• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR GAYA HIDUP DAN FAKTOR PENGETAHUAN AGAMA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR GAYA HIDUP DAN FAKTOR PENGETAHUAN AGAMA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR GAYA HIDUP DAN FAKTOR PENGETAHUAN AGAMA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI

MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus pada Wilayah Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh :

Adam Rivani 155020507111046

Progam Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya Malang

(2)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR GAYA HIDUP DAN FAKTOR PENGETAHUAN AGAMA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI

MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus pada Wilayah Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri)

Adam Rivani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya E-Mail : adam.rivz77@gmail.com

ABSTRAK

Perilaku konsumsi merupakan suatu hal yang umum dilakukan oleh manusia yang mana kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan melihat bagaimana hubungan atau korelasi antara pola perilaku konsumsi masyarakat, khususnya terhadap masyarakat pada wilayah Kelurahan Ngronggo di Kecamatan Kota Kediri terhadap kedua faktor penghubung yaitu Faktor Gaya Hidup beserta Faktor Pengetahuan Agama. Kedua faktor ini sendiri masing-masing terdiri atas beberapa indikator-indikatornya, dimana Faktor Gaya Hidup sendiri terdiri atas ketiga indikator utama yaitu Aktivitas, Minat, dan Opini serta Faktor Pengetahuan Agama terdiri atas kelima indikator utama yaitu Keadilan, Kebersihan, Kesederhanaan, Kemurahan Hati, dan Moralitas. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dengan metode survei yang bersumber dari penyebaran selebaran kuesioner analisis terhadap sejumlah responden pada masyarakat di wilayah Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri. Sementara metode analisis yang digunakan berupa metode analisis faktor dengan jenis konfirmatori untuk menentukan hubungan atau korelasi serta mengkonfirmasi indikator yang ada, terkait dengan faktor penghubung yang telah disebutkan sebelumnya terhadap perilaku konsumsi masyarakat di wilayah Kelurahan Ngronggo. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa dari kedelapan komponen variabel indikator yang dianalisis yaitu Aktivitas, Minat, Opini, Keadilan, Kebersihan, Kesederhanaan, Kemurahan Hati, dan Moralitas; terdapat kedua faktor yang terbentuk atau dominan. Kedua faktor tersebut terkonfirmasi sebagai Faktor Gaya Hidup dan Faktor Pengetahuan Agama yang mana masing-masing memiliki hubungan erat terhadap perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo kecamatan Kota Kediri. Kata Kunci : Perilaku Konsumsi, Aktivitas, Minat, Opini, Keadilan, Kebersihan, Kesederhanaan, Kemurahan Hati, Moralitas

A. Pendahuluan

Dalam berperilaku konsumsi sehari-sehari, sebagai penduduk yang beragama muslim sudah sewajarnya apabila lebih mempertimbangkan terhadap norma-norma hukum ekonomi Islam dibandingkan dengan ekonomi konvensional,

(3)

melihat ekonomi Islam memiliki pedoman yang sesuai dengan pedoman hidup yang telah dianjurkan oleh Allah Swt bagi seluruh umat muslim yaitu Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw. Begitupun dengan perilaku konsumsi, bahwa hal inipun juga telah diatur didalamnya sebagaimana motif, tujuan, beserta urgensinya dalam berkonsumsi. Islam sendiri sejatinya juga telah mengatur bahwasanya perilaku konsumsi dilakukan dengan kewajiban untuk mengutamakan kemaslahatan dan kesejahteraan terhadap sesama dibanding hanya mencari kepuasan semata seperti halnya dalam ekonomi konvensional.

Namun halnya, dalam realitanya kebutuhan manusia terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Pada akhirnya manusia tidak lagi sekedar hanya dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja, tetapi juga menyangkut kebutuhan lainnya semisal kebutuhan pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan lain sebagainya. Bahkan pada banyak kasus, perilaku konsumsi dari suatu masyarakat tidak lagi didasarkan hanya kepada teori pemenuhan kebutuhannya (need) saja, tetapi juga didorong oleh hasrat (desire) dan keinginan (want) dari manusia itu sendiri.

Perilaku konsumsi yang tadinya hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok semata, berkembang terhadap motivasi-motivasi lebih atas dasar hasrat dan keinginan tersebut. Masyarakat pada akhirnya lebih termotivasi terhadap hal-hal semisal untuk mendapatkan tantangan, suatu sensasi, kegembiraan, sosialisasi, menghilangkan stress, memberikan pengetahuan baru tentang perkembangan trend baru dan model baru, serta untuk menemukan barang yang baik dan bernilai bagi diri masyarakat (Ardhanari, 2014). Hasrat (desire) dan keinginan (want) ini yang kemudian menimbulkan suatu faktor baru yang juga turut andil mempengaruhi perilaku konsumsi pada masyarakat yakni gaya hidup (life style) berkonsumsi.

Faktor gaya hidup (life style) inilah yang pada akhirnya menjelma sebagai bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Sementara definisi gaya hidup sendiri menurut Bernard T. Widjaja merupakan perilaku individu yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas, minat, dan opininya untuk mengaktualisasikan kepribadiannya karena pengaruh interaksi dengan lingkungannya (Widjaja, 2009). Dari sisi ekonomi, gaya hidup dapat pula dinyatakan sebagai perilaku seseorang dalam membelanjakan uangnya serta bagaimana seseorang dalam mengalokasikan waktunya. Sejalan dengan definisi menurut Bernard T. Widjaja diatas dan juga definisi mengenai gaya hidup menurut beberapa ahli lainnya seperti Phillip Kotler, Joseph T. Plummer, Ujang Suwarman, dan Sunarto bahwa terdapat tiga indikator utama dalam pengukuran dari gaya hidup seseorang yakni aktivitas (activity), minat (interest), dan opini (opinion).

Terlepas dari itu semua, telah kita pahami selama ini bahwa hukum Islam sebagai ketentuan dari agama yang lengkap dan universal, hadir dengan menawarkan konsep yang mengatur seluruh perilaku manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut lahir dari suatu pemikiran secara

(4)

obyektif atas berbagai sarana yang diperlukan untuk mendapatkan suatu manfaat bagi kehidupan. Kebutuhan tersebut dituntun oleh rasionalitas normatif dan positif yaitu rasionalitas ajaran Islam sehingga bersifat terbatas dan terukur dalam kuantitas dan kualitasnya (Muflih, 2006).

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia memang diberi amanah untuk memberdayakan seisi alam raya dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh makhluk (Karim, 2004). Namun, hal itu tidak menjadi hak untuk memanfaatkan apa yang telah ada sebagai alat untuk mencapai kepuasan secara berlebihan. Demikian pula halnya dalam masalah konsumsi dimana konsumsi sendiri merupakan salah satu seruan dari Allah Swt kepada manusia untuk hidupnya di dunia ini, agar dapat menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi. Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang dapat membawa kemaslahatan bagi kehidupannya.

Kemaslahatan atau maslahat al ‘ibad (kesejahteraan hakiki bagi manusia) inilah yang merupakan dasar dan tujuan (maqashid) dari rasionalitas ekonomi Islam sebagai faktor pengetahuan agama yang juga sekaligus sebagai cara untuk mencapai tujuan akhir yaitu falah (kebahagiaan) yang maksimum bagi manusia. Hal ini dapat dijadikan sebagai penekanan akan kegiatan konsumsi yang berdasarkan hukum ekonomi Islam agar tidak hanya berorientasikan untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia saja, tetapi juga dengan berinvestasi demi kehidupan di akhirat kelak dengan cara berkonsumsi dengan tujuan senantiasa untuk beribadah kepada Allah Swt seperti menjalankan aktifitas dakwah dan beramal sholeh, serta memberi maslahah bagi sesamanya melalui zakat, infaq, shadaqah, dan mewaqafkan sebagian hartanya kepada sesamanya yang membutuhkan. Sementara Abdul Mannan sendiri dalam bukunya juga sempat mengemukakan kelima prinsip dasar dalam konsumsi Islam untuk mencapai kemaslahatan bagi seorang manusia yakni keadilan (halal), kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan moralitas.

Sehubungan dengan ini, kecenderungan permasalahan dalam perilaku konsumsi dapat diamati sesuai dengan apa yang terjadi pada perilaku konsumsi pada masyarakat di wilayah Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri yang mana kelurahan ini merupakan kelurahan terluas dengan jumlah penduduk terbanyak pada wilayah Kecamatan Kota Kediri. Perilaku konsumsi pada kelurahan ini pun cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya, sementara mayoritas penduduk pada kelurahan ini merupakan penganut Agama Islam. Berikut merupakan tabel jumlah penganut agama per-kelurahan pada masyarakat penduduk Kota Kediri sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Kota Kediri per tahun 2018 :

(5)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kediri mengacu pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Kediri 2018

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa mayoritas jumlah penduduk Kota Kediri merupakan penganut Agama Islam atau Muslim. Dan juga dapat dilihat pada tabel diatas bahwa mayoritas diantara penduduk yang beragama Muslim tersebut merupakan penduduk pada kelurahan Ngronggo Kediri yang berjumlah 12.660 jiwa. Namun ironinya, berdasarkan observasi peneliti yang mana lokasi tempat tinggal asli peneliti sendiri yang memang berada pada wilayah tersebut, dugaan sementara peneliti menyatakan bahwa perilaku konsumsi masyarakat Kota Kediri khususnya pada Kelurahan Ngronggo masih belum nampak secara gamblang sesuai dengan rasionalitas Islami. Walaupun ada, namun kebanyakan diantara mereka diduga masih berperilaku konsumsi hanya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan semata tanpa memerhatikan kemaslahatan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Hal inilah yang ditakutkan oleh peneliti bahwasanya rasionalitas konsumsi dengan tujuan hanya untuk memperoleh kepuasan semata, sangat dekat sekali dengan potensi untuk timbulnya budaya konsumtif. Hal ini juga sesuai dengan data pada database kantor Kelurahan Ngronggo, tentang pengeluaran konsumsi masyarakat Kota Kediri yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut merupakan tabel pengeluaran konsumsi masyarakat Kota Kediri per-tahun 2018 :

(6)

Sumber : Database Statistik Kelurahan Ngronggo per 2018, Data Diolah Berdasarkan tabel pengeluaran konsumsi rumah tangga pada wilayah Kelurahan Ngronggo diatas, dapat pula diamati bahwasanya pengeluaran konsumsi rumah tangga pada wilayah Kelurahan Ngronggo selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya yang mana juga terbaru pada tahun 2018, dapat dilihat bahwa pada tahun tersebut merupakan angka pengeluaran konsumsi tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan inilah yang mungkin pada akhirnya penulis jadikan sebagai urgensi atau alasan mengapa dipilihnya wilayah Kelurahan Ngronggo dalam penelitian ini. Penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana pola perilaku konsumsi masyarakat pada wilayah ini kenapa selalu mengalami peningkatan per tahunnya, yang mana penulis memfokuskan dengan tinjauan korelasi dari sisi faktor gaya hidup masyarakat dan juga dari sisi perspektif Islam sebagai pengetahuan agama dari perilaku konsumsi tersebut.

B. Tinjauan Pustaka

Perilaku Konsumsi

Perilaku konsumsi yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Consumer

Behavior ini merupakan tindakan-tindakan individu sebagai konsumen yang

secara langsung terlibat dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang atau jasa, termasuk pula proses-proses yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Dalam analisis konsumsi konvensional, dijelaskan bahwa perilaku konsumsi merupakan kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan mereka sehingga tercapai kepuasan yang optimal. Dengan kata lain, perilaku konsumsi adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka.

Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pertahun Kelurahan Ngronggo

2013 906,13 2014 941,74 2015 974,99 2016 1.010,21 2017 1.045,73 2018 1.080,73

(7)

Sementara dalam Islam secara sederhana, perilaku konsumsi merupakan tingkah laku dari konsumen itu sendiri, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Akan tetapi, Fokus dari perilaku konsumen dalam Islam adalah bagaimana setiap individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang telah tersedia untuk dikonsumsi dengan berdasarkan pada syari’ah Islam. Perilaku konsumsi menurut ekonomi Islam adalah perilaku dimana seorang konsumen muslim dalam pemenuhan kebutuhannya, lebih mempertimbangkan terhadap manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Perilaku konsumsi seorang muslim tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan rohani. Sehingga dalam perilaku konsumsi seorang muslim senantiasa memperhatikan syariat Islam.

Aktivitas

Aktivitas (activity) dalam gaya hidup yang dimaksud disini merupakan apa-apa saja yang akan dikerjakan oleh konsumen, produk apa-apa saja yang akan dibeli maupun digunakan, serta kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mengisi waktu luang. Aktivitas dalam gaya hidup ini biasanya dapat diamati secara langsung pada individu seseorang. Namun seringkali, alasan untuk dilakukannya tindakan tersebut biasanya jarang sekali dapat diukur secara langsung.

Minat

Minat dalam gaya hidup yang dimaksud disini merupakan objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus-menerus kepadanya. Hal ini dapat dicontohkan semisal berupa kesukaan, kegemaran, dan juga prioritas dalam hidup seorang individu. Minat dalam gaya hidup biasanya terjadi disaat seorang individu memiliki ketertarikan terhadap suatu barang konsumsi dan ingin mengeluarkan uangnya untuk membelanjakan sesuatu. Minat inilah yang biasanya menjadi faktor pribadi seseorang dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusannya.

Opini

Opinipun (opinion) disini juga tidak kalah penting, dimana opini dalam gaya hidup yang dimaksud disini merupakan pandangan maupun perasaan dari seorang individu dalam menanggapi isu-isu global, lokal, ekonomi, maupun sosial. Opini dalam gaya hidup dapat digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, ataupun evaluasi. Hal ini dicontohkan semisal adanya kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa yang akan datang, ataupun penimbangan konsekuensi yang akan memberi ganjaran maupun menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

Keadilan

Prinsip keadilan yang termasuk kedalam prinsip syariat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai pencarian makanan dan minuman secara halal dan tidak dilarang oleh hukum Islam. Hal ini dicontohkan semisal larangan bagi umat muslim untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung darah, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi, serta daging binatang

(8)

yang ketika disembelih diserukan dengan nama selain Allah Swt yang biasanya dengan maksud persembahan sebagai kurban untuk memuja berhala ataupun tuhan-tuhan lainnya. Selain itu prinsip ini juga dapat mengandung arti bahwasanya dalam bertransaksi ketika beraktivitas konsumsi harus sama-sama didasarkan atas keadilan, tidak boleh diantaranya saling mendzalimi satu sama lain.

Kebersihan

Kebersihan yang dimaksud disini ialah keadaan barang yang akan dikonsumsi oleh seorang muslim baik itu berupa makanan ataupun lain-lain haruslah dalam keadaan bersih, baik, dan cocok ketika dikonsumsi; tidak kotor ataupun menjijikan sehingga tidak merusak selera bagi seorang konsumen. Oleh karena itulah berdasarkan prinsip ini tidak semua keadaan atau kondisi barang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh seorang muslim. Konsumen muslim lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi barang-barang yang bersifat bersih dan juga bermanfaat. Selain itu prinsip ini juga memiliki makna yang lain yakni membersihkan harta kita atau pendapatan kita sebelum dikonsumsi melalui berzakat, waqaf, infaq, maupun shadaqah. Hal ini menjadi penting, karena jika kita memakan harta kita sampai habis tanpa mengeluarkan zakatnya terlebih dahulu, maka menurut beberapa ulama sama artinya dengan ketika kita mencuri harta orang lain kemudian memakannya.

Kesederhanaan

Kesederhanaan yang dimaksud disini ialah prinsip yang mengatur sikap bagi seorang muslim dalam berperilaku konsumsi agar tidak berlebih-lebihan (ishraf) dan terhindar dari sifat mubazir. Prinsip ini dapat menjadi solusi bagi seorang muslim, dalam menanggapi bahayanya fenomena konsumtif sebagai imbas buruk dari gaya hidup yang berlebih-lebihan seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Islam sendiri sejatinya memang melarang umatnya untuk berbuat melampaui batas yang telah diberikan terhadap dirinya. Pengeluaran yang melampaui batas atau berlebih-lebihan biasanya akan menimbulkan kemalasan, pemborosan, serta tumbuhnya perilaku konsumtif dengan tujuan hanya demi kemewahan semata. Islam sendiri menganjurkan untuk tetap berperilaku sederhana, sewajarnya, serta tidak bermewah-mewahan.

Kemurahan Hati

Prinsip kemurahan hati mengajarkan kepada kita bahwasanya dalam bertransaksi ketika beraktivitas konsumsi harus didasarkan pada sikap kemurahan hati, tidak boleh bersikap serakah dalam mengkonsumsi sesuatu. Hal ini dimaksudkan, apabila jika memang masih banyak orang yang kekurangan disekitar kita, maka hendaklah kita sisihkan sebagian rezeki yang ada pada kita dan berikanlah kepada mereka yang sangat membutuhkan. Tindakan ini sangat dimuliakan oleh Allah Swt, dimana Allah Swt menyediakan ganjaran yang besar, menghapuskan dosanya, menghilangkan rasa ketakutan. dan kesedihan dari orang yang berinfaq tersebut. (QS Al-Baqarah : 261-274).

(9)

Moralitas

Jelaslah ketika kita mengkonsumsi sesuatu pastinya dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual kita demi mengharap keridhoan Allah Swt semata. Hal ini dilakukan agar tercapainya kemaslahatan terhadap diri kita dan sesama dimana tujuan akhir yang tercapai yakni bermuara kepada falah atau kebahagiaan bagi seluruh umat. Disinilah fungsi moralitas layak diterapkan dimana ketika seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah Swt sebelum makan dan menyatakan terimakasih setelah makan, berdoa sebelum memakai pakaian, dan berdoa ketika memasuki rumah. Dengan demikian, ia akan merasa kehadiran Ilahi sewaktu memenuhi kebutuhan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual untuk mencapai kebahagiaan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat yang berada pada Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri, Jawa Timur dengan waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019 hingga Januari 2021. Dalam pendekatannya, penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Dalam pengumpulan datanya, penelitian ini menggunakan data primer dimana data tersebut diperoleh melalui teknik riset lapangan (survei) dengan pengumpulan datanya melalui penyebaran kuesioner yang berisi lembaran pertanyaan dan pernyataan terhadap konsumsi masyarakat khususnya masyarakat muslim di wilayah Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri terkait penelitian yang dilakukan yaitu mengenai hubungan faktor gaya hidup dan faktor pengetahuan agama terhadap perilaku konsumsi masyarakat di wilayah Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri.

Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode analisis faktor konfirmatori. Dalam analisisnya, penelitian ini menggunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai indikator independen yang diobservasi (Widarjono, 2010). Karena indikator yang digunakan berasal dari landasan teori yang sudah ada, maka analis faktor ini dapat dikatakan sebagai analisis faktor konfirmatori, yaitu analisis yang bertujuan untuk menguji teori secara empiris atau melakukan konfirmasi mengenai struktur faktor yang ada (Gudono, 2011).

Sementara variabel penghubungnya terdiri atas variabel faktor gaya hidup (aktivitas, minat, dan opini) dan variabel faktor pengetahuan agama (keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan moralitas). Kesemuanya nantinya akan direduksi dan dikelompokkan lebih lanjut untuk mencari hubungan atau korelasi antar variabel-variabel terhadap faktor utama yakni perilaku konsumsi. Adapun model yang digunakan menggunakan model ukuran

Kaiser-Meyer Olkin (KMO). Model KMO digunakan untuk mengukur kecukupan sampling

(10)

Model ini mengukur homogenitas indikator, untuk mengetahuinya dapat dilihat pada ketentuan sebagai berikut sesuai dengan saran Kaiser (Widarjono, 2010) sang pencetus rumus ini :

 Jika nilai KMO ≥ 0.90, maka rekomendasi analisis faktor sangat baik (marvelous).

 Jika nilai KMO 0.80 – 0.89, maka rekomendasi analisis faktor berguna (meritorious).

 Jika nilai KMO 0.70 – 0.79, maka rekomendasi analisis faktor biasa (middling).  Jika nilai KMO 0.60 – 0.69, maka rekomendasi analisis faktor cukup

(mediocre).

 Jika nilai KMO 0.50 – 0.59, maka rekomendasi analisis faktor kurang (miserable).

 Jika nilai KMO ≤ 0.50, maka rekomendasi analisis faktor tidak diterima (unacceptable).

Adapun rumusan dasar untuk menghitung KMO adalah sebagai berikut :

𝑲𝑴𝑶 = ∑ ∑ 𝒓𝒊 𝒋 𝟐 𝒊=𝒋 ∑ ∑ 𝒓𝒊 𝒋𝟐 + ∑ ∑ 𝜶 𝒊 𝒋 𝟐 Dimana : 𝑟𝑖𝑗 = Koefisien Korelasi

𝛼𝑖𝑗 = Koefisien Korelasi Parsial

Selain memasukkan semua indikator di dalam perhitungan korelasi, KMO juga menghiung koefisien korelasi di dalam analisis faktor untuk indikator tertentu, rumusannya adalah sebagai berikut :

𝑴𝑺𝑨 = ∑ 𝒓𝒊 𝒋 𝟐 ∑ 𝒓𝒊 𝒋𝟐 + ∑ 𝜶 𝒊 𝒋 𝟐 Dimana : 𝑟𝑖𝑗 = Koefisien Korelasi

𝛼𝑖𝑗 = Koefisien Korelasi Parsial

MSA juga memiliki aturan yang sama dengan KMO, semakin tinggi nilai koefisien korelasi MSA maka sangat beralasan untuk memasukkan indikator secara individual di dalam analisis faktor.

Proses analisis sendiri dilakukan dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 25 dengan. Sedangkan sebelum dilakukan analisis, benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen dalam pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang baik, harus memenuhi dua persyaratan pengujian yaitu valid dan reliabel. Oleh karena itu selain sebagai salah satu asumsi dalam metode analisis

(11)

faktor, uji validitas dan realibilitas dilakukan dalam penelitian ini sebelum dilakukan analisis untuk memenuhi dua persyaratan pengujian yaitu valid dan reliabel.

D. Hasil dan Pembahasan Uji Validitas

Uji Validitas suatu instrumen angket, menggambarkan tingkat kemampuan alat ukur yang digunakan apakah mampu atau tidaknya untuk mengukur suatu objek yang di ukur. Untuk hasil pengujian lebih lanjut dapat dilihat pada beberapa hasil analisis dibawah ini dimana kesemua item memiliki nilai r hitung lebih dari r tabel sehingga dapat dinyatakan valid sebagai berikut :

Indikator Item r hitung r tabel Signifikan Keterangan

Aktifitas (X1.1) X1.1.1 0.632 0.195 0.05 Valid X1.1.2 0.583 0.195 0.05 Valid X1.1.3 0.634 0.195 0.05 Valid X1.1.4 0.655 0.195 0.05 Valid X1.1.5 0.760 0.195 0.05 Valid Minat (X1.2) X1.2.1 0.867 0.195 0.05 Valid X1.2.2 0.830 0.195 0.05 Valid X1.2.3 0.847 0.195 0.05 Valid X1.2.4 0.748 0.195 0.05 Valid X1.2.5 0.246 0.195 0.05 Valid Opini (X1.3) X1.3.1 0.783 0.195 0.05 Valid X1.3.2 0.802 0.195 0.05 Valid X1.3.3 0.759 0.195 0.05 Valid X1.3.4 0.771 0.195 0.05 Valid Keadilan (X2.1) X2.1.1 0.769 0.195 0.05 Valid X2.1.2 0.757 0.195 0.05 Valid X2.1.3 0.663 0.195 0.05 Valid X2.1.4 0.713 0.195 0.05 Valid

(12)

Kebersihan (X2.2) X2.2.1 0.758 0.195 0.05 Valid X2.2.2 0.716 0.195 0.05 Valid X2.2.3 0.752 0.195 0.05 Valid X2.2.4 0.759 0.195 0.05 Valid Kesederhanaan (X2.3) X2.3.1 0.764 0.195 0.05 Valid X2.3.2 0.774 0.195 0.05 Valid X2.3.3 0.751 0.195 0.05 Valid X2.3.4 0.768 0.195 0.05 Valid Kemurahan Hati (X2.4) X2.4.1 0.685 0.195 0.05 Valid X2.4.2 0.793 0.195 0.05 Valid X2.4.3 0.661 0.195 0.05 Valid X2.4.4 0.697 0.195 0.05 Valid Moralitas (X2.5) X2.5.1 0.793 0.195 0.05 Valid X2.5.2 0.732 0.195 0.05 Valid X2.5.3 0.816 0.195 0.05 Valid X2.5.4 0.799 0.195 0.05 Valid Uji Reliabilitas

Realibilitas suatu instrumen digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur instrumen dan menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat dipercaya dan diandalkan dalam penelitian. Untuk hasil pengujian lebih lanjut dapat dilihat pada beberapa hasil analisis dibawah ini dimana kesemua item memiliki nilai cronbach alpha lebih dari alphanya sehingga dapat dinyatakan reliabel sebagai berikut :

Indikator Alpha Cronbach

Alpha Keterangan

Aktifitas (X1.1) 0.60 0.657 Reliabel / Konsisten

(13)

Opini (X1.3) 0.60 0.783 Reliabel / Konsisten

Keadilan (X2.1) 0.60 0.692 Reliabel / Konsisten

Kebersihan (X2.2) 0.60 0.732 Reliabel / Konsisten

Kesederhanaan (X2.3) 0.60 0.750 Reliabel / Konsisten

Kemurahan Hati (X2.4) 0.60 0.668 Reliabel / Konsisten

Moralitas (X2.5) 0.60 0.792 Reliabel / Konsisten

Analisis Faktor

Selanjutnya setelah data diuji dan layak untuk diolah dengan metode statistik analisis faktor, maka selanjutnya adalah pembahasan mengenai hasil analisis faktor. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antara sejumlah variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.

1. Menentukan Kelayakan Metode Analisis Faktor dengan Pengujian Keiser- Meiyer .Olkin (KMO) dan Bartlett’s Test Of Sphericity

Pada tahap pertama, penulis menguji apakah analisis faktor tepat digunakan untuk penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dengan data yang ada apakah cukup memenuhi syarat dalam metode analisis faktor. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengukuran Kaiser-Meyer Olkin (KMO). Selain itu penulis juga menggunakan metode pengujian Bartlett’s Test Of Sphericity untuk melihat nilai signifikasi (sig) kesalahannya. Sebuah penelitian yang layak menggunakan analisis faktor harus mempunyai nilai KMO minimal > 0,50 dan nilai signifikansi tidak lebih besar dari 0,05 (5%).

Sumber : Output SPSS 25 Data Diolah, 2020

Dari gambar tabel di atas, didapatkan bahwa nilai Keiser-Meiyer Olkin

(14)

peluang (p) pada Bartlett’s Test Of Sphericity sebesar 0,000. Artinya, nilai KMO-MSA pada analisis faktor yang dilakukan lebih besar dari kriteria nilai minimal 0,50 dan tingkat signifikansinya tidak lebih besar dari 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa indikator pembentuk dalam variabel faktor gaya hidup dan faktor pengetahuan agama pada masyarakat kelurahan Ngronggo dinyatakan layak dan dapat dianalisis lebih lanjut.

2. Menguji Independensi Variabel Indikator dalam Matriks Korelasi

Langkah selanjutnya adalah menguji independensi variabel dalam matriks korelasi. Pada tahap ini, semua data yang masuk dengan bantuan komputer akan dapat diidentifikasi. Besarnya korelasi antar variabel dapat dilihat melalui tabel

Anti-Image Matrices.

Sumber : Output SPSS 25 Data Diolah, 2020

Perhatikan gambar tabel diatas, pada gambar tabel Anti-Image Matrices tersebut terdapat bagian Anti-Image Corellation khususnya pada nilai yang terdapat tanda “a” pada bagian Anti-Image Corellation tersebut. Nilai tersebut

merupakan nilai MSA dari masing-masing variabel indikator yang menunjukkan seberapa besarnya korelasi antar variabel. Sehubungan dengan hal ini berdasarkan gambar tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwasanya kedelapan variabel indikator diatas memiliki nilai MSA lebih dari 0,50. Masing-masing variabel indikator Aktivitas (X1.1), Minat (X1.2), Opini (X1.3), Keadilan (X2.1), Kebersihan (X2.2), Kesederhanaan (X2.3), Kemurahan Hati (X2.4), dan Moralitas (X2.5) memiliki nilai MSA masing-masing secara berurutan 0,678; 0,588; 0,792; 0,871; 0,737; 0,900; 0,750; dan 0,870 yang dimana kesemuanya bernilai lebih dari 0,50. Hal ini dapat diartikan bahwa kesemua variabel indikator tersebut dapat dinyatakan layak dianalisis lebih lanjut pada tahapan selanjutnya.

(15)

3. Mengekstraksi Faktor untuk Menentukan Jumlah Faktor yang Terbentuk dengan Melihat Nilai Eigen Value

Pada langkah ini nantinya akan diketahui sejumlah faktor yang dapat diterima atau layak mewakili seperangkat variabel indikator yang telah dianalisis, dengan melihat dari besarnya nilai eigen value serta presentase dari varian total.

Perhatikan gambar tabel diatas. Pada bagian kolom initial eigenvalues pada baris total, terlihat bahwasanya terdapat 2 faktor yang dominan dari 8 komponen faktor yang ada. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai total eigen

value pada baris total pada gambar tabel 4.7 diatas. Dari 8 nilai total eigen value

yang ada, hanya terdapat 2 nilai total eigen value yang memiliki jumlah nilai > 1 dengan masing-masing nilai 3,644 pada faktor pertama dan 1,360 pada faktor kedua. Sedangkan ke 6 lainnya memiliki jumlah nilai < 1 sehingga tidak dapat digunakan untuk mewakili seperangkat variabel faktor yang telah dianalisis.

Selanjutnya dapat dilihat pula pada baris % of variance dan cumulative % pada gambar tabel diatas. Pada kedua baris tersebut terdapat jumlah nilai varians beserta total kumulatif dari kedua faktor yang dominan sebelumnya. Faktor pertama memiliki nilai varians 45,545% dan faktor kedua memiliki nilai varians 16,998% dengan kumulatif total nilai varians keduanya sebesar 62,543%. Dengan jumlah tersebut, dapat diartikan bahwa kedua faktor tersebut dapat menjelaskan 62,543% dari variabilitas kedelapan faktor tersebut.

4. Merotasi Faktor untuk Mengelompokkan Variabel Indikator Kedalam Faktor yang Telah Terbentuk atau Dominan Melalui Tabel Rotated Componenet Matrix

Pada tahapan kali ini proses rotasi faktor akan dilakukan untuk mempermudah penempatan variabel yang ada kedalam faktor yang telah terbentuk. Tahapan ini merupakan inti dari serangkaian tahapan analisis faktor yang telah dilakukan sebelumnya oleh karena, pada tahapan inilah kedelapan variabel faktor yang ada akan dikelompokkan kedalam kedua faktor yang telah terbentuk melalui tabel rotated component matrix.

(16)

Perhatikan gambar tabel diatas. Pada gambar tabel diatas, terdapat kedua komponen yang merupakan faktor-faktor utama sebagai penghubung terhadap perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo kecamatan Kota Kediri. Sementara untuk menentukan variabel indikator mana-mana saja baik yang termasuk kedalam anggota komponen faktor 1 maupun faktor 2, dapat dilihat pada nilai koefisien yang terbesar yaitu nilai loading dari masing-masing variabel pada setiap kolom komponen, apakah nilai koefisien tersebut lebih besar pada baris komponen faktor 1 atau faktor 2.

Nilai koefisien tersebutlah yang menjadi kriteria penentu untuk melihat korelasi terbesar dari setiap masing-masing variabel indikator untuk dikelompokkan kedalam anggota dari salah satu diantara kedua faktor yang telah terbentuk dan mendominasi. Sedangkan untuk hasil lengkap untuk masing-masing anggota variabel dari kedua faktor yang dominan atau terbentuk berdasarkan gambar tabel 4.8 diatas, dapat dilihat pada kesimpulan yang telah dijabarkan dibawah ini sebagai berikut :

1. Faktor pertama, faktor ini merupakan faktor yang paling dominan yaitu dengan nilai eigen value sebesar 3,644 dan mampu menjelaskan varians total sebesar 45,545%. Variabel indikator yang termasuk kedalam faktor ini yaitu :

a) Kemurahan Hati (X2.4), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 1 yaitu 0,868; maka variabel ini masuk ke dalam faktor pertama.

b) Kebersihan (X2.2), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 1 yaitu 0,827; maka variabel ini masuk ke dalam faktor pertama.

(17)

c) Moralitas (X2.5), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 1 yaitu 0,668; maka variabel ini masuk ke dalam faktor pertama.

d) Kesederhanaan (X2.3), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 1 yaitu 0,652; maka variabel ini masuk ke dalam faktor pertama.

e) Keadilan (X2.1), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 1 yaitu 0,619; maka variabel ini masuk ke dalam faktor pertama.

2. Faktor kedua, faktor inipun merupakan faktor yang dominan dibawah faktor pertama yaitu dengan nilai eigen value sebesar 1,360 dan mampu menjelaskan varians total sebesar 16,998%. Variabel indikator yang termasuk kedalam faktor ini yaitu :

a) Aktivitas (X1.1), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 2 yaitu 0,792; maka variabel ini masuk ke dalam faktor kedua.

b) Minat (X1.2), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 2 yaitu 0,788; maka variabel ini masuk ke dalam faktor kedua.

c) Opini (X1.3), dikarenakan variabel ini memiliki nilai loading lebih besar pada komponen 2 yaitu 0,608; maka variabel ini masuk ke dalam faktor kedua.

5. Menginterpretasi dan Menamakan Kelompok Faktor yang Telah Terbentuk beserta Kelompok Anggota Variabel Indikatornya

Pada tahapan terakhir dari serangkaian proses analisis faktor pada penelitian ini, kedua faktor yang telah diperoleh tersebut selanjutnya akan diinterpretasi lebih lanjut serta diberikan nama sesuai dengan identitas dari masing-masing faktor. Jika diperhatikan lebih lanjut kedua faktor tersebut beserta masing-masing anggotanya, terlihat bahwa pengelompokkan variabel indikator kedalam kedua kelompok faktor tersebut sesuai dengan kedua faktor penghubung atau korelasi dari perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo kecamatan Kota Kediri yaitu Faktor Pengetahuan Agama dan Faktor Gaya Hidup.

Disinilah pada akhirnya peran konfirmatori dalam analisis faktor berhasil digunakan dimana seperti yang telah disampaikan bahwa analisis faktor konfirmatori merupakan analisis yang bertujuan untuk menguji teori secara empiris atau melakukan konfirmasi mengenai struktur faktor yang ada (Gudono, 2011). Sedangkan kedua faktor yang telah terbentuk atau dominan yang merupakan hasil analisis faktor pada penelitian ini, berhasil terkonfirmasi bahwa faktor pertama sesuai dengan faktor pengetahuan agama dan faktor kedua sesuai dengan faktor gaya hidup. Oleh karenanya, jelas sudah penamaan dari kedua faktor yang telah terbentuk atau dominan hasil analisis faktor pada penelitian ini sesuai dengan fakta-fakta sebelumnya dimana faktor pertama dapat dinyatakan sebagai faktor

(18)

pengetahuan agama dan faktor kedua dapat dinyatakan sebagai faktor gaya hidup.

Pembahasan Hasil

1. Hubungan antara faktor Gaya Hidup dan faktor Pengetahuan Agama terhadap perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Ngronggo dalam perspektif ekonomi Islam

Kesimpulan yang diperoleh ialah kedua faktor penghubung baik faktor gaya hidup maupun faktor pengetahuan agama masing-masing memiliki hubungan erat terhadap perilaku konsumsi masyarakat, yang dalam hal ini yakni perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo kecamatan Kota Kediri. Dari sisi kuantitatif hal ini dapat diamati berdasarkan dari total nilai eigen value dan nilai varians dari kedua faktor tersebut. Faktor pengetahuan agama memiliki total nilai eigen value sebesar 3,644 dengan nilai variansnya 45,545% dan faktor gaya hidup memiliki total nilai eigen value sebesar 1,360 dengan nilai variansnya 16,998%. Sementara kumulatif total nilai varians dari keduanya berjumlah sebesar 62,543%. Dengan jumlah tersebut, dapat diartikan bahwa kedua faktor tersebut dapat mewakili korelasi atau hubungan terhadap pengaruh perilaku konsumsi dengan presentase sebesar 62,543% dari variabilitas kedelapan faktor yang ada.

Sementara secara general baik gaya hidup maupun pengetahuan agama dengan masing-masing indikatornya, memiliki pengaruh terhadap pola dan perilaku konsumsi dari masyarakat terutama perihal tentang prioritas dari setiap individu konsumen dalam pembelanjaan harta untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila seorang individu konsumen memiliki pandangan gaya hidup yang cenderung bermewah-mewahan baik dari sisi aktivitas, minat, maupun opininya maka; seorang individu tersebut dapat berpotensi untuk cenderung bersikap berlebih-lebihan alias konsumtif. Namun sebaliknya apabila dalam gaya hidupnya seorang individu tersebut memiliki bentuk gaya hidup sederhana, apalagi mengutamakan kelima prinsip dasar dalam konsumsi Islam sebagai pedoman dalam pengetahuan agamanya ketika beraktivitas atau berperilaku konsumsi, maka seseorang tersebut berpotensi untuk mendapatkan kemaslahatan serta kebahagiaan bagi kehidupannya.

2. Faktor yang paling dominan dalam mewakili konfirmatori faktor analisis terhadap perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Ngronggo dalam perspektif ekonomi Islam

Faktor pengetahuan agama memiliki peranan yang lebih dominan bila dibandingkan dengan faktor gaya hidup. Hal ini disebabkan faktor pengetahuan agama memiliki total nilai eigen value yang lebih besar yakni sebesar 3,644 bila dibandingkan dengan faktor gaya hidup yang hanya sebesar 1,360. Nilai varians dari faktor pengetahuan agama juga memiliki presentase yang lebih besar yakni 45,545% bila dibandingkan dengan faktor gaya hidup yang hanya sebesar 16,998%. Oleh karenanya dari sisi kuantitatif terutama berdasarkan atas hasil

(19)

analisis, faktor pengetahuan agama dinyatakan memiliki peranan yang lebih dominan apabila dibandingkan dengan faktor gaya hidup dalam hubungannya terhadap perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo.

E. Penutup Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat ditemukan beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu : 1. Hubungan antara faktor Gaya Hidup dan faktor Pengetahuan Agama

terhadap perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Ngronggo dalam perspektif ekonomi Islam

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan atas pemaparan pembahasan pada bab sebelumnya ialah kedua faktor penghubung baik faktor gaya hidup maupun faktor pengetahuan agama masing-masing memiliki hubungan erat terhadap perilaku konsumsi masyarakat, yang dalam hal ini yakni perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo kecamatan Kota Kediri. Dari sisi kuantitatif hal ini dapat diamati dari total nilai eigen value dan nilai varians dari kedua faktor tersebut. Faktor pengetahuan agama memiliki total nilai eigen value sebesar 3,644 dengan nilai variansnya 45,545% dan faktor gaya hidup memiliki total nilai eigen value sebesar 1,360 dengan nilai variansnya 16,998%. Sementara kumulatif total nilai varians dari keduanya berjumlah sebesar 62,543%. Dengan jumlah tersebut, dapat diartikan bahwa kedua faktor tersebut dapat mewakili korelasi atau hubungan terhadap pengaruh perilaku konsumsi dengan presentase sebesar 62,543% dari variabilitas kedelapan faktor yang ada.

2. Faktor yang paling dominan dalam mewakili konfirmatori faktor analisis terhadap perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Ngronggo dalam perspektif ekonomi Islam

Faktor pengetahuan agama memiliki peranan yang lebih dominan bila dibandingkan dengan faktor gaya hidup. Hal ini disebabkan faktor pengetahuan agama memiliki total nilai eigen value yang lebih besar yakni sebesar 3,644 bila dibandingkan dengan faktor gaya hidup yang hanya sebesar 1,360. Nilai varians dari faktor pengetahuan agama juga memiliki presentase yang lebih besar yakni 45,545% bila dibandingkan dengan faktor gaya hidup yang hanya sebesar 16,998%. Oleh karenanya dari sisi kuantitatif terutama berdasarkan atas hasil analisis, faktor pengetahuan agama dinyatakan memiliki peranan yang lebih dominan apabila dibandingkan dengan faktor gaya hidup dalam hubungannya terhadap perilaku konsumsi masyarakat kelurahan Ngronggo.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka, terdapat beberapa hal yang dapat disarankan oleh penulis mengenai hasil akhir yang diperoleh pada penelitian ini antara lain sebagai berikut :

(20)

a. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh yang mana terdapat hubungan atau korelasi antara Faktor gaya hidup dengan perilaku konsumsi masyarakat, penulis mengharapkan agar perilaku konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan Ngronggo dalam pemenuhan gaya hidupnya, agar lebih mengutamakan keseimbangan atau kesesuaian baik dalam pemasukan maupun pengeluarannya. Hal ini merupakan salah satu aksiomatik ekonomi yang mana pemasukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen individu dimana, permintaan menjadi bertambah jika pemasukan bertambah, dan permintaan menjadi berkurang jika pemasukan menurun disertai tetapnya faktor-faktor yang lain (Hakim, 2013). Artinya pendapatan yang ada harus sesuai dengan pengeluaran konsumsi serta janganlah berlebih-lebihan (Israf) dalam hal pemenuhan kebutuhan akan gaya hidup karna Islam melarangnya sebab akan berdampak kerusakan baginya.

b. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh yang mana terdapat hubungan atau korelasi antara Faktor pengetahuan agama dengan perilaku konsumsi masyarakat, penulis menyarankan agar dalam berperilaku konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya, masyarakat khususnya masyarakat pada Kelurahan Ngronggo di Kecamatan Kota Kediri agar lebih mendalami lagi penerapan terhadap prinsip-prinsip perilaku konsumsi sesuai dengan persepektif ekonomi Islam sesuai dengan yang disampaikan oleh Abdul Manan yakni; Prinsip Keadilan, Prinsip Kebersihan, Prinsip Kesederhanaan, Prinsip Kemurahan Hati, dan Prinsip Moralitas.

c. Dengan diperolehnya hubungan atau korelasi antara faktor gaya hidup beserta faktor pengetahuan agama terhadap perilaku konsumsi masyarakat, penulis mengharapkan agar masyarakat khususnya pada kelurahan Ngronggo, kecamatan Kota Kediri agar tidak terlalu bermewah-mewahan serta berlebih-lebihan (Israf) dalam memenuhi gaya hidupnya. Masyarakat diharapkan agar lebih mengutamakan terhadap kebutuhan pokok (dharuri) nya dan mengutamakan prinsip maslahat baginya.

d. Dengan diperolehnya faktor pengetahuan agama sebagai faktor yang dominan, maka penulis mengharapkan agar masyarakat kelurahan Ngronggo untuk lebih meningkatkan lagi rasionalitas dan nilai-nilai Islam baik dalam berperilaku konsumsi maupun dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas ekonomi lainnya.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Afif. 2017. Analisis Pola Perilaku Konsumsi dan Perilaku Berzakat Rumah

Tangga Muslim pada Bulan Ramadhan (Studi Kasus di Desa Sumbersekar Kecamatan Dau Kabupaten Malang). Skripsi. Malang : Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya

Amanaturrohim, Hanifah. 2015. Pengaruh Pendapatan dan Konsumsi Rumah

Tangga terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Skripsi. Semarang :

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Ardhanari, Margaretha. 2014. Memelihara Budaya : Perspektif Masyarakat Konsumen dan Perilakunya (hlm 2). Makalah Orasi Ilmiah. Surabaya : Universitas Katolik Widya Mandala

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Pendekatan Suatu Pendekatan Praktik (hlm 231). Jakarta : Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Kota dalam Angka (hlm 1 - 66). Kediri : Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik. 2018. Produk Domestik Regional Bruto Kota Kediri menurut

Pengeluaran 2013 – 2017 (hlm 29 - 33). Kediri : Badan Pusat Statistik

Bahri, Andi S. 2014. Etika Konsumsi dalam Perspektif Ekonomi Islam, Vol. 11, (No. 2). Jurnal. Parepare : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare

Basuki, Agus Tri dan Nano Prawoto. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian

Ekonomi & Bisnis (hlm 62). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Burhan, M. Umar. 2006. Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro (hlm 38). Malang : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Danil, Mahyu. 2013. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pada

Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen, Vol. 4 (No.7) (hlm

37). Jurnal Ekonomika. Aceh : Universitas Al-Muslim Bireuen

Djakfar, Muhammad. 2007. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Malang : UII Press

Engel, James F. 1994. Perilaku Konsumen (Judul Asli Consumer Behavior) (hlm 3). Terjemahan F.X Budiyanto. Jakarta : Bina Rupa Aksara

Fattah, Nanang. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (hlm 13). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

(22)

Gujarati, Damodar N. 2000. Dasar-Dasar Ekonometrika buku 1, Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat

Hadapi, Akhmad. 2016. Akhlak Tercela Israf, Tabzir, dan Bakhil.

http://akhmadhanapi88.blogspot.com/2016/02/akhlak-tercela-israftabzir-dan-bakhil.html. Diakses pada 28 Desember 2020.

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (hlm 93). Jakarta : Erlangga Ilyas, Rahmat. 2016. Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Persoektif

Ekonomi Islam, Vol. 1, (No. 1). Jurnal. Bangka Belitung : Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik

Ilyas, Rahmat. 2015. Konsep Mashlahah dalam Konsumsi Ditinjau dari Perspektif

Ekonomi Islam, Vol. 1, (No. 1). Jurnal. Bangka Belitung : Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Siddik

Julian. 2016. Pola Konsumsi Mahasiswa Indekos di Universitas Lampung (Studi

Kasus : Mahasiswa S1 Reguler FEB UNILA). Skripsi. Lampung : Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Lampung

Kadariah. 2002. Analisis Pendapatan Nasional (hlm 233). Jakarta : Bina Aksara Karim, Adiwarman A. 2002. Ekonomi Mikro Islami (hlm 44). Jakarta : III T

Indonesia

Karim, Adiwarman A. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Terjemahan. Jakarta : Erlangga

Lailiyah, Rofin. 2015. Studi Komparatif Perilaku Konsumen dalam Perspektif

Ekonomi Konvensional dan Hukum Ekonomi Islam. Skripsi. Tulungagung :

Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Maarif, Zainul. 2018. Islam dan Islami. https://www.kompasiana.com/syiar /5a58ab61f1334407be6814d2/islam-dan-islami. Diakses pada 4 November 2019

Mandey, Silvya L. 2009. Pengaruh Faktor Gaya Hidup Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen. Vol. 6. No. 1. Jurnal EMBA. Manado : Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi

Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makro Ekonomi (hlm 425 - 426). Terjemahan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

(23)

Mannan, Muhammad Abdul. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf

Mowen, John C. 2002. Perilaku Konsumen. Terjemahan. Jakarta : Erlangga Muflih, Muhammad. 2006. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi

Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Muhammad. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam (hlm 171). Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Muhammad dan Alimin. 2004. Etika & Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi

Islam (hlm 131). Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

Narbuko, Cholid dan Abu Achmad. 2013. Metode Penelitian (hlm 80). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Ningrum, Widhayu. 2013. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan, Vol. 6 (No.2) (hlm 3). Jurnal Administrasi Bisnis. Malang : Fakultas Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya

Nopirin. 1997. Ekonomi Makro, Cetakan Keempat. Yogyakarta : BPFE

Novita, Nur Amaliatun. 2015. Larangan Israf Dalam Al-Qur’an : Kajian Tafsir Tahlili

Terjadap Surah Al-A’raf Ayat 31. Skripsi. Surabaya : Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Nugraheni, P. N. A. 2003. Perbedaan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada

Remaja Ditinjau dari Lokasi Tempat Tinggal. Surakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurohman, Dede. 2011. Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam (hlm 97). Yogyakarta : Teras

Plummer, Joseph T. 1983. Life Span Development Psychology : Personality and

Socialization. New York : Academic Press.

Qardhawi, Yusuf. 1997. Norma Dan Etika Ekonomi Islam. Terjemahan. Jakarta : Gema Insani Press

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi & Makroekonomi) Edisi ke tiga (hlm 264). Jakarta : Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta : Bima Grafika

(24)

Rihda, Akram. 2014. Pintar Mengelola Keuangan Keluarga Sakinah (hlm 118 - 119). Solo : Tayiba Media

Samuelson, Paul. A dan William D Nordhaus. 1992. Mikro Ekonomi, Edisi keempat

belas. Terjemahan. Jakarta : Erlangga

Setyawan, Doni. 2016. Pengetahuan Agama. http://www.donisetyawan .com/pengetahuan-agama/. Diakses pada 2 November 2019

Simamora, Bilson. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen (hlm 2). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Soekartawi. 2002. Faktor-faktor Produksi (hlm 132). Jakarta : Salemba Empat Sudarsono, Heri. 2004. Konsep Ekonomi Islam : Suatu Pengantar (hlm 178).

Yogyakarta : EKONISIA

Sugihartono, dkk. 2012. Psikologi Pendidikan (hlm 3). Yogyakarta: UNY Press Sugiyono. 2011. Metode Penelitian dan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suhartono. 2012. Pengertian Israf beserta Bentuk dan Jenisnya.

https://diceusuhartono.wordpress.com/2012/04/26/perilaku-tercela/. Diakses pada 28 Desember 2020.

Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global (hlm 99). 2005. Bogor : Ghalia Indonesia

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian Lengkap Praktis dan Mudah

Dipahami (hlm 87). Jogjakarta : Pustaka Baru Press

Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern : Perkembangan Pemikiran dari

Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sulistyo. 1986. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Karunika Universitas Terbuka Supatminingsih, Tuti. 2018. Pola dan Perilaku Konsumsi Rumah Tangga dalam

Perspektif Ekonomi Islam di Kota Makassar, Vol. 16, (No. 2). Jurnal.

Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era Internet. Yogyakarta : Graha Ilmu Susanto, Angga Sandy. 2013. Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style

(Gaya Hidup), Vol. 7 (No. 2) (hlm 1-3). Jurnal JIBEKA. Malang : Universitas

(25)

Suwarman, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran (hlm 45). Bogor : Ghalia Indonesia

Swastha dan Handoko. 2000. Analisis Perilaku Konumen Terhadap produk

Tabungan Perbankan (hlm 10). Solo : PT Aksara Solopos

Trenggonowati. 2009. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis (Edisi 1). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8, Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (hlm 3). 2007. Jakarta : Visimedia

Widjaja, Bernard T. 2009. Lifestyle Marketing (hlm 76). Jakarta : Gramedia Pustaka

Wulan, Fitria Ratna. 2018. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Rumah Tangga dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung). Skripsi. Lampung : Fakultas Ekonomi dan

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) LKS yang dikembangkan adalah LKS eksperimen

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka