4. Pendapatan /ekonomi
2.4.8 Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) Pemberantasan DBD seperti juga penyakit menular lain didasarkan
virus dengue, nyamuk Aedes aegypti den manusia. Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif terhadap virus tersebut, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan terutama pada vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) ( Rezaki, S dan Hindra, I, 1999).
Mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD, setiap keluarga serta masyarakat perlu melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD dengan cara”3 M plus” yaitu :
a. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan, drum, bak, mandi) atau menabur bubuk abate/ altosid bila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras, menguras minimal 1 minggu sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di dalamnya.
c. Mengubur atau membuang barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya ban bekas, tempat minum mineral (Dinkes, provinsi jawa tengah, 2007).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti
1) Mengganti air vas bunga, tempat munum burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
2) Memperbaiki saluran dan selang air yang yang tidak lancar atau rusak.
3) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon, dan lain-lain.
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulut di kuras atau di daerah yang sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak-bak penampungan air.
6) Menghindari kebiasaan menggagntung pakaian dalam kamar.
7) Mengupayakan percahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
8) Menggunakan kelambu pada saat tidur.
9) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (memakai lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, dan lain-lain).
Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3m plus (Depkes R.I., 2007).
Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis. Bahan kimia yang dapat dipakai seperti pyrenthin,insektisida, DDT, orgarofosfat termasuk fenthion, malathion, fenitrothion, dan temephos, larvasida, pengobatan perifokal dan penyemprotan ruangan, juga altosid yang biasa disebut dengan abatisasi. Secara biologis, yaitu tindakan pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti dengan menggunakan musuh alami seperti ikan pemangsa larva dan biosida Becillus thuringiensis H-14 (BTL) adalah organisme yang sering digunakan (WHO, 2007).
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh secara langsung melalui survey keberadaan vektor dan data DBD di lapangan dan secara tidak langsung melalui analisis citra penginderaan jauh satelit IKONOS dan NOAA, diperoleh 6 parameter faktor risiko lingkungan yang diduga secara epidemiologis langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan penularan/KLB DBD.
Ke-6 parameter yang diduga berpengaruh secara epidemiologi terhadap keberadaan vektor dan intensites penularan DBD tersebut, yaitu:
a. kepadatan bangunan; b. vegetasi;
c. suhu udara;
d. kelembaban udara;
e. curah hujan; dan
f. keberadaan vektor (CI, HI, dan IO).
Parameter yang diamati pada penelitian adalah parameter prediktor dan prediktan, yaitu:
a. Parameter predictor, yaitu parameter keberadaan vektor DBD berupa jentik Aedes aegypti yang diperoleh dari pemantauan jentik dan pemasangan ovitrap, sedangkan faktor resiko lingkungan diperoleh dari data penginderaan jauh satelit IKONOS dan NOAA yang diperkirakan mempengaruhi keberadaan vektor dan intensitas penularan DBD.
b.Parameter prediktan, yaitu jumlah kasus penderita DBD
Mengkaji seberapa besar dukungan penginderaan jauh (remote sensing) dalam mendeteksi parameter keberadaan vektor DBD dalam menentukan tingkat intesitas penularan DBD. Mengetahui parameter apasaja yang mempengaruhi keberadaan vektor DBD yang diperoleh menggunakan dukungan penginderaan jauh dan investigasi vektor Aedes Aegypti, terhadap intensitas penularan DBD. Menduga jumlah penderita DBD berdasarkan kajian deteksi parameter lingkungan dan keberadaan vektor DBD menggunakan dukungan penginderaan jauh.
Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk. Istilah ini digunakan untuk para petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus di wilayahnya. Para Jumantik ini apabila selesai bertugas juga harus melakukan pelaporan ke Kelurahan atau Desa masing-masing secara rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi hari. Jumantik yang bertugas di daerah-daerah ini, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Mereka juga dalam tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal, dan perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik, dan alat tulis.
Tugas para Jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut adalah:
Pertama, Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat yang dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyuluhan agar dibersihkan dan ditutup rapat. Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali. Kedua, Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak membiarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang tergantung di dalam rumah. Ketiga, Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk. Keempat, Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang ada.
Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh petugas khusus, tetapi juga dilakukan oleh seluruh warga yang tinggal di wilayah tersebut. Setiap warga wajib juga melakukan pengawasan/pemantauan jentik di wilayahnya (self jumantik) dengan teknik dasar minimal 3M Plus, yaitu :
a. Menutup, yaitu memberi tutup yang rapat pada tempat air ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air minum dan lain sebagainya;
b. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat air minum, penampung air lemari es dan lain-lain;
c. Mengubur, adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau benda yang tidak berguna yang memiliki potensi untuk jadi tempat nyamuk Demam Berdarah bertelur di dalam tanah.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti:
1. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,
2. Menggunakan kelambu saat tidur,
3. Menanam tanaman pengusir nyamuk,
4. memelihara ikan yang dapat memakai jentik nyamuk,
5. Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan,
6. Memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan,
7. Tidak menggantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan hordeng atau korden gelap yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. (Disusun oleh Upik Kesumawati Hadi, Laboratorium Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor).
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit demam berdarah. Pada tubuhnya tampak bercak hitam-putih. Bila dilihat dengan kaca pembesar, di sisi kanan-kiri punggungnya tampak gambar dua buah arit berwarna putih. Paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat-tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Ia bertelur dan menetas di dinding bejana air. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan selama 2-3 bulan.
Gambar 2.2 Nyamuk Aedes Albopictusini
Spesies Nyamuk Aedes Albopictusini juga bisa menularkan demam berdarah. Nyamuk ini biasanya banyak terdapat di kebun atau di halaman
rumah. Cirinya hampir sama dengan Aedes aegypti, yaitu bercak-bercak putih di badan. Bila dilihat dengan kaca pembesar tampak di median punggungnya ada garis putih. Waktu menggigitnya pun sama dengan Aedes aegypti, yaitu di pagi dan sore hari. Bertelurnya di air tergenang, misalnya pada kaleng-kaleng bekas yang menampung air hujan di halaman rumah. Pada musim penghujan, nyamuk ini banyak terdapat di kebun atau halaman rumah karena di situ terdapat banyak tempat yang terisi air.
2.4.9 Kerangka Teori