitu jenis persalinan, umur ibu, paritas dan asfiksia di Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.

4.7 Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan

4.7.1 Sebagai bahan informasi untuk ibu hamil tentang pencegahan dan penanggulangan dampak dari jenis persalinan, umur ibu, paritas dengan kejadian asfiksia sehingga angka kejadian asfiksia dan kematian pada bayi dapat diminimalkan.

4.6.2 Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya juga peneliti lain yang memperoleh informasi tentang jenis persalinan, umur ibu, paritas dan asfiksia.

Gambar

Tabel 4.1.2 Ketenagaan berdasarkan jenjang pendidikan di Ruang Bayi  RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tabel 4.2.1 Distribusi  frekuensi  responden  berdasarkan  umur  kehamilan  di  Ruang  Bayi  RSUD  Dr
Tabel 4.3.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis persalinan  ibu  di  Ruang  Bayi  RSUD  Dr
Tabel 4.4.1  Hubungan jenis persalinan dengan asfiksia di Ruang Bayi  RSUD.  Dr.  H.  Moch
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh biaya kualitas terhadap laba bersih di PT PINDAD (Persero ) di Divisi Tempa dan Cor dalam kurun waktu tahun 2002 sampai dengan 2009 adalah sebesar 78%, artinya

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Oleh karena itu, dengan mengedepankan kualitas layanan yang prima (service excellent), mall diharapkan dapat memenuhi harapan pengunjungnya sehingga terciptalah kepuasan

Dengan demikian asumsi yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah pentingnya makna mataraga dan tolopena yang menjadi simbol komunikasi budaya pada proses ritual

Upaya penyelesaian dalam perjanjian kerjasama jika terjadi sengketa dari penelitian yang telah dilakukan menerangkan bahwa dalam pasal 18 pada perjanjian tersebut telah diatur

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan

Berbagai kebijakan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Jawa Tengah,antara lain