• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka menjabarkan mengenai teori yang digunakan dan menjadi dasar dalam penelitian ini di mana teori yang digunakan adalah terkait perkembangan kawasan dan aktivitas industri dan perdagangan-jasa serta konsep struktur ruang dan peran aktivitas industri dan perdagangan-jasa terhadap struktur ruang.

2.1 Aktivitas Industri dan perdagangan-jasa

Aktivitas industri dan perdagangan-jasa merupakan bagian dari aktivitas ekonomi terutama ekonomi perkotaan, juga perkembangan perekonomian suatu negara bergantung pada berkembang tidaknya sektor ini. Industri dan perdagangan-jasa merupakan aktivitas dominan ekonomi yang memiliki kekuatan ekonomi/komersil yang tinggi untuk dapat menciptakan perubahan baik secara sosial, lingkungan dan tata keruangan kota.

2.1.1 Pengertian Aktivitas Industri dan perdagangan-jasa

Industri adalah kegiatan memproses atau mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi atau bahan setengah jadi menjadi barang konsumsi. Dan menurut Jayadinata (1999: 136) industri terdiri atas industri guna karya atau kerajinan seperti keramik, bata, ukiran, makanan untuk keperluan lokal yang biasanya dilakukan diwilayah pedesaan serta industri yang dilakukan di pabrik-pabrik seperti industri niaga/ komersil yang dilakukan di perkotaan. Secara keruangan kawasan industri merupakan kawasan yang dibatasi secara fungsional untuk berbagai kegiatan industri. Kegiatan produksi industri merupakan kegiatan manusia yang mengubah barang mentah menjadi barang yang lebih berguna atau barang industri, yaitu barang setengah jadi atau barang jadi (Jayadinata, 1999:29). Kegiatan produksi jasa (facilitative industries) yang meliputi segala kegiatan,di mana manusia memeberikan jasanya baik secara langsung maupun melalui alat tertentu dalam segala kegiatan ekonomi. (Jayadinata, 1999:30). Dalam aktivitas produksi, produksi industri merupakan aktivitas produksi sekunder dan aktivitas jasa merupakan aktivitas produksi tersier (Jayadinata, 1999:30). Menurut Adisasmita (2010:132) kawasan industri merupakan suatu area yang secara fungsional peruntukannya didominasi oleh kegiatan industri yang bisa digolongkan menjadi kompleks industri, estet industri, peruntukan lahan industri, lingkungan industri kecil maupun sentra industri kecil. Menurut Badan Pusat Statistik, Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan sifatnya lebih dekat dengan

(2)

commit to user

pemakai akhir termasuk jasa perakitan (assembling). Klasifikasi industri terbagi menjadi 4 golongan yaitu industri rumah tangga (1-4 tenaga kerja), industri kecil (5-19 tenaga kerja), industri sedang (20-99 tenaga kerja), dan industri besar (>=100 tenaga kerja).

Perdagangan adalah suatu kegiatan jual beli (transaksi) barang dari produsen kepada konsumen. Jasa merupakan aktivitas, kemudahan, atau manfaat yang dapat dijual ke orang lain (konsumen) yang membutuhkannya, jasa memegang peranan penting karena dapat mendukung kegiatan perekonomian dan kegiatan manusia pada umumnya (Badan Pusat Statistik). Dalam perkembangannya, kedua aktivitas ini mendominasi dan membentuk pusat kota (Yunus, 1999). Seperti halnya perdagangan, pusat-pusat kegiatan jasa pada umumnya terdapat di kota-kota besar sebagai simpul komunikasi dan transportasi.

Dengan berkembangnya aktivitas tersebut, maka suatu kota dapat dikatakan sebagai kota yang mandiri karena dapat mencukupi kebutuhan kotanya sendiri. Aktivitas industri dan perdagangan-jasa merupakan aktivitas ekonomi dominan di perkotaan. Aktivitas-aktivitas ini menempati pusat kota dan sekitarnya karena mebutuhkan aksesibilitas tinggi untuk dapat mendukung kegiatannya. Aktivitas industri dan perdagangan-jasa memiliki pola kegiatannya sendiri serta memiliki skala kegiatan yang erat kaitannya dengan skala kegiatan juga hirarki pelayanan kawasan yang ditempatinya. Menurut para ahli, aktivitas yang tergolong sebagai aktivitas industri dan perdagangan-jasa diantaranya:

Tabel 2.1 Jenis Aktivitas Industri dan perdagangan-jasa

Aktivitas Industri

Jayadinata (1999)

Aktivitas Perdagangan-jasa

De chiara (1975) & Chapin (1997)

- Industri kecil dan rumah tangga - Industri menengah - Industri besar - Pertokoan - Pasar tradisional - Minimrket - Dealer mobil/motor - Pusat Perbelanjaan - Perkantoran swasta - Asuransi - Keuangan

- Jasa perbaikan kendaraan - Hotel

- Restoran - Salon

Sumber: Jayadinata (1999: 136), De chiara (1975) & Chapin (1997)

2.1.2 Perkembangan Aktivitas Industri dan perdagangan-jasa

Perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa erat kaitannya dengan perkembangan kawasan maupun perkembangan perkotaan karena merupakan aktivitas pendorong utama tumbuhnya suatu kota. Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan dari suatu keadaan ke keadaan lain di ruang yang sama dalam waktu yang berbeda, karena kota bersifat dinamis maka perkembangan akan selalu terjadi. Zahnd (1999:25) mengemukakan bahwa ada tiga cara perkembangan yang terjadi didalam kota yaitu perkembangan secara horizontal, vertikal dan interstisial. Sehingga perkembangan tersebut secara keruangan tidak hanya luas dasarnya tetapi juga ketinggiannya, hal tersebut dapat

(3)

commit to user

diasumsikan terhadap perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa. Perkembangan kota merupakan ekspresi dari perkembangan aktivitas masyarakat kota tersebut di mana sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan tuntutan kebutuhan hidup dalam aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi sehingga mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk (Yunus, 1999). Perkembangan kota juga mencakup kegiatan pelayanan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya sehingga pertumbuhan kota sangat dikaitkan dengan kepentingan penduduknya terutama terkait aktivitas ekonominya (Adisamita, 2005). Jika dikaitkan dengan aktivitas perekonomian kota maka aktivitas industri dan perdagangan-jasa merupakan aktivitas yang paling berperan dalam perkembangan kota.

Kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus akan berimplikasi pada tingginya jumlah permintaan sehingga akan membangkitkan aktivitas industri dan perdagangan-jasa di banyak tempat (Robert Malthus dalam Adisasmita, 2005:24). Aktivitas perdagangan dan jasa sebagai bagian dari aktivitas komersial yang dalam perkembangannya akan selalu menempati lingkup lokasi yang memiliki aksesibilitas tinggi, menurut Chapin (1979) lingkup tersebut diantaranya pusat kota atau CBD, pusat komersial wilayah satelit dan daerah komersial disepanjang jalan utama. Dalam kamus tata ruang aktivitas komersial diartikan sebagai suatu aktivitas ekonomi perkotaan yang mencerminkan bentuk aktivitas perdagangan diantaranya aktivitas perdagangan retail, perusahaan jasa, pusat perbelanjaan, dan daerah rekreasi. Sedangkan BPS mengklasifikasikan aktivitas komersial kedalam sektor tersier yang mencakup aktivitas perdagangan, jasa dan industri pengolahan.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan suatu keluaran wilayah meliputi kapasitas produksi maupun volume riil produksi (peningkatan sejumlah komoditas). Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dari suatu sub sistem spasial (Adisasmita, 2005:80). Secara fisik perkembangan ekonomi oleh Adisasmita (2005:5-6) dikaitkan dengan struktur spasialnya yang berupa aspek pembangunan ekonomi, fasilitas-fasilitas produktif, trayek atau rute transportasi, serta dikaitkan pula dengan pola kegiatannya yaitu berupa arus modal, arus tenaga kerja, arus komoditas dan arus informasi. Perkembangan aktivitas komersil kerap terjadi di kota-kota besar, karena kebayakan modal yang datang akan menanamkan investasinya disektor industri, perbankkan dan keuangan, properti dan perdagangan karena dikota-kota besar telah memiliki infrastruktur dan fasilitas pendukung aktivitas komersil tersebut (Adisasmita, 2005:14). Sehingga perkembangan pesat aktivitas industri dan perdagangan-jasa akan terjadi di lokasi yang selain memiliki aksesibilitas tinggi juga memiliki dukungan infrastruktur yag memadai. Seperti halnya dengan keberadaan aktivitas industri maupun komersil yang didukung oleh ketersediaan faktor-faktor penunjang perkembangannya.

(4)

commit to user

Menurut Bintarto (dalam Haykal, 2004:24) syarat-syarat yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan aktivitas industri diantaranya tersedianya bahan baku, tenaga kerja, modal, dan lalu lintas yang baik. Sedangkan menurut Bale (dalam Haykal 2004:24) terdapat bahan baku, tenaga kerja, sumber energi, modal, lahan, kemampuan berusaha, pemasaran dan transportasi. Terdapat pendapat lain bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya aktivitas industri diantaranya fasilitas atau sarana, transportasi, potensi bahan baku, potensi tenaga kerja, potensi pemasaran, kebijakan serta aglomerasi (Soekarwati dalam Haykal 2004:38). Aktivitas industri merupakan bagian dari sistem perekonomian seperti halnya perdagangan dan jasa dan merupakan suatu usaha manusia dalam mengolah dan medistribusikan bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia dinama sebagai suatu sistem, aktivitas tersebut terdiri dari unsur fisik dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses produksi adalah komponen tempat meliputi kondisinya, peralatan, bahan mentah/baku dan sumber energi. Sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, ketrampilan, tradisi, transportasi dan komunikasi, keadaan pasar dan politik. Perpaduan antara unsur fisik dan manusia tersebut akan mengakibatkan terjadinya aktivitas industri yang melibatkan berbagai faktor yang menjadi indikator dari perkembangan yang terjadi (Hendro, 1999 dalam Abdullah, 2010:75). Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, terdapat banyak hal yang mendorong berkembangnya aktivitas tersebut, antara lain sumber daya, modal, tenaga kerja, teknologi, dukungan infrastruktur, sarana prasarana pendukung dan letak lokasi.

Dalam mengukur suatu perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa terdapat beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai indikator atau pengukuran yang menunjukan perkembangan aktivitas ekonomi tersebut. Jayadinata (1999) mengungkapkan bahwa hal yang dilihat dalam perkembangan aktivitas suatu kawasan adalah dengan peningkatan sarana prasarana yang menandakan perkembangan jumlah aktivitasnya, serta penggunaan lahan dan skala pelayanan aktivitas yang semakin luas yang ditunjukan dengan jangkauan aktivitas dilihat dari asal barang dan target pemasaran/konsumen. Di mana menurut Jayadinata (1999:135) tata guna tanah (penggunaan lahan) juga mengakomodasi kegiatan ekonomi, apabila suatu kegiatan ekonmi berkembang, maka guna lahan untuk aktivitas tersebut juga semakin membesar. Guna lahan dapat digunakan bagi peruntukan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perdagangan, industri, dan lain-lain. Tata guna lahan (land use) merupakan pola atau perwujudan dari sistem aktivitas kota di dalam ruang dan lokasi tertentu, di mana ketiganya (aktivitas, guna lahan dan lokasi) berinteraksi dan mempunyai hubungan timbal balik (Chapin, 1992:316 dalam Abdullah, 2010:75). Zahnd (1999) menambahkan perkembangan suatu aktivitas di perkotaan tidak hanya terjadi secara horizontal (luas dasar)

(5)

commit to user

melainkan juga secara vertikal (ketinggian). Hal tersebut berkaitan dengan luas lantai kegiatan karena aktivitas ekonomi seperti industri dan perdagangan-jasa memiliki lantai kegiatan yang tidak hanya dihitung berdasarkan luas dasarnya tetapi juga luas dikalikan lantai yang ditempati oleh aktivitas tersebut. Pertumbuhan oleh Adisasmita (2005:80) diartikan sebagai peningkatan volume aktivitas ekonomi seperti aktivitas industri dan perdagangan-jasa dengan beberapa indikator yang dapat dilihat seperti peningkatan keluaran wilayah (banyak produksi), dan peningkatan komoditas (jenis). Jika aktivitas industri dan perdagangan-jasa terus berkembang sebagai dampak dari pertambahan jumlah penduduk dan akumulasi modal maka ketersediaan tanah akan semakin berkurang sehingga harga sewa tanah akan semakin mahal (Adisasmita, 2005:23). Dalam banyak hal pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan keluaran atau pendapatan, di mana juga dilihat dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang secara nyata dapat diidentifikasi dari sarana ekonomi yang ada.

Dari beberapa pendapat yang menunjukan indikator perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa di atas secara keseluruhan terdapat tujuh indikator sebagai berikut jumlah aktivitas, luas penggunaan lahan, jangkauan, luas lantai kegiatan, banyaknya produksi, serta banyaknya jenis komoditas barang yang diproduksi maupun diperjualbelikan. Keseluruhan indikator ini menunjukan bagaimana perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa dapat diukur secara umum dengan melihat dari segi produktivitas, pelayanan maupun penampakan fisik.

Gambar 2.1 Indikator Perkembangan Aktivitas Industri dan Perdagangan-jasa Sumber: Analisis peneliti dari berbagai sumber

2.1.3 Peran Aktivitas Industri dan Perdagangan-jasa terhadap Perkembangan Kota Perkembangan suatu aktivitas ekonomi di sebuah kawasan akan membentuk pengelompokan kegiatan ekonomi yang lebih beragam dan mendorong perkembangan kota yang semakin pesat. Letak suatu aktivitas ekonomi juga mempengaruhi distribusi spasial kegiatan-kegiatan didalam suatu kawasan. Menurut Adisasmita (2005) kegiatan usaha tertentu dalam hal ini bisa dikatakan sebagai kegiatan ekonomi dengan kekuatan besar seperti industri dan perdagangan-jasa akan menempatkan usahanya pada pusat kota sedangkan toko-toko yang lebih kecil akan tersebar mendekati perumahan penduduk. Keberlanjutan aktivitasnya menyebabkan perkembangan fisik ruang kota dan secara langsung mempengaruhi perkembangan struktur ruang kota yang tidak pernah berhenti (Zahnd, 1999). Stuart Chapin

sebaran aktivitas jumlah aktivitas luas penggunaan lahan jangkauan aktivitas luas lantai kegiatan banyaknya produksi banyaknya jenis komoditas barang

(6)

commit to user

(1965) dalam Yunus (2004) mengemukakan bahwa pendekatan sistem aktivitas dalam struktur ruang kota merupakan suatu upaya untuk memahami pola keruangan kota yang tercipta akibat pola perilaku manusia. Jadi segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya memiliki peran dalam membentuk keruangan kota karena mempengaruhi beberapa komponen pembentuk struktur ruang kota terutama aktivitas yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar.

Di dalam area perkotaan, manusia bertemu dan melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas yang dilakukan manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya akan membentuk suatu pola yang membutuhkan dukungan fisik keruangan. Menurut teori ekologi klasik, pertumbuhan kota erat kaitannya dengan struktur kota, sedangkan teori modern berpendapat bahwa pertumbuhan kota cenderung mengikuti perkembangan teknologi di bidang transportasi (Adisasmita 2005). Dalam penentuan lokasi aktivitas ekonomi, juga melihat pada faktor nilai lahan semakin mendekati pusat kota (pusat pelayanan) maka kecenderungan aktivitas yang tumbuh adalah aktivitas dengan kekuatan ekonomi yang besar sehingga dengan kecenderungan ini maka akan mempengaruhi bentukan keruangan kota, di mana aktivitas-aktivitas yang berdiri secara berkelompok tersebut akan memcipkatan suatu kawasan fungsional tersendiri. Dalam sejarah perkembangannya, tata ruang ekonomi terus berproses dengan mengalami perubahan dan pertumbuhan (Adisamita, 2005:83). Dikemukakan oleh Adisamita perkembangan tersebut seperti dalam hal terjadinya aglomerasi industri dan urbanisasi ke kota besar, terbentunya pusat pertumbuhan baru dan menyababkan perubahan hirarki pelayanan kawasan.

Menurut Christaller (dalam Tarigan, 2005:83) berbagai aktivitas perdagangan yang sejenis dengan orde yang sama cenderung memilih lokasi pada titik sentral diwilayahnya sehingga mendorong aktivitas perkotaan dengan timbulnya aglomerasi aktivitas perdagangan. Dalam teorinya, Christaller mengambarkan proses pembentukan kawasan perdagangan benbentuk heksagonal. Teori tersebut menjelaskan mulanya aktivitas perdagangan tumbuh pada area yang berbeda dengan memiliki pusatnya masing-masing seperti sebuah lingkaran, kemudian terjadi aglomerasi pertumbuhan dan aktivitas tersebut semakin berdekatan satu sama lain sehingga dari beberapa lingkaran tersebut kemudian saling tumpang tindih dan membentuk wilayah perdagangan yang heksagonal dengan pusat sesuai dengan areanya. Dari teori ini secara umum dapat ditarik kesetaraan bahwa aktivitas komersil lainnya seperti industri dan perdagangan-jasa apabila terus menerus mengalami perkembangan baik secara besaran maupun sebarannya maka akan terjadi aglomerasi dan dapat membentuk kawasan dengan fungsi spesifik tertentu serta mempengaruhi hierarki kawasan yang terbentuk dengan adanya pusat-pusat aktivitas baru tersebut. Perkembangan aktivitas industri maupun komersial

(7)

commit to user

seperti perdagangan-jasa apabila dilihat dari pemilihan lokasinya, menurut Jayadinata (1999:137) pemilihan lokasi aktivitas tersebut berhaluan pada 3 hal yaitu bahan baku, pasar, dan tenaga kerja. Dengan pertimbangn ini, maka aktivitas industri dan perdagangan-jasa akan ikut berperan terhadap arah perkembangan kota maupun kawasan sekitarnya.

2.2 Struktur Ruang

Konsep struktur ruang berkaitan dengan hal-hal perencanaan tata ruang kota maupun wilayah. Selain sebagai sebuah produk perencanaan, struktur ruang juga merupakan produk alami yang secara dinamis terbentuk dari peristiwa yang terjadi didalam ruang yang ditempatinya. Banyak hal yang mendorong terjadinya perubahan struktur ruang seperti perkembangan kota yang terjadi secara menerus maka struktur ruang juga mengalami perubahan dari waktu kewaktu.

2.2.1 Pengertian Struktur Ruang

Struktur ruang menurut Kustiwan dan Pontoh (2008) adalah susunan unsur-unsur pembentuk kawasan yang secara hierarkhis dan strukutural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang kota. Struktur ruang ini juga dilengkapi dengan jaringn prasarana yang tersusun yang dibangun oleh manusai untuk mempermudah penghidupannya serta membentuk keteraturan interaksi antar berbagai hal (Rustiadi, 2009:388). Analogi dalam menjelaskan struktur ruang bahwa suatu struktur memiliki hierarki, didalam struktur organisasi tingkat hierarki menggambarkan besarnya kekuasaan/kewenangan sedangkan dalam struktur ruang hierarki menggambarkan besarnya daya tarik atau luas wilayah pengaruh. Garis penghubung digambarkan dalam struktur ruang sebagai jaeak dan daya tarik di mana hal tersebut dipengaurhi oleh potensi masing-masing lokasi sedangkan kotak dianalogikan sebagai lokasi dan besarnya konsentrasi (Tarigan, 2005). Hirarki ini mengambarkan besarnya daya tarik wilayah pengaruh yang digambarkan seperti struktur organisasi sebagai berikut:

Gambar 2.2 Analogi Hierarki Struktur Ruang Kota Sumber: Tarigan (2005:401)

Hierarki I

Hierarki II

Hierarki III III

(8)

commit to user

Dari penggambaran di atas bahasan terkait struktur ruang adalah mengenai hubungan keterkaitan (linkages) antara aspek-aspek aktivitas-aktivitas pemanfaatan ruang. Salah satu wujud pendeskripsian wilayah sebagai suatu sistem, adalah aspek struktur hubungan yang ada antar komponen-komponen yang ada didalam wilayah tersebut (Rustiadi, 2009).

2.2.2 Unsur Pembentuk Struktur Ruang

Struktur ruang merupakan sebuah kesatuan yang tidak terbentuk oleh satu aspek dengan sendirinya. Struktur ruang terbentuk melalui beberapa unsur perkotaan yang menjadi satu secara struktur dan operasional serta selalu mengalami proses perubahan. Unsur pembentuk struktur ruang antara lain menurut Rustiadi dkk (2009) adalah struktur jaringan prasarana dan struktur pusat-pusat aktivitas permukiman. Rustiadi menjabarkan bahwa suatu struktur ruang kota dapat diidentifikasi dengan melihat adanya pusat-pusat aktivitas yang terdapat permukiman dedalamnya yang kemudian pusat-pusat tersebut dihubungkan dan dijalankan oleh jaringan prasarana kota yang ada. Sementara itu Sinulingga (2005:97) berpendapat ada empat elemen yang membentuk struktur ruang kota diantaranya pusat pelayanan, pusat industri dan perdagangan, lingkungan permukiman dan jaringan transportasi. Disini Sinulingga menyebutkan bahwa suatu kota memiliki beberapa jenis aktivitas yang membentuk suatu pusat aktivitas tertentu yang dilengkapi dengan lingkungan permukiman sebagai pengguna maupun pelaku aktivitas tersebut serta antar pusat tersebut dihubungkan oleh jaringan transportasi. Sedangkan, unsur-unsur struktur ruang yang utama menurut Tarigan (2005) adalah orde-orde perkotaan, sistem jaringan lalulintas dan kegiatan ekonomi berskala besar yang terkonsentrasi. Orde-orde perkotaan disini diartikan sebagai satuan wilayah yang memiliki tingkat pelayanan yang berbeda antara satu dan lainnya, semakin besar ordenya maka pelayanan wilayah tersebut semakin luas. Orde-orde tersebut ditentukan oleh banyaknya sarana yang ada selain itu juga terdapat aktivitas ekonomi skala besar yang menjadi pusat pertumbuhan dan mengelompoknya aktivitas wilayah yang dihubungkan oleh jaringan lalulintas. Pendapat lain dari Kustiwan dan Pontoh (2008) mengatakan kota sebagai suatu sistem spasial dari tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Dalam hal ini yang dimaksud dengan wujud struktur ruang kota adalah susunan unsur-unsur pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis dan struktural berhubungan satu sama lain yang diwujudkan melalui hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan (seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota dan pusat lingkungan) yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan (seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal).

(9)

commit to user

Dari beberapa pendapat di atas, struktur ruang memang terbentuk dari beberapa aspek/ unsur yang tersusun secara bersama dan sistematis sehingga dapat menjalankan kehidupan suatu kawasan kota yang ada. Terdapat kemiripan dan kesamaan konsep unsur-unsur pembentuk struktur ruang dari beberapa teori yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu struktur ruang dibentuk oleh pusat yang memiliki hierarki masing-masing (sistem pusat-subpusat) serta jaringan prasarana utama yang menghubungkan antar aktivitas dan pusat yaitu jaringan transportasi. Namun pendapat Rustiadi di atas juga menjelaskan bahwa ada kumpulan aktivitas tersebut memiliki fungsinya masing-masing serta Tarigan juga menjelaskan terdapat kegiatan ekonomi skala besar yang membentuk struktur ruang, sehingga apabila dijelaskan lebih lanjut keduanya dapat dirangkum menjadi unsur tersendiri yaitu kawasan fungsional karena merupakan unsur yang memiliki ciri fungsi tertentu seperti yang dijelaskan oleh pendapat dari Pontoh dan Kustiwan (2009) bahwa ada tiga unsur terpenting dalam melihat struktur ruang diantaranya pusat aktivitas, kawasan fungsional, dan jaringan transportasi. Maka dari berbagai pendapat ahli di atas dapat diidentifikasi unsur-unsur pembentuk struktur ruang adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Unsur-unsur Pembentuk Struktur Ruang Sumber: Analisis peneliti dari berbagai sumber

Menurut Yunus (1999:49) daerah pusat aktivitas merupakan pusat pengelompokan sebagian besar aktivitas utama kota sebagai pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam suatu kota. Menurut R.V. Retcliff (1949) bahwa pusat kota atau pusat aktivitas kota dianggap sebagai suatu tempat yang mempunyai aksesibilitas terbesar dan dari lokasi inilah “centrality-value” (nilai pemusatan/orde pusat) akan menurun secara teratur ke arah luar sampai pada “urban peripheries”. Sehingga pusat aktivitas diartikan sebagai tempat terkonsentrasinya aktivitas kawasan dan menjadi pusat pelayanan kawasan sekitar sesuai hierarkinya. Pusat aktivitas ditentukan dari berbagai hal, salah satunya dari ketersediaan pelayanan bagi wilayah sekitarnya serta berhierarki sesuai hubungan antar wilayah satu dan lainnya yang ditentukan sehingga membentuk jenjang pusat-subpusat. Hierarki perkotaan

pusat-subpusat

orde perkotaan

pusat pelayanan

pusat industri dan perdagangan kegiatan ekonomi skala besar pusat aktivitas lingkungan permukiman

kawasan fungsional jaringan prasarana

sistem jaringan lalu lintas

jaringan transportasi

(10)

commit to user

(orde pusat aktivitas) menggambarkan jenjang fungsi perkotaan akibat dari perbedaan jumlah, jenis, dan kualitas dari fasilitas yang tersedia dikota tersebut. Pusat-pusat pengadaan dan pelayanan barang dan jasa yang pada umumnya adalah perkotaan (central places), terdapat tingkat peyediaan pelayanan yang berbeda-beda. Christaller (dalam Tarigan, 2005) mengatakan bahwa berbagai jenis barang pada orde yang sama cenderung bergabung pada pusat dari wilayahnya seingga pusat itu menjadi konsentrasi (kota). Hirarki perkotaan sangat terkait dengan hirarki fasilitas kepentingan umum yang ada dimasing-masing kota. hirarki perkotaan dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun. Fasilitas kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas dan kualitas pelayanannya. Hirarki ekonomi dalam struktur keruangan oleh Rustiadi (2009:400) ditentukan oleh perkembangan dinamika yang terjadi di pasar di mana sewa lahan atau nilai lahan dari lokasi aktivitas ekonomi tertentu menyebabkan suatu pusat pelayanan kegiatan lebih berkembang dibandingkan pusat-pusat lainnya.

Dalam rencana struktur atau pemanfaatan ruang kota adalah perencanaan bentuk kota dan penentuan berbagai kawasan didalam kota serta hubungan hierarki antara berbagai kawasan tersebut. Rencana struktur pelayanan kegiatan kota menggambarkan hierarki fungsi kegiatan sejenis di perkotaan dengan berbagai fasilitas yang perlu direncanakan penjenjangannya disertai lokasinya (Tarigan, 2005). Bentuk kota tidak terlepas dari sejarah perkembangan kota, namun sedikit banyak dapat diarahkan melalui penyediaan fasilitas/prasarana dan penentuan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan tata guna lahan. Dalam rencana struktur ruang kota setidaknya harus ditetapkan kawasan dari berbagai kegiatan utama seperti perdaganagan, industri, perkantoran, jasa, fasilitas sosial, terminal dan perumahan. Selain ditetapkan luas untuk masing-masing kegiatan, juga ditetapkan hierarkinya (skala pelayanannya). Kawasan fungsional diartikan sebagai area dengan fungsi utama tertentu yang tercermin dari penggunaan lahan akibat dari aktivitas yang berkembang didalamnya (Pontoh dan Kustiwan, 2008). Kawasan fungsional ini dapat berbentuk zonasi-zonasi umum (seperti yang dikemukakan Burgess), tata guna lahan maupun penggunaan ruang rinci dalam satu guna lahan tertentu. Menurut Burgees (dalam Yunus, 1999:5) suatu kota terdiri dari zona-zona yang masing-masing zona memiliki tipe penggunaan lahan yang berbeda atau disebut kawasan fungsional.

Miro (1997) menjelaskan suatu sistem transportasi berhubungan dengan lokasi, alat dan keperluan tertentu, sehingga yang utama dari terbentuknya jaringan tarnsportasi ini adalah karena adanya alat transportasi yaitu moda transportasi dan jaringan jalannya. Jaringan jalan didalam struktur ruang memiliki fungsi menghubungkan pusat-pusat aktivitas dengan wilayah pelayanannya dalam suatu hubungan yang berhierarki (Soetijowarno dan Frazia, 2001:107).

(11)

commit to user

Berdasarkan hirarki pelayanannya, jaringan jalan dibedakan menjadi sistem jaringan jalan primer yaitu yang melayani pergerakan hingga tingkat nasional dan sistem jaringan jalan sekunder yang melayani tingkat dalam kota. Berdasarkan jalan dibedakan pula menjadi jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal sesuai dengan angkutan dan batas kecepatan yang melewatinya. Fungsi jalan ini dapat berubah apabila terjadi perubahan pada karakteristik jalan tersebut. Karakteristik jaringan jalan terbagi atas tiga menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan diantaranya klasifikasi jalan, kapasitas jalan, kualitas jalan. Sistem jaringan jalan dalam sebuah sistem keruangan wilayah mencakup berbagai sistem yang menghubungkan antar pusat-pusat aktivitas degan menfasilitasi aliran barang, jasa maupun informasi agar aktivitas-aktivitas yang ada dapat berjalan efektif dan efisien (Rustiadi, 2009:401).

2.2.3 Pendekatan dan Model Struktur Ruang

Struktur ruang sebagai bagian tata ruang terbentuk secara alamiah sebagai hasil dari proses alam maupun proses sosial secara terus menerus (Rustiadi, 2009:391) dan merupakan sebuah siklus tanpa akhir karena strktur ruang selalu berkembang mengikuti perkembangan ruang yang ditempatinya. Namun dengan melihat pentingnya sebuah penataan ruang, kini muncul kesadaran bahwa perlu adanya pemanfaatan dan tindakan pengendalian terkait interfensi terhadap bentuk struktur ruang karena perencanaan struktur ruang dapat mengendalikan sistem perkotaan melalui penataan terhadap unsur maupun sistem jaringan pembentuk struktur ruangnya. Struktur ruang yang alamiah merupakan hubungan katerkaitan antar sistem yang membuat seluruh aktivitas ruang tersebut berjalan karena menurut Rustiadi (2009:392) ruang adalah suatu komponen ekosistem yang memiliki fungsi-fungsi ekologis sehingga suatu ekosistem dapat mempengaruhi keterkaitan dan keberlangsungan dari sistem-sistem. Beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk mengkaji struktur ruang kota antara lain pendekatan ekologikal dan pendekatan morfologikal.

Menurut Yunus (1999) Pendekatan ekologikal memandang kota sebagai suatu objek studi yang didalamnya dihuni masyarakat yang telah mengalami proses interelasi antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya sehingga tercipta pola keteraturan penggunaan lahan. Sedangkan pendekatan morfologikal menurut Herbert (1973) dalam Yunus (1999) ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan yang dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistem jalan-jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian atau bukan (perdagangan/industri), dan juga bangunan-bangunan individual. Pendekatan ini dapat mencerminkan karakteristik struktur ruang kota suatu wilayah yang membedakannya dengan wilayah lainnya dengan ekspresi keruangan yang dapat menunjukkan struktur ruang kota dengan pendekatan morfologi kota

(12)

commit to user

(Yunus, 2004). Pendekatan morfologi dipakai untuk mengidentifikasi bentuk struktur ruang kota kawasan yang dapat ditunjukan dengan bentuk kompak dan bentuk tidak kompak yang dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa tipe diantaranya bentuk satelit, radial, cincin, linier, dan memencar. Dan dari beberapa teori tersebut memiliki titik tolak dari keberadaan aktivitas yang membentuk suatu kota seperti Daerah Pusat Kota (DPK). Menurut Adisasmita (2005), terkait dengan konsep struktur ruang kota bahwa kecenderungan struktur nilai lahan ditentukan oleh tipe pemanfaatan kegiatannya. Dalam hubungan struktur kota, dapat dikemukakan tiga teori yaitu concenctric zone, radial sector, dan multiple nuclei.

1) Model Konsentrik 2) Model Radial Sektor

3) Multiple Nuclei (Pusat Berganda)

4) Model Turunan Pusat Berganda Gambar 2.2 Model Pendekatan Bentuk Struktur Ruang

Sumber: Yunus,1999 dan Sinulingga, 2005

Sumber gambar:perencanaankota.blogspot.com & archzal.blogspot.com

Concenctric Zone, Menurut Yunus (1999), teori konsentris menjelaskan struktur ruang

kota terbentuk sebagai keteraturan pola penggunaan lahan yang tercipta sebagai produk sekaligus proses interelasi antar elemen-elemen wilayah kotanya. Di mana suatu kota terdiri dari zona-zona konsentris yang masing-masing zona tersebut sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda. Menurut teori Burgess (1925) dalam Yunus (1999) teori konsentris memiliki bentuk struktur ruang kota melingkar / zona melingkar yang terdiri dari Daerah Pusat Kegiatan, zona peralihan, zona bermukim, zona permukiman yang lebih baik, dan zona penglaju yang berturut-turut dari pusat keluar.

Radial Sector, Hoyt (1939) dalam Yunus (1999) mengemukakan teori sektor ini terkait

(13)

commit to user

sewa terlihat sejalan dengan sektor-sektor tertentu dengan kekhasan tertentu. Kunci peletakan sektor-sektor ini terlihat pada lokasi-lokasi daerah yang berkualitas tinggi untuk tempat tinggal dengan kemudahan terhadap fasilitas, kondisi lingkugan dan prestise.

Multiple Nuclei, Teori yang dikemukakan oleh Harris Ulmann (1945) dalam Yunus

(1999) ini melihat bahwa kota tumbuh tidak dengan satu pusat kegiatan saja, namun sebagai produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut terus menerus dari sejumlah pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain. Pusat-pusat kegiatan dan distrik-distrik di sekitarnya dadalam proses pertumbuhan ditandai oleh gejala spesialisasi dan diferensiasi ruang. Terkait teori pusat banyak terdapat beberapa model struktur yang menjelaskan susunan pusat-pusat aktivitasnya (Sinulingga, 2005) di mana terbagi menjadi empat model struktur ruangnya diantaranya 1) mono centered atau yang terdiri dari satu pusat dan beberapa subpusat, 2)

multinodal atau terdiri dari satu pusat besar dan beberapa pusat kecil yang juga saling

berhubungan, 3) multicentered terdiri dari beberapa pusat subpusat yang saling berhubungan dan 4) non-centered atau tidak memiliki pusat subpusat.

2.2.4 Struktur Ruang dan Perkembangannya

Menurut Burgess (dalam Adisasmita, 2005:34), struktur kota dapat dilukiskan sebagai suatu rangkaian concentric zones (kawasan konsentrik atau kawasan sepusat), dan berkembangnya struktur kota terjadi dengan cara ekspansi kawasan-kawasan atau dapat pula dengan cara invasi suatu kawasan terhadap kawasan lainnya. Berbagai bentuk interaksi, baik sesama manusia maupun antara manusia dengan sumberdaya-sumberdaya yang dikelolanya atau juga keterkaitan antara sumberdaya-sumberdaya itu sendiri, menuntut manusia untuk menyediakan berbagai prasarana dan sarana untuk mempermudah mengakses dan mengelola sumberdaya tersebut. Parr (1999) mendefinisikan istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama, sekalipun keduanya merujuk pada bertambahnya suatu ukuran wilayah tertentu. Perkembangan wilayah senantiasa disertai dengan perubahan struktural. Proses yang terjadi dalam perkembangan wilayah sangat kompleks, melibatkan aspek ekonomi, aspek sosial, lingkungan, politik (pemerintah) sehingga pada hakekatnya merupakan suatu “sistem” yang tidak bisa dipisahkan.

Susunan prasarana yang dibangun manusia didalam ruang membentuk jaringan yang terstruktur sehingga membentuk struktur ruang (Rustiadi, 2009:388). Pola dan struktur pemanfaatan sumberdaya pada dasarnya berdimensi “spasial” dan “waktu” akibat dinamika kehidupan yang terus menerus berubah dari waktu kewaktu. Dengan demikian maka tata ruang juga selalu bersifat dinamis dari waktu ke waktu. Sujarto (1992:33) menjelaskan ada 3 faktor utama yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan kota, di mana faktor-faktor

(14)

commit to user

ini akan terwujud pada perubahan tuntukan kebutuhan ruang: 1) faktor manusia, yang terdiri dari tenaga kerja, status sosial, kemampuan teknologi, 2) faktor kegiatan manusia, yang terdiri dari kegiatan tenaga kerja, kegiatan fungsional, kegiatan perekonmian, kegiatan hubungan regional, 3) faktor pola kegiatan antar pusat kegiatan manusia yang menggabungkan kedua faktor sebelumnya. Menurut Rustiadi (2009:391) tata ruang sebagai wujud pola dan struktur ruang terbentuk secara alamiah dan juga sebagai wujud dari hasil proses-proses alam maupun dari hasil proses sosial akibat adanya pembelajaran yang terus menerus. Dengan demikian tata ruang dan upaya perubahan-perubahannya sebenarnya sudah terwujud sebelum kita secara formal melakukan upaya-upaya mengubah tata ruang yang terstruktur yang disebut sebagai perencanaan tata ruang. (perubahan yang disengaja terhadap aspek-aspek spasial dari proses pembangunan).

Terdapat beberapa faktor yang memiliki andil dalam perubahan Struktur ruang kota, yaitu (Chapin dan Kaiser, 1979:55):

a. Sistem Kegiatan

Yang dimaksud disini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi kota mencakup distribusi mata pencaharian, distribusi fasilitas pelayanan kota, kegiatan industri dan penunjangnya, lokasi dan jarak dengan kota-kota yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi kota. Menurut Yunus (1991:55), aktivitas perkotaan yang dapat ditinjau untuk mengkaji perkembangan struktur fisik kotamisalnya: kegiatan sosial, politik, budaya, dan ekonomi.

b. Sistem Pembangunan

Sistem pembangunan terkait dengan struktur ruang kota diantaranya tingkat penghasilan rata-rata perkapita, perencanaan kota, serta jumlah anggaran pembangunan yang tersedia. c. Sistem Lingkungan/Alam

Lingkungan mencakup kondisi alam seperti air, sungai tanah, topografi, penghijauan kota dan pertanian.

Dari ketiga unsur di atas, yang paling memiliki andil dalam pembentukan struktur ruang kota adalah sistem aktivitas karena suatu kota yang tumbuh memiliki banyak penduduk dengan beraneka ragam kegiatan atau aktivitas yang dilakukan. Sehingga sistem aktivitas akan jauh lebih berperan daripada pembangunan lahan dan sistem lingkungan(Chapin dan Kaiser, 1979:55). Lebih jauh Stuart Chapin (1965) dalam Yunus (2004) mengemukakan bahwa pendekatan sistem aktivitas dalam struktur ruang kota merupakan suatu upaya untuk memahami pola keruangan kota yang tercipta akibat pola perilaku manusia. Aktivitas utama perkotaan yang berperan dalam perkembangan perkotaan menurut Kivell (1993) ada 3 yaitu yang pertama aktivitas perdagangan karena memiliki kebutuhan tenaga kerja dan konsumen yang spesifik dan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan lain, kemudian yang kedua aktivitas

(15)

commit to user

industri karena memiliki kebutuhan yang dekat dengan pusat kota terkait alasan kebutuhan tenaga kerja, pelayanan transportasi serta pasar dan yang ketiga adalah aktivitas permukiman karena memiliki penggunaan lahan terbesar suatu kota. Menurut Jayadinata (1999: 128) kegiatan ekonomi utama dikota adalah kegiatan ekonomi industri dan jasa atau kegiatan yang bersifat fasilitatif yang tumbuh berdekatan dan berkepadatan tinggi serta menempati mayoritas lahan kota yang ada. Maka aktivitas dominan dalam sistem kegiatan yang berperan dalam struktur ruang kota adalah aktivitas ekonomi terutama aktivitas ekonomi dengan kekuatan ekonomi tertinggi yaitu industri dan perdagangan-jasa.

Ciri atau sifat esensial daerah perkotaan adalah konsentrasi berbagai kegiatan ekonomi, sosial, dan politik pada tata ruang perkotaan (Adisasmita, 2005). Perkembangan suatu kota digambarkan dengan perkembangan aktivitas masyarakat kota yang menjadi penghuninya karena inti dari sebuah kawasan/kota adalah aktivitas penghuninya sendiri. Menurut Yunus (1999), perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Selanjutnya menurut Alexander, J.W. dalam Jayadinata (1999), dengan keadaan topografi tertentu atau perkembangan sosial ekonomi tertentu, kota akan berkembang menjadi beberapa pola perkembangan kota, yaitu pola menyebar, pola sejajar dan pola merumpun atau bisa dikatakan pola-pola perkembangan tersebut merupakan bentuk dari morfologi kotanya. Menurut Francois Perroux (1950) dalam Tarigan (2005) bahwa pertumbuhan/ perkembangan tidak terjadi disemua tempat, melainkan terbatas pada beberapa tempat tertentu atau beberapa tata ruang tertentu. Perkembangan yang terjadi pada beberapa tempat tersebut menciptakan kutub pertumbuhan yang berkembang dan meningkat serta memiliki dampak taradap kegiatan di sektor/ daerah lain sekitarnya. Sehingga semua hal di atas membentukpola tertentu yang mencerminkan perkembangan kotanya.

2.3 Peran Perkembangan Aktivitas Industri dan Perdagangan-jasa terhadap Perubahan Struktur Ruang

Dalam sejarah perkembangannya, tata ruang ekonomi terus berproses dengan mengalami perubahan dan pertumbuhan (Adisamita, 2005:83). Dikemukakan oleh Adisamita perkembangan tersebut seperti dalam hal terjadinya aglomerasi industri dan urbanisasi ke kota besar, terbentuknya pusat pertumbuhan baru dan menyebabkan perubahan hirarki pelayanan kawasan. Industri dan perdagangan-jasa sebagai aktivitas dengan kekuatan ekonomi tinggi di kawasan memiliki peran terhadap proses perubahan keruangan kawasan. Keberlanjutan aktivitasnya menyebabkan perkembangan fisik ruang kota dan secara langsung memiliki andil dalam perkembangan struktur ruang kota yang tidak pernah berhenti (Zahnd, 1999).

(16)

commit to user

Pendekatan sistem aktivitas dalam struktur ruang kota merupakan suatu upaya untuk memahami pola keruangan kota yang tercipta akibat pola perilaku manusia dan aktivitasnya (Chapin, 1965 dalam Yunus, 2004). Jadi segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya memiliki peran dalam membentuk keruangan kota karena memiliki andil dalam perubahan beberapa komponen pembentuk struktur ruang kota terutama aktivitas yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar seperti industri dan perdagangan-jasa.

Struktur ruang kota yang terdiri dari beberapa unsur pembentuk juga selalu mengalami perubahan. Perubahan ini disebabkan oleh bermacam-macam hal baik secara alami maupun melalui intervensi manusia. Seperti halnya terbentuknya pusat kota atau pusat aktivitas menurut Parr (1999) terutama yang didasarkan pada kebijakan spasial untuk mengembangkan pusat pertumbuhan dengan melihat aspek keunggulan daerah, kependudukan dan kinerja ekonomi daerah. Konsentrasi / aglomerasi aktivitas perekonomian di pusat pertumbuhan terutama industri yang memiliki keterkaitan ke depan (forwad linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage). Keterkaitan inilah yang dilihat sebagai hubungan dengan aspek pembentuk dan aktivitas yang berperan didalamperubahan tersebut.

Aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang menempati suatu area terutama yang memiliki skala besar akan menarik aktivitas sejenis atau pelengkapnya untuk berlokasi di sekitarnya sehingga membentuk aglomerasi aktivitas ekonomi dan nantinya akan membentuk pusat aktivitas. Pusat aktivitas merupakan area dengan tingkat aksesibilitas tinggi dan nilai lahan yang tinggi pula sehingga pusat kota ditempati oleh aktivitas dengan nilai ekonomi yang tinggi, karena kekuatan lokasional yang dimiliki tersebut merupakan aktivitas pelayanan skala luas (Adisasmita, 2005:4). Selain itu konsentrasi aktivitas pada suatu titik akan menentukan hirarki pusat aktivitas yang dimiliki oleh pusat tersebut (Parr,1999). Meningkatnya perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa akan menarik konsentrasi aktivitas lain pada suatu area sehingga akan mendorong konsentrasi aktivitas kawasan tersebut juga tinggi. Perkembangan aktivitas industri perdagangan dan jasa secara keruangan akan menarik tumbuhnya aktivitas-aktivitas pendukung yang juga berlokasi di sekitar aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang sudah ada. Misalnya aktivitas industri akan mendorong tumbuhnya aktivitas perdagangan, perumahan pekerja dan sebagainya serta aktivitas perdagangan dan jasa akan menarik semakin bertambahnya penduduk pendatang yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya aktivitas sosial seperti fasilitas umum untuk dapat melayani kebutuhan penduduk tersebut. Hal tersebut akan semakin menambah konsentrasi aktivitas di sebuah kawasan yang kemudian membentuk pusat-pusat aktivitas baru dengan hirarkinya masing-masing.

(17)

commit to user

Persebaran aktivitas, penambahan jumlah maupun jenis aktivitas industri dan perdagangan-jasa akan membentuk aglomerasi dan membuat perubahan penggunaan lahan non komersil menjadi lahan komersil. Menurut Jayadinata (1999) setiap aktivitas terutama aktivitas ekonomi yang berkembang pasti memerlukan tanah atau ruang. Begitupun dengan aktivitas industri dan perdagangan-jasa apabila semakin berkembang maka akan mempengaruhi penggunaan fungsi untuk lahan lainnya didalam sebuah ruang dan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubaha zona atau kawasan fungsional didalam area tersebut. Kawasan fungsional merupakan hasil dari penggunaan lahan suatu kota yang membentuk pola/zonasi tertentu. Kawasan fungsional diartikan sebagai sebuah kawasan yang memiliki fungsi aktivitas tertentu biasanya sesuai dengan aktivitas dominannya. Menurut Boune (1975:63) industri merupakan salah satu penyebab terjadinya pemusatan dan pembangkit aktivitas yang merupakan salah satu penyebab utama perubahan tata guna lahan. Aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang semakin berkembang akan menghasilkan pola penggunaan lahan yang cenderung ditempati oleh aktivitas industri dan perdagangan-jasa tersebut.

Dengan pesatnya perkembangan aktivitas yang ada maka akan terjadi konsentrasi spasial aktivitas terutama industri dan perdagangan-jasa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Jayadinata (1999:158) penentuan tata guna lahan perkotaan yang diterapkan dalam teori jalur sepusat, teori sektor, dan pusat lipat ganda adalah dihubungkan dengan kegiatan ekonomi terlebih oleh kegiatan ekonomi dengan kekuatan ekonomi tertinggi seperti industri dan perdagangan-jasa karena juga terkait dengan aksesibilitas dan nilai lahan. Begitupun dengan aktivitas perdagangan dan jasa yang juga menarik aktivitas pendukung lainya untuk berlokasi di sekitar aktivitas yang sudah berkembang sehingga terjadi aglomerasi aktivitas yang akan berperan dalam terbentuknya fungsional kawasan yang ada.

Dengan semakin banyaknya aktivitas industri dan perdagangan-jasa pada suatu tempat maka akan mendorong tingkat pelayanan jalan dan sistem transportasi yang harus dapat mendukung perkembangannya. Dengan semakin berkembangnya skala aktivitas tersebut maka jalan-jalan yang ada di sekitarnya akan mengalami penyesuaian karena dilewati oleh kendaraan yang lebih besar dan berasa dari wilayah yang lebih jauh lagi. Unsur utama dari jaringan transportasi didalam struktur ruang kota dalah sistem jaringannya yang dapat menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan agar dapat berjalan dengan mudah. Pola jaringan transportasi dilihat dari dua hal yaitu jaringan jalan dan fungsi jalannya. Akibat dari berkembangnya suatu aktivitas ekonomi sebuah kota, secara dominan akan membentuk sebuah konsentrasi spasial.

(18)

commit to user

Konsentrasi berbagai jenis aktivitas ekonomi terutama yang memiliki kekuatan ekonomi tertinggi seperti industri dan perdagangan-jasa akan menimbulkan penghematan produksi dan transportasi (Adisasmita, 2005:4). Jalan merupakan prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang karena pola yang terbentuk oleh jalan akan mempengaruhi struktur ruang sebuah kota. Jaringan jalan juga dapat memfasilitasi peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga secara ekonomi produk-produk yang dikembangkan dalam aktivitas masyarakat akan lebih kompetitif.

Perkembangan aktivitas dan struktur jaringan jalan yang berkembang disuatu wilayah sebenarnya saling mempengaruhi. Dijelaskan oleh Rustiadi (2009:401) bahwa perkembangan aktivitas seperti halnya aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang kemudian membentuk pusat-pusat aktivitas akan menentukan bagaimana struktur jalan yang terbentuk untuk dapat menghubungkan antar pusat aktivtas-aktvitas tersebut. Dan begitu pula sebaliknya struktur jalan yang terbentuk akan mempengaruhi perkembangan masing-masing pusat aktivitas. Pusat perdagangan, pusat manufakturing dan permukiman penduduk dari berbagai lapisan memerlukan sarana angkutan sebagai bagian dari jaringan komunikasi (Yunus, 2005). Jaringan jalan dan fungsi jalan di suatu kawasan akan mengalami perubahan disebabkan oleh banyaknya pergerakan dan aktivitas apa yang dilayani oleh jalan tersebut. Menurut Levinson (1975) beberapa aktivitas yang berpengaruh terhadap banyaknya produksi perjalanan adalah tempat bekerja, kawasan perbelanjaan, pendidikan, usaha taua bisnis, dan hiburan.

Dengan semakin banyaknya aktivitas yang menghuni suatu kawasan maka akan membangkitkan pergerakan dari maupun ke dalam kawasan tersebut. Aktivitas-aktivitas pendukung lainnya juga akan semakin menambah bangkitan pergerakan. Pergerakan yang terkait dengan aktivitas industri,perdagangan dan jasa diantaranya adalah pergerakan dalam distribusi maupun pemasaran, tenaga kerja, bahan baku serta konsumen. Namun secara keseluran sistem jaringan jalan terbentuk agar dapat menfasilitasi dan mengubungkan antar pusat-pusat aktivitas yang ada.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Pemahaman „peran‟ menurut Kamus besar bahasa indonesia merupakan bagian yang dimainkan oleh seorang pemain atau bisa diartikan sebagai tindakan yang dilakukan pada suatu peristiwa atau mempunyai andil dalam menggerakkan revolusi (perubahan). Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) menyebutkan lima aspek penting dari peran, salah satunya adalah peran dapat dipelajari dengan cepat dan menghasilkan beberapa perubahan terhadap hal-hal tertentu. Peran berbeda dengan pekerjaan namun peran merupakan kontribusi yang dilakukan terhadap suatu pekerjaan atau tugas/fungsi yang dilimiki terhadapnya. Sehingga

(19)

commit to user

untuk melihat peran antara satu hal terhadap hal lainnya dapat diartikan dengan melihat seperti apa kontribusi atau andil yang diberikan oleh satu hal tersebut terhadap hal lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam kajian atau penelitian peran dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dapat membentuk atau membuat perubahan pada kondisi hal lainnya dan masih memiliki hubungan/keterkaitan. Seperti halnya yang akan dikaji dalam penelitian ini, perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa memiliki peran terhadap perubahan struktur ruang kota karena aktivitas tersebut merupakan bagian yang membentuk atau berada di dalam struktur ruang kota. Perkembangan aktivitas ekonomi seperti industri dan perdagangan-jasa juga memiliki peran, salah satunya terhadap keruangan kawasannya. Dalam kasus ini hubungan tersebut dikatakan sebagai peran karena aktivitas ekonomi tersebut merupakan bagian yang membentuk atau memiliki kontribusi terhadap terbentuknya atau berubahnya unsur-unsur struktur ruang, dengan kata lain aktivitas tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur ruang kawasan. Dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa aktivitas industri dan perdagangan-jasa mendorong terbentuknya unsur-unsur pembentuk struktur ruang sehihngga dengan adanya perkembangan pada aktivitas industri dan perdagangan-jasa. Maka secara langsung maupun tidak langsung juga mendorng adanya pergeseran atau perubahan struktur ruang. Sehingga kondisi inilah yang dipahami sebagai peran dari aktivitas industri dan perdagangan-jasa dalam mendorong terjadinya perubahan struktur ruang kawasan.

Selanjutnya untuk dapat melaksanakan penelitian ini terlebih dahulu dilakukan perumusan variabel. Variabel adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk dapat menjalankan penelitiannya. Variabel ini memiliki variasi yang didalam penelitian dapat dipelajari dan ditarik kesimpulan karena merupakan teori yang operasional dengan maksud agar nantinya dapat secara tepat dan terukur diolah maupun dianalisis (Sugiono, 2010). Variabel terdiri dari beberapa macam, diantaranya variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain/ variabel terikat, serta variabel terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Penentuan variabel penelitian ini didasarkan pada dua aspek yaitu perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa serta aspek struktur ruang. Di mana variabel perkembangan merupakan variabel bebas dan variabel struktur ruang merupakan variabel terikat.

Berdasarkan uraian teori yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat dilihat kesimpulan yang ada terkait hubungan antara perkembangan aktivitas industri, perdagangan dan jasa terhadap perubahan unsur-unsur pembentuk struktur ruang. Secara garis besar perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa dapat dilihat melalui beberapa hal yang menjadi penanda perkembangannya antara lain luas lantai aktivitas, jumlah aktivitas, jangkauan

(20)

commit to user

aktivitas, penggunaan lahan, jumlah produksi dan jenis komoditas. Namun dari indikator perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa tersebut yang menjadi lima variabel dalam penelitian ini adalah 1) sebaran aktivitas 2)jumlah aktivitas, 3) luas lantai aktivitas, 4) luas penggunaan lahan, 5) jangkauan aktivitas. Penentuan tersebut didasarkan pada pertimbangan tujuan penelitian, di mana penelitian ini merupakan penelitian spasial sehingga variabel yang digunakan adalah variabel yang memiliki hubungan dengan aspek keruangan dan jumlah produksi serta jenis komoditas tidak memiliki keterkaitan dengan aspek spasial atau keruangam sehingga bukan merupakan variabel yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini.

Terkait aspek selanjutnya dalam menentukan variabel penelitian ini adalah aspek struktur ruang. Struktur ruang dibentuk oleh beberapa unsur pembentuk diantaranya struktur pusat-subpusat, jaringan prasarana, orde perkotaan, sistem jaringan lalu lintas, kegiatan ekonomi skala besar, pusat pelayanan, pusat industri dan perdagangandan lingkungan permukiman serta jaringan transportasi. Dari unsur-unsur yang disebutkan dapat dikelompokan menjadi tiga unsur dominan yang dapat mewakili semua unsur pembentuk struktur ruang tersebut. Di mana ketiga unsur tersebut yaitu 6) pusat aktivitas, 7) kawasan fungsional dan 8) jaringan transportasi merupakan elemen-elemen utama pembentuk struktur ruang.

Penentuan tersebut didasarkan karena struktur pusat subpusat, orde kota dan pusat-pusat yang ada dapat degeneralkan menjadi pusat-pusat aktivitas. Kemudian kegiatan-kegiatan tematik kota seperti kegiatan ekonomi skala besar, lingkungan permukiman dan sebagainya digeneralkan menjadi kawasan fungsional. Serta jaringan prasarana, lalu lintas dan transportasi dapat digeneralkan menjadi jaringan transportasi karena merupakan jaringan yang paling mendominasi pergerakan kota. Berikut proses penentuan variabel penelitian berdasarkan teori yang terkait:

Tabel 2.2 Penentuan Variabel Berdasarkan Sintesis Teori

Aspek : Indikator perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa

Teori Keterangan Variabel penelitian

Zahnd, 1999

Jayadinata, 1999 Adisasmita, 2005

Variabel perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa diambil berdasarkan variabel yang dianggap memiliki kaitan dengan keruangan/fisik kawasan. Karena jumlah produksi dan jenis komoditas mencerminkan pendapatan jadi tidak memiliki keterkaitan dengan fisik ruang kawasan sehingga bukan merupakan variabel

perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa 1. Sebaran aktivitas 2. Jumlah aktivitas 3. Luas lantai aktivitas 4. Luas penggunaan lahan 5. Jangkauan aktivitas Luas lantai kegiatan Jumlah dan persebaran kegiatan Sebaran Jangkauan kegiatan Jumlah produksi Peningkatan luas penggunaan lahan Jenis komoditas

(21)

commit to user

Aspek : Unsur pembentuk struktur ruang

Teori Keterangan Variabel penelitian

Tarigan, 2003 Sinulingga, 2005 Rustiadi, 2009 Pontoh & Kustiwan, 2008 Orde perkotaan Pusat pelayanan Struktur pusat-subpusat Pusat aktivitas

Dari keempat pendapat disamping memiliki kesamaan unsur yaitu pusat aktivitas 6. Pusat aktivitas 7. Kawasan fungsional 8. Jaringan jalan Kegiatan ekonomi secara besar Pusat industri dan perdagangan Kawasan fungsional

Kegiatan ekonomi secara besar, Pusat industri dan perdagangan, Lingkungan permukiman dapat

disatukan menjadi kawasan fungsional yang mewakili setiap fungsi aktivitas. Lingkungan permukiman Sistem jaringan lalu lintas Jaringan transportasi Jaringan prasarana Jaringan jalan

Dari keempat pendapat disamping memiliki kesamaan unsur yaitu jaringan dan yang paling berpengaruh dalam bentuk struktur ruang adalah jaringan jalan

Sumber: Analisis Peneliti dari berbagai sumber, 2014

Selanjutnya setelah didapatkan variabel penelitian dilanjutkan dengan penjelasan secara operasional. Definisi operasional penelitian merupakan penjabaran dari setiap variabel dan konsep penelitian yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengoperasionakan dalam penelitian yang dilakukan di lapangan. Dalam penjelasan dibawah ini akan dijabarkan definisi operasional yang dibagi menjadi dua yaitu perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa serta perubahan struktur ruang kemudian juga dijelaskan operasional masing-masing variabelnya sebagai berikut:

a) Perkembangan Aktivitas Industri dan perdagangan-jasa

Perkembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa di Kawasan Solo Baru yang dilihat berdasarakan keterkaitannya dengan aspek keruangan. Dalam melihat perkembangan yang ada, indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini dilihat secara spasial yang memiliki hubungan dengan unsur-unsur pembentuk struktur ruang kawasan, sehingga perkembangan yang dilihat diantaranya jumlah aktivitas; penggunaan lahan; lantai aktivitas; jangkauan aktivitas. Perkembangan dilihat dalam kurun waktu 12 tahun yaitu dari tahun 2002 hingga 2014.

(1) Sebaran Aktivitas; sebaran terkait lokasi aktivitas merupakan titik-titik persebaran aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang menyebar didalam kawasan

(2) Jumlah Aktivitas; jumlah aktivitas yang dimaksud adalah jumlah unit usaha aktivitas industri, perdaganagn dan jasa yang terdiri dari industri sedang dan besar, pusat

(22)

commit to user

perbelanjaan, mall, departemen store, toko/pertokoan, dealer, perkantoran swasta, perbankan, jasa keuangan, asuransi, hotel, restoran adn salon.

(3) Luas Lantai Aktivitas; luas lantai aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang merupakan lusa area yang dipakai dikalikan dengan jumlah lantai dari setiap unit usaha. (4) Luas penggunaan Lahan; merupakan luas penggunaan lahan untuk aktivitas industri dan

perdagangan-jasa.

(5) Jangkauan Aktivitas; merupakan jangkauan aktivitas yang dilihat dari asal barang atau bahan baku aktivitas industri dan perdagangan-jasa dan target pemasaran atau target konsumen dari setiap unit usahanya.

b) Perubahan Struktur Ruang Kawasan

Struktur ruang kawasan berupa sistem keruangan kawasan yang dalam penelitian ini dilihat dari tiga unsur pembentuk utama yaitu pusat aktivitas, kawasa fungsional dan jaringan jalan. Struktur ruang disini diasumsikan sebuah produk dari proses perkembangan kawasan yang terjadi, sehingga struktur ruang akan secara dinamis mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan elemen pembentuk yang terjadi. Perubahan yang terjadi dari struktur ruang ini bisa mengalami penningkatan maupun penurunan namun yang dalam penelitian ini yang dilihat adalah selisih perubahan yang terjadi antara tahun awal dan tahun akhir sehingga penurunan dan peningkatan yang terjadi dianggap sama atau mutlak (bernilai positif). Perubahan struktur ruang yang diidentifikasi dilihat dari perubahan elemen pembentuknya yaitu pusat aktivitas, kawasan fungsional dan jaringan jalan yang terjadi tahun 2002 dan 2014. (1) Pusat Aktivitas

Pusat aktivitas merupakan titik maupun area didalam suatu kawasan yang menjadi tempat terkonsentrasinya berbagai aktivitas kawasan yang meliputi aktivitas terkait fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Pusat aktivitas juga menjadi pusat pelayanan bagi kawasan sekitarnya berdasarkan orde pusat yang dimiliki.

(2) Kawasan Fungsional

Kawasan fungsional dalam kawasan ini merupakan hasil dari pola penggunaan lahan yang ada yang didalamnya memiliki fungsi dominan aktivitas tertentu. Kawasan fungsional ditentukan oleh banyaknya aktivitas yang membentuk guna lahan tersebut sehingga fungsi didalam zona yang ada mencerminkan aktivitas yang mendominasi didalamnya. Perubahan kawasan fungsional dalam penelitian ini dilihat dari seberapa besar penggunaan lahan non komersil.

(3) Jaringan Jalan

Jaringan jalan merupakan kunci dari berlangsungnya sistem aktivitas suatu kawasan karena jaringan jalanlah yang menghubungkan berbagai aktivitas didalam kawasan.

(23)

commit to user

Jaringan jalan terbentuk menyesuaikan persebaran aktivitas yang ada serta jangkauan yang harus dijangkau oleh aksesibilitas. Perubahan jaringan jalan dilihat berdasarkan pola jalan dan fungsi jalan yang membentuk kawasan, dan secara kuantitatif dilihat dengan mengidentifikasi berapa jumlah ruas jalan yang mengalami perubahan fungsi jalan.

Lebih lanjut definisi operasional di atas digambarkan dalam tabel berikut untuk mengetahui konsep operasional peran yang terjadi diantara variabel-variabel penelitian:

Tabel 2.3 Konsep Peran Antar Variabel Penelitian

Indikator Perkembangan

Aktivitas IPJ

Peran terhadap unsur penbentuk struktur ruang

Pusat aktivitas Kawasan Fungsional Jaringan Jalan Sebaran

aktivitas

Peningkatan sebaran lokasi aktivitas indutsri perdagangan dan jasa akan membentuk pola tertentu yang mendorong munculnya pengelompokan aktivitas sehingga membentuk pusat aktivitas kawasan

(Adisasmita, 2005)

Peningkatan sebaran aktivitas akan diikuti oleh perubahan penggunaan lahan sesuai dengan aktivitas yang bertambah sehingga akan mendorong terbentuknya pola penggunaan lahan yang berubah

(Jayadinata, 1999:1367)

Meningkatnya lokasi aktivitas akan menarik pergerakan yang semakin ramai sehigga perlu diimbangi dengan kapasitas jalan yang memadai sehingga dapat mendorong terbentuknya jalan baru maupun penigkatan fungsi jalan

(Adisasmita, 2005) Jumlah

aktivitas

Konsentrasi aktivitas ekonomi akan mengikuti konsentrasi sarana aktivitas perkotaan sehingga dengan peningkatan jumlah aktivitas pada sebuah kawasan akan mendorong perubahan terhadap hirarki pusat yang ada dan bahkan dapat mendorong terbentuknya pusat aktivitas baru pada suatu kawasan. (Christaller dalam Tarigan, 2005)

Peningkatan jumlah kegiatan IPJ akan mendorong

tumbuhnya aktivitas pendukung lain

untuk tinggal di sekitar area tersebut dengan berbagai alasan sehingga penggunaan lahan pada kawasan tersebut akan mengalami perubahan sesuai tuntutan kebutuhan aktivitas pendukungnya (Jayadinata, 1999:158)

Meningkatnya jumlah kegiatan aktivitas IPJ akan diikuti dengan meningkatnya jumlah massa yang melakukan pergerakan pada suatu kawasan sehingga dapat mendorong perubahan fungsi jalan dan pola jaringan jalan yang ada

(Adisasmita, 2005:4)

Luas lantai Kegiatan

Pusat kota ditandai oleh bangunan-bangunan yang tinggi Meningkatnya luas lantai kegiatan aktivitas IPJ baik secara vertikal maupun horizontal akan menarik konsentrasi aktivitas pada suatu area karena secara vertikal bobot konsentrasi aktivitas IPJ tersebut tinggi sehingga akan mendorong konsentrasi aktivitas kawasan tersebut juga tinggi.

(Adisasmita, 2005:83)

Peningkatan luas lantai kegiatan akan diikuti oleh munculnya kegiatan

pendukung di sekitar aktivitas IPJ tersebut seperti semakin luasnya lantai kegiatan IPJ akan mendorong pendatang (penduduk dan pekerja) untuk tinggal di sekitar area tersebut dengan berbagai alasan sehingga penggunaan lahan pada kawasan tersebut akan mengalami perubahan sesuai tuntutan kebutuhan aktivitas pendukungnya

(Zahnd, 1999)

Meningkatnya luas lantai kegiatan aktivitas IPJ akan mendorong meningkatnya pergerakan pada suatu titik pusat kegiatan sehingga dapat merubah kelas jalan dan pola jaringan jalan yang ada karena bisa saja ada penambahan jalan baru lagi

(Zahnd, 1999)

Luas penggunaan lahan

Peningkatan penggunaan lahan sebagai dampak dari aktivitas IPJ akan menarik fasilitas pendukung perkotaan untuk berlokasi di sekitarnya dan menambah banyaknya aktivitas yang terkonsentrasi sehingga dapat mendorong terbentuknya pusat aktivitas baru ataupun

Peningkatan luas penggunaan lahan IPJ akan menarik datangnya aktivitas baru untuk menempati di sekitar area tersebut sehingga penggunaan lahan kawasan tersebut akan mengalami perubahan sesuai tuntutan kebutuhan aktivitas

Meningkatnya jumlah kegiatan aktivitas IPJ akan diikuti dengan meningkatnya jumlah massa yang melakukan pergerakan pada suatu kawasan sehingga dapat mendorong perubahan fungsi jalan dan pola jaringan jalan yang ada

(24)

commit to user meningkatkan hirarki pusat

aktivitas tersebut (Parr:1999) pendukungnya (Zahnd, 1999) Jangkauan aktivitas

Pusat aktivitas merupakan area yang ditempati oleh aktivitas-aktivitas yang memiliki pelayanan luas, berdasarkan luas jangkauan tersebut hirarki pusat aktivitas dapat ditentutan sehingga dengan peningkatan jangkauan pelayanan aktivitas akan mendorong sebuah pusa aktivitas memiliki hirarki yang lebih tinggi

(Rustiadi, 2009:401)

Peningkatan jangkauan pelayanan kegiatan IPJ akan mendorong skala kawasan yang lebih tinggi lagi sehingga aktivitas/fasilitas pelayanan baru yang memiliki hirarki lebih tinggi akan muncul dan ikut menentukan kawasan fungsional yang terbentuk (Boune; 1975)

Meningkatnya jangkauan pelaynan IPJ akan diikuti dengan meningkatnya jumlah arus pergerakan karena interaksi yang terjadi lebih banyak dan jauh lagi sehingga dapat mendorong perubahan fungsi jalan dan pola jaringan jalan yang terbentuk

(Rustiadi, 2009)

Sumber: Interpretasi Peneliti dari berbagai sumber teori, 2014

Untuk lebih memudahkan bagaimana melihat hubungan antar variabel yang telah dirumuskan, maka akan dijabarkan sebagai berikut. Struktur ruang merupakan sebuah produk sekaligus proses yang terjadi seiring dengan perkembangan kotanya. Terdapat tiga hal yang berperan dalam membentuk struktur ruang antara lain 1) Sistem Aktivitas, 2) sistem pembangunan, 3) sistem lingkungan. Ketiganya memiliki andil masing-masing dalam mempengaruhi perubahan yang terjadi dalam struktur ruang kota, namun sistem aktivitas merupakan faktor paling dominan diantara ketiganya. Hal ini dikarenakan aktivitas terjadi karena kebutuhan masyarakat kota yang semakin bertambah dan beragam sehingga menentukan bentuk dari unsur-unsur pembentuk struktur ruang seperti pusat aktivitas, kawasan fungsional dan jaringan jalan. Sistem pengembangan dan sistem lingkungan juga memiliki peran dalam membentuk ketiga unsur struktur ruang tersebut namun karena keterbatasan maka peran yang dimiliki tidak sedominan dari sistem aktivitas. Selain itu sistem pengembangan dan lingkungan bukan merupakan bagian dari studi perencanaan wilayah dan kota sehingga tidak diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya sistem aktivitas sendiri memiliki banyak sub aktivitas yang berkembang di suatu kota seperti sosial, budaya, politik dan ekonomi. Tetapi besarnya aktivitas-aktivitas yang ada tersebut tidaklah sama, karena masing-masing aktivitas memiliki nilai pertumbuhannya sendiri. Aktivitas ekonomi memiliki nilai pertumbuhan tertinggi karena merupakan aktivitas yang melayani kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa sehingga akan selalu tumbuh seiring pesatnya pertumbuhan penduduk.

Fokus dari penelitian ini terbatas pada pengkajian peran aktivitas saja dengan aktivitas yang dilihat adalah aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang merupakan aktivitas dominan kawasan dan memiliki peran lebih daripada aktivitas yang lain karena kekuatan ekonomi yang besar. Pertimbangan dalam pembatasan fokus penelitian di atas adalah 1) perkembangan aktivitas ekonomi merupakan cerminan perkembangan kota, 2) aktivitas ekonomi merupakan aktivitas dominan, 3) perkembangan aktivitas ekonomi lebih dinamis dibandingkan sistem

(25)

commit to user

pembangunan dan lingkungan sehingga perkembangannya memiliki peran yang lebih terhadap perubahan struktur ruang.

Aktivitas industri dan perdagangan-jasa dikatakan sebagai aktivitas paling dominan dalam perubahan struktur ruang disebabkan oleh berbagai hal. Perubahan struktur ruang kawasan dibentuk oleh adanya aktivitas yang berkembang, di mana aktivitas dominan yang berkembang dan merupakan cerminan dari perkembangan kawasan adalah aktivitas ekoonmi yang terwakilkanoleh aktivitas industri dan perdagangan-jasa yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar. Aktivitas tersebut dengan kekuatan ekonomi besar mampu menarik aktivitas-aktivitas sejenis maupun mendorong munculnya aktivitas lain sehingga terjadilah aglomerasi yang menyebabkan terbentuknya fungsi-sungsi pelayanan atau pusat aktivitas kemudian dengan adanya kawasan dengan fungsi tertentu dan pusat aktivitas baru makan terjadilah peningkatan pergerakan didalam kawasan yang berperan terhadap perubahan jaringan jalannya. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bahwa aktivitas industri dan perdagangan-jasa memiliki peran yang signifikan dibandingkan aktivitas yang lain dalam mendorong perubahan unsur-unsur struktur ruang.

Berikut gambaran dari kerangka pikir pikir penelitian ini yang menunjukan sistem aktivitas ekonomi yang menjadi payung dari perkembangan aktivitas ekonomi (industri dan perdagangan-jasa) memiliki peran lebih dominan dan menjadi fokus penelitian ini, maka penggambarannya sebagai berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian Sumber: Analisis peneliti, 2014

Dari penjabaran dan penggambaran di atas, kajian penelitian ini adalah mencari bagaimana peran tersebut dilihat dari temuan spasial yang ada dari perkembangan aktivitas industri dan perdagangan-jasa terhadap perubahan struktur ruang Kawasan Solo Baru. Secara

 Sosial  Budaya  Politik  Ekonomi Perkb. Aktv. IPJ Jangkauan Penggunaan Lahan Luas Lantai Kegiatan Jumlah Kegiatan Lokasi aktivitas  Pusat Aktivitas  Kawasan Fungsional  Jaringan  Jalan

Sistem Aktivitas Struktur Ruang

Gambar

Tabel 2.1 Jenis Aktivitas Industri dan perdagangan-jasa  Aktivitas Industri
Gambar 2.1 Indikator Perkembangan Aktivitas Industri dan Perdagangan-jasa
Gambar 2.2 Analogi Hierarki Struktur Ruang Kota
Gambar 2.3 Unsur-unsur Pembentuk Struktur Ruang
+5

Referensi

Dokumen terkait

(3) wawancara. Metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap kinerja lulusan pelatihan pada pekerjaan yang sebenarnya, merupakan pendekatan paling efektif

Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah atau dikurang dengan biaya

Pasal 10 : Perjalanan Dinas Pasal 10 : Perjalanan Dinas Ayat (4) dalam Kode Etik Lama tidak lagi ada dalam Kode Etik Baru terkait Perjalanan Dinas yang dibiayai oleh pengundang

Guru sejatiku mengatakan, memang tidak mudah menjalani jalan dharma, menuntun orang dan memberi petunjuk pada mereka tidak pernah ada habisnya, satu masalah teratasi datang masalah

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Hosting dan Domain akan langsung diperpanjang setelah pembayaran diterima antara Jam 6.00 WIB- 23.00 WIB, tidak berlaku jika sedang ada maintenance dari Bank

disimpulkan bahwa secara sah dalam peraturan Hukum Laut Internasional atau UNCLOS 1982 yang merujuk pada status Indonesia sebagai negara Kepulauan berdasarkan

Dalam penelitian ini hasil wawancara akan diolah menggunakan salah satu metode untuk membangun sebuah sistem pakar yaitu metode forwad chainng sebagai penelusuran aturan yang