SINERGI DAN KONVERGENSI PROGRAM PENANGANAN STUNTING DI SUMATERA SELATAN
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (stunting).Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8%. Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting.
Mengacu pada “the conceptual framework of the determinants of child undernutrition” (UNICEF), the underlying drivers of malnutrition” penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Namun demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung, stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi, antara lain faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil dan anak balita, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan, masih terbatasnya layanan kesehatan bagi ibu pada masa kehamilan, dan masih kurangnya akses kepada makanan bergizi, serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Namun intervensi paling menentukan adalah pada 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).
Kekerdilan (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Hal ini dapat disebabkan karena kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dan kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode seribu hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecedasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI prevalensi balita sangat pendek dan pendek di Sumatera Selatan sebesar 31,7 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan Nasional sebesar 30,8 persen. Ini menunjukkan bahwa tingkat prevalensi di Sumatera Selatan tergolong tinggi. Prevalensi tertinggi terdapat pada Kabupaten Lahat sebesar 48.1 persen sedangkan prevalensi terendah terdapat di Kota Palembang 25.9 persen.
Gambar 7.1. Prevalensi Balita Sangat Pendek dan Pendek provinsi/Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
Sumber: Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat, 2018
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan melalui aplikasi elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) jumlah balita yang mengalami stunting selama tahun 2019 di provinsi Sumatera Selatan sebanyak 15.408 balita dimana rata-rata jumlah balita yang mengalami stunting di Sumsel sebanyak 906 balita. Pada gambar dibawah ini dapat diketahui terdapat enam kabupaten/kota dengan jumlah balita yang mengalami stunting diatas rata-rata Provinsi Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang.
48.1% 43.9% 39.5% 36.0% 34.6% 34.4% 33.2% 33.2% 32.0% 31.9% 31.7% 31.1% 30.6% 29.3% 27.2% 26.4% 26.2% 25.9% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% LAHAT OGAN ILIR PALI EMPAT LAWANG MUSI RAWAS MUARA ENIM MUSI RAWAS UTARA OGAN KOMERING ULU LUBUKLINGGAU PAGAR ALAM SUMATERA SELATAN MUSI BANYUASIN OGAN KOMERING ILIR BANYU ASIN OKU TIMUR OKU SELATAN PRABUMULIH PALEMBANG
Gambar 7.2. Data Jumlah Stunting Per Provinsi/Kabupaten/Kota
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2019
Berdasarkan data yang dientry di masing-masing puskesmas pada kabupaten/kota melalui aplikasi elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), Kabupaten/Kota yang mengalami kasus stunting tertinggi terdapat pada Kabupaten Banyu Asin sebanyak 4.213 balita atau 27.3 persen dari keseluruhan kabupaten/kota. Sedangkan lokus penanganan stunting pada tahun 2019 terdapat pada dua kabupaten yaitu kabupaten Muara Enim dan kabupaten Ogan Komering Ilir. Namun demikian, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, Kabupaten Lahat merupakan daerah dengan jumlah penderita stunting terbesar. Sementara untuk tahun 2020 lokus penanganan stunting menjadi enam kabupaten/kota yaitu Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Ogan Ilir, dan Kabupaten Banyu Asin.
Selama tahun 2019, Kota Palembang memiliki 117.355 sasaran balita dan baru 62,66 persen balita yang diperiksa dan datanya dientry melalui aplikasi elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM). Dari pemeriksaan kesehatan tersebut ditemukan 2.165 balita mengalami kasus stunting. Sementara itu di Kabupaten Banyu Asin dari 84.534 sasaran balita sebanyak 54,70 persen data yang sudah di entry. Dari data tersebut sebanyak 4.213 balita (9,1 persen) mengalami stunting.
310 1,265 1,536 1,048 1,170 585 4,213 409 122 848 60 582 548 2,165 164 147 236 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 Rata-rata Provinsi Sumsel: 906
Tabel 7.1. Sasaran Balita dan Jumlah Stunting Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
Pemda Sasaran Balita
Balita yang dientry Tinggi Badan/Usia Jumlah Stunting Sangat
Pendek Pendek Normal
KAB OGAN KOMERING ULU 43.779 9.022 93 217 2.586 310 KAB OGAN KOMERING ILIR 80.807 36.062 420 845 10.042 1.265 KAB MUARA ENIM 65.598 34.459 465 1.071 23.041 1.536 KAB LAHAT 39.360 17.771 324 724 6.118 1.048 KAB MUSI RAWAS 38.683 11.908 372 798 5.567 1.170 KAB MUSI BANYUASIN 76.395 34.882 172 413 9.363 585 KAB BANYU ASIN
84.534 46.239 1.829 2.384 19.734 4.213 KAB OKU SELATAN 49.053 12.565 167 242 3.532 409 KAB OKU TIMUR
66.255 19.199 25 97 3.734 122 KAB OGAN ILIR 40.934 22.420 321 527 4.510 848 KAB EMPAT LAWANG 30.946 3.415 20 40 320 60 KAB PALI 29.071 7.142 305 277 2.345 582 KAB MUSI RAWAS UTARA 19.066 5.811 215 333 2.136 548 KOTA PALEMBANG 117.355 73.538 804 1.361 38.443 2.165 KOTA PRABUMULIH 22.625 4.792 60 104 953 164 KOTA PAGAR ALAM 20.788 3.774 44 103 3.190 147 KOTA LUBUKLINGGAU 25.318 3.774 70 166 1.662 236
JUMLAH 850.567 346.773 5.706 9.702 137.276 15.408
Sumber: Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2019
Kota Palembang dan Kabupaten Banyu Asin termasuk kabupaten/kota yang paling banyak melakukan entry data balita. Secara keseluruhan, kabupaten/kota di Sumatera Selatan memiliki 850.567 sasaran balita namun baru 40,77 persen atau 346.773 balita yang diperiksa di Puskesmas dan dientry melalui aplikasi e-ppgbm sehingga masih
terdapat 59,23 persen balita yang belum di entry datanya. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan tersebut ditemukan jumlah balita yang mengalami stunting (tinggi badan sangat pendek dan pendek dibandingkan usianya) sebanyak 15.408 balita.
Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Konvergensi percepatan pencegahan stunting adalah intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama yang menyasar kelompok sasaran prioritas seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-23 bulan untuk mendapatkan akses layanan yang diperlukan untuk mencegah stunting.
Pencegahan anak kerdil (stunting) perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha, masyarakat umum dan lainnya serta memastikan konvergensi seluruh program/kegiatan terkait pencegahan anak kerdil (stunting). Poin utamanya adalah untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-23 bulan.
Penanganan Stunting
Penanganan stunting dilakukan melalui intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif pada sasaran 1000 hari pertama kehidupan dari anak sejak di kandungan sampai berusia 23 bulan. Secara umum, intervensi gizi-spesifik diselenggarakan oleh sektor kesehatan, sedangkan intervensi gizi sensitif biasanya diselenggarakan oleh sektor lain.
1. Belanja Kementerian/Lembaga dalam APBN Intervensi Spesifik
Penanganan stunting yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui intervensi spesifik ditujukan langsung kepada ibu hamil dan anak dalam 1000 hari pertama kehidupan. Intervensi spesifik tersebut dilakukan diantaranya melalui kegiatan pembinaan gizi dengan memberikan suplementasi gizi pada ibu hamil dan balita. Disamping itu Kementerian Kesehatan juga melakukan pembinaan peningkatan pengetahuan tentang gizi di masyarakat karena kurangnya pengetahuan seorang ibu tentang gizi yang seimbang mengakibatkan tidak cukupnya asupan gizi yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting. Anggaran yang disediakan untuk kegiatan tersebut yang berasal dari APBN adalah sebesar Rp2.325.738.000,- dengan tingkat penyerapan anggaran 100%.
Tabel 7.2. Realisasi APBN Penanganan Stunting Intervensi Spesifik tahun 2019
Program/Kegiatan/Output
DIPA OUTPUT
Pagu Realisasi Penyerapan % Target Realisasi % Capaian
Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi pada Ibu
Hamil dan Balita 100.000.000 98.179.000 98,18% 17 17 100,00%
Pembinaan dalam
Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat
400.150.000 397.956.800 99,45% 17 17 100,00% Peningkatan Surveilans Gizi 1.825.588.000 1.766.779.130 96,78% 17 17 100,00% Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga
Pembinaan dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan 429.054.000 425.422.100 99,15% 1 1 100,00%
Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan
Kunjungan Neonatal Pertama 401.192.000 399.974.000 99,70% 1 1 100,00% Pembinaan Dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah 459.514.000 453.312.500 98,65% 1 1 100,00% Pembinaan Pencegahan Stunting 455.147.000 454.927.000 99,95% 1 1 100,00% Pembinaan Dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal 535.992.000 528.778.000 98,65% 5 5 100,00%
Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kegiatan Pembinaan Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
Layanan Imunisasi 953.604.000 896.070.000 93,97% 17 17 100,00%
Kegiatan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Layanan Capaian Eliminasi
Malaria 1.206.750.000 1.122.416.800 93,01% 311 311 100,00%
Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan
Kecacingan 3.265.000.000 3.190.685.917 97,72% 12 12 100,00%
Sumber: MonevPA, MEBE (20-02-2020, diolah)
Selain itu Kementerian Kesehatan juga melakukan pembinaan Kesehatan Keluarga seperti melakukan pembinaan dalam persalinan, sampai melakukan pembinaan dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah dengan realisasi pada tahun 2019 ini sebesar Rp2.289.413.600,-.
Stunting selain disebabkan kurangnya gizi pada 1000 hari pertama kehidupan pada bayi juga dapat disebabkan oleh infeksi dan penyakit. Untuk mencegah terjadinya stunting yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit yang ditularkan melalui binatang, Kementerian Kesehatan melakukan pengendalian penyakit malaria, filariasis dan kecacingan disamping juga menyelenggarakan layanan imunisasi dalam rangka pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
Intervensi Sensitif
Selain penanganan dan pencegahan melalui intervensi spesifik dilakukan juga intervensi sensitif. Intervensi sensitif adalah kegiatan atau program yang dilakukan diluar sektor kesehatan yang sasarannya tidak hanya bayi dalam 1000 hari pertama kehidupan tetapi juga masyarakat umum.
Tabel 7.3. Realisasi APBN Penanganan Stunting Intervensi Sensitif tahun 2019
K/L Nama Output
DIPA OUTPUT
Pagu Realisasi %
Penyerapan Target Realisasi
% Capaian Kementerian Pertanian Lumbung Pangan Masyarakat 1.357.400.000 1.355.032.600 99,83% 19 19 100,00% Pemberdayaan Pekarangan Pangan 6.521.500.000 6.479.095.000 99,35% 143 142 99,30% Hasil Pengawasan keamanan dan mutu pangan Segar 750.000.000 691.327.850 92,18% 1 1 44,00% Kementerian Kesehatan Kampanye Hidup Sehat melalui Berbagai Media 679.935.000 637.794.200 93,80% 3 3 100,00% Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program Kesehatan 911.320.000 841.411.890 92,33% 1 1 100,00% Pengawasan terhadap Sarana Air Minum 91.861.000 89.362.600 97,28% 1.157 1.157 100,00% Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 126.368.000 122.522.000 96,96% 1.828 1.828 100,00% Rumah Sakit Rujukan yang Memiliki Pelayanan sesuai Standar 150.000.000 148.554.100 99,04% 1 1 100,00%
Alat Kesehatan 118.674.545.000 111.871.006.192 94,27% 724 364 50,28% Kementerian Agama Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 2.866.500.000 2.213.340.000 77,21% 16.636 8.805 52,93% Pembinaan Keluarga Hittasukhaya 10.396.000 10.395.600 100,00% 1 1 100,00% Kementerian Sosial Keluarga Miskin yang Mendapat Bantuan Tunai Bersyarat 4.508.940.000 4.486.780.000 99,51% 1 1 100,00% Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sistem Pengelolaan Air Limbah 143.122.782.000 137.109.823.327 95,80% 24.685 11.293 45,75% SPAM Terfasilitasi 18.247.280.000 16.113.071.482 88,30% 8 8 92,00% SPAM Berbasis Masyarakat 70.156.969.000 68.560.101.024 97,72% 0 0 70,71% Badan Pengawas Obat dan Makanan
KIE Obat dan
Makanan Aman 2.150.280.000 2.075.051.500 96,50% 34 12 35,29% Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK 935.000.000 890.360.000 95,23% 37.604 36.478 97,01% Penguatan Peran IPK Remaja dan BKR dalam Edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja Putri sebagai Calon Ibu
1.892.628.000 1.778.416.400 93,97% 1.191 1.145 96,14%
Sumber: MonevPA, MEBE (20-02-2020, diolah)
Intervensi sensitif ini selain dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan melakukan pengadaan alat kesehatan, melakukan kampanye hidup sehat, juga dilakukan oleh Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, BPOM, BKKBN, serta Kementerian Agama.
Kementerian Pertanian melakukan pemberdayaan pekarangan pangan dengan meluncurkan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari yang bertujuan untuk mempercepat penganekaragaman pangan dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan selain sebagai kegiatan intervensi spesifik penanganan stunting, juga ditujukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan serta penanganan daerah rawan pangan dengan realisasi pada tahun 2019 ini mencapai Rp. 6,4 milyar.
Program Keluarga Harapan diluncurkan oleh Kementerian Sosial bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dengan memberikan bantuan dana tunai bersyarat bagi keluarga miskin dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan. Dengan bantuan ini diharapkan dapat membantu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga yang sangat miskin dan peningkatan kesehatan sehingga salah satu faktor penyebab terjadinya stunting dapat dikurangi. Realisasi bantuan dana tunai bersyarat pada tahun 2019 ini mencapai Rp.4,4 milyar.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memberikan dukungan pencegahan stunting melalui pembangunan fasilitas sistem pengelolaan air limbah, dan sistem pengadaan air minum berbasis masyarakat dan terfasilitasi dengan realisasi mencapai Rp. 223 milyar.
Pendampingan, Koordinasi dan Dukungan Teknis
Aksi penanganan dan pencegahan tidak langsung dalam menangani stunting ini berupa kegiatan pendampingan, koordinasi, dan dukungan teknis. Intervensi tidak langsung ini berdampak tidak secara langsung namun bersama-sama dengan kegiatan lain memberikan dukungan dalam pencegahan maupun penanganan stunting
Tabel 7.4 Realisasi APBN Penanganan Stunting Pendampingan, Koordinasi, dan Dukungan Teknis tahun 2019
K/L Nama Output
DIPA OUTPUT
Pagu Realisasi Penyerapan Target Realisasi % Capaian %
Kementerian Pertanian Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah 220.000.000 208.523.852 94,78% 3 3 37,00% Kementerian Kesehatan Layanan Data Informasi 448.230.000 424.945.900 94,81% 1 1 100,00% Pembinaan Kabupaten/Kota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat 2.034.740.000 1.861.409.000 91,48% 3 3 100,00%
Pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga 116.773.000 116.516.600 99,78% 71 71 100,00% Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan 120.057.000 107.030.000 89,15% 30 30 90,00% Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan 2.152.103.000 1.970.966.650 91,58% 510 510 95,00% Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1.096.287.000 883.245.631 80,57% 2 0 22,00% Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM 1.319.763.000 859.730.418 65,14% 30 9 30,00% Badan Pusat Statistik Publikasi/Laporan Statistik Kesejahteraan Rakyat 5.941.493.000 5.842.779.127 98,34% 32 27 84,38%
Sumber: MonevPA, MEBE (20-02-2020, diolah)
Dukungan teknis dari Kementerian Pertanian dalam penanganan stunting berupa ketersediaan data pangan per wilayah di daerah dapat membantu membuat kebijakan dengan mengetahui daerah yang tergolong rawan pangan. Dengan demikian dapat diinventarisasi dan diidentifikasi daerah yang mengalami permasalahan ketahanan pangan. Kegiatan analisis yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2019 ini dianggarkan Rp220.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp208.523.852,-.
Layanan Data informasi adalah dukungan teknis yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan berupa data yang tersedia pada aplikasi e-PPGBM. Aplikasi e-PPGBM adalah aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat yang digunakan untuk mencatat data sasaran individu dan penimbangan atau pengukuran yang dapat memberikan feedback secara langsung status gizi sasaran tersebut.
Penginputan data balita yang sudah ditimbang maupun diukur berat badannya di posyandu masih dalam proses perekaman di puskesmas. Sebagai gambaran, untuk merekam 30 data balita, diperlukan waktu 1 hari. Sehingga bila terdapat 1000 balita maka diperlukan waktu kurang lebih satu bulan. Hal tersebut disebabkan kurangnya petugas/operator di puskesmas.
Dengan mendapat data yang lengkap dari aplikasi e-PPGBM maka dapat diketahui secara pasti jumlah penderita stunting, nama dan alamat balita penderita stunting. Berdasarkan data pada aplikasi tersebut, Dinas Kesehatan akan melakukan konfirmasi untuk memastikan data yang direkam memang benar balita yang dilaporkan menderita stunting. Balita yang menderita stunting dilakukan penangangan untuk mencegahnya menjadi “stunted”. Penanganan yang tepat harus diketahui lebih dulu sebab terjadinya stunting pada penderita, misal karena kekurangan gizi, adanya infeksi, atau kesalahan pola asuh dan pola makan. Lalu kemudian dilakukan pembinaan pola asuh dan pola makan oleh tenaga kesehatan dengan menyelenggarakan pembinaan kepada masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat, menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan, dan melakukan pembinaan kepada puskesmas.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga melakukan pembinaan dan pengawasan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman dan sistem penyediaan air minum sebagai bentuk kegiatan koordinasi dalam pencegahan stunting. Dana yang dianggarkan pada tahun 2019 untuk kegiatan tersebut adalah sebesar Rp. 1,74 milyar.
2. Belanja DAK Fisik dan Dana Desa
Tabel 7.5 Realisasi DAK FISIK/ DANA DESA Penanganan Stunting tahun 2019
Bidang/Kegiatan
DIPA Output
Nilai Kontrak Realisasi %Real Target Realisasi %Capaian
Penugasan Kesehatan
Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (PMT BUMIL KEK - Pabrikan)
1.779.139.620 - - 2 - -
Penyediaan Obat Gizi 5.787.813.590 5.650.861.890 97,63 2500 2300 92 Penyediaan Alat Antropometri 1.998.032.133 1.998.032.133 100 240 240 100 Pengadaan Bina Keluarga Balita (BKB)
Kit 60.000.000 60.000.000 100 10 10 100
Penyediaan Sarana Prasarana
Kesehatan Lingkungan 1.669.335.000 1.669.335.000 100 82 82 100
Pengembangan Jaringan Perpipaan
SPAM 20.018.535.911 20.018.535.910 100 3.345 3.345 100
Pembangunan BJP terlindungi dengan pilihan Pembangunan Bangunan
Penangkap Mata Air (PMA) 1.281.556.000 1.281.556.000 100 100 100 100 Pembangunan BJP terlindungi dengan
pilihan Pembangunan Bak
Penampungan Air Hujan (PAH) 701.354.000 701.354.000 100 100 100 100
Penugasan Air Minum
Pengembangan Jaringan Perpipaan
SPAM 14.322.085.426 14.027.776.420 98 2.226 2.180 98
Peningkatan kapasitas SPAM/Uprating
IPA SPAM 13.768.819.746 13.768.819.531 100 1.938 1.938 100
Affirmasi Air Minum
Pengembangan jaringan Perpipaan
SPAM 7.244.650.000 7.244.650.000 100 300 300 100
Peningkatan kapasitas SPAM/Uprating
IPA SPAM 856.803.000 856.803.000 100 225 225 100
Pembangunan BJP terlindungi dengan pilihan Pembangunan Bak
Penampungan Air Hujan (PAH)
3.249.999.998 3.249.999.998 100 500 500 100
Affirmasi Sanitasi
Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) di daerah perdesaan (Afirmasi)
12.415.474.000 12.415.473.992 100 2.800 2.800 100 Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
Skala Permukiman (Afirmasi) 7.536.000.000 7.536.000.000 100 1.300 1.300 100
Sumber: OMSPAN (20-02-2020, diolah)
Penanganan stunting spesifik dialokasikan pada jenis DAK Fisik Penugasan untuk bidang Kesehatan melalui kegiatan Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis dan penyediaan obat gizi. Dari kedua kegiatan penanganan stunting spesifik hanya penyediaan obat gizi yang dapat terealisasi di Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara penanganan stunting sensitif pada jenis DAK Fisik Penugasan Kesehatan terealisasi melalui kegiatan Penyediaan Alat Antropometri, Pengadaan Bina Keluarga Balita Kit, dan Penyediaan Sarana Prasarana Kesehatan Lingkungan. Selain pada DAK Fisik Penugasan Kesehatan penanganan stunting sensitif juga dialokasikan pada DAK Fisik untuk bidang Air minum dan Sanitasi melalui kegiatan Pengembangan Jaringan Perpipaan SPAM, Peningkatan Kapasitas SPAM, serta Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat dan Setempat.
3. Belanja APBD Intervensi Gizi Spesifik
Tabel 7.6 Realisasi APBD Penanganan Stunting Intervensi Gizi Spesifik tahun 2019
Sasaran/Kelompok Jenis Intervensi OPD Pagu Realisasi Real %
Remaja Putri dan
Wanita Subur - - - - -
Ibu Hamil
Pendampingan ibu hamil resiko tinggi pada kab/kota dengan jumlah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tinggi
Dinas
Kesehatan 400.000.000 385.400.000 96,4
Ibu Menyusui dan Anak usia 0-24 bulan
Survei Kecacingan pada
Daerah Fokus Stunting Dinas Kesehatan 297.600.000 256.550.000 86,2 Anak usia 24-59
bulan - - - - -
Sumber: Bappeda (20-02-2020, diolah)
Intervensi Gizi Spesifik yang didanai dari APBD pada Kementerian Kesehatan adalah melakukan pendampingan ibu hamil yang difokuskan pada daerah kabupaten atau kota yang tercatat dengan jumlah kematian ibu dan anak yang tinggi dengan pagu anggaran sebesar Rp400.000.000,- yang terealisasi 96,4% atau sebesar Rp385.400.400,-. Kecacingan dapat menyebabkan anak kurang gizi yang pada akhirnya menyebabkan stunting. Kecacingan ini disebabkan larva atau telur cacing yang kontak langsung dengan kulit. Didalam tubuh cacing akan berkoloni dan berkembang biak di usus lalu menyerap nutrisi yang masuk seperti karbohidrat dan protein. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan melakukan survei kecacingan pada daerah fokus stunting yang ditujukan pada ibu menyusui dan anak usia sampai dengan 24 bulan untuk mendapatkan data penderita kecacingan dengan realisasi sebesar Rp256.550.000,- dari pagu Rp297.600.000,- atau mencapai 86,2%. Servei ini adalah langkah awal untuk kemudian ditindaklanjuti dengan pemberian obat cacing untuk mencegah anak kekurangan gizi yang akhirnya menyebabkan stunting.
Intervensi Gizi Sensitif
Tabel 7.7 Realisasi APBD Penanganan Stunting Intervensi Gizi Sensitif tahun 2019
Sasaran/Kelompok Jenis Intervensi OPD Pagu Realisasi % Real
Peningkatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Pengadaan Cetakan Jamban
Sehat dan Murah Dinas Kesehatan 500.000.000 497.117.500 99,42 Percepatan Peningkatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dinas Kesehatan 150.000.000 142.934.760 95,29 Peningkatan Jaringan Perpipaan SPAM Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 15.950.000.000 15.564.328.500 97,58 Pengembangan Jaringan Perpipaan SPAM Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 10.000.000.000 9.730.277.550 97,3 Peningkatan Kesadaran,
Komitmen dan Praktik Pengasuhan dan Gizi Ibu dan Anak
Penyebarluasan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Perilaku Hidup Sehat melalui berbagai Media
Dinas Kesehatan 623.580.000 601.675.000 96,49
Orientasi Pemberdayaan Masyarakat Bagi Kader Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat
Dinas Kesehatan 238.060.000 125.760.000 52,83
Wokshop Pencegahan dan
Penurunan Stunting Dinas Kesehatan 111.080.000 100.604.000 90,57 Fokus Group Discussion
Akselerasi Program 1000 HPK di Kab/Kota
Dinas Kesehatan 111.200.000 93.073.500 83,7
Lomba Balita Sehat Tingkat
Provinsi Dinas Kesehatan 148.100.000 119.237.800 80,51 Permassalan Olahraga Bagi
Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat
Dinas Pemuda dan
Olahraga 90.000.000 88.000.000 97,78
Riset Aksi Peningkatan Kualitas Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah 100.000.000 38.800.000 38,8 Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Gizi dan Kesehatan
Pembinaan, pendampingan dan Penilaian Posyandu Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan 150.000.000 137.435.000 91,62
Pembinaan Imunisasi dan
Pengelolaan Vaksin Dinas Kesehatan 150.000.000 147.698.100 98,47
Pemantapan Layanan
HIV/AIDS dan Penyakit Inveksi Menular Seksual dan Hepatitis
Dinas Kesehatan 178.260.000 175.060.000 98,2
Pre Assesment Eliminasi
Malaria Dinas Kesehatan 84.000.000 79.820.000 95,02 Pembinaan Pelaksanaan
Penanganan
Kegawatdaruratan Ibu Hamil dan Bayi baru Lahir
Dinas Kesehatan 113.660.000 74.670.000 65,7
Pembinaan Pelayanaan Kesehatan Bayi, Balita dan Remaja sesuai standar di Puskesmas
Dinas Kesehatan 115.470.000 98.110.000 84,97
Penguatan Kelembagaan TP-UKS dan Tim Pembina Sekolah Sehat di Sumatera Selatan
Biro Kesejahteraan
Rakyat 120.000.000 106.000.000 88,33 Peningkatan Akses
Pangan Bergizi
Cadangan Pangan Daerah
Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan 500.000.000 461.000.000 92,2
Monitoring dan Evaluasi Lumbung serta Cadangan Pangan Masyarakat
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
100.000.000 99.000.000 99
Analisis Konsumsi Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
100.000.000 81.000.000 81
Lomba Cipta menu B2SA, dan Promosi Konsumsi Pangan
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
250.000.000 219.000.000 87,6
Gerakan Diversivikasi Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 250.000.000 240.000.000 96 Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 1.149.000.000 1.116.000.000 97,13 Analis NBM dan PPH Ketersediaan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 50.500.000 45.800.000 90,69
Pelayanan Inseminasi Buatan Menunjang PSDS
Dinas Ketahanan Pangan dan
Pengembangan Bibit dan Hijauan Pakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 200.000.000 199.000.000 99,5 Pemeliharaan Kesehatan Hewan dan Pemuliaan Bibit
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
300.000.000 284.000.000 94,67
Pemeliharaan Sarana, Prasarana dan Kebun Hijauan Makanan Ternak (HMT)
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
200.000.000 195.000.000 97,5
Pusat Pengembangan Kerbau Rawa
Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan 700.000.000 684.000.000 97,71
Pengembangan Demplot Sapi Perah
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
250.000.000 247.000.000 98,8
Pelestarian Plasma Nutfah Peternakan
Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan 100.000.000 96.000.000 96
Pembinaan Sentra Peternakan Rakyat
Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan 50.000.000 50.000.000 100
Pengembangan Desa Mandiri Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 300.000.000 297.000.000 99 Pengembangan Ternak di Daerah Pengentasan Kemiskinan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 200.000.000 195.000.000 97,5 Pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)
Dinas Ketahanan Pangan dan
Peternakan 100.000.000 89.000.000 89
Sertifikasi dan Registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
300.000.000 282.000.000 94
Media publikasi Produk pangan segar asal tumbuhan (PSAT) bersertifikat
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
50.000.000 46.000.000 92
Bimtek Pengawasan Mutu dan pangan segar asal tumbuhan (PSAT) bagi pelaku usaha
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan 100.000.000 97.000.000 97 Pengembangan Minapolitan Mendukung Industrialisasi Patin
Dinas Kelautan dan
Pengembangan Data, Informasi Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan
Dinas Kelautan dan
Perikanan 100.000.000 87.000.000 87
Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan
Dinas Kelautan dan
Perikanan 200.000.000 192.000.000 96 Promosi dan Peningkatan
Citra Produk Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan 191.000.000 189.000.000 98,95
Pengembangan sarana pengolahan hasil Perikanan dan Kelautan untuk Poklahsar
Dinas Kelautan dan
Perikanan 250.000.000 241.000.000 96,4
Pengembangan dan pembinaan kemasan produk hasil Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan
Perikanan 200.000.000 189.000.000 94,5
Penerapan SKP dan SNI Dinas Kelautan dan
Perikanan 100.000.000 89.000.000 89 Pasar Murah Dinas Perdagangan 120.000.000 117.000.000 97,5
Sumber: Bappeda (20-02-2020, diolah)