• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandan-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergatungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. Menurut Sarwono batasan usia remaja adalah 10-19 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).

Remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 – 18 tahun (WHO, 2012).

Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, social, dan fisik, usia dimana individu mulai berhubungan dengan

(2)

masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadikan lebih mandiri. Masa remaja adalah masa yang terpenting dalam perjalanan kehidupan manusia (Kusmiran, 2011).

Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke arah kematangan (Muss dalam Sarwono 2010:11). Kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psiklogis. Menurut Muang-man (Sarwono 2010:12) mengemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

2. Sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

3. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

4. Terjadi ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih

5. Mandiri.

2.1.2 Tahapan Perkembangan Remaja

Menurut Depkes (2007), dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja.

a. Remaja awal (10-13 tahun) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan

(3)

itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Tengah (14-16 tahun) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Dan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

c. Remaja akhir (17-19 tahun) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru, Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

(4)

dengan orang lain, Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum.

2.1.3 Aspek Perubahan Pada Remaja

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa dua aspek utama dalam perubahan pada remaja, yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis.

1. Perubahan Fisik (pubertas)

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itulah terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan dan kematangan seksualsebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja pria dan perempuan kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 9-15 tahun dan perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya ramut kemaluan, perubahan suara dan ejakulasi pertama melalui mimpi basah. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan menarche ( haid pertama), perubahan pada dada, tumbuhnya rambut kemaluan dan juga perbesaran panggul. Usia menarche rata-rata bervariasi dengan rentang umur 10 hingga 16,5 tahun. 2. Perubahan Psikologis

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Labilnya emosi erat kaitanya dengan perubahan hormone dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk marah, sensitive bahkan perbuatan nekad. Dalam berusaha mencari identitas diri, seorang remaja

(5)

sering membantah orang tuanya. Sebenernya mereka belum mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu seringkali terjerumus kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan atau disebut dengan kenakalan remaja pranikah. 2.1.4 Organ Reproduksi Remaja Perempuan

a. Organ reproduksi bagian luar

1. Bibir kemaluan luar (Labia Mayora) 2. Bibir kemaluan dalam (Labia Minora)

3. Klentit (Clitoris) yang sangat peka karena banyak saraf, ini merupakan bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual.

4. Lubang kemaluan (Lubang Vagina) terletak antara lubang kecil dan anus.

5. Bukit kemaluan (Mons Veneris) yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan pada saat perempuan memasuki usia pubertas.

b. Organ Reproduksi Bagian Dalam

1. Vagina (liang kemaluan atau liang senggama), bersifat elastic dan dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, saluran keluarnya darah haid, dan jalannya keluarnya bayi saat melahirkan.

2. Mulut rahim (serviks), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis laki-laki didalam vagina akan masuk kedalam mulut rahim sehingga bertemu sel telur perempuan.

(6)

3. Rahim (uterus) adalah tempat tumbuhnya janin hingga janin dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan).

4. Dua buah saluran telur (Tuba Fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau sudah dibuahi akan disalurkan kedalam rahim melalui saluran ini.

5. Duah buah indung telur (Ovarium) kanan dan kiri. Ketika seseorang perempuan melahirkan, ia mempunyai ovarium sekitar setengah juta ovum (cikal bakal telur). Tiap ovum memiliki kemungkinan berkembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ovum, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif perempuan (Bkkbn, 2007).

2.1.5 Perkembangan Fisik Remaja Perempuan

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan 2 ciri yaitu cirri-ciri seks primer dan cirri-ciri seks sekunder.

a. Ciri-ciri seks primer : jika remaja perempuan sudah mengalami menarch, menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan diding rahim yang banyak mengandung darah.

b. Cirri-ciri seks senkunder

1. Pinggul lebar, bulat, membesar, puting susu membesar dan menonjol serta berkembang kelenjar susu, payudara lebih membesar dan bulat.

(7)

2. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif.

3. Otot semakin besar dan kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.

4. Suara menjadi semakin merdu dan lebih penuh (Manuaba, 2010). 2.2 Pernikahan Dini

2.2.1 Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan disekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan disebut pernikahan di sebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun/masih berusia remaja (Depkes RI, 2009).

Perkawinan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seseorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia dibawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan (Manuaba, 2010).

Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin, untuk kemudian resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu (Kartono, 2008).

Menurut Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan

(8)

wanita sudah mencapai usia 16 tahun dan menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan tentang umur pernikahan 20 tahun keatas, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Undang-Undang Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan melindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut (Sarwono, 2010).

2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan wanita melakukan pernikahan dini Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja di Negara berkembang khususnya Indonesia antara lain :

a. Faktor Ekonomi

Mencher dan Siagian (2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya (terutama

(9)

untuk anak perempuan), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap orang yang dianggap mampu.

b. Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivitas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya produktivitas kerjanya pun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuk menikah di usia yang tergolong muda .

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang wanita untuk menunda usia untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seseorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia diatas 16 tahun keatas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan berarti sekurang-kurangnya berusia diatas 22 tahun.

c. Faktor Keluarga / Orang tua

Bisanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal

(10)

yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan diusia muda.

e. Faktor MBA (marriage By Accident)

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dikota-kota besar. Pernikaahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah pelitnya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja adalah periode peralihan kemasa dewasa. Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.

f. Faktor Media Massa

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media massa sering digunakan sebagai alat menstransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau menstransformasi diantara masyarakat itu sendiri.

(11)

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berampak positif tetapi disisi lain juga berdampak negatif. Dampak positifnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaulan bebas dab pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan beba dan seks bebas.

Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun eletronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

g. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa da raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tahu merupakan tindakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dengan kata kerja seperti kemampuan untuk menyebutkan, menguraikan, mendefinisakan, menyatakan dan sebagainya.

(12)

Ketidakbahagian dalam pernikahan sebagian besar pasangan yang memasuki jenjang perkawinan tidak mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang sesungguhnya. Mereka tidak dibekali dengan cukup, hanya sekedar beberapa petuah dan kalimat-kalimat pendek. Mereka berpikir bahwa dengan hubungan cinta dan seks akan dapat memuaskan semua keinginan dan kebutuhan istrinya. Perempuan juga berpikir seperti juga berpikir seperti itu.

Sarwono (2006) menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya pernikahan dini adalah kurangnya informasi seputar pendidikan seks yang salah satunya juga akibat dari orang tua atau remaja yang sering membicarakan seks dikalangan mereka.

2.4 Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi

Pernikahan usia muda mempunyai dampak terhadap kesehatan antara lain : a. Kematian ibu yang melahirkan

Kematian karena melahirkan banyak dialami oleh ibu muda dibawah umur 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi fisik ibu yang belum atau kurang mampu untuk melahirkan. Kematian maternal pada ibu hamil dan melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun ternyata lebih tinggi dari kematian yang terjadi pada usia 20-29 tahun dan meningkat pada usia 30-35 tahun (BKKBN, 2006).

b. Kematian bayi

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda (< 20 tahun) lebih sering mengalami kejadian prematuritas yaitu lahir sebelum waktunya (prematur), ada yang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Berat badan kurang pada bayi

(13)

yang dilahirkan dari ibu yang sangat muda ternyata berhubungan erat dengan cacat bawaan fisik atau metal seperti ayan, kejang-kejang, kebutaan dan ketulian (Sarwono, 2010).

c. Resiko Melahirkan

Usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhi resiko melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak, karena disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak atau belum siap mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan (BKKBN, 2006).

d. Hambatan terhadap kehamilan dan persalinan

Selain kematian ibu dan bayi, ibu yang kawin pada usia muda dapat pula mengalami perdarahan, kekurangan darah atauu anemia berat, persalinan yang lama dan sulit serta ketidakseimbangan antara besar janin dan besar panggul ibu, keracunann kehamilan, preeklamsia dan ekslamsia bahkan kemungkinan menderita kanker pada mulut rahim di kemudian hari akibat hubungan seksual terlalu dini (Sarwono, 2010).

e. Cacat bawaan

Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Manuaba (2010) mengatakan kehamilan usia terlalu muda dapat menimbulkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang sempurna ,

(14)

persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI tidak cukup.

2.5 Penundaan Usia Pernikahan

Di Indonesia terutama daerah pedesaan masih banyak terdapat banyak pernikahan dibawah umur. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah hanya kematangan fisik atau bahkan hal yang sama sekali tidak ada kaitanya dengan calon pengantin.

Penundaan dapat terjadi dengan makin meningkatnya taraf pendidikan mayarakat, dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah. Semakin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anak, para orang tua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk menjamin masa depan anak sekolah dulu sebelum mengawinkan mereka. Kecenderungan ini terutama terjadi pada masyarakat di kota besar atau dikalangan masyarakat kelas sosial ekonomi menengah atas.

Kecenderungan pada masyarakat untuk meningkatkan usia perkawinan ini ternyata didukung juga oleh UU No.1/1974. Dengan adanya aturan tersebut yang pelaksanaanya cukup ketat di lapangan, maka terbataslah kesempatan untuk menikah dibawah usia yang ditetapkan. Terlebih lagi, pemerintah sendiri melalui program KB berusaha untuk lebih meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita, dengan pertimbangan bahwa kehamilan pada wanita dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan beresiko tinggi sehingga harus dihindari.

(15)

Pihak individu-individu yang bersangkutan itu sendiri menurut J.T.Fawcelt ada sejumlah yang menyebabkan orang memilih untuk tidak menikah sementara (Sarwono,2010).

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalam pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami istri dalam berumah tangga.

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dijelaskan bahwa remaja yang melakukan pernikahan usia belasan tahun didasari atas keputusan-keputusan yang komplusif. Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan pernikahan dini dilatar

Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini Pernikahan dini pada remaja Dampak pernikahan dini

(16)

belakangi adanya faktor ekonomi, pendidikan, orang tua/keluarga, kemauan sendiri, hamil diluar nikah, media massa/cetak, pengetahuan dan suku.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

K-Means merupakan salah satu atau lebih clustering non hirarki yang berusaha mempartisi data kedalam cluster atau kelompok sehingga data yang memiliki karakteristik

Laporan Penelitian: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.. “Yoga and Yantra: Their Interelation and Their

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Faktor yang paling dominan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian beras organik di Kota Surakarta adalah faktor distribusi dengan variabel pembentuk terdiri dari

Secara spasial pada Musim Timur, Musim Peralihan II dan Musim Barat distribusi konsentrasi silika di permukaan perairan berturut-turut berbeda nyata (ANOVA, P&lt;0.01),

Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum dalam rangka mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Pemerintah provinsi kalimantan selatan Tahun 2016- 2021.mengemban tugas untuk

Kesadaran beliau untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa pandang bulu yang didapatkanya dari ajaran sapta darmo membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan

Sesuai dengan grafik skema RDF pada gambar 6.1, individu dari kelas Artikel (contohnya, ‘artikel 1’) mempunyai tiga atribut (datatype property) yaitu: judul, isi, dan date,