• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Perilaku 2.1.1 Perilaku Keluarga

Berdasarkan (Ensiklopedi Amerika), perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di lakukan untuk menimbulkan reaksi yang di sebut rangsangan. Dengan demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo S., 2010).

Perilaku dilihat dari sudut pandang biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Pandangan behavioritis mengatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan atau organisme seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya. Hubungan stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan kognitif mengenai perilaku, yaitu bahwa perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang diambilnya. (Suryani, E dan Widyasih, H, 2008).

Menurut skinner (1938), dalam Notoatmodjo S., (2010), seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi malalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian

(2)

organism tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teoti “S-O-R” atau Stimulus -Organisme - Respons.

Skinner membedakan adanya dua respons:

a. Respondent respons atau reflexife, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: makanan-makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan., cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sediah atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulus atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnnya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo S., 2010)

2.1.2 Jenis perilaku

Berdasarkan teori “S-O-P”tersebut, maka perilaku manusia dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu:

(3)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Disebut covert behavior atau unobservable behavior,misalnya: seseorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku tebuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar“observable behavior”.Misalnya, seorang ibu hamil memeriksakan ke hamilan ke puskesmas seorang penderita TB paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi setelah, makan dan sebagainya. Contoh yang tersebut adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kengiatan, atau dalam bentuk praktik (practice) (Notoatmodjo S., 2010).

2.1.3 Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebagian besar berupa perilaku yang dibentuk atau dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah begaimana cara membentukan perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan.

(4)

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Missal dibiasakan bagun pagi, atau mengosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat di kantor, dan sebagainya. Cara ini di dasarkan atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh paul maupun Tromdike dan Skinner.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Misalnya, datang kuliah jangan sampai terlambat karena hal tersebutdapat menggangu teman-teman yang lain, saat naik motor harus pakai helm karena helm tersebut untuk keamana diri. Eksperimen thomdike dalam balajar yang dipentingkan adalah soal latihan, Eksperimen Kohler dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insigt. Kohler adalah salah seorang tokoh dalam psikologi gestalt termasuk dalam aliran kognitif.

c. Pembentukan perilaku dengan mengunakan model

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang mengatakan bahwa orang tua sebagai panutan yang di pimpin nya, hal tersebut menunjukan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pemimpin

(5)

dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya (Yetty, Z dan Suryani, E, 2005)

2.1.4 Teori Perilaku

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Ada beberapa teori yang dikemukakakan, antara lain :

a. Teori naluri (instinct theory) b. Teori dorongan (drive theory) c. Teori insentif (incentive theory) d. Teori atribusi

Berdasarkan ke empat teori tersebut, salah satu teori yang relevan yang mengarah pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu: teori dorongan (drive theory) teori dorongan (drive theory) merupakan teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. Karena itu teori ini menurut di sebut teori drive reduction.

2.1.5 Teori Perubahan Perilaku

(6)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku ternggatun kepada kualitas rangsangan (stulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Teori ini juga mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang diberikan benar- benar melebihi dari stimulus semula.

2. Teori Festiger (dissonance theory)

Teori sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang) Hal ini berarti bahwa keadaan cognitiv dissonance merupakan ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka bararti sudah terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).

3. Teori Fungsi

Teori ini beranggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan menurut kebutuhannya.

4. Teori Kurt Lewin

Menurut Kurt Lewin (1970), dalam Notoatmodjo S., (2011) perilaku manusia adalah sesuatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restining forces). Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan, antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang (Notoatmodjo S., 2006).

2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut kesmas (2013) kesehatan individu dan masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor perilaku dan faktor faktor di

(7)

luar perilaku (nonperilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini di tentukan oleh tiga kelompok faktor seperti perilaku seseorang berhumbungan faktor predisposisi, faktor pemungkiman dan faktor penguat. Oleh sebab itu, akan di uraikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku serta hal-hal yang berhumbungan dengan perilaku, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predispoting factor), faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak. Sedangkan secara umum faktor predisposisi ialah sebagai preferensi pribadi yang di bahwa seorang atau kelompok ke dalam suatu pengalaman belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor demografis seperti status sosial, ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi.

b. Faktor pemungkin (enabling faktor), mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyakut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagai nya.

c. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program.

(8)

Di dalam pendidikan pasien, faktor penguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.

2.1.7. Teori dan Bentuk Perubahan Perilaku 1. Teori Perubahan Perilaku

Dalam perilaku kesehatan terdapat beberapa hal penting yaitu masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari sebuah pemberian informasi kesehatan, maka ada banyak teori tentang perubahan perilaku ini (Notoatmodjo,2007), antara lain:

a. Teori stimulus organisme (SOR)

Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas, dari sumber komunikasi (sources), seperti kredibilitas kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perilaku perubahan seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953), dalam buku (Notoatmodjo,2007), mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut mengambarkan proses belajar pada individu. Stimulus (rangsang), yang di berikan kepada organisme dapat di terima atau di tolak apabilah stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka selanjutnya stimulus ini akan di lanjutkan stimulus ini akan di lanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut lalu timbul kesediaan untuk

(9)

bertindak (bersikap). Dukungan fasilitas serta dorongan telah di dapat dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan (perubahan perilaku).

b. Teori Festinger (Dissonance Theory

Dalam teori ini menyebutkan bahwa di sonance (ketidak sehimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertengtangan. Elemen bertetangan yaitu pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabilah individu menghadapi suatu stimulus atau obyek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda di dalam individu itu sendiri. Penyelesaian komflik ini adalah penyesuaian diri secara kongitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi kesehimbangan kembali dan keberhasilan yang di tunjukan itu dengan tercapainya kesehimbangan kembali menunjukan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku (Notoatmodjo.2007).

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti stimulus yang di butuhkan adalah stimulus yang dapat di mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz perilaku di latarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Perilaku memilki fungsi instrumental yaitu seseorang dapat

(10)

berdindak (berperilaku) positif terhadap obyek demi kebutuhan nya. Perilaku berfungsi sebagai defence macanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Perilaku berfungsi sebagai penerima obyek danpemberi arti. Dalam peranya dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.

d. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin, berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuata-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan dalam diri tersebut memilki ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga terjadinya perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007). Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat sehingga akan terjadinya pendorong untuk perubahan perilaku. Stimulus ini berupaya penjuluhan atau informasi yang di berikan. Kekuatan kekuatan penahan melemah sehingga akan menurunkan kekuatan penahan menurun.

e. Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan para ahli dalam pemahaman nya terhadap

(11)

perilaku. Menurut WHO (World Health Organization) di kelompokan menjadi tiga, (Notoatmodjo, 2007) yaitu :

a. Perubahan alamiah (Natural Change) perilaku manusia dari waktu ke waktu pasti memiliki perubahan dan perubahan itu di sebab kan karena kejadian alamiah

b. Perubahan terencana (planned Change) perubahan terencana ini terjadi karena adanya perencanaan sendiri oleh subyek yang akan merubah perilaku nya sendiri.

c. Kesedian untuk berubah (Readdness to Chonge)

Apabila terdapat inovasi atau program-program pembanguan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah subjek akan menerima inovasi tersebut atau perubahan tersebut (perubahan perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.

2.2. Konsep Perilaku Keluarga

Kelurga berasal dari bahasa sansekerta: kula dan warga ” keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga ini (“nuclear family”) terdiri dari ayah ,ibu, dan anak anak.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian dari keluarga:

a. Menurut departeman kesehatan RI(1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal suatu tempat di bahwa suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(12)

b. Menurut Ki Hajar Dewantara. Keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing masing anggotanya.

c. Menurut Salvicion dan Ara Celis. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan atau pertalian yang hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan berinteraksi diantara sesama anggota keluarga yang setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sehingga diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

2.2.1. Bentuk Keluarga

Keluarga di bagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.

(13)

1. Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

b. Berdasarkan Jenis Keturunan.

1. Monogami adalah keluarga di mana terdapat seorang suami dengan seorang istri.

2. Poligami adalah kelurga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.

c. Berdasarkan Pemukiman

1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami.

2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri

3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.

d. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga

1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.

(14)

3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

e. Berdasarkan Kekuasaan 1. Patriakal

keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.

2. Matrikal

keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.

3. Equalitarium

keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.

f. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

(15)

2. Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan kehar mo nisan dalam keluarga.

5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

(16)

8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

g. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interper sonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

(17)

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota- anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.2.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku

Perilaku merupakan aktivitas atau kegiatan individu yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktifitas dari individu itu sendiri atau yang bersangkutan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon individu terhadap rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

(18)

Belum mengatakan derajat kesehatan manusia dipengaruhi 4 faktor yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan demam berdarah dengue karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Konsep Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.3.1 Pengertian Pencegahan DBD

Pemberantasan demam berdarah dengue (DBD) seperti juga penyakit menular lain didasarkan pemutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya.

a. Prinsip tepat dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

1) Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan pada saat sedikit terdapat DHF/DSS

2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengabarang yaitu sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

(19)

b. Cara pencegahan demam berdarah dengue

Cara untuk menurunkan populasi nyamuk aedes aegypti dengan cara yang dikenalkan oleh masyarakat yaitu melalui 3M menurut (Handrawan Nadesul, 2007), dalam buku Triyani, 2010), sebagai berkut:

1) Menguras tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari dilakukan seminggu sekali dan terus-menerus. Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik nyamuk tidak dapat berkembang.

2) Menutup rapat-rapat TPA, sehingga nyamuk tidak dapat masuk dan berkembangbiak. Untuk ini dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang menampung air sebagai tempat perkembangan vektor nyamuk.

3) Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA.

Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat penampung air sebaiknya di kubur saja, karena dapat menjadi tempat perkembangbiak nyamuk.

Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, namun cara yang paling efektif adalah melalui Pemberantasan Sarang Jentik Nyamuk (PSJN) untuk menekan

(20)

angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yaitu di tempat-tempat penampungan air (TPA), juga di karenakan jentik merupakan awal fase hidup nyamuk.

Menurut genis ginanjar (2008), modifikasi habitat larva yang dibuat manusia dalam menerapkan pemberantasan sarang jentik nyamuk (PSJN) dengan beberapa cara yaitu :

a. Larvasida biologis

Suatu organisme yang dapat digunakan sebagai pemangsa larva (larvasida), di antaranya bakteri bacillus thuringiensis H-14 (BTI) dan ikan-ikan pemangsa larva, seperti ikan kepala timah dan ikan cupan.

b. Abatisasi

Abatisasi adalah tindakan menabur bubuk abate atau altosid ke dalam tempat penampungan air. Abate merupakan salah satu larvasida kimia yang efektif, mudah dan aman serta praktis digunakan. Air yang telah dibubuhi bubuk abate dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman jika air tersebut diminum.

c. Pengasapan (fogging)

Upaya untuk menekan laju penularan penyakit demam berdah dengue (DBD), salah satunya ditujukan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging).

(21)

Karakteristik kepala keluarga yaitu meliputi, umur, pendidikan, pekerjaan, ekonomi/pendapatan. Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi keikut sertaan masyarakat dalam perilaku pencegahan DBD antara lain sebagai berikut :

1. Umur

Umur dalah bilang tahun terhitung sejak lahir sampai dengan tahun terahir seseorang melakukan aktifitas. Demikian besarnya umur seseorang dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku semakin lebih bertanggun jawab, lebih tertib, lebih bermoral dan lebih berbakti daripada usia mudah dan menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap penambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalaman, sehingga umur seseorang memiliki pengaruh terhadap perilaku pencegahan demam berdarah dengue dengan keberahasilan pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Baik itu pendidikan formal maupun non formal yang diinginkan adalah adanya perubahan kemampuan, penampilan ataupun perilakunya. Selanjutnya

(22)

perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penembahan pengetahuan, sikap atau ketrampilan (Notoatmodjo, S., 2011). Faktor ekonomi juga sangat mempengaruhin tingkat pendidikan seseorang, sedangkan faktor lingkungan juga memberikan andil berupa dukungan seperti lingkungan keluarga mendukung atau tidak mendukung seseorang untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinngi.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan (Dhimas, 2008).

UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari sini pekerjaan merupakan hak dasar setiap orang, karena adanya pekerjaan pada dasarnya bukan semata-mata untuk mendapatkan penghasilan, tetapi lebih dari itu hargadiri dan martabat manusia juga dari aktivitas bekerja yang bersangkutan.

4. Pendapatan /ekonomi

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas dalam memenuhi keburuhan hidup. Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitu pula dalam mencari

(23)

bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka seseaikan dengan pendapatan keluarga.

Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari menurunnya angka DBD di suatu daerah atau wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di wilaya manapun, termasuk di wilayah. Cara yang paling efektif adaalah menghindari gigitan nyamuk dengan cara menurunkan populasi. Melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara otomatis akan menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberan tasan DBD akan terekualisasi, dengan begitu tidak akan memberikan kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang.

2.4. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.4 .1. Pengertian (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisa, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechie), lebam (echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock) ( indrawan, 2005)

2.4.2 Penyebab

Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (dengue-1, dengue-2, dengue-3 dan dengue-4), termasuk dalam grup B anthropod Borde Virus (Arbovirus). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di indonesia. Hasil penelitian di indonesia menunjukan bahwa dengue-3

(24)

sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh dengan -2, dengue-1 dan dengue-4 (Ginajar, 2008).

Adapun ciri-ciri dan sifat Aedes aigypti(vektor virus dengue) adalah sebagai berikut:

1. Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) puti pada seluruh tubuh.

2. Mampu terbang sampai 100 meter.

3. Nyamuk betina aktif mengigit (menghisap) darah pada pagi hari sampai sore hari.

4. Tempat hinggap yang disengani ialah benda-banda tergatung seperti pakaian, kelambu, atau tambuh-tubuhan di dekat berkembang biak. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.

5. Setelah masa istrahat selesai, nyamuk akan meletakkan telurnya pada dinding bak, tempayan, drum, keleng, ban bekas yang berisi air (Dinkes, Provinsi jawa tengah., 2007).

2.4.3 Cara Penularan (DBD)

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yaitu manusia, virus dan faktor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang

(25)

berperang. Nyamuk aedes tersebut dapat mengudang virus dengue pada saat mengigit manusia yang sedang mengalami penurunan kekebalan tubuh. Kemudian virus yang berada di kelenjar luar berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum di tularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovariantransmision), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, Nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsicincubation period) sebelum menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2007).

2.4.4 Tanda Dan Gejala DBD

a. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat yakni antar 2-7 hari, yang dapat mencapai 40 C. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing) (Ginanjar, 2008)

b. Tanda-tanda perdarahan

Seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes rumpeleed (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar berdarah berwarna kehitaman (melena) Ginanjar, 2008).

(26)

c. Pembesaran hati (hepatomegali)

Pembesaran hati pada umumnya dapat di temukan pada permulaan penyakit. Nyeri tekanan sering ditemukan tanpa disertai ikterus (Ginanjar, 2008.

d. Renjatan (syok)

Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyutan nadi yang teraba lemah dancepat, ujang-ujang jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran dan rejatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian (Ginanjar, 2008).

e. Trobositopeni

Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000/mm (Ginanjar, 2008)

f. Hemokonsentrasi

Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal (Ginanjar, 2008).

2.4.5 Diagnosis Demam Berdarah Dengue

WHO (1999), dalam Ginanjar, (2008) mengungkapkan terdiri dari dua kriter diia dalam menegakkan diagnosa Demam Berdarah Dengue (DBD):

(27)

1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, suhu biasanya tinggi (>39 C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin setinggi 40-41 C.

2) Terdapat menifestasi perdarahan hati dan syok.

3) Ketidaknyamanan epigastrik, nyeri tekan pada mergin kosta kanan, dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi ( WHO, 1999).

b. Kriteria laboratorium

1) Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm)

2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit >20% (Ginanjar, 2008).

2.4.6 Derajat Demam Berdarah Dengue

Derajat DBD dikelompokan dalam empat derajat (pada setiap derajat ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu :

a. Derajat I

Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala perdarahan adalah uji tourniguet positif.

b. Derajat II

Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah perdarahan spontan, biasanya dalam bentuk perdarahan di bahwa kulit atau bentuk perdarahan lainnya.

(28)

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyembitnya tekanan nadi (<20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta menjadi gelisah.

d. Derajat IV

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah (Ginanjar, 2008)

2.4.7 Epidemiologi

Infeksi virus dengue telah ada ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang dilaporkan oleh Bylon, seorang dokter berkembangsaan Belanda. Infeksi virus dengue di asia tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian, tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan menifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di manila, Filipina. Kemudian menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Dan Indonesia (Depkes R.I., 2007).

Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968 dan Jakarta pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung Dan Yogyakarta (1972). Tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh 27 propinsi di Indonesia. Saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999)

2.4.8 Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain didasarkan atas pemutusan rantai penularannya. Komponen penularan terdiri dari

(29)

virus dengue, nyamuk Aedes aegypti den manusia. Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif terhadap virus tersebut, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan terutama pada vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999).

Mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD, setiap keluarga serta masyarakat perlu melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD dengan cara”3 M plus” yaitu :

a. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan, drum, bak, mandi) atau menabur bubuk abate/ altosid bila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras, menguras minimal 1 minggu sekali.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya.

c. Mengubur atau membuang barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya ban bekas, tempat minum mineral (Dinkes, provinsi jawa tengah, 2007).

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti

1) Mengganti air vas bunga, tempat munum burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.

2) Memperbaiki saluran dan selang air yang yang tidak lancar atau rusak.

(30)

3) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon, dan lain-lain.

4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulut di kuras atau di daerah yang sulit air.

5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak-bak penampungan air.

6) Menghindari kebiasaan menggagntung pakaian dalam kamar.

7) Mengupayakan percahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.

8) Menggunakan kelambu pada saat tidur.

9) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (memakai lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, dan lain-lain).

Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3m plus (Depkes R.I., 2007).

Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis. Bahan kimia yang dapat dipakai seperti pyrenthin,insektisida, DDT, orgarofosfat termasuk fenthion, malathion, fenitrothion, dan temephos, larvasida, pengobatan perifokal dan penyemprotan ruangan, juga altosid yang biasa disebut dengan abatisasi. Secara biologis, yaitu tindakan pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti dengan menggunakan musuh alami seperti ikan pemangsa larva dan biosida Becillus thuringiensis H-14 (BTL) adalah organisme yang sering digunakan (WHO, 2007).

(31)

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh secara langsung melalui survey keberadaan vektor dan data DBD di lapangan dan secara tidak langsung melalui analisis citra penginderaan jauh satelit IKONOS dan NOAA, diperoleh 6 parameter faktor risiko lingkungan yang diduga secara epidemiologis langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan penularan/KLB DBD.

Ke-6 parameter yang diduga berpengaruh secara epidemiologi terhadap keberadaan vektor dan intensites penularan DBD tersebut, yaitu:

a. kepadatan bangunan; b. vegetasi;

c. suhu udara;

d. kelembaban udara;

e. curah hujan; dan

f. keberadaan vektor (CI, HI, dan IO).

Parameter yang diamati pada penelitian adalah parameter prediktor dan prediktan, yaitu:

a. Parameter predictor, yaitu parameter keberadaan vektor DBD berupa jentik Aedes aegypti yang diperoleh dari pemantauan jentik dan pemasangan ovitrap, sedangkan faktor resiko lingkungan diperoleh dari data penginderaan jauh satelit IKONOS dan NOAA yang diperkirakan mempengaruhi keberadaan vektor dan intensitas penularan DBD.

(32)

b.Parameter prediktan, yaitu jumlah kasus penderita DBD

Mengkaji seberapa besar dukungan penginderaan jauh (remote sensing) dalam mendeteksi parameter keberadaan vektor DBD dalam menentukan tingkat intesitas penularan DBD. Mengetahui parameter apasaja yang mempengaruhi keberadaan vektor DBD yang diperoleh menggunakan dukungan penginderaan jauh dan investigasi vektor Aedes Aegypti, terhadap intensitas penularan DBD. Menduga jumlah penderita DBD berdasarkan kajian deteksi parameter lingkungan dan keberadaan vektor DBD menggunakan dukungan penginderaan jauh.

Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk. Istilah ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus di wilayahnya. Para Jumantik ini apabila selesai bertugas juga harus melakukan pelaporan ke Kelurahan atau Desa masing-masing secara rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi hari. Jumantik yang bertugas di daerah-daerah ini, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal, dan perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik, dan alat tulis.

Tugas para Jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut adalah:

(33)

Pertama, Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar dibersihkan dan ditutup rapat. Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali. Kedua, Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam rumah. Ketiga, Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk. Keempat, Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang ada.

Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas khusus, tetapi juga dilakukan oleh seluruh warga yang tinggal di wilayah tersebut. Setiap warga wajib juga melakukan pengawasan/pemantauan jentik di wilayahnya (self jumantik) dengan teknik dasar minimal 3M Plus, yaitu :

a. Menutup, yaitu memberi tutup yang rapat pada tempat air ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air minum dan lain sebagainya;

b. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat air minum, penampung air lemari es dan lain-lain;

(34)

c. Mengubur, adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau benda yang tidak berguna yang memiliki potensi untuk jadi tempat nyamuk Demam Berdarah bertelur di dalam tanah.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti:

1. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,

2. Menggunakan kelambu saat tidur,

3. Menanam tanaman pengusir nyamuk,

4. memelihara ikan yang dapat memakai jentik nyamuk,

5. Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan,

6. Memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan,

7. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan hordeng atau korden gelap yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. (Disusun oleh Upik Kesumawati Hadi, Laboratorium Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor).

(35)

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit demam berdarah. Pada tubuhnya tampak bercak hitam-putih. Bila dilihat dengan kaca pembesar, di sisi kanan-kiri punggungnya tampak gambar dua buah arit berwarna putih. Paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat-tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Ia bertelur dan menetas di dinding bejana air. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan selama 2-3 bulan.

Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Albopictusini

Spesies Nyamuk Aedes Albopictusini juga bisa menularkan demam berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak terdapat di kebun atau di halaman

(36)

rumah. Cirinya hampir sama dengan Aedes aegypti, yaitu bercak-bercak putih di badan. Bila dilihat dengan kaca pembesar tampak di median punggungnya ada garis putih. Waktu menggigitnya pun sama dengan Aedes aegypti, yaitu di pagi dan sore hari. Bertelurnya di air tergenang, misalnya pada kaleng-kaleng bekas yang menampung air hujan di halaman rumah. Pada musim penghujan, nyamuk ini banyak terdapat di kebun atau halaman rumah karena di situ terdapat banyak tempat yang terisi air.

2.4.9 Kerangka Teori Demam Berdarah Dengue:

1. Perilaku Keluarga 2. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku 3. Pengertian Pencegahan DBD 4. Karakteristik Kepala

Keluarga Dalam Perilaku Pencegahan (DBD)Pencegahan dan Pencegahan DBD 1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) a. Fisik b. Kimia c. Biologi

2. Kegiatan 3M Plus lain. Kejadian DBD Perilaku PSN 3M

1. Menguras 2. Menutup

3. Menyingkirkan atau mendaur ulang

Perilaku Plus

1. Mengganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali 2. Memperbaiki saluran dan talang

air yang tidak lancar/rusak 3. Menutup lubang-lubang pada

potongan bambu, pohon, dan lainlain dengan tanah

4. Membersihkan/mengeringkan tempat- tempat yang dapat menampung air .

5. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain sebagainya 6. Memelihara ikan pemakan jentik

nyamuk

7. Pasang kawat kasa

8. Menggantung pakaian di dalam rumah

9. Tidur menggunakan kelambu 10. Mengatur pencahayaan dan

ventilasi yang memadai

(37)

Gambar

Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Albopictusini

Referensi

Dokumen terkait

•Periksa pisau grounding dan harus masuk sempurna, dengan memutar handle pada grounding sampai sempurna 180 derajat •Buka tutup mekanik, putar interlock ke posisi normal,

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang

 Alkisah dari seorang anak manusia yang bernam manusia yang bernama Ali, berusia 21 tahun, masuk k a Ali, berusia 21 tahun, masuk ke e RSAL diantar oleh teman kuliahnya dalam

yaitu Pembuatan Aplikasi. Aplikasi web dibuat berdasarkan perancangan sistem. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP framework CodeIgniter. Tahap keempat yaitu

Alat itu digunakan pada proses terakhir yaitu pada proses pengaduk telur omlet, dimana alat tersebut bekerja menggunakan sumber daya dari motor listrik yang menggerakkan

Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo ) Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) LAPORAN KEUANGAN NERACA BANK POS

Namun seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada masa sekarang, HandPhone (HP) dan tablet berbasis android ini telah menawarkan berbagai fitur aplikasi

Permeabilitas adalah sifat dari tanah atau kemampuan dari tanah dimana air   bebas mengalir melalui ruang – ruang kosong atau pori – pori yang ada di antara  butiran –