• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN NITROGEN PADA PORE WATER TERHADAP

NITROGEN PADA AKAR DAN DAUN LAMUN Enhalus acoroides

DI PULAU BARRANGLOMPO

S K R I P S I

OLEH :

JEFFRI KOMBO

L11105017

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

(2)

HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN NITROGEN PADA PORE WATER TERHADAP

NITROGEN PADA AKAR DAN DAUN LAMUN Enhalus acoroides

DI PULAU BARRANGLOMPO

OLEH :

JEFFRI KOMBO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian :

Hubungan Antara Kandungan Nitrogen Pada Pore Water

Terhadap Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus

acoroides

Di Pulau Barranglompo

Nama

: Jeffri Kombo

Stambuk

: L 111 05 017

Program Studi : Ilmu Kelautan

Fakultas

: Ilmu Kelautan dan Perikanan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Muh. Lukman, ST, M.MarSc Dr. Ir. M. Rijal Idrus, M.Sc

NIP. 197112061998021001

NIP.

196512191990021001

Diketahui oleh :

Dekan FIKP Ketua Program Studi Ilmu

Kelautan

Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, MP Dr. Ir. Amir Hamzah Muhidin, M. Si

NIP. 196112011987032002

NIP. 196311201993031002

(4)

RINGKASAN

Jeffri Kombo, L 111 05 017. Hubungan Antara Kandungan Nitrogen Pada Pore

Water Terhadap Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus Acoroides Di

Pulau Barrang lompo (di bawah bimbingan Muh. Lukman sebagai Ketua dan M.

Rijal Idrus sebagai Anggota)

Telah dilakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Kandungan Nitrogen Pada

Pore Water Terhadap Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus acoroides Di

Pulau Barrang lompo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi

nitrogen pada pore water dengan jaringan akar dan daun tumbuhan lamun. Sedangkan

kegunaannya adalah untuk memberikan pemahaman yang terpadu (comprehensive)

tentang hubungan antara kandungan nitrogen pada pore water terhadap nitrogen pada

akar dan daun lamun Enhalus acoroides. Sedangkan ruang lingkup penelitian ini adalah

pengukuran konsentrasi pada Nitrat (NO

3

), Nitrit (NO

2

), Amoniak (NH

3

) sebagai bentuk

utama nitrogen pada lamun Enhalus acoroides dan pore water (air pori).. Pengukuran

parameter oseanografi dibatasi pada parameter suhu, potensial redoks (Eh) sedimen

dan oksigen terlarut (DO)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

Lokasi pengambilan data lapangan dilakukan di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar.

Penelitian ini meliputi observasi lapangan, pengambilan data lapangan, analisa sampel,

pengolahan data, analisa data dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa bentuk nitrogen yang paling banyak di

Pore water adalah amonium (NH4), begitu juga dengan akar dan daun lamun Enhalus

acoroides . Jumlah nitrogen di pore water banyak dan bisa digunakan sebagai

cadangan nitrogen. Rasio atau perbandingan antara nitrogen pada pore water dengan

akar dan daun lamun Enhalus acoroides sebesar 1.435 ppm.

Kata Kunci: Nitrogen, pore water, akar dan daun, lamun Enhalus acoroides

(5)

Jeffri Kombo terlahir dari rahim seorang Ibu pada tanggal 10 Maret

1986 di KabupatenTana Toraja. Penulis merupakan anak kedua dari

pasangan

Daniel Roka’ dan Dorce Ta’dung. Penulis mengawali

pendidikan formal sekolah dasar di SD NO. 87 Alang

– alang pada

tahun 1999, SMP Kristen Rantepao 2002 kemudian melanjutkan ke

SMA Kristen Rantepao 2005.

Pada pertengahan tahun 2005, penulis mencoba peruntungan masuk ke

Perguruan Tinggi dengan jalur UMPTN dan berkat pertolongan Tuhan Yesus diterima di

Universitas Hasanuddin Makassar pada Jurusan Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Persatuan

Mahasiswa Kristen (PERMAKRIS). Sebuah organisasi kerohanian dalam ruang lingkup

mahasiswa kristen Ilmu Kelautan UNHAS. Pada organisasi tersebut penulis

diamanahkan berbagai tanggung jawab sebagai bagian dari organisasi tersebut.

Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan menyelesaikan Skripsi Penelitian

dengan judul

“Hubungan Antara Kandungan Nitrogen Pada Pore Water Terhadap

Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus Acoroides Di Pulau Barranglompo”.

(6)

KATA PENGANTAR

Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus atas segala pimpinan dan pertolonganNya

telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan keteguhan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar kesarjanaan pada jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulis sadar bahwasanya skripsi sederhana ini tidak mungkin tersusun seperti

sekarang tanpa petunjuk, koreksi, saran serta motivasi dari berbagai pihak, sehingga

wajarlah kiranya jika pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada mereka semua.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada :

1. Kedua orang tua, Ibunda

Dorce Ta’dung dan Ayahanda Daniel Roka’ yang

tercinta yang telah mencurahkan semua yang mereka punyai demi anaknya

termasuk doa dan dorongan untuk selalu sukses dalam kebaikan.

2. Dr. Muh. Lukman, ST, M.MarSc dan Dr. Ir. M. Rijal Idrus, M.Sc Selaku

pembimbing dalam penyelesaian skripsi yang telah memberikan banyak sekali

motivasi dan saran demi perbaikan skripsi yang lebih baik.

3. Seluruh dosen Ilmu Kelautan sebagai orang tua kami di kampus yang telah ikhlas

dalam membagi ilmu mereka kepada kami yang akan menjadi bekal di masa depan.

4. Persatuan

Mahasiswa

Kristen

(PERMAKRIS),

yang

telah

banyak

(7)

5.

Pa’ Mustari dan Ibu’ Mustari yang juga sebagai orang tua di posko KKN

Bulukumba yang senantiasa menyediakan berbagai suguhan makanan dan

minuman yang enak untuk melepas lapar dan dahaga kami di saat kelaparan dan

kehausan.

6. TIM peneliti (Ical,

Fathur, Atno’, Dian, Budi, Lukman, Motul dan kawan-kawan di

pondokan) yang telah menjadi menemani suka dan tak pernah ada duka selama di

lapangan penelitian.

7. Angkatan 2005 Ilmu Kelautan, saya ingin mengucapkan ”I LOVE YOU ALL”. Tiada

kata yang dapat mewakili untuk persahabatan ini. Tiada kata yang mewakili untuk

birunya persaudaraan ini. Tidak ada...

8. Para senior Ilmu Kelautan, trimakasih atas tuntunannya selama ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

sangat berterima kasih bila ada kritikan, dan masukan yang bersifat membangun guna

perbaikannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Agustus 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RINGKASAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ... 2

C. Ruang Lingkup ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Taksonomi Lamun ... 3

B. Parameter Oseanografi yang mempengaruhi Lamun ... 8

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ... 10

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Prosedur Penelitian ... 12

C.1. Tahap Persiapan ... 12

C.2. Penentuan Stasiun Pengamatan ... 12

C.3. Pengukuran Parameter Lingkungan ... 12

C.4. Pengambilan Contoh ... 13

C.5. Pengukuran Nitrogen Pada Jaringan Akar dan Daun ... 14

C.6. Pengukuran Nitrogen Pada Pore Water ... 15

D. Analisa Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 17

(9)

A.1. Parameter Lingkungan Perairan ... 17

A.2. Nitrogen Pada Pore Water ... 17

A.3. Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus acoroides ... 19

B. Pembahasan ... 21

B.1. Distribusi Nitrogen Pada Pore Water, Akar dan Daun Lamun Enhalus acoroides

... 21

B.1.1. Uji Analisa Variasi ... 22

B.2.Hubungan Antara Nitrogen di Pore Water, Akar dan Daun Lamun Enhalus

acoroides ... 22

B.2.1. Uji Analisa variasi (ANOVA) ... 24

B.3. Hubungan Antara Nitrogen dan Parameter Lingkungan ... 25

B.3.1. Uji Regresi ... 27

V. SIMPULAN DAN SARAN

A..Simpulan ... 28

B.Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data suhu Agustus - Februari 2005 ... 8

Tabel 2. Alat-alat digunakan yang digunakan di lapangan ... 11

Tabel 3. Alat-alat yang digunakan di laboratorium ... 11

Tabel 4. Nilai oksigen terlarut (DO) saat pengulangan ... 13

Tabel 5. Parameter Lingkungan ... 17

Tabel 6. Konsentrasi Nitrogen di Pore water ... 18

Tabel 7. Konsentrasi Nitrogen di jaringan akar dan daun Lamun Enhalus acoroides 19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Enhalus acoroides ... 3

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ... 10

Gambar 3. Distribusi amonium (NH

4

), nitrat (NO

3

) dan nitrit (NO

2

) pada pore water ... 18

Gambar 4. Distribusi amonium (NH

4

), nitrat (NO

3

) dan nitrit (NO

2

) pada daun lamun

Enhalus acoroides ... 20

Gambar 5. Distribusi amonium (NH

4

) dalam nitrogen , nitrat (NO

3

) dalam nitrogen dan

nitrit (NO

2

) dalam nitrogen pada akar lamun Enhalus acoroides ... 21

Gambar 6. Distribusi pada N

Total

(N

T

) pore water, akar dan daun lamun Enhalus

acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo ... 22

(11)

Gambar 7. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di akar lamun

Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo ... 23

Gambar 8. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di daun lamun

Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo ... 24

Gambar 9. Hubungan antara N

Total

(N

T

) pada akar serta daun lamun Enhalus acoroides

dengan N

Total

(N

T

) pada pore water pada lokasi penelitian di perairan pulau

Barranglompo ... 24

Gambar 10. Hubungan antara NH

4

pore water dengan potensial redoks (Eh) pada

lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo ... 26

Gambar 11. Hubungan antara NO

3

pore water dengan potensial redoks (Eh) pada

lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo ... 26

Gambar 12. Hubungan antara NO

2

pore water dengan potensial redoks (Eh) pada

lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo ... 26

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Parameter Lingkungan stasiun penelitian ... 32

Lampiran 2. Data Nitrogen pada pore water, akar dan daun lamun Enhalus acoroides

stasiun penelitian ... 33

Lampiran 3. Lokasi titik penelitian Pulau Barranglompo ... 35

Lampiran 4. Uji anova terhadap Distribusi Nitrogen Total pada pore water, akar dan

daun lamun Enhalus acoroides ... 35

Lampiran 5. Uji Anova terhadap Hubungan antara nitrogen di pore water dengan

nitrogen di akar lamun Enhalus acoroides ... 37

Lampiran 6. Uji Anova terhadap Hubungan antara nitrogen di pore water dengan

nitrogen di daun lamun Enhalus acoroides ... 38

Lampiran 7. Uji Anova terhadap Hubungan antara N

Total

(N

T

) pada akar serta daun

lamun Enhalus acoroides dengan N

Total

(N

T

) pada pore water ... 39

Lampiran 8. Uji Regresi terhadap hubungan Antara Nitrogen dan Parameter

Lingkungan

(12)

Amoniak (NH

4

)

...

40

Lampiran 9. Foto Penelitian ... 46

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nitrogen adalah unsur yang penting untuk pertumbuhan organisme laut termasuk lamun.

Nitrogen tidak dihasilkan sendiri tetapi diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Lamun adalah

adalah tumbuh-tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup di pesisir dan sangat

tergantung pada suplai nitrogen untuk pertumbuhannya.

Fungsi nitrogen adalah membangun atau memperbaiki jaringan - jaringan tubuh dan

memberikan energi. Tumbuhan dan hewan membutuhkan nitrogen dalam sintesa protein .Nitrat

(NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami, selain nitrit (NO3) dan amonium (NH4)

dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan lamun. Nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah

yang sangat sedikit di perairan alami, kadarnya lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat

tidak stabil jika terdapat oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat

serta antara nitrat dan gas nitrogen yang biasa dikenal dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi

(Effendi, 2003).

Lamun memperoleh nutrien melalui dua jaringan tubuhnya yaitu melalui akar dan daun.

(13)

dengan konsentrasi nutrien yang ada di sedimen. Penyerapan nutrien pada kolom air dilakukan

oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen dilakukan oleh akar namun tidak

menutup kemungkinan pengangkutan nutrien oleh akar juga akan sampai pada bagian daun

dari lamun (Erftemeijer dan kawan-kawan, 1993).

Kunci utama untuk mengetahui fungsi sistem lamun terletak pada pemahaman

faktor-faktor yang mengatur produksi dan dekomposisi bahan organik. Pertumbuhan, morfologi,

kelimpahan dan produksi primer lamun pada suatu perairan umumnya ditentukan oleh

ketersediaan zat hara fosfat, nitrat dan amonium yang memainkan peranan penting dalam

menentukan fungsi padang lamun (Erftemeijer 1992; Patriquin 1992).

Besarnya peran nitrogen dalam siklus energi dan pertumbuhan lamun menyebabkan

pentingnya unsur hara ini sebagai bahan kajian untuk memahami faktor-faktor yang

menentukan kesuburan pertumbuhan lamun, seperti pulau-pulau kecil di perairan pulau Barrang

Lompo. Untuk itu diperlukan upaya untuk dapat menghitung kandungan nitrogen pada

ekosistem lamun secara comprehensive yang meliputi konsentrasi nitrogen pada tumbuhan

lamun, sedimen, dan pore water.

B. Tujuan dan Kegunaan B.1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi nitrogen pada pore

water dan jaringan akar serta daun tumbuhan lamun.

B.2. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang terpadu

(comprehensive) tentang hubungan antara kandungan nitrogen pada pore water terhadap

nitrogen pada akar dan daun lamun Enhalus acoroides.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengukuran konsentrasi :

(14)

2. Pore Water (air pori).

3. Enhalus acoroides.

Pengukuran Parameter oseanografi dibatasi pada parameter :

- Suhu

- Potensial redoks (Eh) Sedimen

- Oksigen terlarut (DO)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Taksonomi Lamun

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang paling produktif.

Di samping itu, ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan

perkembangan jasad hidup di laut dangkal, yaitu sebagai produsen primer, habitat biota,

penjebak sedimen dan penjebak zat hara (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

memiliki rhizoma, daun dan akar sejati, yang hidup terendam di dalam laut. Lamun umumnya

membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya

matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk

menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar

(15)

Gambar 1. Enhalus acoroides

E. acoroides mempunyai akar rimpang berdiameter 13,15 – 17,20 mm yang tertutup

rapat dengan rambut-rambut yang kaku dan keras (Gambar 1). Akar berbentuk seperti tali,

berjumlah banyak dan tidak bercabang. Panjangnya antara 18,50 – 157,65 mm dan diameternya antara 3,00 – 5,00 mm. Bentuk daun seperti pita, tepinya rata dan ujungnya tumpul, panjangnya antara 65,0 – 160,0 cm dan lebar antara 1,2 – 2,0 cm. Di rataan terumbu Pulau Pari, Enhalus acoroides tumbuh pada dasar lumpur, pasir dan pasir pecahan karang

yang selalu tergenang air. Tumbuhnya berpencar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari

beberapa individu atau kumpulan individu yang rapat, berupa kelompok murni atau

bersama-sama dengan Thalassia hemprichii dan Halophyla ovalis (Kiswara, 1992).

Enhalus acoroides merupakan jenis lamun yang mempunyai ukuran paling besar,

helaian daunnya dapat mencapai ukuran lebih dari 1 meter. Jenis ini tumbuh di perairan

dangkal sampai kedalaman 4 meter, pada dasar pasir, pasir lumpur atau lumpur. Vegetasi

melimpah di daerah pasang surut, walaupun cenderung untuk selalu membentuk vegetasi

murni, namun terdapat jenis lain yang berasosiasi yaitu Halophylaovalis, Cymodocea serrulata,

Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides

(16)

Menurut den Hartog (1977) E. acoroides dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Anthophyta

Kelas : Monocotyledonae Ordo : Helobiae

Famili : Hydrocharitaceae Sub Famili : Vallisneriodeae Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

Nitrat dan amonium diserap oleh lamun melalui daun dan akarnya, namun Short (1987)

mengatakan bahwa penyerapan zat hara melalui daun lamun di daerah tropis sangat kecil bila

dibandingkan dengan penyerapan melalui akar. Di daerah tropis kadar zat hara di air pori lebih

besar dibandingkan dengan di kolom air dan air permukaan (Erftemeijer 1993 ; Muchtar 1994 &

1999).

Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di atmosfer adalah

nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada bidang biologis sangatlah terbatas.

Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam

penggunaan nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu: fiksasi nitrogen,

mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi. Nitrogen adalah komponen penting bagi tumbuhan terdapat

dalam banyak senyawa. Protein dan asam nukledit yang biasanya diserap dari tanah dalam

bentuk sangat teroksidasi dan harus direduksi oleh proses yang bergantung pada energi

sebelum bergabung menjadi protein dan senyawa lain dalam sel (Anonymous, 2011).

Nitrogen di alam berada dalam berbagai bentuk dan berada dalam keadaan dinamis

mengikuti perubahan fisik dan kimia dalam suatu daur nitrogen. Meskipun nitrogen di udara

mampu masuk keluar tubuh tumbuhan, tetapi tidak ada enzim yang mampu menangkapnya.

Kebanyakan nitrogen yang masuk tubuh tumbuhan telah mengalami reduksi oleh mikroba

prokaryotic atau dalam bentuk NO3- dan NH4+ dalam air hujan. Penambatan nitrogen dapat

(17)

Tumbuhan tinggi dapat menggunakan nitrogen yang telah tereduksi tersebut. Bagi tumbuhan

lain yang tidak bersimbiosis dengan nitrogen , nitrogen diserap dalam bentuk NO3- atau NH4+.

Umumnya dalam bentuk NO3- karena NH4+ akan dioksidasi menjadi NO3- oleh bakteri nitrifikasi

(Champbell, Reece – Mitchell. 1999).

Konsep metabolisme difokuskan pada metabolisme nitrogen dimana reduksi nitrat

menjadi ammonium dan perubahan ammonium menjadi senyawa organik yang terdapat pada

tumbuhan. Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur

nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi

secara biologis maupun non-biologis. Siklus nitrogen secara khusus sangat dibutuhkan dalam

ekologi karena ketersediaan nitrogen dapat mempengaruhi tingkat proses ekosistem kunci,

termasuk produksi primer dan dekomposisi. Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar

fosil, penggunaan pupuk nitrogen buatan, dan pelepasan nitrogen dalam air limbah telah secara

dramatis mengubah siklus nitrogen global (Effendi, Hefni.2003).

Sebagian besar nitrogen yang terdapat di dalam organisme hidup berasal dari

penambatan (reduksi) oleh mikro organisme prokariot. Sebagian diantaranya terdapat di akar

tumbuhan tertentu atau dari pupuk hasil penambatan secara industry. Sejumlah kecil nitrogen

pindah dari atmosfer ke tanah sebagai NH4+ dan NO3- bersama air hujan dan diserap oleh akar.

NH4+ ini berasal dari pembakaran industri, aktivitas gunung berapi dan kebakaran hutan

sedangkan NO3- berasal dari oksidasi N2 oleh O2 atau ozon dengan bantuan kilat atau radiasi

ultraviolet, sumber lain NO3- adalah samudera. Penyerapan NO3- dan NH4+ oleh tumbuhan

memungkinkan tumbuhan untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen terutama protein.

Pupuk, tumbuhan mati, mikroorganisme, serta hewan merupakan sumber penting nitrogen yang

dikembalikan ke tanah tapi sebagaian besar nitrogen tersebut tidak larut dan tidak segera

tersedia bagi tumbuhan (Dwidjoseputro, D.1998).

Pengubahan nitrogen organik menjadi NH4+ oleh bakteri dan fungi tanah disebut

(18)

dan pada berbagai nilai pH. Selanjutnya pada tanah yang hangat dan lembab dan pH sekitar

netral NH4+ akan dioksidasi menjadi nitrit (NO2) dan NO3- dalam beberapa hari setelah

pembentukkannya atau penambahannya sebagai pupuk disebut dengan nitrifikasi yang

berguna dalam menyediakan energi bagi kelangsungan hidup dan perkembangan mikroba

tersebut (Patty, Aldi.2010).

Selain itu terdapat pula denitrifikasi yaitu suatu proses pembentukan N2, NO, N2O dan

NO2 dari NO3- oleh bakteri aneorobik yang berlangsung di dalam tanah yang penetrasi O2

-terbatas, tergenang, padat dan daerah dekat pemukiman tanah yang konsentrasi O2 rendah

karena penggunaannya yang cepat dalam oksidasi bahan organik. Tumbuhan kehilangan

sejumlah kecil nitrogen ke atmosfer sebagai NH3, N2O, NO2, dan NO terutama jika diberi pupuk

nitrogen dengan baik.

Reduksi Nitrogen

Menurut Riyn (2012) Reaksi kedua dari proses reduksi nitrat adalah pengubahan nitrit

menjadi NH4. Nitrit yang ada di sitosol diangkut ke dalam kloroplas di daun atau ke dalam

proplastid di akar. Di daun, reduksi NO2 menjadi NH4 memerlukan enam elektron yang diambil

dari H2O pada sistem pengangkutan elektron non siklik, pada kloroplas selama pengangkutan

elektron ini, cahaya mendorong pengangkutan electron dari H2O ke feredoksin (fd). Proses

keseluruhan reduksi NO3- menjadi NH4 yaitu :

a. Reduksi Nitrat

NO3- + NADH NO2+ + NAD + H2O

Reaksi ini berlangsung di sitosol, enzim yang mengkatalis adalah nitrat reduktase, enzim

yang memindahkan dua elektron dari NADPH2, hasilnya adalah nitrit, NAD (NADP) dan H2O.

Nitrat reduktase adalah suatu enzim besar dan kompleks yang terdiri dari FAD, satu sitokrom

dan Molibdenum (Mo) yang semuanya akan tereduksi dan teroksidasi pada waktu elektron

diangkut dari NADH2 ke atom nitrogen dalm NO3 .

(19)

NO2 + 3 H2O + 6 Fd +2 H+ + cahaya NH4+ + 1,5O2 + 3 H2O + 6 Fd

Reaksi ini berlangsung di kloroplas (pada daun) atau pada proplastida (pada akar),

dengan enzim nitrit reduktase. Meskipun Fd tereduksi merupakan donor elektron yang khas

bagi nitrit reduktase di daun.

Perkembangan atau pertumbuhan lamun dibatasi oleh suplai nutrien antara lain partikulat

nitrogen dan fosfat yang berfungsi sebagai energi untuk melangsungkan fotosintesis. Spesies

lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan menunjukkan bentuk

pertumbuhan yang berbeda dan kelompok-kelompok spesies lamun membentuk zonasi

tegakan yang jelas (Kiswara, 1992).

B. Parameter Oseanografi yang mempengaruhi Lamun B.1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses

kehidupan dan penyebaran organisme. Perubahan suhu terhadap kehidupan lamun, antara lain

dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun.

Pada kisaran suhu 25 - 30°C, fotosintesis bersih akan meningkat dengan meningkatnya suhu.

Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, namun dengan kisaran

yang lebih luas yaitu 5-35°C (Hutomo, 1999).

Menurut Nontji (1993), pengaruh suhu terhadap sifat fisiologi organisme perairan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Suhu rata-rata untuk

pertumbuhan lamun berkisar antara 24-270C. Suhu air di pantai biasanya sedikit lebih tinggi dari

pada yang di lepas pantai, suhu air permukaan di perairan nusantara umumnya berada dalam

kisaran 28-30 0C sedangkan pada lokasi yang sering terjadi kenaikan air (upwelling) seperti

Laut Banda, suhu permukaan bisa menurun sekitar 25 0C.

(20)

Stasiun Bulan Sub st Suhu (oC) Barat Terang I 25 II 25 III 25 Gelap I 27 II 27 III 27 Sumber : Qadarisma (2005)

B.2. Potensial Redoks (Eh) Sedimen

Potensial redoks (Eh) adalah suatu ukuran yang dipergunakan untuk mengukur adanya

perpindahan elektron (e-). Dengan demikian, potensial redoks erat hubungannya dengan

proses reduksi dan oksidasi (redoks). Perubahan potensial redoks merupakan parameter yang

paling penting untuk menentukan sifat tanah.

Ketika seluruh ruang pori tanah diisi air, ketersediaan oksigen dalam tanah berkurang

drastis. Oksigen hanya bisa masuk melalui difusi ke dalam air dengan kecepatan 10.000 kali

lebih lambat daripada difusi melalui pori-pori. Hal ini menyebabkan terjadinya defisit oksigen.

Beberapa golongan mikroorganisme fakultatif aerobik seperti Pseudomonas, Bacillus dan

Paracoccus dapat mereduksi nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). Organisme-organisme ini mengubah

respirasi aerobik menjadi anaerobik dengan menggunakan nitrat (NO3) sebagai aseptor elektro

dalam ketiadaan oksigen. Beberapa autotrof juga mampu melakukan denitrifikasi termasuk

Thiobacillus denitrificans dan Thiobacillus thioparus (Gambrell dan Patrick, 1978).

B.3. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut adalah kandungan oksigen yang terlarut dalam perairan yang

merupakan suatu komponen utama bagi metabolisme organisme perairan yang digunakan

untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan lamun (Odum, 1971).

Kandungan oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1)

interaksi antara permukaan air dan atmosfir (2) kegiatan biologis seperti fotosintesis, respirasi

dan dekomposisi bahan organik (3) arus dan proses percampuran massa air (4) fluktuasi suhu

(21)

senyawa bahan anorganik dipengaruhi oleh kandungan oksigen perairan. Kesetimbangan

nitrogen misalnya ditentukan oleh besar kecilnya oksigen yang ada di perairan di mana ketika

oksigen tinggi akan bergerak kesetimbangan fasfat. Hal ini disebabkan oleh senyawa anorganik

seperti nitrogen dan fosfat umumnya berada dalam bentuk ikatan dengan unsur oksigen

(Hutagalung dan Rozak, 1997).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Februari - Juni 2012 meliputi studi literatur,

observasi lapangan, pengambilan data lapangan, analisa sampel, pengolahan data, analisa

data dan penyusunan laporan hasil penelitian.

Lokasi penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Barranglompo, Makassar. Untuk

analisis oksigen terlarut dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, dan untuk analisis kandungan Eh sedimen, nitrogen pore water,

nitrogen jaringan akar dan daun lamun dilakukan di laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Ilmu

(22)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

B. Alat dan Bahan

Tabel 2. Alat-alat digunakan yang digunakan pada saat pengambilan contoh dan data di

lapangan yaitu :

No Alat Jumlah Kegunaan

1 Coolbox 1 buah Untuk mengawetkan sampel

2 DO meter AZ 380 1 buah Untuk mengukur DO perairan

3 Global positioning Sistem (GPS Garmin 60)

1 buah Untuk menentukan posisi stasiun dan substasiun

4 Thermometer 1 buah Untuk mengukur suhu perairan

5 botol 15 buah Untuk wadah sampel air

6 spoit 15 buah Untuk mengambil sampel air pori (pore water

Tabel 3. Alat-alat yang digunakan di laboratorium yaitu :

(23)

1. Eksikator 1 buah Mendinginkan sampel

2. Pipet volume 1,2 dan 5 ml 1 buah Mengambil larutan

3. Oven (kapasitas max 1050 C) 1 buah Memanaskan sampel

4. Spektrofotometer Sequoia-Turner 1 buah Mengukur nitrogen

5. Neraca analitik Sartorius (kapasitas max 2100 g) 1 buah Mengukur berat sampel

6. Tabung reaksi 15 buah Wadah campuran

larutan

7. Labu ukur 1 buah Mengencerkan larutan

8. Corong 1 buah Memisahkan larutan

9. Eh meter Cyberscan CON 410 1 buah Mengukur Potensial

Redoks

10. Tabung digestion 15 buah Mendestruksi sampel

11. Mesin kocok bolak-balik 1 buah Mengocok larutan

12. Pipet ukur 10 ml 1 buah Mengambil larutan

Bahan yang digunakan yaitu larutan sangga Tatrat dan Na-fenat, NaOCl, larutan brusin,

H2SO4, asam sulfanilat dan Napthyl ethyle diamin dihydrocloride, air bebas ion, campuran selen

C. Prosedur Penelitian C.1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi studi literatur, observasi lapangan penetapan titik stasiun

pengamatan yang dianggap representatif untuk dilakukan pengamatan. Tahap Observasi ini

juga dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan dan penyiapan peralatan yang

dipergunakan dilapangan.

C.2. Penentuan Stasiun Pengamatan

Lokasi stasiun pengambilan contoh dan pengamatan dilakukan dengan berdasar pada

data hasil observasi awal yang akan dilakukan. Penentuan stasiun ini akan dilakukan dengan

memperhatikan keterwakilan dari lokasi penelitian secara keseluruhan berdasarkan pada

(24)

masyarakat (disturbance). Lokasi stasiun pengamatan dilakukan pada satu titik stasiun yaitu di

sebelah barat pulau.

C.3. Pengukuran Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan meliputi suhu, potensial redoks (Eh) sedimen, dan oksigen

terlarut.

C.3.1. Suhu

Pengukuran suhu air laut dilakukan secara in-situ dengan menggunakan

thermometer.

C.3.2. Potensial Redoks (Eh) Sedimen dan Air Pori (pore water)

Pore water diambil dengan menggunakan spoit pada lapisan bawah sedimen,

selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Pengukuran Eh dilakukan dengan mengambil

10 g contoh sedimen dan ditambahkan 50 ml aquades, kemudian kocok dan diamkan selama

30 menit. Setelah itu, diukur dengan Eh meter.

C.3.3. Kandungan Oksigen Terlarut (DO)

Pengukuran kandungan oksigen terlarut dilakukan dengan cara mencelupkan botol

(100 ml) ke dalam permukaan laut (botol diisi penuh sampai gelembung udara dipastikan keluar

semua ). Pengukuran DO menggunakan DO meter, akurasi alat diuji dengan 5 kali pengukuran.

Nilai oksigen terlarut (DO) pada saat pengulangan pengukuran diperlihatkan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4. Nilai oksigen terlarut (DO) saat pengulangan (n=5)

Titik DO (mg/L)

1 5.62

2 4.84

3 4.71

(25)

5 5.07 Rata-rata 5.004 SD (standar deviasi) 0.369 Min 4.71 Max 5.62 C.4. Pengambilan Contoh

C.4.1. Pengambilan Contoh Lamun

Contoh Lamun diambil dengan mencabutnya dari substrat, dan dibersihkan dari

epifit yang melekat pada daun-daun dari lamun tersebut. Sampel kemudian dicuci dengan

menggunakan aquades sampai bersih sehingga tidak ada lagi butiran-butiran pasir yang

melekat pada jaringan lamun tersebut. Setelah bersih lamun tersebut kemudian dipotong

menjadi 2 bagian yaitu akar dan daun dan dipisahkan untuk masing-masing stasiun. Lamun

yang telah terpotong-potong tadi kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada

suhu 1050C selama 2 hari. Sampel kemudian ditimbang berat sebesar 0,250 gr. sampel

dimasukkan ke dalam labu destilasi untuk masing-masing bagian (akar dan daun ) untuk di

destruksi sampai terbentuk larutan jernih. Setelah itu dilakukan pembuatan ekstrak dengan

menimbang 0,250 g contoh tanaman < 0,5 mm ke dalam tabung digestion. Kemudian

menambahkan 1 gr campuran selen dan 2,5 ml H2SO4. Campuran kemudian diratakan satu

malam hingga akar atau daun terlarut.. Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak

diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. kocok sampai homogen, biarkan semalam

agar partikel mengendap.

Larutan blanko disiapkan dengan memasukkan 1 gr campuran selen dan 2,5 ml H2SO4

ke dalam tabung digestion. Esoknya dipanaskan dalam blok digestion hingga suhu 3500 C,

Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam).

C.5. Pengukuran Nitrogen Pada Jaringan Akar dan Daun C.5.1. Nitrat (NO3)

(26)

Pengukuran NO3 pada akar dan daun dilakukan di laboratorium dengan cara

mengambil 5 ml ekstrak contoh (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan

larutan deret standar dipersiapkan. Pada sampel ditambahkan berturut-turut 0,5 ml larutan

brusin dan 5 ml H2SO4 pekat sambil dikocok sampai homogen dan biarkan 30 menit. Setelah itu

larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm.

C.5.2. Nitrit (NO2)

Pengukuran NO2 pada akar dan daun dilakukan di laboratorium dengan cara

mengambil 2 ml contoh (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml asam

sulfanilat dan 1 ml Napthyl ethyle diamin dihydrocloride, dikocok dan didiamkan selama 15

menit. Setelah 15 menit larutan kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 520 nm.

C.5.3. Amonium (NH4)

Pengukuran NH4 pada akar dan daun yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara

mengambil 2 ml ekstrak contoh (akar atau daun) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan

larutan deret standar dipersiapkan. Ditambahkan berturut – turut 4 ml larutan sangga Tartrat dan 4 ml Na-fenat, campur dan biarkan 10 menit. Kemudian ditambahkan 4 ml NaOCl 5%.

Setelah itu larutan dikocok dan diukur spektrofotometer pada panjang gelombang 636 nm.

C.6. Pengukuran Nitrogen Pada Pore Water C.6.1. Nitrat (NO3)

Pengukuran NO3 pada pore water yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara

mengambil 5 ml ekstrak contoh (pore water) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan

larutan deret standar dipersiapkan. Ditambahkan berturut-turut 0,5 ml larutan brusin dan 5 ml

H2SO4 pekat sambil dikocok sampai homogen dan dibiarkan 30 menit. Setelah 30 menit larutan

diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 432 nm.

(27)

Pengukuran NO2 pada pore water yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara

mengambil 2 ml contoh (pore water) ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml asam

sulfanilat dan 1 ml Napthyl ethyle diamin dihydrocloride, dikocok dan didiamkan selama 15

menit. Setelah 15 menit larutan kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 520 nm.

C.6.3. Amonium (NH4)

Pengukuran NH4 pada pore water yaitu dilakukan di laboratorium dengan cara

mengambil 2 ml ekstrak contoh (pore water) ke dalam tabung reaksi. Pada saat bersamaan

larutan deret standar dipersiapkan. Ditambahkan berturut – turut 4 ml larutan sangga Tartrat dan 4 ml Na-fenat masing – masing, dikocok dan biarkan 10 menit. Kemudian ditambahkan 4 ml NaOCl 5%. Setelah itu larutan dikocok dan diukur spektrofotometer pada panjang

gelombang 636 nm.

Rasio NTotal antara pore water dengan akar & daun lamun Enhalus acoroides :

• Rasio = ∑ NTotal akar + NTotal daun NTotal Pore Water = 4.141 + 4.434 6.137 = 8.575 6.137 = 1.397 mg N/L D. Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan analisa varians (ANOVA) untuk mengetahui

hubungan nitrogen yang ada pada pore water dan pada akar dan daun lamun Enhalus

acoroides. Hasil analisa ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Parameter kimia fisika yang

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

A.1. Parameter Lingkungan Perairan (Suhu, Oksigen Terlarut, dan Potensial Redoks)

Suhu perairan di lokasi penelitian berkisar antara 30-33oC dengan suhu rata-rata

31.7 oC ± standar deviasi sebesar 1.1 oC,(n=15). Potensial redoks (Eh) pada sedimen di lokasi

penelitian berkisar antara -23.4 mV – (-4) mV dengan potensial redoks rata-rata sebesar -13.5 mV ± standar deviasi sebesar 6.02 mV, (n=15). Oksigen Terlarut (DO) pada perairan di lokasi

penelitian berkisar antara antara 3.8 - 4.6 mg/L, dengan DO rata-rata 4.2 ± standar deviasi

(29)

Kisaran nilai beberapa parameter lingkungan yakni suhu, potensial redoks (Eh) dan

oksigen terlarut (DO) diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Parameter Lingkungan (n=15)

No Parameter Kisaran Rata-rata ± standar deviasi

1. Suhu (oC) 30 – 33 31.7 ± 1.1

2. Eh (mV) -23.4 – (-4) -13.5 ± 6.02

3. DO (mg/L) 3.8 - 4.6 4.2 ± 0.3

Detail data tersedia di Lampiran 1

A.2. Nitrogen Pada Pore Water

Nitrogen yang diukur terdiri dari Amonium (NH4), Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2). NH4

pada pore water berkisar antara 0.288 - 0.675

mg/L

dengan rata-rata 0.46

mg/L

± standar deviasi 0.097 mg/L. NO3 berkisar antara 0.059 - 0.138

mg/L

, dengan rata-rata 0.094

mg/L

±

standar deviasi sebesar 0.022 mg/L. Sedangkan NO2 berkisar antara 0.052 – 0.147

mg/L

,

dengan rata-rata 0.098

mg/L

± standar deviasi sebesar 0.026

mg/L

. NTotal (NT) untuk pore

water berkisar antara 0.48 – 0.914

mg/L

, dengan rata-rata 0.653

mg/L

± standar deviasi sebesar 0.119 mg/L.

Kisaran nilai, rata-rata dan standar deviasi Amonium (NH4), Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2)

diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Konsentrasi Nitrogen di Pore water (n=15)

No Nitrogen (mg/L) Kisaran Rata-rata ± standar deviasi

1. NH4 0.288 - 0.675 0.46 ± 0.097

2. NO3 0.059 - 0.138 0.094 ± 0.022

3. NO2 0.052 - 0.147 0.098 ± 0.026

4. NTotal 0.48 - 0.914 0.653 ± 0.119

(30)

Amonium (NH4) berbeda jauh nilainya dengan nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada pore

water. NH4 merupakan bentuk nitrogen yang terbanyak pada pore water dengan nilai rata-rata

0.46 mg/L. NO2 mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.098 mg/L. Sedangkan NO3 dalam nitrogen

pada pore water mempunyai nilai terkecil yaitu sebesar 0.094 mg/L.

Distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada pore water diperlihatkan

pada gambar di bawah ini .

Gambar 3. Distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada pore water (n=15)

A.3. Nitrogen Pada Akar Dan Daun Lamun Enhalus acoroides

Nitrogen pada akar dan daun Lamun Enhalus acoroides yang diukur terdiri dari

amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). NH4 pada akar lamun Enhalus acoroides berkisar

antara 0.022 – 0.563 mg/g dengan rata-rata 0.324 mg/g ± standar deviasi 0.132 mg/g. Nilai nitrat (NO3) pada akar berkisar antara 0.035 – 0.114 mg/g, dengan rata-rata 0.070 mg/g ±

standar deviasi 0.022 mg/g. Sedangkan nilai (NO2) pada akar berkisar antara 0.003 – 0.069

mg/g, dengan rata-rata 0.025 mg/g ± standar deviasi 0.021 mg/g. NTotal (NT) untuk akar berkisar

antara, 0.097

– 0.7

mg/g, dengan rata-rata 0.42

mg/g

± standar deviasi sebesar 0.151 mg/g.

0,098 0,094 0,46 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 NO2 NO3 NH4 Po re Wat e r (m g/ L)

(31)

Nitrogen pada daun lamun Enhalus acoroides yang diukur terdiri dari Amonium (NH4),

Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2). NH4 pada daun lamun Enhalus acoroides berkisar antara 0.118 –

0.557 mg/g, dengan rata-rata 0.314 mg/g ± standar deviasi 0.115 mg/g. NO3 pada daun

berkisar antara 0.058 – 0.481 mg/g, dengan rata-rata 0.139 mg/g ± standar deviasi sebesar 0.117 mg/g. Sedangkan NO2 berkisar antara 0.003 – 0.099 mg/g, dengan rata-rata 0.064 mg/g

± standar deviasi sebesar 0.03 mg/g. NTotal (NT) pada daun berkisar antara 0.303

-

0.728 mg/g,

dengan rata-rata 0.517

mg/g

± standar deviasi sebesar 0.139 mg/g.

Kisaran nilai Nitrogen yaitu amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada akar dan

daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo

diperlihatkan pada tabel di bawah ini .

Tabel 7. Konsentrasi Nitrogen di jaringan akar dan daun Lamun Enhalus acoroides (n=15)

No Akar/ Daun Bentuk Nitrogen (mg/g) Kisaran Rata-rata ± standar

deviasi

1. Akar NH4 0.022 – 0.563 0.324 ± 0.132

NO3 0.035 – 0.114 0.070 ± 0.022

NO2 0.003 – 0.069 0.025 ± 0.021

NTotal 0.097 – 0.7 0.42 ± 0.151

No Akar/ Daun Bentuk Nitrogen (mg/g) Kisaran Rata-rata ± standar

deviasi

2. Daun NH4 0.118 – 0.557 0.314 ± 0.115

NO3 0.058 – 0.481 0.139 ± 0.117

NO2 0.003 – 0.099 0.064 ± 0.03

NTotal 0.303 - 0.728 0.517 ± 0.139

Detail data tersedia di Lampiran 2

Gambar 4 memperlihatkan distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada

(32)

nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). NH4 merupakan bentuk nitrogen yang terbanyak pada daun lamun

Enhalus acoroides dengan nilai rata-rata 0.34 mg/g. NO2 mempunyai nilai terkecil yaitu sebesar

0.064 mg/g. Sedangkan NO3 mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.139 mg/g.

Gambar 5 memperlihatkan distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada

akar lamun Enhalus acoroides. Amonium (NH4) mempunyai nilai yang berbeda jauh dengan

nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). NH4 merupakan bentuk nitrogen yang terbanyak pada akar lamun

Enhalus acoroides dengan nilai rata-rata 0.324 mg/g. NO2 mempunyai nilai terkecil yaitu

sebesar 0.025 mg/g. Sedangkan NO3 mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.07 mg/g.

Distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada daun lamun Enhalus

acoroides diperlihatkan pada gambar berikut .

Gambar 4. Distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada daun lamun Enhalus

acoroides (n=15)

Distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada akar lamun Enhalus

acoroides diperlihatkan pada gambar berikut .

Gambar 5. Distribusi amonium (NH4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) pada akar lamun Enhalus

acoroides (n=15). 0,064 0,139 0,314 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 NO2 NO3 NH4 D au n (m g/ g) 0,025 0,07 0,324 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 NO2 NO3 NH4 A kar (m g/ g)

(33)

B. Pembahasan

B.1. Distribusi Nitrogen Pada Pore Water, Akar dan Daun Lamun Enhalus acoroides

Gambar 6 memperlihatkan distribusi NTotal (NT) pada pore water, akar dan daun lamun

Enhalus acoroides. Nilai NT tertinggi didapatkan pada pore water sebesar 0.409 mg N/L. Nilai

rata-rata NT daun sebesar 0.295 mg N/L. Sedangkan nilai rata-rata NT terkecil didapatkan pada

akar sebesar 0.276 mg N/L, hal ini disebabkan ketersedian nitrogen pada ekosistem lamun

daerah tropis dikenal tinggi dalam air pori sedimen (pore water).

Sedimen merupakan tempat sumber utama untuk mendapatkan nutrisi, karena dalam

sedimen mengandung kadar nutrisi yang lebih tinggi, sementara air permukaannya umumnya

mempunyai kadar nutrisi yang rendah (Erftemeijer 1993; Udy & Dennison 1996).

Menurut Erftemeijer (1993) lamun memperoleh nutrien melalui dua jaringan tubuhnya

yaitu melalui akar dan daun. Di daerah tropis, konsentrasi nutrien yang larut dalam perairan

lebih rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi nutrien yang ada di sedimen. Penyerapan

nutrien pada kolom air dilakukan oleh daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen

dilakukan oleh akar namun tidak menutup kemungkinan pengangkutan nutrien oleh akar juga

akan sampai pada bagian daun dari lamun.

Menurut Lizumi dan kawan-kawan, (1982) melalui penelitian penyerapan kinetik

nitrogen, menyimpulkan bahwa nitrogen untuk pertumbuhan lamun didapatkan lebih banyak

berasal dari sedimen atau pore water.

Distribusi NT pada pore water, akar dan daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi

(34)

Gambar 6. Distribusi NTotal (NT) pore water, akar dan daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi

penelitian di perairan pulau Barranglompo (n=15).

B.1.1. Uji Analisa Variasi (ANOVA)

Distribusi nitrogen secara total (NTotal) pada pore water, akar dan daun lamun Enhalus

pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan distribusi NTotal

yang signifikan pada pore water, akar dan daun. Hasil analisis varians (Anova) menunjukkan

distribusi NT pada pore water, akar dan daun berbeda secara signifikan (P=0,00). Hal ini

kemungkinan disebabkan karena kandungan nitrogen pada pore water yang lebih banyak

daripada akar dan daun dan tidak semuanya dapat diserap oleh lamun Enhalus acoroides.

B.2. Hubungan Antara Nitrogen di Pore Water, Akar dan Daun Lamun Enhalus acoroides

Gambar 7 memperlihatkan hubungan antara nitrogen pada pore water dengan

nitrogen pada akar lamun Enhalus acoroides. Hubungan tersebut kuat (R2=0.688). Sedangkan

yang diperlihatkan pada gambar 8 yaitu hubungan antara nitrogen pada pore water dengan

nitrogen pada daun lamun Enhalus acoroides tidak kuat (R2=0.673). Ini menunjukkan bahwa

serapan nitrogen di akar bersumber dari pore water. Sedangkan pada daun serapan nitrogen

kemungkinan bersumber dari kolom air .

Gambar 9 memperlihatkan Hubungan antara NT pada akar serta daun lamun Enhalus

acoroides dengan NT pada pore water. Hubungan tersebut kuat (R2 = 0.818). Ini menunjukkan

bahwa serapan nitrogen pada lamun Enhalus acoroides paling banyak bersumber dari pore

water. 0,409 0,276 0,295 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

pore water Akar Daun

N

To

tal (m

g N

(35)

Zat hara fosfat, nitrat dan amonium diserap oleh lamun melalui daun dan akarnya, namun

Short (1987) mengatakan bahwa penyerapan zat hara melalui daun lamun di daerah tropis

sangat kecil bila dibandingkan dengan penyerapan melalui akar. Di daerah tropis kadar zat hara

di air poros lebih besar dibandingkan dengan di kolom air dan air permukaan (Erftemeijer 1993;

Muchtar 1994 &1999).

Menurut Lizumi dan kawan-kawan, (1980) oksigen mempengaruhi kadar nitrat di dalam

sedimen. Oksigen dapat masuk ke dalam sedimen karena adanya aktivitas biota dasar dan

melalui sistem perakaran lamun. Oksigen yang dihasilkan fotosintesis di daun dialirkan ke

rimpang dan akar melalui lakunanya. Sebagian oksigen ini dipakai untuk respirasi akar dan

rimpang dan sisanya dikeluarkan melalui dinding sel ke sedimen. Oksigen yang masuk ke

dalam sedimen tersebut dipakai oleh bakteribakteri nitrifikasi dalam proses siklus nitrogen.

Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di akar lamun Enhalus acoroides

pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo dapat dilihat seperti gambar berikut :

Gambar 7. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di akar lamun Enhalus

acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo (n=15)

Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di daun lamun Enhalus acoroides

pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo dapat dilihat seperti gambar berikut :

y = 0,626x + 0,236 R² = 0,688 0 0,2 0,4 0,6 0,8 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 N Total Por e W ater (m g N /L) N Total Akar (mg N/L)

(36)

Gambar 8. Hubungan antara nitrogen di pore water dengan nitrogen di daun lamun Enhalus

acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo (n=15).

Hubungan antara NTotal (NT) pada akar serta daun lamun Enhalus acoroides dengan NTotal

(NT) pada pore water pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo dapat dilihat seperti

gambar berikut :

Gambar 9. Hubungan antara NTotal (NT) pada akar serta daun lamun Enhalus acoroides dengan

NTotal (NT) pada pore water pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo

B.2.1. Uji Analisa variasi (ANOVA)

Hubungan nitrogen pada pore water dengan akar lamun Enhalus acoroides pada lokasi

penelitian di perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil

analisis variasi menunjukkan nitrogen pore water dengan akar lamun berbeda signifikan

(P=0,00). Hal ini disebabkan karena zat hara amonium, nitrat, dan nitrit yang diserap oleh

lamun melalui akarnya.

Hubungan nitrogen pada pore water dengan daun lamun Enhalus acoroides pada lokasi

penelitian di perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hasil

y = 0,744x + 0,189 R² = 0,673 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 N To tal Por e Wate r ( m g N /L) N Total Daun (mg N/L) y = 0,408x + 0,175 R² = 0,818 0 0,2 0,4 0,6 0,8 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 N To tal Por e Wate r (m g N /L)

(37)

analisis variasi menunjukkan nitrogen pore water dengan daun lamun berbeda tidak signifikan

(P=0,08). Hal ini disebabkan karena serapan zat hara amonium, nitrat, dan nitrit pada daun

kemungkinan berasal dari kolom air.

Hubungan nitrogen total (NT) di pore water dengan akar serta daun lamun Enhalus

acoroides pada lokasi penelitian di perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan yang

cukup signifikan. Hasil analisis variasi menunjukkan nitrogen total (NT) di pore water, akar dan

daun lamun berbeda signifikan (P=0,00). Hal ini disebabkan juga karena zat hara amonium,

nitrat, dan nitrit diserap oleh lamun melalui daun dan akarnya.

B.3. Hubungan Antara Nitrogen dan Parameter Lingkungan

Gambar 10 memperlihatkan hubungan antara Nitrogen pore water dengan potensial

redoks (Eh). Hubungan antara NH4 dengan pore water sangat lemah (R2=0.001), seperti halnya

yang diperlihatkan pada gambar 11 yaitu hubungan NO3 dengan pore water lemah (R2=0.009).

Sedangkan hubungan antara NO2 dengan pore water juga lemah (R2=0.008).

Menurut Patrick dan Reddy (1978), Beberapa sistem inorganik tanah akan

menyeimbangkan potensial redoks pada beberapa nilai. Umumnya, jumlah nitrat rendah di

dalam tanah tergenang, kemudian cepat menghilang setelah penggenangan. Jika tanah

mengandung reduksi besi dan mangan tinggi, maka elemen ini akan membantu mencegah

penurunan potensial redoks menjadi lebih bernilai negatif. Pada umumnya, kadar zat yang

tereduksi mencapai puncak pada 2-4 minggu setelah penggenangan kemudian berangsur

menurun sampai pada tingkat keseimbangan. Besarnya nilai Eh berpengaruh terhadap

ketersediaan unsur hara dalam tanah.

Menurut Ponnamperuma (1978), nilai Eh yang rendah dapat mengganggu

perkecambahan dan munculnya perakaran saat penyemaian, tapi tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman; merombak nitrat tapi mengakumulasi amonium dan fiksasi nitrogen

(38)

Menurut Levy dan Toutain (1982), Perubahan potensial redoks (Eh) berpengaruh pula

terhadap kelarutan Amonium (NH4), penurunan Eh juga akan mengakibatkan reduksi nitrat

(NO3) dan terjadinya denitrifikasi.

Hubungan antara NH4 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi penelitian di

perairan pulau Barranglompo dapat dilihat seperti gambar berikut .

Gambar 10. Hubungan antara NH4 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi

penelitian di perairan pulau Barranglompo.

Hubungan antara NO3 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi penelitian di

perairan pulau Barranglompo dapat dilihat seperti gambar berikut .

Gambar 11. Hubungan antara NO3 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi

penelitian di perairan pulau Barranglompo

Hubungan antara NO2 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi penelitian di

perairan pulau Barranglompo dapat dilihat seperti gambar berikut .

y = 0,000x + 0,469 R² = 0,001 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 N H 4 ( m g/ L) Eh (mV) y = -0,000x + 0,089 R² = 0,009 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 N O3(m g/ L) Eh (mV)

(39)

Gambar 12. Hubungan antara NO2 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi

penelitian di perairan pulau Barranglompo

B.3.1. Uji Regresi

Hubungan NH4 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi penelitian di

perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hasil analisis

variasi menunjukkan NH4 pore water dengan potensial redoks (Eh) berbeda tidak signifikan

(P=0.876). Hal ini disebabkan karena nilai Eh yang cenderung minus yang menyebabkan

terjadinya reduksi sehingga membentuk NH4 .

Hubungan NO3 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi penelitian di

perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hasil analisis

variasi menunjukkan NO3 pore water dengan potensial redoks (Eh) berbeda tidak signifikan

(P=0.731). Hal ini disebabkan karena nilai Eh yang cenderung minus yang mengurangi

ketersediaan NO3 dalam pore water.

Hubungan NO2 pore water dengan potensial redoks (Eh) pada lokasi penelitian di

perairan pulau Barranglompo menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hasil analisis

variasi menunjukkan NO2 pore water dengan potensial redoks (Eh) berbeda tidak signifikan

(P=0.760). Hal ini disebabkan karena nilai Eh yang cenderung minus sehingga menyebabkan

nitrifikasi terhambat sehingga mengurangi jumlah NO2 dalam pore water.

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan y = -0,000x + 0,093 R² = 0,008 0 0,05 0,1 0,15 0,2 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 N O2 (m g/ L) Eh (mV)

(40)

Hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar, adalah sebagai

berikut :

1. Bentuk nitrogen yang paling banyak di Pore water adalah amonium (NH4), begitu juga

dengan akar dan daun lamun Enhalus acoroides .

2. Jumlah nitrogen di pore water banyak dan bisa digunakan sebagai cadangan nitrogen

3. Rasio atau perbandingan antara nitrogen pada pore water dengan akar dan daun lamun

Enhalus acoroides sebesar 1.435 mg/L.

B. Saran

1. Untuk melengkapi studi ini dibutuhkan penelitian nitrogen pada kolom air.

2. Kita butuhkan lokasi lain yang lebih dekat dengan makassar untuk membandingkan

pengaruh eutrofikasi.

(41)

Anonymous. 2011.siklus nitrogen. http://www.agroinformatika.net/2011/11/siklus-nitrogen.html. diakses 13 Agustus 2012

Arifin., 2001. Ekosistem Padang Lamun. Buku Ajar. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Bengen DG., 2002. Sinopsis:Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pesisir Dan Laut Serta Prinsip

Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan. Institut Petanian

Bogor (IPB). Bogor.

Brouns, J.J.W.M. 1985. A Preliminary Study Of The Seagrass Thalassoaendron Cilialum (Frosk) dan Hartog from Eastern Indonesia. Aquartik Botany.

Champbell, Reece – Mitchell. 1999. Biologi Edisi Kelima (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT . Pradnya Paramita. Jakarta.

Den Hartog., 1977. The seagrass of the Word. North Holland Publ. Co. Amsterdam.

Dwidjoseputro, D.1998. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit. Pt. Gramedia: Jakarta.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati Lingkungan

Perairan. Kanysius. Yogyakarta.

Effendi, Hefni.2003.Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Kanisius: Yogyakarta. Diakses 13 Mei 2012

Erftemeijer, P.L.A. 1992. Factor limiting growth and production of tropical seagrasses: Nutrient

dynamic in Indonesian seagrass beds (Buginesia IV). Tentative Final Report

Prepared for LIPI and WOTRO, Ujung Pandang.

Erftemeijer, P.L.A., Middelburg, Jack, J., 1993. Sediment-nutrient Interaction In Tropical

Seagrass Beds: a Comparasion between a Terigeneus and a Carbonat Sedimentary Environmental in South Sulawesi. Marine Progress Series . Vol. 102.

Erftemeijer, P.L.A. 1993. Differences in nutrient concentration and resources between seagrass

communities on carbonate and terigenous sediments in South Sulawesi,

Indonesia.

Gambrell, R.P dan W.H. Patrick Jr. 1978. Chemical and microbiological properties of anaerobic

soils and sediments. pp. 375-423. In. Plant Life in Anaerobic Environment. D.D.

(42)

Hutagalung, H. P. dan Rozak, A., 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota Laut. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hutomo, M. 1999. Proses Peningkatan Nutrient Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. LIPI.

Kenworthy, W.J., Zieman, J.C. & Thayer, G.W. 1982. Evidence for the influence of seagrasses on the benthic nitrogen cycle in a coastal plain estuary near Beaufort, North California (USA). Oecologia.

Koesbiono., 1985. Dampak Aktivitas Pembangunan Terhadap Laut. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan. IPB.

Kiswara, W. 1992. Community Structure and Biomass Distribution of Seagrass at Banten Bay, West Java, Indonesia.

Levy, G. and F. Toutain. 1982. Aeration and redox phenomena in soils. In Bonneau, M. and B. Soucier (Eds.). Constituens and properties of Soils. Academic Press. London.

Muchtar, M. 1994. Karakteristik dan sifat-sifat kimia Padang Lamun,di Lombok Selatan. Di dalam: Kiswara, W., Moosa, M.K. & Hutomo, M. (eds). Struktur Komunitas Biologi

Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Jakarta:

Puslitbang Oseanologi LIPI.

Muchtar, M. 1999. Zat hara dan kondisi fisik Teluk Kuta, Lombok. Di dalam: Soemodihardjo, S., Arinardi, O.H. & Aswandy, I. (eds.). Dinamika Komunitas Biologis pada Ekosistem

Lamudi Pulau Lombok, Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI.

Lizumi, H., A. Hattori & C.P. McRoy. 1980. Nitrate and Nitrite in Interstitial Waters of Eelgrass Beds in Relation to the Rhizosphere. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 47: 191-201.

Lizumi, H.A., Hattori, H. & McRoy, C.P. 1982. Amonium Beds. Marine Biology.

Odum, E. p., 1997. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada Uniiversitas Press. Jogjakarta.

Patrick, W. H., and C. N. Reddy. 1978. Chemical changes in rice soils. In. IRRI (Ed.). Soil and Rice. In IRRI, Los Banos Philippines.

Patty, Aldi.2010. Fiksasi nitrogen oleh bakteri. http://aldipatty.blogspot.com/2010/12/fiksasi-nitrogen-oleh-bakteri.html. diakses 13 Agustus 2012

(43)

Qadarisma. 2005 Komposisi Jenis dan Kelimpahan Juvenil Nekton Pada Pada Ekosistem

Padang Lamun di Perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Riyn. 2012. Multiply. ttp://riyn.multiply.com/journal/item/43?&show_interstitial=1&u=/journal/item. diakses 08 Mei 2012

Romimohtarto, K.S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.Penerbit Djambatan. Jakarta.

Short, F.T. 1987. Effects of sediment nutrients on seagrass: literature review and mesocosm

experiment. Aquat. Bot. 27: 41-57.

Wardoyo, S.T., 1975. Kriteria Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dapertemen Tata Produksi Perikanan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Gambar

Tabel 2. Alat-alat digunakan yang digunakan pada saat pengambilan contoh dan data di  lapangan yaitu :
Tabel 4.  Nilai oksigen terlarut (DO) saat pengulangan (n=5)
Tabel 6. Konsentrasi Nitrogen di Pore water (n=15)
Gambar 3. Distribusi amonium (NH 4 ), nitrat (NO 3 ) dan nitrit (NO 2 ) pada pore water (n=15)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Imamo tri vrste čunjića koji detektiraju svjetlosno valove različitih valnih duljina što naš vizualni korteks i mozak interpretiraju kao tri osnovne boje plava, zelena i

Hasil penelitian yaitu Penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan ROP (Re Order Point) terhadap obat reguler khususnya kelompok A di Apotek Siti Hajar dapat

yaitu : 0,548 × 0,390 = 0,214 yang berarti bahwa nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan dengan nilai pengaruh langsung, hasil ini menunjukkan

Jika kumpulan dan gugus bagian tidak memenuhi syarat adanya kesatuan ( unity ), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna, maka tidak dikatakan sebagai

Pemrograman arsitektur adalah proses pengaturan informasi sehingga informasi yang benar dapat secara tepat posisinya dalam proses desain dan keutusan yang tepat dapat

Akan  sedikit  naik  selama  persalinan;  tertingi  selama  dan  segera  setelah  kelahiran.  Untuk  bisa  dianggap  normal,  kenaikan  ini  tidak  boleh  melampaui 

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian tepung Indigofera hingga level 16% sebagai substitusi konsentrat komersial tidak berbeda nyata terhadap produksi

♦ Ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkat- kan keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila