5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Bahasa 2.1.1.1 Pengertian Bahasa
Pengertian bahasa menurut Harjono dan Pirenomulyo (2009:2) dapat dilihat
melalui tiga sudut pandang yaitu: 1. Bahasa sebagai Istilah
Sebagai istilah, bahasa dapat memiliki pengertian yang bersifat umum- khusus dan abstrak- konkrit. Pengertian secara umum berarti bahasa meliputi berbagai macam bahasa (Inggris, Perancis, Jepang, Indonesia, dst). Bahasa dalam arti khusus, hanya merujuk pada bahasa tertentu. Kedua pengertian itu bersifat abstrak. Bahasa dalam arti konkrit dalam bahasa Perancis diberi istilah Parole (ujaran).
2. Bahasa sebagai Sistem
Bahasa sebagai sistem berupa lambang bunyi bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai sistem lambang bunyi (ujaran) bermakna, antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya memiliki sistem yang berbeda, tetapi setiap bahasa sama- sama memiliki dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna.
3. Bahasa sebagai Alat
Sebagai alat, bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara lisan maupun tulis.
2.1.1.2 Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia. Santoso, dkk. ( dalam Harjono dan Pirenomulyo, 2009:4) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi: 1. fungsi informasi
2. fungsi ekspresi diri
3. fungsi adaptasi dan intregasi 4. fungsi control sosial
6
Menurut Harjono dan Pirenomulyo (2009:5) Bahasa juga memiliki fungsi khusus, dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa negara yaitu:
1. bahasa pemersatu dan sebagai bahasa perhubungan antar suku bangsa 2. pemberi identitas bangsa
3. bahasa resmi kenegaraan
4. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
5. bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah
6. alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
2.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Bahasa
Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Hartati (2013 ) adalah sebagai berikut:
1. Siswa menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara.
2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, dan fungsi, serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam- macam tujuan, keperluan dan keadaan.
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan itelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis)
5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia
2.1.2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Siswa belajar dengan mengunakan tiga cara yaitu melalui pengalaman, pengamatan dan bahasa. Dengan cara- cara itu siswa belajar melalui kehidupan mereka dengan menggali dan menemukan sesuatu yang baru secara aktif. Ini berarti, kegiatan belajar berlangsung melalui apa yang dilakukan secara aktif oleh siswa.
Sebelum masuk Sekolah Dasar, anak belajar bahasa melalui komunitasnya, yaitu keluarga, teman, media radio atau televisi dan lingkungannya. Anak memahami apa yang
7
dikatakan oleh anggota komunitasnya dan sekaligus menyampaikan ide serta perasaan dengan yang lain melalui bahasa yang digunakan.
Halliday dalam Solchan dkk. (2008:31) menyatakan ada tiga tipe pembelajaran bahasa yaitu:
1. Belajar Bahasa
Seseorang mempelajari suatu bahasa dengan fokus pada penguasaan kemampuan berbahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang digunakan.
2. Belajar melalui Bahasa
Seseorang menggunakan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, sikap dan ketrampilan
3. Belajar tentang Bahasa
Seseorang mempelajari bahasa untuk mengetahui segala hal yang terdapat pada suatu bahasa, seperti sejarah, sistem bahasa, kaidah berbahasa dan produk bahasa seperti sastra.
Belajar bahasa Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali mereka dengan kemampuan berkomunikasi atau kemampuan menerapkan bahasa Indonesia dengan tepat untuk berbagai tjuan dan dalam konteks yang berbeda. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa Indonesiberfokus pada penguasaan berbahasa( belajar bahasa), untuk dapat diterapkan bagi berbagai keperluan dalam bermacam situasi seperti belajar, berpikir, berekspresi, dan berapresiasi (belajar melalui bahasa). Agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik maka siswa perlu menguasai kaidah bahasa dengan baik pula (belajar tentang bahasa).
Pemahaman tentang apa itu bahasa, seperti apa belajar bahasa dan bagaimana anak belajar bahasa, sepantasnya menjadi pijakan guru dalam merancang, melaksanakan dan melakukan evaluasi pembelajaran bahasa. Dari ketiga hal itu, Solchan dkk. (2008:35) menyimpulkan cara pandang belajar bahasa di SD yaitu:
1. Imersi, yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan menerjunkan siswa secara langsung dalam kegiatan berbahasa.
2. Pengerjaan, yaitu pembelajaran bahasa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berbahasa yang bermakan, fungsional dan otentik
8
3. Demontrasi, yaitu siswa belajar bahasa melalui demonstrasi dengan pemodelan dan dukungan yang disediakan guru.
4. Tanggung jawab, yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih aktivitas berbahasa
5. Uji coba, yaitu pembelajaran bahasa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan dari sudut pandang iswa
6. Harapan, artinya siswa akan berupaya untuk sukses atau berhasil dalam belajar jika mereka merasa bahwa gurunya mengharapkan dia menjadi sukses.
2.1.3 Model Pembelajaran Inovatif Think Talk Write 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Think Talk Write
Menurut Kuswari (2013) Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Metode ini merupakan metode yang dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicara peserta didik.
Secara etimologi think diartikan dengan"berfikir" talk diartikan “ berbicara “ sedangkan write diartikan sebagai "menulis". Jadi think talk write bisa diartikan sebagai berfikir, berbicara, dan menulis. Sedangkan think talk write adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya di komunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
Alur kemajuan strategi think talk write di mulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya bnerbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika di lakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa di minta untuk membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
9 1.1.3.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari model pembelajaran ini yakni, agar proses dan hasil belajar mengajar lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran anak didik dalam belajar. Sedangkan manfaat dari strategi ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran berbasis TTW dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang di ajarkan.
2. Model pembelajaran berbasis TTW dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehinnga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.
2.1.3.3 Langkah- langkah Model Pembelajaran Think Talk Write
Menurut Kuswari (2013) Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut:
1. Think (Berpikir atau Dialog Reflektif)
Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri.
Pada tahap ini peserta didik akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS), kemudian setelah membaca peserta didik akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu). Selanjutnya peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah yang ada secara individu. Proses berpikir ada tahap ini akan terlihat ketika peserta didik membaca masalah kemudian menuliskan kembali apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain itu, proses berpikir akan terjadi ketika peserta didik berusaha untuk menyelasaikan masalah dalam LKS secara individu.
10 2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi)
Pada tahap talk peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk memungkinkan peserta didik untuk terampil berbicara. Pada tahap ini peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi dengan anggota kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah yang telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think.
3. Write (Menulis)
Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda dengan apa yang peserta didik tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal ini terjadi karena setelah peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan.
2.1.3.4 Langkah- langkah Model Pembelajaran Think Talk Write Dalam Pembelajaran
Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan, dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think) untuk di bawah ke forum diskusi.
b. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman di bangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi di harapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang di berikan.
c. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahun yang memuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).
11
d. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang di pelajari. Sebelum itu di pilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain di minta memberikan tanggapan.
2.1.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Talk Write
Adapun kelebihan model pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompoknya. b. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.
c. Model ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Guru menjadi monitoring dan menilai partisipasi siswa terutama dalam diskusi.
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau menemukan teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa.
b. Tidak semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini.
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
12
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010:5) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari diri siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern).
a.Faktor Internal 1) Faktor jasmani
a)Kesehatan Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusaha kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan bekerja belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah. b)Cacat tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang cacat badannya, belajarnya juga terganggu.
2) Faktor psikologi Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi seseorang, di dalam faktor psikologis ada tujuan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a) Intelegensi; b) Perhatian; c) Minat; d) Bakat; e) Motif; f) Kematangan; g) Kesiapan; dan h) Cara belajar.
3) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat di bedakan memjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani tubuh akan terasa lemas, dan hal ini akan membuat siswa belajar nya yang tidak kondusif, dan mengantuk. Hal ini berbeda dengan kelelahan rohani, kelelahan rohani berkaitan dengan keleluasan, kelelahan keduanya ini mengakibatkan hasil belajar yang kurang oftimal.
b.Faktor Eksternal 1)Faktor Keluarga
a) Cara mendidik anak, Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-13
kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.
b) Relasi antara keluarga Relasi antara anggota keluarga adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri. Suasana Rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak disengaja, suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.
c) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuh kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain – lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Pengertian Orang Tua anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya.
14
d) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2.)Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
b) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Perlu diingat bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa, guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
c) Relasi Guru dengan Siswa Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
d) Relasi Siswa dengan Siswa Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan- alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman – temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
15
e) Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lain-lain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
f) Waktu sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana siswa harus istirahat tetapi terpaksa harus masuk sekolah sehingga mereka masuk sekolah dengan keadaan mengantuk dan sebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
g) Standar Pelajaran di Atas Ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
h) Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
i) Metode Belajar Banyak siswa malaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif pula hasil
16
belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu belajar, kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan tes.
j) Tugas rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3.)Faktor Masyarakat
a) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakatan Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya
b) Mass Media Mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, akan tetapi sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka dari itulah perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat agar tidak terjadi salah langkah.
c) Teman Bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan oaring-orang di sekitarnya Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya. Misalnya bangunan rumah penduduk yang sangat sempit, lalu lintas yang membisingkan, suasana hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara,
17
iklim yang terlalu panas. semuanya akan mempengaruhi gairah dan minat belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar. Keadaan alam yang tenang dengan udara yang sejuk ikut mempengaruhi kesegaran jiwa murid sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi daripada lingkungan yang gaduh dengan udara yang panas dan kotor.
2.1.4.2 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Menurut Ridwan ( 2008:16) faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Intern
a. Kecerdasan atau intelegeni adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
b. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.
c. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan.
d. Motivasi dalam belajar merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
2. Faktor Ektern
a. Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
b. Keadaan sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh sebab itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. c. Keadaan lingkungan, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan.
2.1.4.3. Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran hasil belajar bahasa Indonesia dapat diperoleh dengan menggunakan evaluasi berupa tes dan nontes. Alat tes soal- soal dan alat nontes berupa tugas- tugas yang diberikan. Alat nontes lebih banyak berurusan dengan data- data kualitatif, sedangkan alat tes lebih banyak menyangkut data- data kuantitatif. Data- data itu
18
biasanya berupa angka atau skor yang melambangkan tingkat kemampuan tertentu siswa yang dites. Jenis tagihan antara lain pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, tugas individual, dan tugas kelompok.
Menurut Harjono dan Pirenomulyo (2010:197) pemilihan jenis tes bergantung pada kompetensi dasar, indikator, materi pokok pembelajaran dan pengalaman belajar yang diuji. Indikator yang meminta siswa melakukan kegiatan berbahasa secara langsung yaitu: menyimak, membaca bersuara, dan berbicara, lebih tepat diuji melalui perintah di kelas dan ulangan harian dengan tes perfomansi. Adapun indikator yang menuntut kemampuan berpikir dapat diuji melalui ujuan tertulis (tes formatif, tes sumatif). Indikator yang meminta siswa melaksanakan kegiatan berbahasa tulis membutuhkan waktu banyak misalnya mengarang, menulis sinopsis dll.
2.1.5. Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Pengaruh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah daya yang timbul dari sesuatu yaitu model pembelajaran think talk write terhadap hasil belajar siswa pada mata bahasa Indonesia.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang bekerja dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan tersebut terjalin interaksi yang saling menunjang atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang dimaksud yaitu tujuan pembelajaran.
Mengajar dan belajar merupakan salah satu unsur yang tersusun dalam pembelajaran, efektifitas mengajar guru dapat dilihat apabila pembelajaran berjalan dengan sukses. Adapun kriteria mengajar sukses jika pengetahuan yang diterima oleh anak didik tertanam dengan menutup dalam waktu yang lama,serta pengetahuan tersebut mengandung arti, berguna bagi hidup anak didik sehingga ikut membentuk kepribadian anak didik.
Untuk mencapai hasil belajar yang autentik, yang sejati yang tahan lama, mengajar haruslah berdasarkan pada pelajaran yang mengandung makna bagi anak didik. Pernyataan ini merupakan pendapat para psikologi dewasa ini, yaitu mengajar haknya
19
berhasil bila diberi pelajaran yang bermakna. Salah satu hasil penyelidikan yang paling berguna bagi pengajaran adalah bahwa hati dan hakikat belajar adalah menangkap, menjelaskan dan menggunakan pengertian.
Dengan demikian, dalam mengajar haruslah ditekankan makna atau pengertian, karena belajar merupakan usaha mencari dan menemukan makna ataupengertian. Hal inilah sifat hakikat dari belajar. Guru yang memberi pengetahuan yang tidak dipahami oleh anak didik merupakan pelajaran yang bertentangan dengan hakikat proses belajar mengajar. Sebaliknya guru yang selalu berusaha membantu anak didik agar mengerti, paham terhadap pengetahuan tertentu merupakan pengajaran yang sesuai dengan hakikat proses belajar.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasil atau tidaknya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Pengetahuan guru dalam memahami tentang mengajar akan banyak mempengaruhi peranan guru dalam mengajar. Dengan kata lain, pengetahuanguru tentang mengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas mengajar guru.
Indikator keefektifan suatu model pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Siswa dapat menyerap atau menerima materi pelajaran yang baik.
2) Semua pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Siswa ikut aktif dan tidak gaduh dalam artian gaduh yang mengganggu proses pembelajaran, namun gaduh karena siswa aktif berdiskusi dan aktif dalam pembelajaran.
Dari indikator-indikator keefektifan dalam pembelajaran di atas maka model pembelajaran think talk write adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya di komunikasikan dengan presentasi, diskusi. Dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Selain mengembangkan kemampuan belajar seseorang model think talk write di dasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah perilaku sosial, model think talk write juga mendorong siswa untuk berfikir,berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik.
Model think talk write di gunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Berikut ini adalah pacuan dalam
20
menjalankan model think talk write. Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan, dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think) untuk di bawah ke forum diskusi.
2. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman di bangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi di harapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang di berikan.
3. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahun yang memuat pemahaman 4. dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).
Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang di pelajari. Sebelum itu di pilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain di minta memberikan tanggapan.
Dari beberapa langkah-langkah secara umum tersebut dari rincian langkah awal sampai terakhir, maka dapat dimungkinkan dalam kegiatan proses belajar mengajar akan terasa bermakna , siswa akan lebih terlatih untuk berfikir secara cepat, dan cenderung berfikir akti tidak pasif. Maka secara otomatis siswa akan mengalami hasil belajar yang baik dan pastinya dapat meningkat. Maka dari paparan diatas model think talk write dapat di buktikan bahwa strategi ini benar-benar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sri Qomariah pada tahun 2010 dengan tempat penelitian di kelas IV SD N Platar 1 Kabupaten Jepara. Sri Qomariah menggunakan metode Think Talk Write untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun di kelas IV. Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa dengan menggunakan metode Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pantun. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa:
1. Hasil kemampuan menulis pantun siklus I diperoleh rerata kelas sebesar 64,27 dengan persentase ketuntasan sebesar 40%, nilai kemampuan menulis pantun ini belum mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II diperoleh informasi bahwa hasil
21
kemampuan menulis pantun diperoleh rerata kelassebesar74,13 dengan persentase ketuntasan sebesar 40%, nilai kemampuan menulis pantun ini juga belum mencapai indikator keberhasilan. Dan untuk siklus III diperoleh informasi bahwa hasil kemampuan menulis pantun diperoleh rerata kelas sebesar 87,27 dengan persentase ketuntasan sebesar 86,67%, nilai kemampuan menulis pantun ini juga sudah mencapai indikator keberhasilan artinya siswa sudah mampu menulis pantun sesuai ciri-cirinya. 2. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I menunjukkan bahwa rerata persentase
seluruh indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 69% dengan kategori cukup/C, pada siklus II rerata persentase seluruh indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 76% dengan kategori baik/B, dan pada siklus III rerata persentase seluruh indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 87% dengan kategori sangat baik/A.
3. Hasil observasi keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran materi menulis pantun dengan menggunakan metode TTW dapat diketahui bahwa tujuh indikator yang diamati pada setiap siklusnya memperoleh rerata presentase sebesar 68,75% masuk pada kategori cukup/C, pada siklus II diperoleh rerata presentase sebesar 85,71% masuk pada kategori sangat baik/A, dan pada siklus III diperoleh rerata presentase sebesar 96,49% masuk pada kategori sangat baik/A.
4. Tahapan-tahapan pembelajaran pada siklus I, II, dan III sudah sesuai dengan metode yang digunakan, yaitu think (menyimak/berfikir) menyimak pembacaan pantun dan cara membuat pantun yang diajarkan guru, talk (berbicara/diskusi kelompok) siswa melaksanakan diskusi dengan bimbingan guru, dan write (menulis/membuat pantun) secara kelompok dan individu. Hasil yang dicapai pada setiap siklusnya sudah baik walau belum mencapai hasil 100%. (Qomariah, Sri : 2010)
Penelitian menggunakan metode Think Talk Write juga pernah dilakukan oleh Eko Budi Santoso pada tahun 2008 di SMP PIRI Ngaglik Sleman Tahun Ajaran 2008/2009 untuk menigkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII- C. Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa dengan menggunakan metode Think Talk Write dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Fisika. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa:
22
1. Pembeljaran TTW dengan macromedia dreamweaver dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII-C SMP PIRI Ngagli Sleman Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I, II, III, Yaitu siklus sebesar 50.75%, siklus II sebesar 69,92% dan siklus III sebesar 81,58%.
2. Pembelajaran TTW (think-talk-write) dengan macromedia dreamwever dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ela VII-C SMP PIRI Ngaglik Sleman Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari enaikan persentase nilai pretes ke postes pada siklus I,II,III yaitu siklus I sebesar 23,69%, siklus II sebesar 26,88% siklus III sebesar 39,48%. (Santoso, Eko Budi : 2008)
1.3 Kerangka Pikir
Kurangnya keterampilan menulis di kalangan siswa biasanya disebabkan keterbatasan berpikir kritis mengorganisasikan isi secara sistematis dan model pembelajaran menulis tidak berorientasi terhadap siswa.. Oleh karena itu, Keberhasilan menulis siswa tidak terlepas dari pada kemampuan guru mengembangkan model pembelajaran berorientasi terhadap siswa. Dalam Kuswari (2013) Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Metode ini merupakan metode yang dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicara peserta didik.
Dengan penerapan metode ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang di ajarkan. Model pembelajaran berbasis TTW juga dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehinnga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.
23
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
1.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini “ Diduga melalui metode Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD N Kalimanggis Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Think Talk Write
a. Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompoknya. b. Siswa terlibat langsung dalam belajar
sehingga termotivasi untuk belajar.
c. Model ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Guru menjadi monitoring dan menilai partisipasi siswaterutama dalam diskusi.
1. Siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang di ajarkan.
2. Siswa dapat menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehinnga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.