• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga Buku "Laporan Kajian Fiskal Regional Kantor

Wlayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2019'

telah selesai disusun dan dipublikasikan.

Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi fiskal

dan

perekonomian

regional Provinsi Sumatera Selatan pada

tahun

2O1g yang

diharapkan dapat menjadi media informasi yang bernilai strategis baik kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan maupun sebagai media informasi untuk para

mitra

kerja

Kantor

Wilayah

Direktorat

Jenderal

Perbendaharaan

Provinsi

Sumatera Selatan.

Kami

menyadari bahwa

kajian ini tentu saja

masih

jauh

dari

sempurna. Oleh

karena itu, saran dan masukan yang bersifat konstruktif dari semua pihak selalu kami

harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan serta peningkatan kualitas kajian.

Dalam

kesempatan

ini

kami

juga

mengucapkan

terima kasih

kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam

penyusunan kajian

ini.

Kami harapkan koordinasi dan kerjasania tersebut dapat terus berlanjut di masa mendatang guna mendukung kesinambungan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Selatan.

Harapan kamisemoga Kajian Fiskal Regional inidapat menjadisumber informasi

yang

bermanfaat

bagi

para

pembuat

kebijakan, stakeholders

dan

masyarakat pada

umumnya. Semoga

Tuhan Yang Maha

Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua dalam upaya memberikan kontribusi pemikiran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Provinsi Sumatera Selatan.

Palembang,

Februari2A20

Kepala Kantor Wilayah

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR TABEL...iv DAFTAR GRAFIK/GAMBAR...viii RINGKASAN EKSEKUTIF...x

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL...xiii

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH...1

1.1. PENDAHULUAN...1

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH...2

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah...2

1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah...3

1.3. TANTANGAN DAERAH...4

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah...4

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan...5

1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah...7

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL...9

2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL...9

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto...9

2.1.2 Suku Bunga...17

2.1.3 Inflasi...18

2.1.4 Nilai Tukar...18

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN...19

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ...19

2.2.2 Tingkat Kemiskinan...22

2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ...24

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran...25

2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL....26

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL.29 3.1 APBN TINGKAT PROVINSI...29

3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL...30

3.2.1 Penerimaan Perpajakan...30

3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak...31

(4)

3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA...36

3.4.1 Dana Transfer Umum...37

3.4.2 Dana Transfer Khusus...38

3.4.3 Dana Desa...40

3.5 ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL...40

3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)...40

3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)...41

3.5.3 Surplus/Defisit...42

3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT...42

3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT...46

3.7.1 Penerusan Pinjaman...46

3.7.2 Kredit Program...47

3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH ...50

3.8.1 Mandatory Spending di Daerah...50

3.8.2 Belanja Infrastruktur...51

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD...53

4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)...53

4.2 PENDAPATAN DAERAH...53

4.2.1 Dana Transfer/Perimbangan...54

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah...55

4.3 BELANJA DAERAH...56

4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH...57

4.5 SURPLUS/DEFISIT APBD...60

4.6 PEMBIAYAAN...63

4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH...65

4.7.1 Analisis Horizontal & Vertikal ...65

4.7.2 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah...67

4.8 PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH...68

4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan...68

4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan...68

4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah...69

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ...70

(5)

5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN...71

5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN...76

5.4 SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN...82

5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT...83

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL ………..86

6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH ...88

6.2 SEKTOR POTENSIAL DAERAH...93

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAN MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH ………..95

BAB VII SINERGI DAN KONVERGENSI PROGRAM PENANGANAN STUNTING DI SUMATERA SELATAN ……….99 BAB VIII PENUTUP...117 1.1 KESIMPULAN...117 1.2 REKOMENDASI...118 DAFTAR PUSTAKA...

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Arah kebijakan pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019-2023 4 Tabel 1.2 Jumlah dan Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan, 2014 – 2018 6 Tabel 1.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan, 2014 – 2017 …. 6 Tabel 2.1 PDRB Sumsel Menurut Pengeluaran Tahun 2017- 2019 (ADHB) …………. 10 Tabel 2.2 PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2017- 2019 (ADHK) ……… 11 Tabel 2.3 PDRB per Sektor Lap. Usaha Provinsi Sumsel Tahun 2017- 2019 (ADHB) 12 Tabel 2.4 PDRB per Sektor Lap. Usaha Provinsi Sumsel Tahun 2017- 2019 (ADHK) 13 Tabel 2.5 PDRB Per Kapita Provinsi Sumsel Tahun 2015-2019 ADHB (Trilyun Rp) .. 14 Tabel 2.6 Kontributor sektor Lapangan Usaha Unggulan tertentu pada PDRB Per

Kapita Provinsi Sumsel Tahun 2015-2019 ADHB (Trilyun Rp) ………...

16 Tabel 2.7 Laju Inflasi tahun 2015 s.d 2019 di 4 Wilayah Sumatera Selatan (%) 18 Tabel 2.8 Perkembangan IPM Provinsi Sumatera Selatan 2017 S.D 2019 ……… 20 Tabel 2.9 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan TA.2015 s.d 2019 20 Tabel 2.10 Perkembangan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan TA.2015

s.d 2019 ……… 21 Tabel 2.11 Jumlah penduduk Miskin* (Ribu Jiwa) ……… 22 Tabel 2.12 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) Provinsi Sumsel TA. 2014 s.d 2019 ………. 23 Tabel 2.13 Gini Ratio Provinsi Sumsel TA. 2015 s.d 2019 ……….. 25 Tabel 2.14 Keadaan Ketenagakerjaan Prrovinsi Sumsel 2015 – 2019 (jutaan) ……….. 26 Tabel 2.15 Sasaran Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan (%) ………. 27 Tabel 3.1 APBN Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017-2019 ( miliar rupiah) ……… 29 Tabel 3.2 Penerimaan Perpajakan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017-2019

(miliar rupiah) ……….. 30 Tabel 3.3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2017-2019 (per jenis PNBP dalam miliar rupiah) ………. 31 Tabel 3.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2018-2019 (menurut fungsional Kementerian/Lembaga (dalam miliar rupiah) 32 Tabel 3.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran di

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017-2019 (dalam miliar rupiah) ………. 34 Tabel 3.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2017-2019 (dalam miliar rupiah) ……… 35 Tabel 3.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2016-2018 (dalam miliar rupiah) ……… 36 Tabel 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD di Provinsi Sumatera Selatan

(7)

Tabel 3.9 Penerimaan Pendapatan Tahun 2017-2019 ………. 41 Tabel 3.10 Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Tahun 2017-2019 (dalam miliar Rupiah) ……… 41 Tabel 3.11 Pendapatan BLU Pusat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun

2017-2019 (dalam miliar rupiah) ………. 43 Tabel 3.12 Aset dan Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Sumatera Selatan tahun

2017-2019 (dalam miliar rupiah) ………. 44 Tabel 3.13 Satker PNBP dengan Pendapatan dan Aset di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2017-2019 (miliar rupiah) ………. 45 Tabel 3.14 Kinerja Satker PNBP yang Berpotensi Menjadi BLU Tahun 2017-2019 …... 45 Tabel 3.15 Profil Penerusan Pinjaman di Provinsi Sumatera Selatan Posisi s.d. 31

Desember 2019 ………. 47 Tabel 3.16 Penyaluran KUR Berdasarkan Skema di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2017-2019 ……….. 48 Tabel 3.17 Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi di Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2017-2019 (dalam miliar rupiah) ……….. 48 Tabel 3.18 Anggaran Pendidikan berdasarkan Kementerian/Lembaga di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019 ……… 50 Tabel 3.19 Anggaran Kesehatan Kementerian/Lembaga di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2019 ……… 51 Tabel 3.20 Kegiatan pada akun Belanja Modal dengan pagu terbesar (dalam Miliar

Rupiah) ……… 52 Tabel 4.1 Profil APBD Se-Sumatera Selatan Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

(miliar rupiah) ……….. 53 Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD Se-Sumatera Selatan (miliar rupiah) ……… 54 Tabel 4.3 Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Tahun 2016-2019 (Juta

Rupiah) ………..……….. 57 Tabel 4.4 Badan Layanan Umum Daerah Layanan Kesehatan (miliar Rp) ……….. 58 Tabel 4.5 Data BUMD di Provinsi Sumatera Selatan (miliar rupiah) ……….. 59 Tabel 4.6 Perkembangan Rasio Surplus/Defisit Sumatera Selatan Tahun 2016-2019

(%) ………... 60 Tabel 4.7 Perkembangan Rasio Surplus/Defisit Terhadap Realisasi Dana Transfer

Sumatera Selatan Tahun 2016-2019 (%) ………. 61 Tabel 4.8 Perkembangan Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB Sumatera Selatan

Tahun 2016-2019 (%) ……….. 62 Tabel 4.9 Perkembangan Rasio SILPA Terhadap Belanja Sumatera Selatan Tahun

(8)

Tabel 4.10 Perkembangan Pembiayaan Tahun 2016-2019 (juta rupiah) ………. 64 Tabel 4.11 Perkembangan Keseimbangan Primer Tahun 2016-2019 (%) ……….. 65 Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2019 ………. 70 Tabel 5.2 Rasio Pajak Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 dan

2018 (triliun rupiah) ………. 74 Tabel 5.3 Komposisi Belanja Pemerintah Konsolidasian Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2019 dan 2018 …………..……….. 77 Tabel 5.4 Rasio Belanja Operasi Provinsi Sumsel Tahun 2018 dan 2017 78 Tabel 5.5 Belanja Per Fungsi Tahun 2019 ………. 82 Tabel 5.6 ringkasan Laporan Operasional Provinsi Sumsel TW.IV Tahun 2019 ………. 84 Tabel 6.1 Nilai Location Quotient Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 -

2019 87

Tabel 6.2 Sebaran Bahan Tambang Utama di Provinsi Sumatera Selatan ………….. 89 Tabel 7.1 Sasaran Balita dan Jumlah Stunting Per Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Selatan ………... 102 Tabel 7.2 Realisasi APBN Penanganan Stunting Intervensi Spesifik tahun 2019 ……. 104 Tabel 7.3 Realisasi APBN Penanganan Stunting Intervensi Sensitif tahun 2019 …….. 105 Tabel 7.4 Realisasi APBN Penanganan Stunting Pendampingan, Koordinasi, dan

Dukungan Teknis tahun 2019 ……… 107 Tabel 7.5 Realisasi DAK Fisik/ Dana Desa Penanganan Stunting tahun 2019 ……….. 109 Tabel 7.6 Realisasi APBD Penanganan Stunting Intervensi Gizi Spesifik tahun 2019.. 111 Tabel 7.7 Realisasi APBD Penanganan Stunting Intervensi Gizi Sensitif tahun 2019 112

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Infografis Provinsi Sumatera Selatan TA. 2019 ………,,,,…. 7

Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi SUMSEL dibanding Nasional dan 3 Provinsi Tahun 2015 - 2019 (%) ……….. 9

Gambar 2.2 Trend Pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi SUMSEL dibanding Nasional Tahun 2015 - 2019 (%) ………. 15

Gambar 2.3 BI 7-Day Repo Rate ……….. 17

Gambar 2.4 Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang US Dolar Terhadap Rupiah Sepanjang Tahun 2019……… 19

Gambar 2.5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Sumsel TA. 2014 s.d 2019……… 24

Gambat 3.1 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAU 18 Pemerintah Daerah di wilayah Sumatera Selatan ………. 37

Gambar 3.2 Perbandingan Pagu dan Realisasi DBH 18 Pemerintah Daerah di wilayah Sumatera Selatan ………. 38

Gambar 3.3 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAK Fisik 18 Pemerintah Daerah di wilayah Sumatera Selatan ……….. 39

Gambar 3.4 Perbandingan Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik 18 Pemerintah Daerah di wilayah Sumatera Selatan ……… 39

Gambar 3.5 Perbandingan Pagu dan Realisasi Dana Desa 14 Pemerintah Daerah di wilayah Sumatera Selatan (RKUN-RKUD)………. 40

Gambar 3.6 Cash Flow Pemerintah Pusat di Sumsel ………. 42

Gambar 3.7 Tren Perkembangan BLU Tahun 2005-2019 ………. 43

Gambar 4.1 Perbandingan PAD Terhadap Belanja Daerah (miliar rupiah) ……… 55

Gambar 4.2 Kinerja Realisasi PAD antar Pemda di Sumsel ……… 66

Gambar 4.3 Perbandingan Kontribusi Realisasi per Jenis Pendapatan Daerah ………….. 66

Gambar 4.4 Perbandingan Kontribusi Realisasi per Jenis Belanja ……… 67

Gambar 4.5 Peta Kapasitas Fiskal Daerah (Tingkat Provinsi dan Kab/Kota) ……….. 68

Gambar 4.6 Peta Kapasitas Fiskal Daerah (Tingkat Provinsi dan Kab/Kota) ……… 69

Gambar 5.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Tahun 2019 dan 2018 71 Gambar 5.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 (triliun rupiah) ……….………. 72

Gambar 5.3 Perbandingan Perubahan Pendapatan konsolidasian tahun berjalan (2019) terhadap tahun sebelumnya (2018 (triliun rupiah) ……… 72

Gambar 5.4 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 (triliun rupiah) ………. 73

Gambar 5.5 Rasio Pajak Daerah Terhadap Prognosis PDRB per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 ………. 74

Gambar 5.6 Pajak Per Kapita Konsolidasian Per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 (Rp/Jiwa) ……….. 75

Gambar 5.7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 dan 2018 …………..……….. 76

Gambar 5.8 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Sumsel Tahun 2019 (triliun rupiah) ………. 76

Gambar 5.9 Rasio Belanja Pemerinta Konsolidasian Per Kapita Provinsi umatera Selatan Tahun 2019 dan 2018 (Rp/Kapita) ……….……… 79

Gambar 5.10 Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Kapita Per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 dan 2018 (Rp/Kapita) ………... 79

(10)

Gambar 5.11 Rasio Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Kapita Per Kabupaten/Kota

Provinsi Sumsel Tahun 2019 dan 2018 (Rp/Kapita) …………..………... 80 Gambar 5.12 Surplus/Defisit Konsolidasian Per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2019 ………. 83 Gambar 6.1 Sumber pertumbuhan PDRB Provinsi Sumsel Tahun 2017-2019 (%) ………. 88 Gambar 6.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumsel Tahun 2015-2019

(%) ……… 91 Gambar 6.3 Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan Menurut Bidang Pekerjaan di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2014-2017 (Miliar Rupiah) ……….. 93 Gambar 6.4 Struktur PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2019 (%) ………. 94 Gambar 6.5 Alokasi DAK Fisik Penugasan Pertanian per Provinsi & Kabupaten/Kota

Tahun 2019 (Rp Milyar) ……… 96 Gambar 7.1 Prevalensi Balita Sangat Pendek dan Pendek provinsi/Kabupaten/Kota di

Sumatera Selatan ……….. 100 Gambar 7.2 Data Jumlah Stunting Per Provinsi/Kabupaten/Kota ……… 101

(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 merupakan kajian Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan terhadap kebijakan fiskal pemerintah pusat maupun daerah di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Kajian dilakukan untuk melihat dan menganalisis perkembangan ekonomi dan fiskal regional serta melihat hubungannya sebagai pemetaan kondisi fiskal wilayah Sumsel sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan masukan dan rekomendasi bagi pengambilan/pemilihan kebijakan fiskal pemerintah di wilayah ini.

Perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 tumbuh sebesar 5,69 persen, lebih tinggi dari laju pertumbuhan PDB nasional yang hanya mencapai 5,02 persen. Nilai PDRB tahun 2019 menurut lapangan usaha mencapai Rp455,24 triliun. Nilai Sektor Pertambangan dan Penggalian menjadi sektor penyumbang PDRB terbesar yaitu sebesar Rp93,53 triliun. Selain itu penopang perekonomian utama lainnya adalah sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar pembentuk PDRB Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar Rp190,81 triliun. Dalam kondisi perekonomian tersebut, inflasi di Provinsi Sumatera Selatan dapat dijaga pada tingkat 2,06 persen, lebih rendah 0,66 persen dari laju inflasi nasional yang mencapai 2,72 persen.

Dari sisi indikator kesejahteraan, IPM Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 menunjukkan peningkatan sebesar 0,90 dari tahun sebelumnya, kendati dengan IPM 70,02, Sumatera Selatan masih berada di bawah IPM Nasional sebesar 71,92. Sejalan dengan itu, IPM Provinsi Sumatera Selatan juga masih menunjukkan angka di bawah rata-rata IPM dua Provinsi di Sumatera Bagian Selatan (Bengkulu, Bangka Belitung). Namun demikian, jika ditelusuri lebih dalam terdapat tiga kota yang capaian IPM-nya di atas angka nasional yaitu Palembang (78,44), Lubuk Linggau (74,81), dan Prabumulih (74,40).

Sementara itu, indikator kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari jumlah penduduk miskin Sumatera Selatan yang berkurang menjadi 1,16 juta jiwa. Sementara itu tingkat ketimpangan pendapatan (Rasio Gini) tahun 2019 menunjukkan penurunan menjadi 0,339 dibanding 2018 (0,341) dan 2017 (0,361) dan masih berada pada tingkat ketimpangan (Rasio Gini) kategori sedang. Angka ini lebih baik jika dibandingkan

(12)

dengan Rasio Gini Nasional sebesar 0,38. Dari indikator pengangguran, data Agustus 2019 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 4,15 juta jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,88 persen. Persentase pengangguran terbuka tersebut cenderung meningkat dari kondisi bulan Februari 2019 yang hanya sebesar 3,99 persen.

Walaupun demikian, pelaksanaan APBN di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp12,43 triliun meningkat sebesar 7 persen dari tahun sebelumnya yang hanya Rp11,60 triliun. Pendapatan tersebut berasal dari sektor perpajakan sebesar Rp10,51 triliun (84,5 persen), dan PNBP sebesar Rp1,92 triliun (15,5 persen). Realisasi Belanja Negara mencapai Rp46,43 triliun meningkat 9,46 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp42,41 triliun. Dari realisasi tersebut, alokasi pagu terbesar berada pada Bagian Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mencapai Rp3,05 triliun, sedangkan pagu terbesar per jenis belanja adalah Belanja Barang yang mencapai Rp7,43 triliun, sementara dari klasifikasi fungsi, Fungsi Ekonomi memiliki pagu terbesar yang mencapai Rp4,71 triliun. Realisasi belanja tersebut telah mampu meningkatkan aset satker BLU. Kenaikan aset tertinggi dicapai oleh Universitas Sriwijaya dengan nilai aset sebesar 12,05 triliun. Sampai dengan Tahun 2019, satker BLU di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 8 (delapan) satker dengan rincian 4 (empat) satker BLU di sektor pendidikan dan 4 (empat) satker BLU di sektor kesehatan.

Pagu dan realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa bersifat dinamis mengikuti APBN dan perubahannya baik perubahan APBN (APBN-P) maupun perubahan per jenis TKDD. Semula Pagu yang dialokasikan untuk TKDD di wilayah provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 meningkat 13,96 persen menjadi Rp32,57 triliun. TKDD yang dialokasikan untuk Sumatera Selatan tersebut mencapai 3,9 persen dibandingkan Pagu TKDD yang dialokasikan untuk seluruh Indonesia. Pada akhir tahun 2019 terjadi perubahan pagu DAU dan DBH sehingga merubah pagu TKDD menjadi Rp32,70 triliun untuk Sumatera Selatan dan Rp834,47 triliun untuk Nasional. Secara keseluruhan nominal realisasi pada komponen TKDD tersebut (DBH, DAU, DAK Fisik, DID, Dana Desa) meningkat dibandingkan nominal realisasi pada tahun 2018. Namun dari sisi capaian justru menurun dengan capaian tahun 2019 sebesar 97,89 persen berbanding 101,20 persen pada tahun 2018.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki beberapa sektor unggulan yang merupakan potensi ekonomi yang cukup besar dan layak untuk dikembangkan. Sektor pertama

(13)

adalah pertambangan dan penggalian. Produksi minyak bumi, gas alam dan batubara telah berkontribusi sangat besar dalam perekonomian di Sumatera Selatan. Sektor kedua adalah pertanian. Komoditas tanaman pangan menunjukkan peningkatan produksi disebabkan oleh peningkatan luas lahan dan produktivitas. Demikian juga produksi tanaman perkebunan. Namun Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan penurunan sepanjang Tahun 2019 yang mengindikasikan turunnya daya beli petani. Secara rata-rata NTP tahun 2019 mangalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya dengan rata-rata 90,52 persen. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan harga yang dibayar petani berupa barang dan jasa baik yang dikonsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga hasil produksi pertanian yang diterima petani. Sektor lainnya adalah sektor konstruksi merupakan salah satu penyumbang PDRB terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dengan kontribusi pada tahun 2019 mencapai 13,55 persen dengan nominal output sebesar Rp56,91 triliun. Kontribusi tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,34 persen dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI prevalensi balita sangat pendek dan pendek di Sumatera Selatan sebesar 31,7 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan Nasional sebesar 30,8 persen. Ini menunjukkan bahwa tingkat prevalensi di Sumatera Selatan tergolong tinggi. Prevalensi tertinggi terdapat pada Kabupaten Lahat sebesar 48.1 persen sedangkan prevalensi terendah terdapat di Kota Palembang 25.9 persen.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sejalan dengan tekad Pemerintah Pusat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dalam pangan telah melakukan pembangunan maupun pemeliharaan infrastruktur pertanian saluran air irigasi Air Lakitan di Kabupaten Musi Rawas sebagai bagian dari komitmen mendukung ketahanan pangan nasional. Pembangunan infrastruktur ini adalah bagian dari pembangunan infrastruktur irigasi yang ditargetkan Pemerintah Pusat yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pangan.

(14)
(15)

BAB I

SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

1.1 PENDAHULUAN

Untuk tercapainya Pemerintahan yang baik di tingkat pusat maupun di daerah perlu adanya keselarasan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu untuk mendukung terselenggaranya pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD, dan juga adanya unsur perencanaan pembangunan yang terintegrasi baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, oleh karena itu dalam implemantasi kebijakan fiskal didaerah maka diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya kebijakan fiskal yang merupakan alat pemerintah pusat maupun daerah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dapat dituangkan sesuai dengan Amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 3 menyebutkan Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara terpadu oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Salah satu hasil dari perencanaan pembangunan adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 260 ayat 1 dan 2 mengamanatkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Rencana Pembangunan Daerah tersebut dikoordinasikan, disinergikan, dan diharmonisasikan oleh Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daerah.

RKPD merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMJD) dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha. RKPD menjadi

(16)

dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang akan diusulkan oleh kepada daerah untuk disepakati bersama dengan DPRD sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD).

Periode pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Sumatera Selatan 2013-2018 telah berakhir. Periode pembangunan daerah Provinsi Sumatera Selatan 2019-2023 dimulai sejak dilantiknya Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan H. Mawardi Yahya pada tanggal 1 Oktober 2018.

RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023 merupakan RPJMD Keempat dari tahapan pelaksanaan RPJPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2025. Oleh sebab itu untuk periode ini, memiliki nilai strategis yang sangat tinggi, karena RPJMD ini merupakan periode terakhir dimana tuntutan untuk mencapai target RPJPD juga memasuki periode terakhir. Visi Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019-2023 adalah: “SUMSEL MAJU UNTUK SEMUA”.

Tidak terlepas dari hal tersebut diatas, yang menjadi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah adanya beberapa tantangan ekonomi Sumatera Selatan kedepanya, baik dari sisi ekonomi, sosial kependudukan, dan tantangan wilayah, sehingga penyusunan kebijakan fiskal melalui program priotiras dapat menjawab tantangan daerah yang dihadapi.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah a. Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan

Dalam mempertimbangkan kemajuan yang telah dicapai pada periode 2013-2018, memperhatikan hasil analisis isu strategis; mengacu visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur yang terpilih untuk masa bakti 2018-2023; mengikuti prioritas pembangunan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2005-2025; memperhatikan prioritas pembangunan nasional; merujuk pada tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; serta memperhatikan tujuan pembangunan berkelanjutan, maka visi pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019-2023 adalah SUMSEL MAJU UNTUK SEMUA.

Berdasarkan visi pembangunan yang telah ditetapkan, misi pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019-2023, yaitu:

(17)

Misi 1: Membanguan Sumsel berbasis ekonomi kerakyatan, dudukung sektor pertanian, industri, dan UMKM yang tangguh untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Misi 2: Meningkatkan kualitas SDM, baik laki-laki maupun perempuan, yang sehat, berpendidikan, profesional, dan menjunjung tinggi nilai keimanan, ketaqwaan, kejujuran, dan integritas.

Misi 3: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bebas KKN dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas yang didukung aparatur pemerintahan yang jujur, berintegritas, profesional, dan responsif.

Misi 4: Membangun dan meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, termasuk infrastruktur dasar guna percepatan pembangunan wilayah pedalaman dan perbatasan, memperlancar arus barang dan mobilitas penduduk, serta mewujudkan daya saing daerah dengan mempertimbangkan pemerataan dan keseimbangan daerah.

Misi 5: Meningkatkan kehidupan beragama, seni, dan budaya untuk membangun karakter kehidupan sosial yang agamis dan berbudaya, ditopang fisik yang sehat melalui kegiatan olahraga, dan pengembangan pariwisata berorientasi pariwisata religius.

b. Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan visi dan misi pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019-2023, dan memperhatikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, mendukung Prioritas Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019, maka Tujuan dan Sasaran pembangunan daerah dapat terlihat dari target-target pembangunan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan yang sejalan dengan visi dan misi pemerintahan yang sekarang.

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019-2023 setiap tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan yang memuat prioritas program dan kegiatan yang dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda) Provinsi Sumatera Selatan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten dan provinsi. RKPD merupakan bahan utama

(18)

penyusunan Kebijakkan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara, serta bahan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Tabel 1.1. Arah kebijakan pembangunan Provinsi Sumatera Selatan 2019-2023

Arah Kebijakan 2019 2020 2021 2022 2023 Perbaikan Infrastruktur dan Konektivitas untuk Pemerataan Pembangunan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Pengurangan Kemiskinan melalui Peningkatan Ekonomi Kerakyatan, Kualitas Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia

Penigkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pelayanan publik yang Prima, Bersih, Bebas KKN Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan Sumatera Selatan Maju untuk Semua 1.3. TANTANGAN DERAH 1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan kondisi di tahun ini berdasarkan kajian Asosiasi Pengusaha Indonesia yang diperkirakan beradadi kisaran 4,85 persen – 5,1 persen. Meski demikian angka itu tak mudah diraih. Apalagi kondisi global sedang tak menentu dengan terjadinya perang dagang antara AS – China dan gejolak geopolitik di sejumlah kawasan. Hal ini juga berpengaruh pada perekonomian Sumatera Selatan mengingat hingga kini menggantungkan pada komoditas ekspor karet, sawit, dan batubara. Sebagai bagian dari perekonomian global yang sangat rentan, Sumatera Selatan merupakan penyuplai komoditas dunia, ditambah dengan semakin terbuka dan meningkatnya komunikasi internasional, perlu mencermati tantangan dan peluang baik internal maupun eksternal. Perekonomian di tahun 2019 diperkirakan tumbuh lebih baik dari tahun 2018. Optimis akan pertumbuhan ekonomi akan dimotori oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Disisi lain lapangan usaha utama yaitu perkebunan akan mendukung perbaikan tersebut, termasuk lapangan usaha dengan banyaknya kegiatan pembangunan infrastruktur jalan tol sehingga akses antar provinsi terbuka sehingga geliatan perkembangan ekonomi semakin besar.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh melambat. Meskipun tumbuh melambat, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dapat memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan.

(19)

a. Resesi ekonomi yang masih membayang-bayangi sebagai akibat masih belum mantapnya perekonomian Eropa dan Amerika.

b. Instabilitas yang sangat mungkin menjalar ke Indonesia sebagai akibat gejolak politik dan ekonomi yang masih berlangsung di beberapa balehan dunia.

c. Anomali iklim yang semakin ekstrim yang berdampak pada perubahan musim tanam. d. Fluktuasi harga komoditas ekspor Sumatera Selatan terutama karet dan sawit yang

di pengaruhi perekonomian global.

Di celah-celah tantangan itu, terdapat peluang bagi peningkatan perekonomian Indonesia khususnya Sumatera Selatan antara lain:

a. Akibat beralihnya investasi negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Kanada, ke Asia Tenggara akibat meningkatnya dinamika politik di RRC. Negara-nagara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia harusnya mengambil kesempatan ini karena diuntungkan oleh sumber daya manusia yang relatif murah dan terampil, sumber daya alam yang berlimpah dan ketersediaan lahan.

b. Dimulainya pembangunan fisik Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-api. c. Trans Sumatera Highway dan Railway.

d. Keamanan dan kondisi geografis yang relatif aman dari potensi bencana/gempa. e. Banyaknya jumlah objek wisata di Sumatera Selatan yang berpotensi besar

meningkatkan pendapatan masyarakat maupun daerah. 1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Pada subbab ini akan dibahas kondisi sosial kependudukan Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki potensi penyumbang dalam kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bagi suatu daerah:

a. Demografi

Penyebaran penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan pada 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2014 sampai dengan 2018 menunjukan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kota Palembang dengan penduduk sebanyak 1,651 juta jiwa pada tahun 2018 dan yang terkecil adalah Kota Pagar Alam dengan jumlah penduduk sebanyak 137,9 ribu jiwa.

(20)

Tabel 1.2 Jumlah dan Distribusi Penduduk Provinsi Sumatera Selatan, 2014 – 2018

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

2014 2015 2016 2017 2018

Ogan Komering Ulu 344.932 349.787 354.488 359.092 364.260 Ogan Komering Ilir 776.263 787.513 798.482 809.203 821.528 Muara Enim 590.975 600.398 609.607 618.762 628.661 Lahat 389.034 393.235 397.424 401.494 405.605 Musi Rawas 378.987 384.333 389.239 394.384 400.239 Musi Banyuasin 602.027 611.506 620.738 629.791 640.065 Banyuasin 799.998 811.501 822.575 833.625 846.269 Ogan Komering Ulu Selatan 339.424 344.074 348.574 352.926 358.510 Ogan Komering Ulu Timur 642.206 649.394 656.568 663.481 670.653 Ogan Ilir 403.828 409.171 414.504 419.773 424.774 Empat Lawang 234.880 238.118 241.336 244.312 247.544 Pali 176.936 179.529 182.219 184.671 187.554 Musi Rawas Utara 180.266 182.828 185.315 187.635 190.222 Palembang 1.558.494 1.580.517 1.602.071 1.623.099 1.651.857 Prabumulih 174.477 177.078 179.563 182.128 185.895 Pagar Alam 132.498 133.862 135.328 136.605 137.964 Lubuk Linggau 216.270 219.471 222.870 226.002 229.889 Sumatera Selatan 7.941.495 8.052.315 8.160.901 8.266.983 8.391.489 Sumber: Badan Pusat Statistik, update Maret 2019

Jika dilihat dari kepadatan penduduk di wilayah Provinsi Sumatera Selatan maka Kota Palembang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 3.945,20 jiwa per km². Dilain pihak Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu 30,4 jiwa per km².

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 1.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan, 2014 – 2017

Kabupaten/Kota

2014 2015 2016 2017

Angka Partisipasi

Murni (Persen) Angka Partisipasi Murni (Persen) Angka Partisipasi Murni (Persen) Angka Partisipasi Murni (Persen)

SD SLTP SLTA SD SLTP SLTA SD SLTP SLTA SD SLTP SLTA

Ogan Komering Ulu 96.58 77.61 60.34 94.59 78 64.96 98.83 78.67 55.30 99.46 77.08 56.59 Ogan Komering Ilir 96.42 70.57 40.48 99.30 78.07 46.89 98.11 72.96 55.10 96.46 74.43 57.95 Muara Enim 96.97 72.08 52.81 98.41 80.05 53.92 98.66 80.25 59.98 98.79 77.83 61.88 Lahat 97.36 77.22 74.31 93.34 78.98 67.97 97.64 82.97 67.65 100 82.49 68.78 Musi Rawas 98.64 78.77 46.70 98.63 83.58 60.34 99.18 89.24 55.38 98.30 87.31 57.63

(21)

Musi Banyuasin 98.88 74.83 52.39 98.90 69.61 51.91 99.05 83.73 54.08 99.21 83.58 55.67 Banyuasin 97.26 72.19 51.04 98.85 67.44 46.26 97.54 71.31 57.70 98.13 74.05 53.88 Ogan Komering Ulu Selatan 98.53 77.96 61.05 96.20 86.99 50.85 99.33 85.12 63.33 100 83.48 61.04 Ogan Komering Ulu Timur 98.54 77.37 59.90 96.63 74.75 56.35 98.34 69.32 56.84 97.96 71.76 55.11 Ogan Ilir 95.21 66.05 51.33 93.51 75.01 63.42 95.32 76.58 54.14 99.03 75.39 57.03 Empat Lawang 98.22 82.25 68.53 98.83 84.34 58.34 98.70 86.49 62.41 99.59 86.38 63.09 Pali - - - 96.46 57.05 46.14 98.94 88.61 57.43 99.41 88.06 57.18 Musi Rawas Utara - - - 94.89 78.37 54.22 97.13 89.08 57.06 100 88.29 55.96 Palembang 89.76 81.29 65.21 92.70 75 67.44 89.01 61.73 60.95 90.15 64.55 61.15 Prabumulih 98.57 74.46 65.64 92.71 76.22 78.15 100 92.40 63.71 99.29 91.33 64.89 Pagar Alam 98.13 87.57 74.88 96.71 83.70 72.57 99.08 93.97 64.95 100 91.31 65.33 Lubuk Linggau 95.34 79.51 64.93 96.95 80.55 72.40 98.86 85.27 62.23 99.53 83.16 60.40 Sumatera Selatan 96.13 75.87 57.92 96.41 76.18 58.27 96.59 76.43 58.59 97.16 76.89 59.06

Sumber : Badan Pusat Statistik, update Februari 2019

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai posisi geografis terletak antara 1° 37” 27’ sampai 4° 55” 17’ Lintang Selatan dan antara 102° 3” 54’ dan 106° 13” 26’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, di sebelah Timur berbatasan dengan Povinsi Kepulauan Bangka-Belitung, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung dan di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu. Peta Provinsi Sumatera Selatan:

Gambar 1.1. Infografis Provinsi Sumatera Selatan TA. 2019

(22)

Luas wilayah Provinsi Sumatera Selatan menjadi 91.806,36 Km² dengan rincian pada tabel berikut:

Tabel 1.4 Luas Wilayah Provinsi Sumatera Selatan

NO KABUPATEN KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN JUMLAH JUMLAH DESA (KM2) LUAS

KEPADATAN PENDUDUK (PER KM²) 1 Banyuasin 19 16 288 11.832,99 68,5 2 Empat Lawang 10 3 153 2.256,44 10,5 3 Lahat 22 17 360 5.311,74 74 4 Lubuk Linggau 8 72 - 401,5 546,7 5 Muara Enim 20 10 249 7.383,90 81,3 6 PALI 5 6 65 1.840,00 97,5 7 Musi Banyuasin 14 13 227 14.266,26 42,8 8 Musi Rawas 14 13 186 6.350,00 60,5 9 MURATARA 7 7 82 6.008,65 30,4 10 O K I 18 13 308 18.359,04 42,8 11 Ogan Ilir 16 14 227 2.666,07 153,4 12 O K U 12 14 143 4.797,06 72,9 13 OKU Selatan 19 7 252 5.493,94 62,6 14 OKU Timur 20 7 305 3.370,00 192,7 15 Pagar Alam 5 35 - 633,66 211,3 16 Palembang 16 107 - 400,61 3.945,20 17 Prabumulih 6 25 12 434,5 407,5 Sumatera Selatan 231 379 2857 91.806,36 6.100,6

Sumber: Badan Pusat Statistik, update Januari 2019

Jika dilihat dari kepadatan penduduk di wilayah Provinsi Sumatera Selatan maka Palembang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 3.945,2 jiwa per km². Di lain pihak Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu 30,4 jiwa per km².

b. Kondisi Topografi

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai topografi yang bervariasi mulai pegunungan di bagian Barat dengan ketinggian rata-rata antara 900-1200 mdpl yang merupakan pegunungan Bukit Barisan. Sedangkan di bagian tengah merupakan wilayah landai atau dataran rendah yang luas. Bagian Timur merupakan daerah pantai dan wilayah pesisir yang terdiri dari rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Panjang Kawasan Pesisir di Provinsi Sumatera Selatan ± 450 Km dari Sungai Mesuji (batas Provinsi Lampung). Wilayah pegunungan terdapat di bagian Barat Provinsi Sumatera Selatan dengan puncak tertinggi Gunung Seminung (1.964 m) dan Gunung Dempo (3.159 m). Daerah ini tersusun dari bentukan lembah, dataran tinggi plateau dan kerucut vulkanik. Bagian penting wilayah ini adalah lembahan yang merupakan lahan budidaya pertanian.

(23)

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Pada bab ini akan diulas tentang perkembangan terkini ekonomi regional di Provinsi Sumatera Selatan. Di dalamnya dilakukan analisis terhadap berbagai indikator makro ekonomi fundamental dan indikator pembangunan serta efektivitas kebijakan makroekonomi dan pembangunan regional di Sumatera Selatan.

2.1 INDIKATOR MAKRO EKONOMI FUNDAMENTAL

Beberapa indikator makro ekonomi fundamental yang akan dibahas yaitu PDRB, suku bunga , inflasi dan nilai tukar.

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender) untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Adapun laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015-2019 seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi SUMSEL dibanding Nasional dan 3 Provinsi Tahun 2015 - 2019 (%)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2019).

Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 (y-on-y) adalah 5,69 persen. Angka ini adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB provinsi Lampung, Jambi dan pertumbuhan PDRB secara nasional. Hal ini cukup

2015 2016 2017 2018 2019 Lampung 5.13 5.15 5.17 5.25 5.27 Sumsel 4.42 5.03 5.51 6.04 5.69 Jambi 4.21 4.37 4.64 4.71 3.59 Nasional 4.88 5.03 5.07 5.17 5.02 0 1 2 3 4 5 6 7

(24)

tahun 2019 cukup kompetitif mengingat angka pertumbuhannya yang tidak kalah dengan daerah sekitar dan secara nasional..

Kondisi tersebut didukung oleh mulai meningkatnya harga beberapa komoditas unggulan Sumatera Selatan, semakin berkembangnya sektor sekunder/tersier serta dampak dari pelaksanaan Asian Games pada tahun 2018 yang meningkatkan iklim Investasi yang membuat perekonomian semakin menggeliat di sumatera Selatan dan berpengaruh besar terhadap perekonomian Sumatera Selatan diberbagai sektor, misalnya konstruksi, industri pengolahan, transportasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, perdagangan, dan lain-lain.

b. Nominal PDRB

Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari sisi permintaan maupun sisi penawaran yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) PDRB sisi permintaan

PDRB sisi permintaan disusun melalui pendekatan pengeluaran yang menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah maupun memenuhi kebutuhan di luar wilayah. Berikut disajikan PDRB menurut pengeluaran tahun 2017-2019 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB):

Tabel 2.1. PDRB Sumsel Menurut Pengeluaran Tahun 2017- 2019 (ADHB)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2019).

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebesar 61,52 persen distribusi PDRB Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 berasal dari Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran yang bersifat konsumtif yang dilakukan oleh rumah tangga menjadi pendorong utama perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.

Sedangkan PDRB menurut pengeluaran tahun 2017-2019 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tersaji dalam tabel di bawah ini:

Komponen

Harga Berlaku

Nilai (Triliun Rp) Distribusi (%) 2017 2018 2019 2017 2018 2019

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 257.28 277.77 298.33 63.86 61.04 61.52 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5.69 6.36 7.24 1.41 1.40 1.49 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 29.90 32.49 36.75 7.42 7.14 7.58 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 147.00 157.63 160.15 36.49 34.64 33.03 5. Perubahan Inventori 0.19 (0.62) (0.07) 0.05 (0.14) (0.01) 6. Ekspor Luar Negeri 58.33 69.09 62.39 14.48 15.18 12.87 7. Impor Luar Negeri 10.00 17.16 14.84 2.48 3.77 3.06 8. Net Ekspor Antar Daerah (105.50) (104.84) (94.72) (26.19) (23.04) (19.53)

(25)

Tabel II.2. PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2017- 2019 (ADHK)

Komponen

Harga Konstan

Nilai (TriliunRp) Pertumbuhan (%) 2017 2018 2019 2017 2018 2019

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 175.7 183.4 190.81 3.05 4.38 4.03 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4.2 4.6 5.01 2.44 9.52 9.78 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 20.3 21.6 22.80 9.14 6.40 5.54 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 109.0 112.0 113.19 7.60 2.75 1.69 5. Perubahan Inventori (0.2) (1.0) (0.12) (120.00) 400.00 2.66 6. Ekspor Luar Negeri 59.2 59.6 57.83 79.40 67.56 (3.88) 7. Impor Luar Negeri 7.5 11.6 10.04 (43.61) 54.66 (14.46) 8. Net Ekspor Antar Daerah (78.9) (70.0) (63.85) 66.45 (11.28) (9.60)

Produk Domestik Regional Bruto 281,6 298,6 315,62 5,51 6,04 5,71

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2019).

Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2019 sebesar 4,03 persen, menurun jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 4,38 persen yang mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat sedikit menurun.

Sedangkan pengeluaran yang bersifat produktif yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) distribusinya pada tahun 2019 sebesar 35,86 persen dengan pertumbuhan 1,69 persen yang berarti bahwa aktivitas pembentukan kapital di Provinsi Sumatera Selatan menurun jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 7,60 persen dan tahun 2018 yang mencapai 2,75 persen.

2) PDRB dari sisi Penawaran / Sektor Lapangan Usaha

PDRB dari sisi penawaran merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Berikut disajikan PDRB sektoral tahun 2016-2018 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) seperti pada tabel di bawah ini:

(26)

Tabel 2.3. PDRB per Sektor Lap. Usaha Provinsi Sumsel Tahun 2017- 2019 (ADHB)

Kategori Uraian

Harga Berlaku

Nilai (Triliun Rp) Distribusi (%) 2017 2018 2019 2017 2018 2019

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 60.51 62.12 65.52 15.80 14.80 14.39 B Pertambangan dan Penggalian 73.67 84.94 93.53 19.24 20.24 20.55 C Industri Pengolahan 74.90 81.93 88.09 19.56 19.52 19.35 D Pengadaan Listrik, Gas 0.49 0.54 0.58 0.13 0.13 0.13 E Pengadaan Air 0.44 0.50 0.56 0.11 0.12 0.12 F Konstruksi 50.68 54.49 56.91 13.24 12.98 12.50 G Perdagangan Besar dan

Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

47.58 54.32 61.68 12.43 12.94 13.55 H Transportasi dan Pergudangan 8.85 9.95 11.25 2.31 2.37 2.47

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 6.26 7.40 8.94 1.64 1.76 1.96 J Informasi dan Komunikasi 10.63 11.94 13.18 2.78 2.84 2.89 K Jasa Keuangan 10.08 10.64 10.72 2.63 2.54 2.36 L Real Estate 11.60 12.90 14.46 3.03 3.07 3.18 M,N Jasa Perusahaan 0.46 0.53 0.62 0.12 0.13 0.14

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

12.10 11.96 12.10 3.16 2.85 2.66 P Jasa Pendidikan 9.46 9.90 10.68 2.47 2.36 2.35 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 2.37 2.48 2.82 0.62 0.59 0.62 R,S,T,U Jasa lainnya 2.79 3.18 3.60 0.73 0.76 0.79

Produk Domestik Regional Bruto 382.87 419.72 455.24 100.00 100.00 100.00

Sumber:BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2019).

Berdasarkan PDRB Sektoral pada tahun 2019 didominasi oleh Pertanian, Kehutanan,Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang distribusinya 80% dari total PDRB Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019. Walaupun distribusi kedua sektor tersebut masih cukup besar namun pertumbuhannya pada tahun 2018 masing-masing hanya 2,16 persen dan 9,27 persen, lebih tinggi dari tahun 2017 yang masing-masing sebesar 1,18 persen dan 5,41 persen. Hal tersebut karena pada saat ini harga komoditas dari kedua sektor tersebut di pasar internasional mulai membaik jika dibandingkan dengan periode tahun lalu.

(27)

Sedangkan PRDB sektoral tahun 2017-2019 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.4. PDRB per Sektor Lap. Usaha Provinsi Sumsel Tahun 2017- 2019 (ADHK)

Kategori Uraian

Harga Konstan

Nilai (Triliun Rp) Pertumbuhan(%) 2017 2018 2019 2017 2018 2019

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 49,52 50,59 52.22 1,18 2,16 3.22 B Pertambangan dan Penggalian 60,40 66,00 71.46 5,41 9,27 8.27 C Industri Pengolahan 53,27 56,21 58.93 6,54 5,52 4.85 D Pengadaan Listrik, Gas 0,29 0,31 0.34 7,41 6,90 10.29 E Pengadaan Air 0,31 0,34 0.36 3,33 9,68 7.46 F Konstruksi 33,62 35,50 36.68 8,94 5,60 3.34 G Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 28,70 31,02 33.57 7,69 8,08 8.22 H Transportasi dan Pergudangan 5,58 5,99 6.49 8,35 7,35 8.30

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 3,60 4,08 4.70 8,11 13,33 15.35 J Informasi dan Komunikasi 9,29 10,01 10.83 8,40 7,75 8.15 K Jasa Keuangan 7,33 7,46 7.36 2,66 1,77 (1.35) L Real Estate 8,57 9,25 9.99 7,40 7,93 8.03 M,N Jasa Perusahaan 0,30 0,33 0.37 7,14 10,00 9.57

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 9,13 9,38 9.48 6,41 2,74 1.09 P Jasa Pendidikan 7,63 7,84 8.21 0,26 2,75 4.73 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,84 1,88 2.06 3,37 2,17 9.57 R,S,T,U Jasa lainnya 2,18 2,38 2.57 4,31 9,17 7.77

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 281,56 298,57 315.62 5,52 6,04 5.71

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, (2018).

Sektor Lapangan usaha yang distribusinya cukup besar dengan pertumbuhan yang signifikan adalah Pertambangan/penggalian, Industri Pengolahan dan Konstruksi. Sektor Pertambangan dan penggalian distribusi nya naik secara signifikan dari 21,45%(TA.2017), 22,11(TA.2018) sampai 22,64%(TA.2019).

Ditengah lesunya harga produk ekspor barang mentah dari sektor pertanian dan pertambangan, maka Industri Pengolahan yang mengolah barang mentah tersebut menjadi barang jadi atau setengah jadi sehingga mempunyai nilai yang jauh lebih tinggi menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor utama dalam perekonomian Sumatera

(28)

Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil adalah sektor-sektor lain yang distribusi dan pertumbuhannya cukup tinggi sehingga menunjang perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2019. Sektor Konstruksi yang memberikan kontribusi sebesar 11,62 persen dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,34 persen berasal dari berbagai proyek infrastruktur Proyek Strategis Nasional yang banyak berlokasi di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

c. PDRB per kapita

PDRB per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut. Adapun PDRB per kapita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015-2019 seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.5. PDRB Per Kapita Provinsi Sumsel Tahun 2015-2019 ADHB (Trilyun Rp)

No Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019

1 Ogan Komering Ulu 30.39 32.54 35.92 13.41 14.72 2 Ogan Komering Ilir 27.60 29.21 32.46 26.98 29.15 3 Muara Enim 68.23 69.93 79.7 52.73 57.42 4 Lahat 35.16 36.44 38.69 15.99 17.17 5 Musi Rawas 36.69 38.66 42.03 17.50 19.08 6 Musi Banyuasin 87.32 89.26 96.65 60.73 66.16 7 Banyuasin 25.62 27.79 30.71 26.54 28.69 8 OKU Selatan 18.52 20.21 22.39 8.16 8.82 9 OKU Timur 17.09 18.51 19.84 13.48 15.07 10 Ogan Ilir 19.96 21.35 23.56 10.34 11.18 11 Empat Lawang 16.02 17.23 18.9 4.70 5.00 12 PALI 28.38 30.03 33.25 6.50 7.09 13 Musi Rawas Utara 32.45 32.85 35.55 6.76 7.11 14 Palembang 68.49 74.14 83.68 142.24 154.81 15 Prabumulih 31.49 34.01 37.75 7.19 7.82 16 Pagaralam 17.03 17.88 19.21 2.68 2.79 17 Lubuk Linggau 21.36 22.98 26.05 6.14 6.66 18 Sumatera Selatan 41.20 43.44 46.32 50.14 53.74 19 Indonesia 45.12 47.96 51.89 56.00 59.10

*) Data kabupaten/kota Provinsi Sumsel TA.2019 belum tersedia di BPS

Sumber: Tabel Dinamik & BRS tgl 05022020 BPS RI & BPS Provinsi Sumatera Selatan (2019).

Perkembangan PDRB per kapita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 yaitu sebesar Rp 53,74 juta mengalami peningkatan dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 50,14 juta. Peningkatan tersebut disebabkan persentase pertambahan PDRB lebih

(29)

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Jika dibandingkan dengan PDB per kapita nasional yang sebesar Rp 59,10 juta, posisi PDRB per kapita Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah.

Dari 18 Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi sumatera Selatan PDRB per Kapita yang tertinggi pada tahun 2019 adalah PDRB Kota Palembang (Rp 154.81 juta) dan PDRB Musi Banyuasin (Rp 66.16 juta) yang bahkan berada di atas PDRB tingkat nasional (Rp 59.10 juta).

Gambar 2.2. Trend Pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi SUMSEL dibanding Nasional Tahun 2015 - 2019 (%)

Sumber: Tabel Dinamik & BRS BPS Provinsi Sumatera Selatan (2019).

Tingkat Pertumbuhan PDRB untuk Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera selatan secara Signifikan dari tahun 2015 s.d 2019 rata-rata mengalami penurunan kecuali kota Palembang, Provinsi Sumatera selatan dan PDRB secara Nasional, kesimpulan yang bisa diambil adalah PDRB kota Palembang mendongkrak tingkat pertumbuhan PDRB Provinsi sumatera Selatan.

Akan tetapi trend pertumbuhan PDRB selama 5 tahun terakhir dilihat dari tingkat PDRB tahun 2019, terlihat bahwa tren PDRB per kapita Provinsi Sumatera Selatan dan Nasional selalu mengalami peningkatan.

Sumber pendongkrak PDRB unggulan TA. 2019 untuk masing-masing kabupaten kota di provinsi Sumatera selatan TA. 2019 disajikan pada tabel di bawah ini:

(30)

Tabel 2.6. Kontributor sektor Lapangan Usaha Unggulan tertentu pada PDRB Per Kapita Provinsi Sumsel Tahun 2015-2019 ADHB (Trilyun Rp)

No Kabupaten/Kota PDRB 2019 Sektor Lapangan Usaha berkontribusi terbesar pad Kabupaten/ kota

1 Ogan Komering Ulu 2.87 Industri Pengolahan/ Manufacturing 2 Ogan Komering Ilir 15.804 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/

Agriculture, Forestry, and Fishing 3 Muara Enim 31.79 Pertambangan dan Penggalian/ Mining and

Quarrying

4 Lahat 5.99 Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying

5 Musi Rawas 6.21 Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying

6 Musi Banyuasin 36.68 Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying

7 Banyuasin 9.39 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/ Agriculture, Forestry, and Fishing 8 OKU Selatan 2.73 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/

Agriculture, Forestry, and Fishing 9 OKU Timur 4.84 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/

Agriculture, Forestry, and Fishing 10 Ogan Ilir 2.28 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/

Agriculture, Forestry, and Fishing 11 Empat Lawang 1.63 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/

Agriculture, Forestry, and Fishing 12 PALI 3.06 Pertambangan dan Penggalian/ Mining and

Quarrying

13 Musi Rawas Utara 3.15 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/ Agriculture, Forestry, and Fishing 14 Palembang 48.42 Industri Pengolahan/ Manufacturing 15 Prabumulih 1.90 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor/ Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles

16 Pagaralam 0.63 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/ Agriculture, Forestry, and Fishing 17 Lubuk Linggau 1.56 Konstruksi/ Construction

Sumber: Tabel Dinamik & BRS BPS Provinsi Sumatera Selatan (2019).

Yang dimaksudkan dengan Kontributor sektor Lapangan Usaha Unggulan tertentu pada masing-masing Kabupaten/Kota adalah Sektor penghasil PDRB tertinggi pada Kabupaten/Kota dimaksud diantara sektor-sektor lain yang dihasilkan pada tahun 2019.

Dari tabel di atas terlihat bahwa 8 (delapan) kabupaten/Kota mengandalkan sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan/ Agriculture, Forestry and Fishing, 5 (lima) kabupaten Kota mengandalkan sektor Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying, Kota Palembang dan Kabupaten OKU menjadikan sektor Industri Pengolahan/ Manufacturing, Kota Lubuk Linggau menjadikan sektor Konstruksi dan Kota Prabumulih

(31)

menjadikan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor/ Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles sebagai sektor usaha andalan penghasil PDRB utama.

Hal ini mengindikasikan bahwa Kabupaten/kota di provinsi sumatera selatan masih mengandalkan sektor Pertanian, Kehutanan,Perikanan/Agriculture/Forestry/Fishing dan Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying sebagai penghasil PDRB dan arah kebijakan Fiskal masih memerlukan penanganan khusus untuk pengembangan/ peningkatan sektor dimaksud.

2.1.2 Suku Bunga

Bank Indonesia (BI) melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-Day (Reverse) Repo Rate. BI 7-Day Repo Rate merupakan suku bunga acuan yang memiliki tenor jangka pendek, yaitu hanya 1 minggu sampai 1 bulan.

Penggunaan BI 7-Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan berlaku mulai tanggal 19 Agustus 2016, sebelum periode tersebut suku bunga acuan menggunakan BI Rate. Gambar 2.3. BI 7-Day Repo Rate

Sumber: Bank Indonesia, (2019).

Dari Gambar di atas terlihat bahwa suku bunga BI sesuai BI 7-Day Repo Rate dari bulan Januari 2019 sampai bulan Juni 2019 berada pada level 6, di bulan Juli 2019 sampai dengan bulan Oktober 2019 terjadi penurunan dari 5.75 hingga 5,00 dan hal ini tetap dipertahankan sampai bulan Desember 2019.

Adapun keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi (dari 3.28 % pada bulan Juni 2019, konstan dan menurun sampai 3% pada bulan November 2019) dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.

(32)

Kebijakan suku bunga BI 7-Day (Reverse) Repo Rate BI tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat. Kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif 2.1.3 Inflasi

Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Tabel 2.7. Laju Inflasi tahun 2015 s.d 2019 di 4 Wilayah Sumatera Selatan (%)

No Tahun Nasional Sumsel Palembang Linggau Lubuk Pedesaan

1 2015 3,35 3,1 3,05 3,47 4,36

2 2016 3,02 3,58 3,68 2,74 3,91

3 2017 3,61 2,96 2,85 3,94 0,96

4 2018 3,13 2,74 2,78 2,42 0.84

5 2019 2.72 2.06 2.06 2.1 (0.07)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2019)

Secara y-on-y, inflasi di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2015 sangat berfluktuasi sama halnya dengan inflasi yang terjadi pada skala nasional.

Dari tabel diatas jika dilihat dari IHK tahunan, pada tahun 2019 Inflasi di Provinsi Sumatera Selatan berada pada level 2,06%, menurun sebesar 68 basis poin dari tahun 2018 yang mengalami inflasi sebesar 2,74% sedangkan inflasi secara nasional berada pada level 3,72%.

2.1.4 Nilai tukar

Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau dikemudian hari antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.

(33)

Gambar 2.4. Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang US Dolar Terhadap Rupiah Sepanjang Tahun 2019.

Sumber: Bank Indonesia, (2019).

Kurs referensi yang dijadikan untuk menentukan Nilai tukar rupiah terhadap US dollar adalah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time.

Nilai tukar rupiah terhadap US dollar sepanjang tahun 2019 dari Diagram di atas cenderung berfluktuasi bergerak naik turun, yang mana level terendah berada pada Rp13.612,00 dan Level tertinggi berada pada Rp 14.513pada tanggal 14 Mei 2019 dan ditutup pada level Rp13.875,00 di akhir Desember 2019.

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Indikator pembangunan adalah indikator yang dapat menilai/mengevaluasi keberhasilan pembangunan, dalam hal ini ketercapaian tujuan fiskal. Indikator pembangunan antara lain, indeks pembangunan manusia, tingkat kemiskinan, gini ratio, kondisi ketenagakerjaan.

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia.

IPM merupakan indeks yang memberikan ukuran pencapaian pembangunan berdasarkan perbandingan aspek dasar manusia yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Semakin tinggi IPM maka semakin baik pencapaian pembangunan manusia (indeks 0-1).

(34)

Tabel 2.8. Perkembangan IPM Provinsi Sumatera Selatan 2017 S.D 2019 URAIAN 2017 2018 2019* Indonesia 70.81 71.39 71.92 Jambi 69.99 70.65 N/A Babel 69.99 70.67 71.30 Bengkulu 69.95 70.64 71.21 Sumsel 68.86 69.39 70.02 Lampung 68.25 69.02 N/A

Sumber: Situs BPS Provinsi Sumatera Selatan (Data Dinamik, BRS tgl 17-02-2020) *) Data belum tersedia (N/A) di situs BPS terkait

Pada tahun 2019 kualitas pembangunan manusia berdasarkan IPM di Sumatera Selatan memang masih dibawah kualitas pembangunan manusia secara nasional dimana IPM Indonesia sudah mencapai 71,92 sedangkan Sumatera Selatan berada pada angka 70,02. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembangunan manusia di wilayah Sumatera Selatan masih belum mengunguli daerah-daerah lainnya di Indonesia. Untuk di wilayah Sumbagsel, IPM Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu yang terendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas hidup manusia di Sumatera Selatan dilihat dari angka harapan hidup, pendidikan, dan kelayakan hidup relatif masih tertinggal dibandingkan daerah sekitar.

Pada tabel dibawah ini akan disajikan Tabel Pemantauan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota tahun 2015-2019 di Provinsi Sumatera Selatan:

Tabel 2.9. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan TA.2015 s.d 2019

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019* OKU 67.18 67.47 68.28 69.01 69.45 OKI 64.73 65.44 66.11 66.57 66.96 Muara Enim 65.82 66.71 67.63 68.28 68.88 Lahat 65.25 65.75 66.38 66.99 67.62 Musi Rawas 64.11 64.75 65.31 66.18 66.92 Muba 65.76 66.45 66.96 67.57 67.83 Banyuasin 64.15 65.01 65.85 66.40 66.90 OKU Selatan 62.57 63.42 63.96 64.84 65.43 OKU Timur 67.17 67.38 67.84 68.58 69.34 Ogan Ilir 65.35 65.45 65.63 66.43 67.22 Empat Lawang 63.55 64.00 64.21 64.81 65.10 PALI 60.83 61.66 62.58 63.49 64.33 Muratara 62.32 63.05 63.18 63.75 64.32 Palembang 76.29 76.59 77.22 77.89 78.44 Prabumulih 73.19 73.38 73.58 74.04 74.40 Pagar Alam 65.37 65.96 66.81 67.62 68.44 Lubuk Linggau 73.17 73.57 73.67 74.09 74.81 Sumsel 67.46 68.24 68.86 69.39 70.02

(35)

IPM untuk kabupaten/kota sebagaimana dalam tabel di atas terlihat ada tiga daerah yang berstatus kota yang mempunyai IPM di atas Sumatera Selatan yaitu Kota Lubuk Linggau(74.81), Kota Prabumulih (74.4) dan yang paling tinggi adalah Kota Palembang (78.44).

Hal ini menunjukkan akses yang lebih mudah terhadap berbagai fasilitas yang ada di perkotaan, seperti pendidikan dan kesehatan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia yang lebih baik jika dibandingkan daerah pedesaan yang banyak tersebar di berbagai wilayah kabupaten.

Progres perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota tahun 2015-2019 di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10. Perkembangan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan TA.2015 s.d 2019 Kabupaten/Kota 2015 > 2016 2016 > 2017 2017 > 2018 2018 > 2019 2015 > 2019 OKU 0.43% 1.20% 1.07% 0.64% 3.38% OKI 1.10% 1.02% 0.70% 0.59% 3.45% Muara Enim 1.35% 1.38% 0.96% 0.88% 4.65% Lahat 0.77% 0.96% 0.92% 0.94% 3.63% Musi Rawas 1.00% 0.86% 1.33% 1.12% 4.38% Muba 1.05% 0.77% 0.91% 0.38% 3.15% Banyuasin 1.34% 1.29% 0.84% 0.75% 4.29% OKU Selatan 1.36% 0.85% 1.38% 0.91% 4.57% OKU Timur 0.31% 0.68% 1.09% 1.11% 3.23% Ogan Ilir 0.15% 0.28% 1.22% 1.19% 2.86% Empat Lawang 0.71% 0.33% 0.93% 0.45% 2.44% PALI 1.36% 1.49% 1.45% 1.32% 5.75% Muratara 1.17% 0.21% 0.90% 0.89% 3.21% Palembang 0.39% 0.82% 0.87% 0.71% 2.82% Prabumulih 0.26% 0.27% 0.63% 0.49% 1.65% Pagar Alam 0.90% 1.29% 1.21% 1.21% 4.70% Lubuk Linggau 0.55% 0.14% 0.57% 0.97% 2.24% Sumsel 1.16% 0.91% 0.77% 0.91% 3.79%

Sumber: Situs BPS Provinsi Sumatera Selatan (Data Dinamik, BRS tgl 17-02-2020)

Dari tabel di atas bisa disimpulkan bahwa Kabupaten Ogan Ilir, PALI dan Kota Pagar alam memiliki tingkat pertumbuhan IPM yang tertinggi di 18 Kabupaten/kota di Provinsi Sumsel selama kurun waktu 2018 s.d 2019, sedangkan Provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan IPM yang tertinggi selama kurun waktu 2015 s.d 2019 adalah kabupaten Muara enim, OKU Selatan, PALI dan kota Pagar Alam mengungguli tingkat pertumbuhan PDRB 4 tahunan Provinsi Sumatera Selatan secara Umum.

(36)

2.2.2 Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Adapun jumlah penduduk miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014-2018 seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.11. Jumlah penduduk Miskin (Ribu Jiwa)

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019

Ogan Komering Ulu 46.04 46.97 46.34 45.71 12.77 Ogan Komering Ilir 134.07 127.54 127.06 124.86 15.01 Muara Enim 86.95 82.35 81.30 78.58 12.41 Lahat 70.67 67.83 67.33 65.31 15.92 Musi Rawas 58.01 55.50 55.96 54.75 13.37 Musi Banyuasin 111.90 106.78 105.08 105.15 16.41 Banyuasin 100.64 95.99 95.28 95.29 11.33 Oku Selatan 40.63 38.42 38.63 37.87 10.53 Oku Timur 72.84 73.93 72.81 70.65 10.43 Ogan Ilir 58.96 57.01 56.84 55.87 13.31 Empat Lawang 31.62 30.17 30.29 30.20 12.30 PALI 26.81 25.89 26.75 25.78 13.47 Muratara 35.92 36.95 36.45 36.19 19.12 Palembang 203.12 191.95 184.41 179.32 10.90 Prabumulih 21.37 20.47 20.72 20.95 11.61 Pagar Alam 12.87 12.40 12.12 12.07 8.90 Lubuk Linggau 33.21 31.05 29.54 29.74 12.95 Provinsi Sumsel 1.145,63 1.101,20 1.086,92 1.068,27 1,073.74 Nasional 28.592,79 28.005,39 27.771,22 25.949,80 24.785,87

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan (2019)

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 adalah sebanyak 1,073 juta jiwa atau 12,7 persen dari total 8,470 juta jiwa penduduk Provinsi Sumatera Selatan.

Persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan ini lebih tinggi dari pada persentase penduduk miskin secara nasional yaitu sebesar 25,95 juta atau 9,89 persen dari total 262,45 juta jiwa penduduk Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa permasalahan kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan lebih serius dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 adalah sebanyak 1,068 juta jiwa atau 12,8 persen dari total 8,370 juta jiwa penduduk Provinsi Sumatera Selatan. Setiap tahun jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan, hal ini sudah mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana

Gambar

Gambar 2.2. Trend Pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi SUMSEL dibanding  Nasional Tahun 2015 - 2019 (%)
Gambar 2.4. Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang US Dolar Terhadap Rupiah  Sepanjang Tahun 2019
Tabel 3.4  Penerimaan  PNBP  Pemerintah  Pusat  di  Provinsi  Sumatera  Selatan  Tahun  2018-2019 (menurut fungsional Kementerian/Lembaga (dalam miliar rupiah)
Tabel 3.5  Perkembangan  Pagu  dan  Realisasi  berdasarkan  Bagian  Anggaran  di  Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017-2019 (dalam miliar rupiah) Kementerian/
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai institusi ter- depan dalam bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Pujud yang jumlah penduduknya tergolong cukup banyak sebagai- mana didapat dari data

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap keaktifan kader posyandu di Kalurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Surakarta Tahun 2013.. Metode

“Haroa” sebagai sebuah tradisi dan merupakan rumpun media tradiosional adalah merupakan salah satu media dakwah efektif yang digunakan oleh tokoh agama (khatibi, lebe)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang

WT Strategi: UKM Kerupuk Kulit dapat meningkatkan kualitas produk seperti merek, perijinan, BPOM pegemasan.Berdasarkan hasil obsevasi dan pengamatan produk kerupuk

Setelah seleksi fitur diterapkan pada analisis sensor electronic tongue, didapat larik sensor baru dengan jumlah sensor minimal, namun tetap memiliki peforma yang

Air pemadam kebakaran yang terkontaminasi harus dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.. Tindakan

Hal ini didasarkan oleh hasil penelitian Mirlina (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan konsentrasi garam 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dan 3% tidak memberikan pengaruh yang berbeda