• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang penelitian. DBD ini adalah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang penelitian. DBD ini adalah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi.Penyebab penyakit DBD ini adalah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota

Surabaya pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Depkes RI, 2010).

Sekarang kasus DBD telah menjalar ke berbagai wilayah Indonesia.Hampir setiap tahun wabah ini muncul dan jumlah penderitanya meningkat cukup tajam bahkan dipastikan dapat memakan korban jiwa yang tidak sedikit.Sampai saat ini, obat efektif untuk pengobatan DBD dan vaksin belum ditemukan. Pengendalian vektor merupakan satu-satunya cara memutus rantai penularan. Upaya penanggulangan penyakit DBD telah dilakukan dengan fogging fokus, fogging sebelum musim penularan, abatisasi massal dan abatisasi selektif, serta pemberantasan sarang nyamuk melalui program 3M (menutup, menguras, mengubur barang bekas) (Depkes RI, 2004). Cara lain yang digunakan oleh masyarakat untuk menghindari nyamuk dengan menggunakan repelan. Repelan berbahan kimia sintesis beresiko mengakibatkan toksik pada penggunaanya.Dalam 5 dekade terakhir, penggunaan insektisida sintetik termasuk

(2)

repelan sintetik, telah menimbulkan bahaya lingkungan dan meningkatkan resistensi pada spesies vektor penyakit (Mittal,2003).

Penggunaan zat kimia sebagai penolak nyamuk yang semakin banyak dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu ekosistem, maka salah satu cara dengan diformulasikan bahan penolak nyamuk yang ramah lingkungan yang berasal dari tumbuhan anti nyamuk. Oleh karena itu penggunaan bahan alami dari tumbuhan mulai dikembangkan seperti sereh, kayu putih, jeruk, kenanga, kamboja, cengkeh dan lain-lain. Tanaman sereh termasuk tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri dari penyulingan tanaman sereh dapur disebut lemongrass oil. Komponen dalam lemongrass oil selain sitral sebagai komponen penyusun terbesar, juga terdapat sitronelal, geraniol dan linalool (Agusta, 2000). Senyawa yang memiliki gugus aldehid atau keton, seperti sitral, sinamil aldehida, karvon dan sebagainya mempunyai aktivitas sebagai penolak nyamuk (Price & Price, 1995). Sitronelal diketahui efektif untuk menolak nyamukAe.aegypti (Koul, dkk., 2008). Oil of citronellaandoil of cassia adalah repelan yang bekerja dengan cara menutupi ketertarikan nyamuk terhadap manusia (Shepard, 1951).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syelvie, 2008, dilaporkan bahwa minyak sereh wangi yang diformulasikan dengan minyak wijen sebagai obat nyamuk cair elektrik efektif sebagai repelan (92%) nyamuk Ae. aegypti pada kadar 50%. Minyak sereh wangi dilaporkan memiliki waktu proteksi 75,57 ± 15 menit terhadap gigitan nyamuk Ae.aegypti, sedangkan minyak sereh dapur memiliki waktu proteksi yang lebih pendek dibanding minyaksereh wangi, yaitu

(3)

45,44 ± 0,14 menit. Minyak kenanga jawa, ilang-ilang, sereh wangi, sereh dapur, jahe emprit, jahe merah, daun jeruk nipis, daun jeruk purut yang diformulasi dengan minyak wijen efektif sebagai repelan oles terhadap gigitan nyamuk

Ae.aegypti, berturut-turut terjadi pada kadar 95%, 85%, 75%, 70%, dan 55% (Sri

Mulyani, dkk., 2010). Selain itu, minyak sereh dapur mempunyai efek antibakteri dan antifungal (Oyen&Dung, 1999).

Bentuk sediaan penolak nyamuk yang digunakan oleh masyarakat terdapat berbagai macam, salah satunya adalah bentuk sediaan insence combustible.

Insence combustible adalah sediaan yang mengeluarkan bau dan penggunaannya

dengan cara dibakar. Bentuk sediaan insence combustible sering digunakan pada acara-acara keagamaan, dan sediaan ini bisa juga berisi bahan yang memiliki aktivitas sebagai insektisida (Price & Price, 1995).

Dalam penelitian ini, minyak atsiri herba sereh dapur diformulasikan dalam sediaan insence combustible sebagai penolak nyamuk, dengan harapan dapat menghindari adanya efek iritasi/sensitisasi pada kulit, sehingga bahan aktif tidak langsung berhubungan dengan kulit.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah minyak atsiri sereh dapur dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan

insence combustible ?

2. Apakah sediaan yang dibuat memiliki aktivitas sebagai repelan terhadap nyamuk Ae. aegypti ?

(4)

3. Berapa kadar efektif bahan aktif dalam sediaan yang memiliki aktivitas repelan terhadap nyamuk Ae. aegypti ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Membuat repelan alami dengan bentuk sediaan insence combustible. 2. Menguji aktivitas repelan dari sediaan uji terhadap nyamuk Ae. aegypti. 3. Menentukan kadar efektif sediaan uji sebagai repelan nyamuk Ae. aegypti.

D. Tinjauan Pustaka 1. Nyamuk Ae. aegypti

a. Klasifikasi

Philum : Anthropoda Class : Hexapoda (insect) Subclass : Pterigota

Ordo : Diptera Familia : Culicidae Genus : Aedes

(5)

b. Morfologi

Nyamuk Ae. aegypti mengalami 4 tahapan dalam siklus hidup dimulai dari telur, larva (jentik-jentik), pupa (kepompong), nyamuk dewasa (Depkes RI, 2013).

Gambar 1. Siklus Hidup NyamukAe. aegypti(Depkes RI,2013) 1) Telur Nyamuk Ae. aegypti

Telur nyamuk Ae.aegypti berwarna hitam, berbentuk lonjong, diletakkan satu persatu di pinggiran material (terutama material yang kasar). Telur nyamuk Ae.aegypti dapat bertahan hingga 6 bulan dalam kondisi kering, dan akan menetas setelah 1-2 hari terkena/ terendam air.

(6)

2) Jentik Nyamuk Ae. aegypti

Jentik nyamuk Ae.aegypti terdiri dari kepala, torak dan abdomen. Di ujung abdomen terdapat sifon. Panjang sifon ¼ panjang abdomen.Dalam posisi istirahat jentik terlihat menggantung dari permukaan air dengan sifon di bagian atas. Pertumbuhan jentik menjadi kepompong selama 6-8 hari.

Gambar 3. Jentik Nyamuk Ae.aegypti(Depkes RI, 2013)

3) Kepompong

Kepompong adalah periode tidak makan, bentuknya seperti huruf koma, bergerak lincah.Periode kepompong membutuhkan waktu 1-2 hari (Depkes RI, 2013). Kepompong terdiri sefalotoraks, abdomen, dan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing pada bagian distal abdomen. Sefalotoraks mempunyai sepasang sifon yang berbentuk segitiga (Sungkar & Ismid, 1994).

(7)

Gambar 4. Kepompong Nyamuk Ae. aegypti(Depkes RI, 2013)

4) Nyamuk

Nyamuk dewasa Ae.aegyptiterdiri atas kepala, torak, abdomen, dan kaki yang berwarna hitam kecoklatan bercorak putih.Hal yang membedakan jenis Ae.aegypti dengan

Ae.albopictus, pada bagian torak Ae.aegypti terdapat warna putih

bentuk bulan sabit sedangkan Ae.albopictus bentuk garis lurus.

(8)

c. Lingkungan Hidup

Nyamuk Ae. aegyptibetina meletakkan telur diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukkannya. Tempat perindukkannya ini adalah tempat-tempat penyimpanan air bersih yang tenang misalnya bak kamar mandi dan gentong air minum (Soedarto, 1990).

d. Perilaku

Nyamuk Ae.aegypti bersifat anthropofilik dan hanya yang betina yang menghisap darah. Kebiasaan menghisap darah tersebut berulang dan menghisap darah satu orang atau beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Darah yang dihisap diperlukan untuk mematangkan telur dan jika dibuahi yang jantan, telur dapat menetas (Soemarmo, 1988). Nyamuk Ae. aegypti mempunyai keefektifan menggigit yang tinggi pada waktu siang terutama pagi hari antara jam 08.00-13.00 dan sore hari antara jam 15.00-17.00 (Lubis, 1998). Waktu mencari makan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae.aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, karbondioksida dan warna. Nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai warna gelap daripada warna terang (Soemarmo, 1988).

Pada malam hari nyamuk Ae.aegypti beristirahat dalam rumah, pada benda-benda yang digantung, seperti pakaian, kelambu, korden juga pada dinding-dinding yang gelap. Tempat istirahat di luar rumah seperti di

(9)

semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman, kebun, dan pekarangan rumah (Soemarmo, 1988).

2. Repelan Nyamuk

Repelan adalah substansi yang dipergunakan untuk melindungi manusia, hewan dan tumbuhan dari serangga dengan cara membuat penolakan terhadap penjamu karena dapat menyamarkan atau menyembunyikan baupenjamu (Remington, 1995). Lebih dari 10.000 bahan kimia telah diujikan aktivitas repelannya, untuk melawan gigitan nyamuk dan lalat penggigit yang lebih efektif dibanding minyak sereh yang sebelumnya telah dikenal secara turun temurun sebagai repelan yang efektif (Martin & Cook, 1961). Berdasarkan sumbernya, repelan dapat digolongkan menjadi repelan yang berasal dari tanaman dan disintesis secara kimia (Goumin,dkk., 2003). Aktivitas penolakan pada bahan repelan tergantung dari sifat fisika-kimia gugus fungsi tertentu pada struktur kimia senyawa repelan. Repelan penolak nyamuk ini dapat diambil dari suatu tanaman yang memiliki kandungan minyak atsiri. Repelan menimbulkan aroma yang dihasilkan oleh tanaman yang tidak disukai nyamuk, sehingga nyamuk akan menghindar. Bahan alam yang diketahui dapat berfungsi sebagai repelan antara lain adalah bahan yang mengandung senyawa golongan terpenoid, alkaloid, kuinon dan flavonoid (Harborne, 1973).

(10)

Menurut Goumin, dkk., 2003, repelan memiliki beberapa mekanisme sebagai penolak nyamuk, antara lain :

a. Menghambat respon nyamuk terhadap rangsangan kimia yang ditimbulkan oleh manusia atau binatang.

b. Beberapa senyawa dalam konsentrasi rendah dapat menarik nyamuk, dalam konsentrasi tinggi akan memiliki aktivitas repelan nyamuk.

c. Menginaktivasi reseptor indera penciuman dan meningkatkan kemampuan indera perasa nyamuk.

d. Melumpuhkan sistem syaraf nyamuk.

e. Menghambat reseptor pencari mangsa dan menginaktivasi reseptor lainnya.

f. Besarnya efektivitas repelan tergantung dari sifat fisika-kimia gugus fungsional, selain itu kefektifan repelan juga ditentukan oleh faktor lain yaitu diantaranya adalah jenis, populasi dan umur nyamuk, jenis dan dosis repelan, penggunaan repelan dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan sirkulasi udara (Goumin, dkk., 2003).

3. Insence

Dupa atau insence combustible merupakan sediaan aromaterapi yang cara penggunaannya dibakar. Ada 2 jenis insence yang dikenal yaitu insence

combustible dan insence non combustible. Kedua insence tersebut berbeda

dalam cara penggunaannya. Penggunaan insence combustible yaitu langsung dengan membakar sediaan sehingga timbul asap yang mengeluarkan aroma,

(11)

sedang insence non combustible berupa serbuk yang ditaburkan pada bara api, sehingga timbul asap yang mengeluarkan aroma. Dupa oleh sebagian orang digunakan dalam suatu upacara keagamaan dan dapat digunakan sebagai diffuser minyak atsiri yang dapat memberikan kenyamanan pada suatu ruangan karena memiliki efek aromaterapi. Bahan yang digunakan untuk pembuatan insenceberupa serbuk kayu sebagai bahan penyangga, bahan aktif berupa serbuk tanaman yang mengandung minyak atsiri atau minyak atsiri, bahan penjalaran api serta bahan lem perekat yaitu gom / tragakan untuk

insence combustible. Penggunaan insence tergantung tujuan terapinya, apabila

tujuannya untuk menambah semangat bisa dipilih aroma pinus, pipermin, untuk menenangkan dipilih aroma bergamot, Roman chamomile, dan bahkan bisa digunakan untuk perlindungan diri terhadap gigitan serangga, misalnya aroma lavender, sereh, dan lain sebagainya (Schnaubelt, 1998).

4. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, berbau wangi seperti dengan bau tanaman penghasilnya, berasa pedas, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Minyak atsiri juga merupakan sisa dari metabolisme tanaman. Minyak atsiri yang terbentuk merupakan hasil dari reaksi berbagai persenyawaan

(12)

kimia dalam tanaman dengan adanya air.Sintesa minyak atsiri dapat terjadi dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman atau dalam pembuluh resin.

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rimpang. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferae (Ketaren, 1985)

a. Komposisi minyak atsiri

Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur pemanenan, metode ektraksi yang dipergunakan dan cara penyimpanan minyak. Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S).

Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan yaitu, hidrokarbon, yang terdiri terutama dari persenyawaan terpen dan oxygenated hydrocarbon. Di samping itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen tidak dapat menguap (Ketaren, 1985).

1) Golongan hidrokarbon

Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur hidrogen dan karbon. Jenis hidrokarbon yang terdapat di alam dan di dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen

(13)

(2 unit isoprena), sesquiterpen (3 unit isoprena), diterpen (4 unit isoprena) dan politerpen, serta paraffin, olefin, dan hidrokarbon aromatik.

Komponen kimia golongan hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas setiap jenis minyak.Sebagai contoh misalnya, minyak terpentin yang mengandung monoterpen, disebut pinena dan minyak jeruk mengandung 90 persen limonena.

2) Oxygenated hydrocarbon

Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehida, keton, oksida, ester dan eter (Ketaren,1985)

b. Sifat fisika kimia minyak atsiri 1) Sifat fisika

Minyak atsiri yang baru diekstrak (masih segar) biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan dan beberapa jenis minyak berwarna kemerah-merahan, hijau atau biru. Jika minyak dibiarkan lama di udara dan kena cahaya matahari pada suhu kamar, maka minyak tersebut akan mengabsorbsi oksigen udara sehingga menghasilkan warna minyak yang lebih gelap, bau minyak berubah dari bau wangi alamiahnya serta minyak menjadi lebih kental dan akhirnya membentuk resin.

(14)

Minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan semakin besar dengan kenaikan suhu, umumnya larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol encer yang konsentrasinya kurang dari 70 persen. Daya tersebut lebih kecil jika minyak mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar.

2) Sifat kimia

Sifat kimia minyak atsiri ditentukan oleh persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama persenyawaan tidak jenuh (yaitu terpen), ester, asam, aldehida, dan beberapa jenis persenyawaan lainnya yang termasuk dalam golongan oxygenated hydrocarbon, misalnya alkohol, eter, dan keton. Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan mutu minyak yang mengakibatkan penurunan mutu. Beberapa proses yang dapat mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak adalah proses oksidasi, hidrolisis, polimerisasi, dan penyabunan (Ketaren, 1985).

5. Uraian Tanaman a. Sistematika tanaman Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida

(15)

Subkelas : Commelimidae Bangsa : Cyperales Suku : Poaceae Marga : Cymbopogon

Jenis : Cymbopogon citratus (DC. Ex Nees) Stapf (Anonim, 2010) b. Nama Daerah

Sereh dapur memiliki beberapa nama daerah yaitu Sarai bumbu (Minang), Sange-sange (Batak), Sere (Jawa,Madura), Sechai (Ambon), Bebuwa (Halmahera) (Agusta, 2000).

c. Morfologi

Sereh dapur merupakan tanaman tahunan (perenial) dan stolonifera (berbatang semu). Berdaun memanjang seperti pita, makin ke ujung makin meruncing dan berwarna hijau. Panjang daunnya berkisar 0,6-1,2 meter pada stolon. Tanaman ini sangat jarang bahkan tidak pernah berbunga sama sekali dan usianya hanya sekitar 4-6 tahun (Oyen & Dung, 1999). d. Minyak Atsiri Sereh Dapur

Herba sereh diperoleh dari tanaman Cymbopogon sp. Di Indonesia terdapat 2 jenis sereh yaitu sereh dapur dan sereh wangi. Sereh dapur berharga lebih murah daripada sereh wangi. Sereh dapur terbagi menjadi 2 varietas yaitu sereh flexuosus (Cymbopogon flexuosus) dan sereh citrates (Cymbopogon citratus). Minyak sereh flexuosus dalam dunia perdagangan disebut sebagai East Indian Lemongrass oil (minyak sereh dapur India

(16)

Timur), sedangkan sereh citratus dikenal dengan West India lemongrass

oil (minyak sereh dapur India Barat). Keduanya dapat tumbuh subur di

Indonesia meskipun paling banyak adalah jenis West Indian. Keduanya memiliki perbedaan sangat jelas berdasarkan pada sifat-sifat minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak sereh dapur merupakan salah satu minyak atsiri terpenting karena dalam jumlah besar digunakan untuk menghasilkan sitral, yang merupakan konstituen utama dari minyak tersebut. Menurut Guenther, 1972 minyak sereh India Timur nilainya lebih tinggi daripada India Barat, karena kandungan sitralnya yang lebih tinggi.

e. Kandungan Kimia

Komponen penyusun minyak sereh adalah aldehid (60-80%) antara lain sitral dan sitronelal ; linalool, geraniol, nerol, sitronelol, farnesol, limonene, dipenten, metilheptenon (Thomson, 2001). Sitral merupakan campuran stereoisomer geranial dan neral. Menurut Oyen & Dung, 1999 kandungan geranial sebanyak 40 - 62 %, sedangkan neral sebanyak 25-38%.

6. Penyulingan Minyak Atsiri

Penyulingan merupakan metode pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari 2 jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Ada tiga macam penyulingan yang sering digunakan yaitu, penyulingan air, penyulingan air dan uap, dan penyulingan uap air (Guenther, 1948).

(17)

a. Penyulingan Air

Penyulingan air baik digunakan untuk menyuling bahan berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika kena panas. Bahan-bahan lain yang juga baik disuling dengan penyulingan air adalah bahan yang mengapung di atas air seperti bunga mawar, bunga ylang-ylang, bunga jeruk, serbuk almond dan serbuk apricot.

Keuntungan penyulingan air adalah alat cukup sederhana, kuat, murah dan mudah dipindahkan, serta dapat mengekstraksi minyak dari bahan bunga-bungaan dan bahan berbentuk bubuk seperti akar, kulit, kayu dan sebagainya. Kerugiannya adalah ekstraksi minyak atsiri tidak berjalan sempurna, beberapa jenis ester seperti linalil asetat akan terhidrolisa sebagian, terjadi polmerisasi aldehid karena pengaruh air mendidih, serta komponen minyak yang dihasilkan tidak lengkap karena minyak yang bertitik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna. Kelemahan lain dari sistem ini adalah memerlukan ketel suling yang lebih besar, ruangan yang lebih luas, dan jumlah bahan bakar yang lebih banyak (Ketaren, 1985).

b. Penyulingan Uap dan Air

Pada penyulingan uap dan air, bahan dimasukkan dalam ketel diatas plat besi berlubang atau angsang sehingga terpisah beberapa sentimeter dari air dibawahnya. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan melewati lubang angsang sehingga uap melewati bahan dan minyak atsiri akan ikut bersama uap panas menuju kondensor. Uap

(18)

akanterkondensasi dan masuk ke dalam alat pemisah minyak. Sistem ini memiliki ciri khas yaitu uap air selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak kontak langsung dengan air panas. Penyulingan ini digunakan untuk bahan kering maupun segar yang dapat rusak bila dididihkan. Keuntungan penyulingan uap dan air ini adalah uap berpenetrasi merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan hingga 100⁰ C (Ketaren, 1985). Selain itu, bahan yang disuling tidak gosong, penyulingan lebih cepat, rendemen minyak lebih besar sehingga mutunya lebih baik dari carapenyulingan air karena perubahan kimia seperti hidrolisis dan polimerisasi relatif lebih kecil. Kerugian dari penyulingan ini adalah alat yang cukup rumit dan biayanya relatif mahal.

c. Penyulingan Uap

Pada penyulingan uap ini, proses penyulingan memerlukan ketel tersendiri untuk penghasil uap yang terpisah dari ketel penyuling. Uap yang dihasilkan memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingkan tekanan udara luar. Suhu harus dikontrol supaya tidak melampaui suhu

superheated steam, sehingga bahan yang disuling tidak menjadi kering dan

menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar.

Sistem ini lebih baik untuk bahan dari biji, akar, kayu yang umumnya mengandung komponen minyak bertitik didih tinggi, misalmya minyak cengkeh, kayu manis, akar wangi, ketumbar, sereh, kamfer, kayu putih dan sebagainya. Keuntungan penyulingan ini yaitu proses hidrolisis yang terjadi relatif kecil, sehingga mutu minyaknya baik, disamping

(19)

efisiensinya yang tinggi. Kerugiannya adalah tidak bisa untuk menyuling bahan yang mengandung minyak atsiri yang mudah rusak oleh panas dan air, bau minyak atsiri sedikit berubah dari bau alamiah terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga (Ketaren, 1985).

7. Mikrodestilasi Tanur TAS

Umumnya identifikasi suatu simplisia yang mengandung komponen penyusun minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat mikrodestilasi tanur TAS yang dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis. Alat utama adalah mikrodestilasi tanur TAS yang dilengkapi dengan lampu merah, tombol penggerak balok pemanas, tombol pengatur suhu, balok pemanas, termometer, penjepit, lempeng kromatografi, laci dan tempat untuk meletakkan tabung mikrodestilasi. Pelengkap dari tanur tas adalah tabung mikrodestilasi dengan tanda berwarna, glass wool, kelongsong kertas alumunium, karet atau plastik penutup tabung dan penjepit tabung.

a. Hal-hal yang harus diperhatikan pada penggunaan mikrodestilasi tanur TAS yaitu :

1) Glass wool. Kegunaan adalah untuk mencegah jangan sampai serbuk simplisia masuk ke dalam pipa kapiler.

2) Pengaturan suhu operasional. Suhu operasional adalah suhu simplisia yang bersangkutan dimikrodestilasikan.

(20)

3) Pemasangan lempeng kromatografi. Sementara menunggu suhu naik sampai suhu operasional yang dikehendaki, maka lempeng kromatografi dipasang.

4) Tabung mikrodestilasi. Pada setiap tabung mikrodestilasi terdapat tanda berbentuk bujur sangkar dan warnanya tertentu (merah, jingga, kuning, putih, hijau, biru, hitam dan sebagainya). Warna ini gunanya untuk penandaan dari serbuk simplisia yang dimasukkan ke dalam tabung tersebut.

5) Cara mikrodestilasi. Setelah termometer menunjukkan suhu operasional, maka tabung mikrodestilasi pertama dipasang pada penjepit.

6) Sumber uap air. Untuk mikrodestilasi diperlukan uap air untuk membawa senyawa-senyawa yang atsiri. Uap air ini biasanya sudah dapat diperoleh dari air yang terkandung dalam simplisia yang bersangkutan, tetapi jika simplisianya demikian kering sehingga kadar airnya sangat rendah, maka perlu penambahan sumber air.

(Depkes RI, 1995) b. Data yang diperoleh harus dicatat dalam bentuk dan urutan berikut,

misalnya :

1) Jumlah obat yang dimasukkan ke dalam pipa kaca (mg) 2) Sifat dan jumlah zat pembawa yang ditambahkan 3) Penyetelan suhu tanur

(21)

4) Waktu huni pipa kaca yang berisi cuplikan di dalam tanur

Persyaratan untuk suatu obat dinyatakan seperti contoh berikut.TAS : 25 mg serbuk obat XY, 15 mg gel merah muda yang mengandung air 20 %, 220oC, 90 detik (Stahl, 1970).

8. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode kromatografi cair yang sederhana. Metode ini berdasarkan pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan fase gerak. Fase gerak yang digunakan berupa cairan atau campuran cairan yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur (Mulja & Suharman, 1995). Kondisi optimum untuk melakukan pemisahan merupakan hasil kecocokan antara fase diam dan fase gerak. Pada KLT, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga yang datar. Lapisan ini melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat seperti kalsium sulfat atau amilum. Lapisan ini berfungsi sebagai permukaan padat yang menyerap (cair-padat). Bahan yang sering digunakan sebagai fase diam antara lain, silika gel, alumunium oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, serta poliamida (Stahl, 1970).

Metode KLT, dapat digunakan dengan 2 tujuan, pertama digunakan untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, dan preparatif. Kedua, digunakan untuk menjajaki sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter, dkk., 1985).

(22)

Deteksi bercak dapat dilakukan dengan cara fisika dan kimia. Dengan cara fisika yaitu pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar UV, sedang untuk kimiawi dengan reagen kromogenik, menyemprot dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik, memaparkan uap dengan iodium, dan lain-lain tergantung senyawa yang akan dianalisis (Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2007).

Pada kromatogram KLT dikenal istilah faktor retardasi (Rf) untuk tiap-tiap noda kromatogram yang didefinisikan sebagai :

Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖𝑓𝑎𝑠𝑒𝑚𝑜𝑏𝑖𝑙 = 𝑑𝑅 𝑑𝑀 = 𝑕𝑅𝑓 100

Tujuan analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan noda kromatogram sampel dengan noda kromatogram “reference standar” yang dikenal sebagai faktor retensi relatif (Rx) :

Rx = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 "𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 " = 𝑕𝑅𝑥 100

(Mulja & Suharman, 1995)

E. Landasan Teori

Deman Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit infeksi yang merupakan masalah kesehatan cukup tinggi di Indonesia. Sampai saat ini, obat efektif untuk pengobatan DBD dan vaksin belum spesifik. Pengendalian vektor merupakan salah satucara memutus rantai penularan. Upaya penanggulangan penyakit DBD telah dilakukan dengan fogging fokus, fogging sebelum musim penularan, abatisasi massal dan abatisasi selektif, serta pemberantasan sarang nyamuk melalui program 3M yaitu menutup, menguras, mengubur barang bekas.

(23)

Obat nyamuk bakar adalah salah satu repelan yang dipilih untuk mencegah gigitan nyamuk. Di pasaran terdapat berbagai macam obat nyamuk sebagai pengusir nyamuk dengan menggunakan bahan kimia sintesis seperti d-alterin, transflutrin, meperflutrin, diklorvos, dietil toluamida dan lain-lain. Penggunaan zat kimia sebagai penolak nyamuk yang semakin banyak dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu ekosistem lingkungan, maka diformulasikan bahan penolak nyamuk yang ramah lingkungan yang berasal dari tumbuhan.

Sereh wangi dan sereh dapur merupakan salah satu tanaman yang memiliki minyak atsiri yang dikenal mempunyak efek repelan pada serangga. Adapun sereh dapur berharga lebih murah dibanding sereh wangi. Minyak sereh mempunyai komponen penyusun antara lain adalah sitronelal, geraniol dan linalool. Telah diketahui bahwa sitronelal dan geraniol memiliki aktivitas repelan terhadap serangga terutama nyamuk yang bekerja dengan cara menutupi ketertarikan nyamuk terhadap manusia. Berbagai penelitian yang sudah ada, kandungan aktif dari minyak atsiri sereh memiliki aktivitas repelan terhadap nyamuk Ae.aegypti. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa minyak sereh yang diformulasi dengan minyak wijen efektif sebagai obat nyamuk cair elektrik dan repelan oles terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti. Oleh karena itu, minyak atsiri sereh dapur berpotensi memberikan efek repelan pula terhadap nyamuk Ae

.aegypti. Penggunaan minyak atsiri dengan kadar tinggi pada kulit sering

menimbulkan iritasi / sensitisasi. Efek iritasi dapat dihindari salah satunya dengan merubah bentuk sediaannya menjadi insence combustible sehingga bahan aktif tidak langsung berhubungan dengan kulit.

(24)

Insence combustible adalah suatu sediaan aromaterapi dengan cara

dibakar, dibuat dari bahan penyangga berupa serbuk kayu, bahan beraroma, pengikat dan penjalar api. Bahan beraroma bisa berfungsi sebagai bahan aktif yang dapat mengusir serangga. Maka bahan-bahan alam tersebut dapat dibuat ke dalam bentuk sediaan insence combustible. Diharapkan dapat menghindari adanya efek iritasi/sensitisasi penggunaan minyak atsiri yang memiliki aktivitas repelan.

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat diajukan hipotesis yaitu :

1. Minyak atsiri herba sereh dapur dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan

insence combustible.

2. Sediaan insence combustible dengan bahan aktifminyak atsiri herba sereh dapur memiliki aktivitas sebagai repelan terhadap nyamuk Ae. aegypti. 3. Kadar efektif bahan aktif dalam sediaan yang memiliki aktivitas repelan

Gambar

Gambar 1. Siklus Hidup NyamukAe. aegypti(Depkes RI,2013)
Gambar 3. Jentik Nyamuk Ae.aegypti(Depkes RI, 2013)
Gambar 5. Nyamuk Dewasa Ae. aegypti dan Ae. albopictus(Depkes RI, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan yang kurangnya persaingan bekerja dalam sektor wisata yang mana disebabkan minimnya perhatian pemerintah dalam menganggarkan belanja

Penelitian mengenai siklus belajar 5E dilakukan oleh Sari, dkk., (2013) dinyatakan bahwa penerapan siklus belajar 5E dengan penilaian portofolio (1) dapat meningkatkan

Sebelum melaksanakan suatu perkawinan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pelamaran ( madduta) pada saat inilah pihak perempuan mengajukan jumlah Uang Panaik

Dari hasil yang didapat selama praktikum didapat hasil seperti yang tercantum pada tabel data pengamatan diatas. Secara umum hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang

secara mandiri membuat Macam-macam algoritma Pemrograman berdasarkan masalah yang diberikan Langkah Pembelajaran : Penentuan Proyek.. Guru menginstruksikan peserta didik

• Ketepatan dalam menjelaskan perkembangan transportasi di Indonesia Kriteria: Ketepatan dalam menjelaskan Bentuk Penilaian: Membuat makalah mengenai topik atau isu

Faktor-faktor dominan entrepreneurial orientation pada UKM, studi pada pemilik UKM di Kota Pasuruan yang dominan adalah pada tingkat pertama dimensi innovativeness

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi