• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PERKEMBANGAN DAN KUALITAS BUAH TIGA AKSESI JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm.) Merr.) DADANG HERMANSYAH A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN PERKEMBANGAN DAN KUALITAS BUAH TIGA AKSESI JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm.) Merr.) DADANG HERMANSYAH A"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PERKEMBANGAN DAN KUALITAS BUAH

TIGA AKSESI JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm.) Merr.)

DADANG HERMANSYAH

A24120089

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Perkembangan dan Kualitas Buah Tiga Aksesi Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2017

Dadang Hermansyah NIM A24120089

(4)
(5)

ABSTRAK

DADANG HERMANSYAH. Perbandingan Perkembangan dan Kualitas Buah Tiga Aksesi Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burn.) Merr.). Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO.

Pamelo (Citrus maxima (Burn.) Merr.) telah dibudidayakan di berbagai wilayah Indonesia, namun pengembangan pamelo di Indonesia masih sangat terbatas. Upaya pengembangan pamelo diarahkan pada ketersediaan kultivar unggul. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi perbedaan perkembangan dan kualitas buah pada tiga aksesi jeruk pamelo. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan IPB dari bulan Desember 2015 sampai Juli 2016. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu aksesi (aksesi 1, aksesi 2, dan aksesi 3) yang terdiri atas 3 ulangan. Hasil penelitian menujukkan bahwa perbedaan diameter dari aksesi 1 secara signifikan lebih tinggi dari aksesi lainnya pada akhir pengamatan. Semua aksesi menunjukkan bahwa diameter buah terus meningkat di perkembangan awal namun perkembangan buah semakin lambat pada periode pematangan. Aksesi 1 juga menunjukkan hasil nyata lebih tinggi pada volume dan bobot buah dibanding aksesi lainnya namun pada kelunakan buah aksesi 1 berbeda nyata lebih rendah dibanding aksesi 3. Aksesi 2 merupakan aksesi dengan tebal kulit buah paling tinggi dibanding aksesi 1 dan 3. Kandungan jus buah pada aksesi 1 berbeda nyata lebih tinggi dibanding aksesi 3 namun tidak berbeda dengan aksesi 2. Kandungan asam/ATT pada aksesi 2 paling tinggi dibanding aksesi lainnya. Aksesi 1 memiliki rasio PTT/ATT lebih tinggi dibanding aksesi 2 dan 3. Perbedaan aksesi tidak menunjukkan hasil berbeda nyata pada bagian dapat dimakan, pigmen klorofil kulit buah, dan kandungan gula/PTT. Aksesi 1 adalah aksesi terbaik berdasarkan kriteria ukuran buah, kandungan jus, dan rasa buah yang memiliki kadar asam paling rendah.

(6)
(7)

ABSTRACT

DADANG HERMANSYAH. Comparison of Development and Quality of Fruit on Three Accession Pummelo Orange (Citrus maxima (Burn.) Merr.). Supervised by SLAMET SUSANTO.

Pummelo (Citrus maxima (Burn.) Merr.) has been cultivated in some areas of Indonesia, but pummelo development in Indonesia is still very limited. Pummelo development efforts are directed to the availability of superior cultivars. The objective of this research was to gain information about developmental and quality differences of fruit on three pummelo accession. This research was conducted at Cikabayan IPB from December 2015 to July 2016. The experiment used a randomized complete block design (RKLT) with single factor named accession (accession 1, accession 2 and accession 3) consisting of three replication. The results showed different diameter of accession 1 was that significantly higher than the other accessions. All accessions showed that fruit diameter continued to increase in early development but fruit grew slowly in the maturity period. Accession 1 also showed a higher different in fruit volume and weight than the other accessions, but in the smoothness of accession 1 differ markedly lower than the accession 3. Accession 2 a pul thickness of accession with the highest compared accession 1 and 3. The content of fruit juice on a different accession 1 were significantly higher than the accession 3 but not different with the accession 2. The content of the acid (ATT) on accession 2 is higher compared to the other accessions. Accession 1 had a higher ratio of PTT/ATT than the accession 2 and 3. Differences accession did not show significantly different on the edible portion, chlorophyll content and sugar content (PTT). Accession 1 is the best accession based on the criteriaof fruit size, juice content, and fruit flavor which has the lowest acid content.

(8)
(9)

PERBANDINGAN PERKEMBANGAN DAN KUALITAS BUAH

TIGA AKSESI JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm.) Merr.)

DADANG HERMANSYAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 sampai Agustus 2016 ini adalah jeruk pamelo, dengan judul Perbandingan Perkembangan dan Kualitas Buah Tiga Aksesi Jeruk Pamelo (Citrus Maxima (Burm.) Merr.).

Terima kasih penulis ucapkan kepada

1. Kedua orang tua tercinta Anda Suhanda dan Siti Mariah serta sanak keluarga atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan

2. Bapak Prof Dr Ir Slamet Susanto M.Sc. selaku pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diseleseikan

3. Bapak Milin dan staf kebun percobaan Cikabayan yang membantu dalam memelihara tanaman penelitian yang digunakan.

4. Ibu Ismi laboran di laboratorium Pasca Panen yang membantu dalam pengamatan uji kualitas.

5. Teman-teman OMDA Himaga yang selalu memberi doa dan dukungan. 6. Teman-teman Lotus Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB angkatan

49 dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi dalam penulisan ilmiah.

Bogor, Mei 2017

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Jeruk Pamelo (Citrus maxima Burn.) Merr.) 2

Syarat Tumbuh Jeruk Pamelo 3

Perkembangan Buah Jeruk Pamelo 3

Evaluasi Kualitas Buah 4

Kultivar Jeruk Pamelo 4

METODE PENELITIAN 5

Tempat dan Waktu 5

Bahan dan Alat 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

Prosedur Percobaan 6

Pengamatan Percobaan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Perkembangan Buah Jeruk Pamelo 8

Kualitas Buah Jeruk Pamelo 9

Kesimpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

(16)
(17)

3

DAFTAR TABEL

1. Rata-rata kemulusan, kelunakan, dan volume buah 10

2. Rata-rata bobot buah, tebal kulit buah, dan BDD 11

3. Rata-rata kandungan klorofil kulit buah jeruk pamelo 11

4. Rata-rata kandungan jus, padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total

(ATT), dan rasio PTT/ATT 12

DAFTAR GAMBAR

1. Perkembangan diameter melintang buah jeruk pamelo 8

2. Penampakan penampang luar dan potongan melintang buah pamelo tiga

aksesi berbeda 9

3. Perbandingan ukuran buah jeruk pamelo pada tiga aksesi berbeda 10

4. Penampilan warna kulit buah jeruk pamelo pada tiga aksesi berbeda 12

5. Penampilan warna daging buah/jus buah jeruk pamelo tiga aksesi berbeda 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data iklim bulan Desember 2015 hingga April 2016 19

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jeruk pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) merupakan tanaman buah asli Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi. Jeruk pamelo tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan memiliki beragam kultivar diantaranya Bali Merah, Cikoneng, Nambangan, Raja, Ratu, dan Pangkep. Plasma nutfah pamelo sangat beragam di Indonesia dengan nama daerah berbeda. Hanya beberapa kultivar jeruk pamelo yang dikembangkan padahal tidak kurang dari 24 kultivar pamelo yang telah dikenal masyarakat. Kultivar yang diproduksi secara komersial, antara lain 'Magetan', 'Nambangan', 'Raja', 'Ratu' dan 'Sri Nyonya'. Magetan, Sumedang dan Pangkep merupakan sentra utama jeruk pamelo (Rahayu, 2012).

Jeruk pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) dianggap sebagai salah satu dari tiga jenis jeruk yang asli disamping Citrus medica dan Citrus reticulata (Hynniewta et al. 2011). Jeruk pamelo tumbuh di daerah tropis sehingga jeruk pamelo potensial untuk dikembangkan di Indonesia namun produksinya masih fluktuatif, hal ini ditunjukkan pada produksi tahun 2011-2015 secara berurutan sebesar 97.069 ton, 113.388 ton, 106.344 ton, 141.296 ton, dan 111.753 ton (BPS, 2016). Berukuran besar, memiliki rasa segar, dan daya simpan yang lama sampai 4 bulan merupakan ciri khas dari jeruk pamelo (Susanto, 2004).

Kultivar unggul jeruk pamelo yang dirakit dan/atau diseleksi dari berbagai aksesi plasma nutfah yang tersedia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan jeruk pamelo. Rahayu (2012) melaporkan bahwa kultivar ‘Nambangan’ merupakan salah satu kultivar jeruk pamelo yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Toh et al. (2013) menyatakan bahwa jeruk pamelo mengandung beberapa senyawa antioksidan yang cukup tinggi, seperti senyawa fenol dan flavonoid. Memiliki warna jus merah, rasa getir rendah, mudah dikupas dan tidak berbiji merupakan kriteria buah jeruk pamelo yang potensial dikembangkan.

Jeruk pamelo mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, namun pengembangannya masih terbatas. Menurut Rahayu (2012) upaya pengembangan pamelo diarahkan pada ketersediaan kultivar unggul yang menghasilkan buah tanpa atau sedikit biji, keragaan bibit yang baik, serta potensi pembungaan yang memadai untuk menjamin produktivitas dan kualitas buah yang tinggi. Kultivar unggul dapat diperoleh melalui seleksi plasma nutfah, hasil persilangan maupun pemanfaatan bioteknologi. Identifikasi perbedaan antar aksesi pamelo dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri buahnya, antara lain ukuran dan bentuk buah, bentuk ujung dan pangkal buah, warna dan tekstur flavedo (epicarp), ketebalan dan warna albedo (mesocarp), warna endokarpium, warna dan rasa vesicula atau daging buah, aroma minyak atsiri, jumlah buah per pohon dan jumlah biji pada setiap buah (Suharsi, 2000).

(20)

2

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi perkembangan dan kualitas buah pada tiga aksesi jeruk pamelo yang berbeda.

Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan perkembangan dan kualitas buah antar tiga aksesi yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jeruk Pamelo (Citrus maxima Burn.) Merr.)

Pamelo (Citrus maxima (Bunn.) Merr.) memiliki sinonim C. grandis (L.) Osbeck, C. decumana L., C. aurantium var.grandis L. dan C. aurantium var. decumana L. (Manner et al., 2006). Pamelo termasuk ke dalam famili Rutaceae. Menurut Mabberley (1997) pamelo merupakan salah satu dari tiga spesies asal jeruk, disamping dua spesies jeruk lainnya yaitu C. medica L. (citron) dan C. reticulata Blanco (mandarin).

Tanaman pamelo berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 15 meter. Batang pamelo kuat, dengan diameter 10-30 cm. Kulit batang agak tebal, bagian luar berwarna coklat kekuningan dan bagian dalam kuning. Dahan muda bersudut setelah tua membulat dan berwarna hijau tua. Tajuk pohon agak rendah tidak beraturan. Cabang pamelo bersilangan satu sama lain dan ujungnya merunduk. Dahan dan cabang ada yang berduri banyak dan ada yang tidak berduri (Niyomdham 1992).

Daun pamelo berbentuk telur sampai jorong dengan ukuran 5-20 cm x 2-12 cm. Pangkal daun membundar sampai menjantung, tepi daun rata sampai bergerigi dangkal, dan ujung daun lancip sampai tumpul. Permukaan daun terdapat bintik-bintik kelenjar minyak. Tangkai daun pamelo bersayap yang lebarnya dapat mencapai 2 cm, berwarna hijau kekuningan, helai dau bagian bawah berbulu, berwarna agak suram (Niyomdham 1992).

Bunga pamelo berbau harum, tunggal atau terdiri atas 2-10 kuntum bunga di ketiak daun atau kadang-kadang berjumlah 10-15 kuntum di ujung cabang. Mahkota bunga pamelo berjumlah 4-5 helai, berwarna putih-kekuningan, panjang 1,5-3,5 cm, berbulu halus pada bagian luar. Benang sari berwarna putih, sedangkan serbuk sari jingga (Morton 1987). Kotak sari bunga pamelo terletak berhadapan dengan permukaan kepala putik dan dapat melepaskan serbuk sarinya sebelum kuncup bunga mekar. Bunga jeruk mekar pada pagi hingga sore dan mencapai puncaknya pada tengah hari. Kepala putik sudah reseptif sebelum bunga mekar (Ashari 2004).

Bunga jeruk bersifat pentamerous (berbilangan lima) dan hermaprodit. Tangkai bunga memiliki dua daerah absisi, yaitu pada axil dan yang lain dekat

(21)

3

dengan kelopak bunga (Ortiz 2002). Bunga jeruk dibedakan atas bunga tanpa daun (leafless bloom) dan bunga berdaun (leafy bloom). Bunga berdaun cenderung

mampu membentuk buah (fruit set) lebih tinggi dibanding bunga tanpa daun.

Pamelo biasanya menghasilkan banyak bunga pada musim utama, yang jumlahnya bergantung pada aksesi, umur pohon dan kondisi lingkungan. Walaupun demikian persentase fruit set relatif rendah, berkisar 0.8-1.1% pada bunga tidak berdaun dan 4.8 – 6.0% pada bunga berdaun (Nakajima et al. 1993).

Buah pamelo berukuran besar dengan diameter rata-rata 15-22 cm, bahkan ada yang lebih dari 30 cm, dengan warna kulit hijau kekuningan. Daging buah berwarna putih, kekuningan atau merah muda. Bobot buah rata-rata sekitar 1-2 kg, kadang-kadang dapat mencapai 9 kg (Christman 2008). Biji pamelo tidak banyak, berukuran besar dengan permukaan keriput, warnanya kekuningan dan memiliki embrio tunggal (Niyomdham 1992).

Syarat Tumbuh Jeruk Pamelo

Jeruk pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) berasal dari Asia Tenggara dan telah diintroduksi ke Cina (Blench 2008). Di Indonesia, sentra produksi pamelo utama terdapat di Kabupaten Magetan, sedangkan sentra produksi potensial antara lain di Kabupaten Sumedang, Pati, Kudus, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan Bireun (Aceh) (Kalsum, 2015).

Jeruk pamelo dapat tumbuh di dataran rendah tropis dengan ketinggian ≤400 meter di atas permukaan laut (m dpl). Kelembaban dan suhu juga berpengaruh pada pertumbuhan pohon jeruk pamelo. Kelembaban udara rata-rata yang cocok untuk ditanami jeruk pamelo adalah 50-85%. Suhu yang dibutuhkan

tanaman ini 25-30 oC dengan curah hujan tahunan 1.500 sampai 1.800 mm.

Tanaman jeruk pamelo dapat tumbuh baik pada tanah pasir sampai liat dengan tekstur sedang dan tidak mengandung salinitas yang tinggi (Cayabyab 2004).

Perkembangan Buah Jeruk Pamelo

Waktu bunga mekar/antesis terjadi proses penyerbukan. Menurut Rahayu (2012) semua kepala putik sudah reseptif pada stadia balon, yang ditandai dengan permukaannya yang lengket, karena eksudat yang dikeluarkan oleh kepala putik. Distefano et al. (2011) melaporkan bahwa polen bunga jeruk berkecambah pada permukaan stigma lalu mencapai bagian sel papilla dari ovul. Setelah itu, sel papilla semakin membesar hingga dua kali lipat dari ukurannya pada saat antesis. Sementara itu dinding lokul berkembang menjadi daging buah (pulp).

Setelah terjadi polinasi maka periode antesis berakhir, selanjutnya hormon endogenous giberelin akan menurun, sehingga mahkota bunga akan rontok dan ovul berdiferensiasi menjadi bakal buah. Bakal buah yang bertahan akan berkembang menjadi buah. Goldschmidt 1999, Iglesias et al. 2007 dan Nebauer et al. 2011 menyatakan bahwa tidak hanya hormon yang menginduksi pertumbuhan dan perkembangan buah melainkan juga nutrisi dan karbohidrat. Ketersediaan karbohidrat adalah faktor pembatas utama untuk mendukung pembesaran buah.

(22)

4

Evaluasi Kualitas Buah

Evaluasi agronomi ditujukan untuk mempermudah pemanfaatan plasma nutfah berdasarkan sifat agronomi, antara lain berupa kualitas buah. Kualitas buah yang diamati dapat berupa kandungan minyak esensial pada kulit buah, kandungan asam tertitrasi total (ATT), gula, pH, nisbah padatan terlarut total (PTT)/ATT dan kandungan asam askorbat buah (IPGRI, 1999). Disamping itu evaluasi kegetiran (bitterness) merupakan hal penting pada pamelo, karena rasa getir mempengaruhi kesukaan konsumen terhadap pamelo dan prospek pemanfaatannya dalam industri jus (Rahayu, 2012). Karakteristik komoditas hortikultura diantaranya mudah rusak dan dikonsumsi segar. Kualitas buah merupakan syarat utama permintaan pasar. Nilai konsumen terhadap atribut yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian buah jeruk adalah penampilan, rasa, warna, ukuran dan aroma buah. Buah jeruk lokal memiliki kelemahan dibanding buah jeruk impor yaitu buah yang tidak seragam baik dari warna dan rasa, bahkan tidak jarang ukuran juga ditemukan tidak seragam di pasaran (Riska, 2012).

Hasil penelitian Mahardika dan Susanto (2003) pada pamelo ‘Sri Nyonya’, ‘Nambangan’ dan ‘Bali Merah’ menunjukkan ‘Sri Nyonya’ memiliki kandungan PTT relatif lebih tinggi dibanding ‘Nambangan’ dan ‘Bali Merah’. Nisbah PTT/ATT ‘Nambangan’ dan ‘Bali Merah’ lebih tinggi dibanding ‘Sri Nyonya’. Kualitas buah juga berhubungan dengan warna jus dan rasa getir. Buah jeruk pamelo dengan warna jus merah memiliki kandungan fenolik total dan karotenoid lebih tinggi dibandingkan yang warna jusnya putih, sehingga merupakan sumber antioksidan yang baik dan lebih efisien dalam menangkap berbagai bentuk radikal bebas (Tsai et al., 2007). Naringin merupakan salah satu flavonoid yang menyebabkan rasa getir pada pamelo. Naringin merupakan senyawa flavonoid berkhasiat sebagai antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas, pengkelat logam seperti tembaga dan besi, anti-inflammatory, anti alergi, anti kanker dan anti virus (Silalahi, 2002). Rahayu (2012) melaporkan bahwa kandungan naringin

jeruk pamelo kultivar Nambangan sebesar 273.3 μg ml-1

. Ryugo (1988) menambahkan bahwa rasio PTT:ATT merupakan kriteria penting untuk pemanenan anggur dan jeruk. Rasio PTT:ATT meningkat selama pematangan dan ini dapat dijadikan sebagai indikator kesukaan konsumen. Peningkatan nilai PTT yang terjadi dalam buah selama proses menuju masak (ripening) karena buah terus mengalami reaksi metabolisme selama proses penyimpanan.

Kultivar Jeruk Pamelo

Di Indonesia terdapat banyak kultivar pamelo namun hanya beberapa kultivar unggul yang dikembangkan antara lain kultivar Nambangan, Bali Merah, Srinyonya, Cikoneng ST, Pangkajene Putih dan Jawa. Kultivar yang banyak dibudidayakan di sentra pamelo yaitu kultivar Nambangan di Kabupaten Magetan. Jeruk pamelo kultivar Nambangan berasal dari daerah Nambangan, yaitu sebuah kelurahan di Kodya Madiun, Jawa Timur (Pangestuti et al., 2004).

Kultivar pamelo juga terdapat dibeberapa negara diantaranya kultivar Banpeiyu (asal Malaya, diintroduksi ke Taiwan dan Jepang), Chandler (berkembang di India dan California), Hirado (Jepang), Dang Ai Chaa, Hoem Bai Toey, Kao Lang Sat, Kao Pan, Kao Phuang, Kao Ruan Tia, Kao Yai, Khun Nok,

(23)

5

Thong Dee (Thailand), Siamese Sweet (diintroduksi oleh USDA dan ditanam di California), Tahitian (diduga berasal dari Kalimantan dibawa ke Tahiti kemudian Hawaii) dan Tresca (dari Bahama ditanam secara komersial di California) (Morton, 1987).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Bawah University Farm, Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Pasca panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Juli 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman jeruk pamelo tiga aksesi berbeda yang telah berproduksi untuk kedua kalinya, plastik pemberongsong, pupuk NPK 15:15:15, pupuk kandang dan senyawa kimia dalam analisis jeruk pamelo. Tinggi tanaman jeruk pamelo mencapai ± 4 m dengan jarak tanam 4 x 3 m. Jenis pembungkus yang digunakan adalah kantong plastik ukuran 24 cm berwarna bening. Plastik pemberongsong dilubangi sebanyak 11 lubang pada bagian bawahnya dengan diameter ± 0,5 cm untuk sirkulasi udara.

Peralatan yang digunakan meliputi timbangan analitik, jangka sorong, hand refraktrometer Atago DUE-PSH 10, penetrometer controller MK VI, centrifuge 5410, spektrofotometer Schimadzu UV-1 800, vortex, kamera, alat-alat pertanian, dan alat-alat dalam analisis kimia.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan analisis menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu aksesi ( aksesi 1, aksesi 2, dan aksesi 3). Tiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan dengan tiap unit percobaan menggunakan 10 buah jeruk pamelo.

Persamaan regresi pada percobaan ini adalah sebagai berikut: Yij = μ + αi + ßj+ εij

Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ : Rataan umum

αi : Pengaruh perlakuan aksesi ke-i (i=1, 2, dan 3) ßj : Pegaruh ulangan ke-j (j=1, 2, dan 3)

(24)

6

Prosedur Percobaan Pemeliharaan dan Pemanenan

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan pemeliharaan tanaman jeruk pamelo. Pemeliharaan tersebut meliputi pengendalian gulma dan pemupukan. Pemupukan NPK dilakukan pada awal musim berbunga dengan dosis sebanyak 1 kg per pohon, sedangkan pupuk kandang 12 kg per pohon per tahun. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis selama penelitian. Penelitian ini mencakup pengamatan perkembangan dan kualitas buah. Pengamatan perkembangan buah dilakukan pada saat tanaman berbuah sedangkan pengamatan kualitas buah setelah buah dipanen. Pemilihan cabang sampel untuk dilakukan pengaturan nisbah jumlah daun:buah (nisbah jumlah daun diseragamkan 100:1) pada saat buah berumur 3 minggu setelah antesis (MSA). Pemilihan cabang sampel dilakukan pada cabang tersier terpilih yang memiliki diameter pangkal cabang yang relatif sama, yakni ± 1,5 cm. Pemberongsongan buah dilakukan pada saat buah berumur 4 MSA dengan diameter buah ± 3.5 cm. Semua buah jeruk pamelo dipanen pada umur 19 MSA.

Analisis Kimia Buah Jeruk Pamelo

Analisis kimia dilakukan untuk memperoleh informasi kualitas buah. Analisis kimia yang dilakukan yaitu meliputi kualitas eksternal buah dan kualitas internal buah. Pengamatan kualitas eksternal buah meliputi pigmen kulit buah, kemulusan, kelunakan buah, bobot buah, volume buah, tebal kulit buah, dan bagian dapat dimakan. Pengamatan kualitas internal buah meliputi kandungan jus buah, padatan larutan total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan nisbah PTT/ATT.

Pengamatan Percobaan

Peubah pengamatan penelitian yang akan dilakukan ini meliputi: a. Selama perkembangan buah

 Pengukuran diameter buah : pengamatan pengukuran diameter buah

dilakukan pada sisi melintang (diameter melintang) b. Panen

Pengamatan panen dilakukan pada kualitas eksternal dan internal buah. 1. Kualitas ekstenal buah, meliputi:

 Pigmen kulit buah

Pigmen kulit buah jeruk pamelo terdiri atas klorofil dan karotenoid. Menurut Sims dan Gamon (2002) kandungan klorofil total dan karotenoid diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri. Sampel yang digunakan adalah lapisan flavedo kulit jeruk pamelo 0,12 g ditambahkan 2 ml asetris (85% aseton+15% tris) lalu gerus dan bilas mortar dengan 1 ml asetris. Setelah itu masukkan ke dalam microtube kemudian sampel tersebut di sentrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm selama 10 detik. Pindahkan 1 ml supernatan dan 3 ml asetris dalam cuvet, selanjutnya

diukur kandungan klorofil dengan alat spektrofotometer pada panjang

gelombang 470 nm, 537 nm, 647 nm, dan 663 nm. Setelah didapat nilai absorbansi, kandungan klorofil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(25)

7

Klorofil a = 0,01373*A663 – 0,000897*A537 – 0,00305*A647 Klorofil b = 0,02405*A647 – 0,004305*A537 – 0,00551*A663

 Kemulusan

Tingkat kemulusan kulit buah diamati dengan cara skoring (Kalsum, 2015). Skoring dilakukan dengan cara membagi buah menjadi 8 bagian secara membujur sehingga diperoleh skor 1/8 sampai 1. Skor 1 menunjukkan bahwa kulit buah mempunyai tingkat kemulusan 100%.

 Kelunakan buah

Pengukuran kelunakan buah dilakukan dengan alat penetrometer elektrik controller MK VI berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap kulit pamelo. Lubang tusukan dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah. Tusukkan dilakukan selama 5 detik, beban yang digunakan adalah 50 g. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan sebagai

tingkat kelunakan buah (mm 50 g-15 detik-1). Semakin besar angka yang

diperoleh maka semakin tinggi tingkat kelunakan buah.

 Volume buah

Pengukuran volume buah menggunakan prinsip Hukum Archimedes, yakni dengan cara memasukkan buah jeruk pamelo ke dalam wadah yang berisi penuh air. Air yang tumpah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk diukur volumenya. Volume air yang tumpah tersebut dinyatakan sebagai volume buahyang dinyatakan dalam ml.

 Bobot buah

Bobot buah ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dinyatakan dalam gram (g).

 Tebal kulit buah

Tebal kulit merupakan rata-rata tebal kulit dari dua sisi diameter melintang buah (Susanto 2004). Tebal kulit buah dinyatakan dalam satuan cm.

 Bagian dapat dimakan (BDD)

Bobot daging buah (g)

Bagian dapat dimakan

=

X 100% Bobot buah (g)

2. Kualitas internal buah adalah kualitas dari daging buah, terdiri atas:

 Kandungan jus buah (%)

Kandungan jus diperoleh dari perbandingan volume sari daging buah yang dihaluskan (ml) dengan bobot daging buah (g), dengan rumus:

Volume sari daging buah (ml)

Kandungan jus = X 100%

Bobot daging buah (g)

 Padatan terlarut total (PTT)

PTT merupakan tingkat kemanisan jus buah. Penentuan PTT dilakukan dengan meneteskan perasan buah jeruk pada hand refraktrometer dan dibaca dalam satuan ºBrix.

 Asam tertitrasi total (ATT)

Kandungan ATT diukur menggunakan metode titrasi NaOH 0,1 N dengan larutan indikator phenolftalein (PP) (Nielson 1998). Sampel yang digunakan perasan buah sebanyak 25 g kemudian ditera hingga volume

(26)

8

menjadi 250 ml. Sampel yang diperoleh kemudian ditetesi larutan indikator lalu dilakukan titrasi. ATT jus jeruk pamelo dinyatakan dalam satuan %.

volume NaOH x N NaOH x fp x 64

Kandungan ATT = X 100%

Bobot sampel (mg) fp = faktor pengenceran

 Rasio PTT/ATT

Rasio PTT/ATT merupakan indeks kematangan buah. Semakin tinggi nilai rasio PTT/ATT menunjukkan bahwa buah semakin matang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Buah Jeruk Pamelo

Pengamatan buah jeruk pamelo yang dilakukan di lapangan menunjukan bahwa tidak semua buah dapat bertahan sampai panen. Buah yang dijadikan sampel mengalami kerontokan pada saat buah berumur 8-12 MSA, namun terdapat juga buah yang rontok ketika mendekati masa pematangan. Kerontokan buah tersebut disebabkan oleh serangan hama lalat buah. Lalat buah yang menyerang buah akan menusukkan telurnya ke dalam buah dan berkembang menjadi larva yang merusak jaringan dalam buah jeruk pamelo hingga rontok. Buah yang rontok masih dalam masa pembesaran buah (masa pembelahan sel) dan daging buah nya pun belum terlihat warna yang jelas (masih bening). Hal ini diakibatkan terlambatnya pemberongsongan buah sehingga hama lalat buah memasukkan telurnya sebelum pembrongsongan. Hampir setengah dari buah yang dilakukan pembrongsongan mengalami kerontokkan buah.

Gambar 1. Perkembangan diameter melintang buah jeruk pamelo

[VALUE]a [VALUE]b [VALUE]b 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 Dia m ete r M eli n ta n g (c m )

Minggu Setelah Antesis

(27)

9

Perbedaan aksesi menunjukkan hasil berbeda nyata pada peubah diameter melintang buah pada beberapa minggu pengamatan (Gambar 1). Diameter buah antar aksesi berbeda nyata pada saat 8, 9, 13, 16, 17, 18, dan 19 MSA, dan tidak nyata pada saat 10, 11, 12, 14, dan 15 MSA. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa aksesi 2 mempunyai diameter paling besar dibanding aksesi lainnya pada pengamatan 8 MSA. Selanjutnya pada pengamatan ke 9, 10, 11, 12, dan 13 MSA aksesi 2 mempunyai diameter lebih besar dibanding aksesi 3 namun tidak berbeda nyata dengan diamater aksesi 1. Hasil uji lanjut juga menunjukkan diameter buah aksesi 1 nyata lebih besar dibandingkan aksesi 2 dan 3 pada pengamatan ke 16–19 MSA. Perbedaan aksesi ini menunjukkan perbedaan perkembangan diameter buah terutama pada masa buah mendekati siap panen yaitu setelah buah berumur 16 MSA. Perkembangan diameter buah telihat berbeda signifikan pada aksesi 1 yang diameter buah lebih tinggi dibanding aksesi lainnya. Hal ini juga terlihat dari penampakan dan potongan melintang buah jeruk pamelo (Gambar 2). Semua aksesi menunjukkan perkembangan buah terus meningkat sampai buah berumur 16 MSA namun perkembangan relatif konstan sejak umur 16 MSA sampai buah siap dipanen. Buah akan mengalami perkembangan ukuran lebih cepat pada fase pembesaran sel dan selanjutnya akan melambat pada fase pematangan. Menurut Mahardika dan Susanto (2003) pertumbuhan buah jeruk pamelo berlangsung cepat pada awal pertumbuhan setelah dua bulan antesis dan mulai melambat sampai buah siap panen.

Aksesi 1 Aksesi 2 Aksesi 3

Gambar 2. Penampakan penampang luar dan potongan melintang buah pamelo pada tiga aksesi berbeda

Kualitas Buah Jeruk Pamelo

Perbedaan aksesi tidak memberikan pengaruh berbeda nyata pada kemulusan, kelunakan, BDD, klorofil a dan b, total klorofil, dan PTT namun berbeda nyata pada rasio PTT/ATT serta berbeda sangat nyata pada volume buah, bobot buah, tebal kulit, diameter, kandungan jus, dan ATT. Rata-rata hasil uji lanjut pada kemulusan, kelunakan, dan volume buah ditunjukkan pada Tabel 1.

(28)

10

Tabel 1. Rata-rata kemulusan, kelunakan, dan volume buah

Aksesi Kemulusan (%) Kelunakan (mm 50 g-1 5 detik-1) Volume buah (ml) A1 58,50a 17,610b 1717,33a A2 48,84a 21,786ab 1027,28b A3 41,83a 23,423a 1096,87b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, A1 = Aksesi 1, A2 = Aksesi 2, A3 = Aksesi 3.

Hasil uji lanjut tidak menunjukkan tingkat kemulusan yang berbeda pada semua aksesi. Kemulusan dipengaruhi oleh tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Tingkat kemulusan buah antar aksesi juga tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata karena pada semua buah dilakukan pembrongsongan agar terhindar dari serangan hama. Kelunakan kulit buah pada aksesi 3 berbeda nyata lebih tinggi dibanding aksesi 1 namun tidak bebeda nyata dengan aksesi 2. Kelunakan kulit buah umumnya berhubungan dengan tingkat kematangan buah. Hal ini menunjukkan buah pada aksesi 3 memiliki tingkat kematangan lebih tinggi dibanding aksesi 1 namun tidak nyata lebih tinggi pada aksesi 2. Jeruk pamelo tergolong pada buah yang berkulit keras, pada stadia awal perkembangan buah kulit buah akan keras dan sedikit lunak pada stadia pematangan (Muramatsu et al.,1999).

Volume buah menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan aksesi. Aksesi 1 merupakan aksesi dengan volume buah paling besar dibandingkan dengan aksesi lainnya. Volume buah menunjukkan ukuran buah, semakin besar volume buah semakin besar ukuran buah. Ukuran buah paling besar yaitu buah pamelo aksesi 1 dibanding aksesi lainnya yang ditunjukkan pada Gambar 3. Kalsum (2015) melaporkan bahwa terdapat hubungan korelasi positif antara total luas daun dan akumulasi karbohidrat daun terhadap bobot dan volume buah.

Aksesi 1 Aksesi 2 Aksesi 3

Gambar 3. Perbandingan ukuran buah jeruk pamelo pada tiga aksesi berbeda Peubah pengamatan penelitian lainnya yaitu bobot buah, tebal kulit, dan bagian dapat dimakan (BDD). Perbedaan aksesi juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada bobot buah dan tebal kulit namun tidak berpengaruh nyata pada bagian dapat dimakan (BDD) (Tabel 2).

(29)

11

Tabel 2. Rata-rata bobot buah, tebal kulit buah, dan BDD

Aksesi Bobot buah (g) Tebal kulit (cm) BDD

(g) (%)

A1 1128,73a 1,73a 658,26a 58,12a

A2 816,40b 1,67a 461,46a 60,99a

A3 810,27b 1,29b 489,33a 60,42a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, A1 = Aksesi 1, A2 = Aksesi 2, A3 = Aksesi 3.

Bobot buah pada perlakuan aksesi 1 menunjukkan hasil nyata paling tinggi dibanding aksesi 2 dan 3. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan asimilat yang dihasilkan oleh source untuk pembesaran buah sehingga terjadinya variasi bobot buah pada tiga aksesi tersebut. Variasi bobot buah pamelo tidak hanya terjadi antar aksesi, tetapi juga dalam satu aksesi, yang disebabkan oleh perbedaan nutrisi dan lingkungan tumbuh (Rahman et al., 2003). Tebal kulit pada aksesi 3 dari hasil uji lanjut menunjukkan hasil nyata lebih rendah dibanding aksesi lainnya. Tebal kulit pada aksesi 3 paling tipis, hal ini diduga karena berhubungan dengan ukuran buah yang paling kecil. Ukuran buah pada aksesi 1 merupakan paling besar dan mempunyai tebal kulit yang tebal. Ukuran buah dan tebal kulit mempunyai hubungan yang linier, ukuran buah yang lebih besar akan diikuti oleh peningkatan tebal kulit buah dan sebaliknya jika ukuran buah semakin kecil akan diikuti oleh kulit buah yang lebih tipis (Oliveira dan Resende, 2012). Bagian dapat dimakan (BDD) berdasarkan hasil uji lanjut tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan aksesi yang berbeda. BDD semua perlakuan lebih dari separuh bobot buah, yakni lebih dari 50%. Mahardika dan Susanto (2003) melaporkan bahwa BDD jeruk pamelo kultivar Nambangan kurang lebih separuh dari bobot buah. Bagian dapat dimakan pada buah pamelo bervariasi karena komponen buah setiap aksesi berbeda seperti kulit buah dan adanya biji pada setiap aksesi.

Tabel 3. menunjukkan pengamatan warna kulit buah dengan melakukan

pengukuran kandungan pigmen klorofil. Klorofil adalah pigmen yang menyebabkan adanya warna hijau pada flavedo atau kulit buah. Pigmen warna hijau akan tinggi pada masa perkembangan buah namun akan berkurang pada masa pematangan buah karena klorofil yang tergedradasi. Secara visual semua aksesi yang diamati menunjukkan warna kulit buah hijau kekuningan (Gambar 4). Aksesi buah menunjukkan pengaruh hasil tidak berbeda nyata pada kandungan pigmen klorofil kulit buah.

Tabel 3. Rata-rata kandungan klorofil kulit buah jeruk pamelo

Aksesi Klorofil a (mg g-1) Klorofil b (mg g-1) Total klorofil (mg g-1)

A1 0,06a 0,03a 0,08a

A2 0,05a 0,02a 0,07a

A3 0,04a 0,02a 0,06a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, A1 =Aksesi 1, A2 = Aksesi 2, A3 = Aksesi 3.

(30)

12

Pigmen klorofil kulit buah jeruk pamelo terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Klorofil a maupun klorofil b tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap aksesi. Nilai rata-rata jumlah klorofil a kulit buah mencapai dua kali lipat dibanding nilai rata-rata klorofil b. Klorofil a merupakan komponen utama dari klorofil kulit buah. Klorofil kulit buah akan terdegradasi pada saat stadia pematangan buah yang menyebabkan konsentrasi klorofil pada kulit buah akan menurun (Rodrigo et al., 2013). Hal yang sama disampaikan Kalsum (2015), degradasi kandungan klorofil pada kulit buah berdampak pada warna kulit buah, semakin rendah konsentrasi klorofil maka warna hijau kulit buah akan semakin muda.

Aksesi 1 Aksesi 2 Aksesi 3

Gambar 4. Penampilan warna kulit buah jeruk pamelo pada tiga aksesi berbeda Hasil uji pada kandungan jus, ATT, dan rasio PTT/ATT berbeda nyata pada aksesi yang berbeda namun tidak berpengaruh nyata pada kandungan PTT (Tabel 4.). Kandungan jus pada aksesi 1 nyata lebih tinggi dibanding kandungan jus buah aksesi 3 berdasarkan uji lanjut namun tidak berbeda nyata dengan kandungan jus pada aksesi 2. Warna jus buah yang terdapat pada aksesi 1 dan aksesi 2 berwarna merah muda sedangkan pada aksesi 3 berwarna merah kekuningan (Gambar 5). Kandungan jus ini diperoleh dari persentase rasio bobot sari buah dengan bobot daging buah. Persentase kandungan jus buah berkaitan dengan irigasi selama budidaya dan aktivitas air di dalam buah (Keshani et al., 2010).

Tabel 4. Rata-rata kandungan jus, padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan rasio PTT/ATT

Aksesi Kandungan jus (%) PTT (oBrix) ATT (%) Rasio

PTT/ATT

A1 65,56a 8,05a 0,43b 21,10a

A2 63,23ab 8,70a 1,05a 10,40b

A3 60,60b 8,17a 0,97b 10,30b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, A1 =Aksesi 1, A2 = Aksesi 2, A3 = Aksesi 3.

Kandungan padatan terlarut total (PTT) tidak berbeda nyata pada perbedaan aksesi. Hal ini menunjukkan tingkat kemanisan jus buah setiap aksesi

relatif sama yaitu berkisar 8 oBrix. Kadar kemanisan pada tiga aksesi yang diamati

tergolong masih rendah. Menurut Rahayu et. al. (2010) melaporkan bahwa tingkat

kemanisan kultivar jeruk besar berkisar antara 8-12 oBrix. Menurut Liliandra

(31)

13

teknik budidaya, genetik tanaman, tingkat kemasakan buah dan umur petik buah. Hasil uji lanjut juga menunjukkan bahwa perlakuan aksesi 2 merupakan aksesi dengan kandungan asam tertitrasi total (ATT) paling tinggi dibanding aksesi lainnya. Hal ini menunjukkan rasa buah, kandungan ATT yang tinggi menyebabkan buah menjadi lebih asam dan sebaliknya. Kandungan asam ini juga menunjukkan tingkat kematangan buah, semakin matang buah akan semakin menurun kandungan asam yang terkandung dalam buah. Tinggi rendahnya kandungan ATT berkaitan dengan tingkat pematangan buah (Rahayu et. al., 2010).

Rasio padatan terlarut total dengan asam tertitrasi total (PTT/ATT) merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kematangan buah. Rasio PTT/ATT pada perlakuan aksesi berbeda nyata lebih tinggi dibanding aksesi 2 dan aksesi 3. Hal ini menunjukkan tingkat kematangan pada aksesi 1 lebih tinggi daripada aksesi lainnya. Semakin tinggi nilai rasio PTT/ATT maka semakin matang pula buah yang dihasilkan dan sering dijadikan kriteria waktu panen. Purwati et al. (1991) menyatakan bahwa rasio PTT/TAT menunjukkan peningkatan kematangan dengan semakin bertambahnya umur buah. Rasio gula/asam atau keseimbangan antara rasa manis dan asam merupakan hal yang paling penting dalam menentukan selera konsumen, jika semakin tinggi nilai rasio PTT/TAT maka buah menunjukkan rasa semakin manis (Sugiarto et al., 1991).

Aksesi 1 Aksesi 2 Aksesi 3

Gambar 5. Penampilan warna daging buah/jus buah jeruk pamelo pada tiga aksesi berbeda

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa aksesi 1 nyata lebih tinggi pada diameter, volume dan bobot buah dibanding aksesi lainnya. Kelunakan buah aksesi 1 berbeda nyata lebih rendah dibanding aksesi 3. Aksesi 1 juga merupakan aksesi dengan tebal kulit buah paling tinggi dibanding aksesi 3. Kandungan jus buah pada aksesi 1 juga nyata lebih tinggi dibanding aksesi 3 namun tidak berbeda dengan aksesi 2. Perbedaan aksesi menujukkan hasil tidak berbeda nyata pada BDD, kandungan klorofil, dan kandungan gula (PTT). Kandungan asam (ATT) pada aksesi 2 nyata paling tinggi dibanding aksesi

(32)

14

lainnya, namun pada rasio PTT/ATT lebih rendah dibanding aksesi 1. Secara keseluruhan, aksesi 1 adalah aksesi terbaik berdasarkan kriteria ukuran buah, kandungan jus, dan rasa buah yang memiliki kadar asam paling rendah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aspek penanganan pasca panen buah jeruk pamelo pada tiga aksesi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Bayumedia Publishing, Malang.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi buah-buahan di Indonesia periode 2011-2015. https://www.bps.go.id/site/resultTab. [24 November 2016] Cayabyab A.M. 2004. Pummelo production. A Publication of Department of

Agriculture RFU XI Southern Mindanao Integrated Agricultural Research Center (SMIARC), Davao City.

Christman S. 2008. Citrus maxima. http://www.floridata.com/ref/C/citr_max.cfm. [10 Januari 2016].

Distefano G., Gentile A. and Herrero M. 2011. Pollen–pistil interactions and early fruiting in parthenocarpic citrus. Annals of Botany: 1-11.

Goldschmidt E.E. 1999. Carbohydrate supply as a critical factor for citrus fruit development and productivity. J. Hort Science. 34 (6):1020–1024.

Hynniewta M., Malik S.K. and Rao S.R. 2011. Karyological studies in ten species of Citrus (Linnaeus, 1753) (Rutaceae) of North-East India. Comp Cytogen. 5 (4): 277-287.

Iglesias D.J., Cercós M., Colmenero-Flores J.M., Naranjo M.A., Ríos G., Carrera E., Ruiz-Rivero O., Lliso I., Morillon R., Tadeo F.R. and Talon M. 2007. Physiology of citrus fruiting. J. Plant Physiol. Brazil. 19 (4):333-362.

[IPGRI] International Plant Genetic Research Institute. 1999. Descriptors for Citrus. Rome, Italy: International Plant Genetic Resources Institute.

Kalsum U. 2015. Perbaikan Kualitas Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.)

Merr.) melalui Pengaturan Nisbah Jumlah Daun:Buah dan

Pemberongsongan Buah. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Keshani S., Chuah L.A., Nourouzi M.M., Russly A.R. and Jamilah B. 2010. Optimization of concentration process on pomelo fruit juice using Response Surface Methodology (RSM). International Food Research Journal. 17: 733-742.

Liliandra, R. 2015. Pengaruh rasio daun:buah terhadap ukuran dan kualitas buah jambu biji (Psidium guajava l.) ‘kristal’. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(33)

15

Mabberley D.J. 1997. A classification for edible Citrus (Rutaceae). Telopea 7:167-172.

Mahardika I.B.K. dan Susanto S. 2003. Perubahan kualitas buah beberapa kultivar jeruk besar (Citrus grandis L. (Osbeck) selama periode pematangan. J. Hayati. 10: 106-109.

Manner H.I., Buker R.S., Smith V.E., Ward D. and Elevitch C.R. 2006. Citrus (citrus) and Fortunella (kumquat), Rutaceae (true family). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. www.traditionaltree.org. [17 Maret 2016]. Morton J.F. 1987. Pummelo. Dalam: Dowling C.F. (Eds). Fruits of Warm

Climates. Miami, FL: Media, Inc., Greesboo, N.C. 147–150.

Muramatsu N., Takahara T., Ogata T. dan Kojima K. 1999. Changes in rind firmness and cell wall polysaccharides during citrus fruit development and maturation. J. Hort science. 34 (1):79–81.

Nakajima Y., Susanto S. and Hasegawa K. 1993. Influence of water stress in autumn on flower induction and fruiting in young pomelo trees (Citrus grandis (L.) Osbeck). J. Soc Hort. Japan. 62:15-20.

Nebauer S.G., Renau-Morata B., Guardiola J.L. and Molina R.V. 2011. Photosynthesis down-regulation precedes carbohydrate accumulation under sink limitation in Citrus. Tree Physiology 3:169–177.

Nielson SS. 1998. Food Analysis-Second Edition. Indiana (US): Aspen Publisher, Inc.

Niyomdham C. 1992. Citrus maxima (Burm.) Merr. Dalam: Verheij EWM and Coronel E, (Eds). Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South-East Asia. Prosea Foundation; Bogor, 128-131.

Oliveira EMS, Resende ED. 2012. Yield of albedo flour and pectin content in the rind of yellow passion fruit. Ciênc. Tecnol. Aliment. Campinas. 32 (3): 492-498

Ortiz J.M. 2002. Botany: Taxonomy, Morphology and Physiology of Fruits, Leaves and Flowers. Dalam: Dugo G. and Giacomo A.D., (Eds). Citrus the genus Citrus. London and New York: Taylor & Francis.

Pangestuti R.A., Supriyanto A., Sugiyatno., Sakur D.A., Susanto. 2004. Penyiapan protokol standar nasional mutu buah Pamelo Nambangan dari Kabupaten Magetan. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional. Batu, Indonesia, 15-16 Juni 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Batu, Malang, (ID): 1:424-431.

Purwati S.D., Sabrani T., Haryadi H.S. dan Soemarno. 1991. Stadia pemanenan buah mangga arumanis (Yogyakarta) untuk konsumsi segar. J. Hort. 1(1):15-18.

Rahayu A. 2012. Karakterisasi dan evaluasi aksesi pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) berbiji dan tidak berbiji asli Indonesia [vigor kekuatan tumbuh benih jeruk besar (Citrus maxima (Burm.) Merr.) untuk batang bawah] pada kondisi cekaman oksigen rendah. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu A., Susanto S., Purwoko B.S. dan Dewi I.S. 2010. Karakter morfologi dan kimia beberapa kultivar pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) berbiji dan tanpa biji. J. Hort. Indonesia 1(1): 224-229.

(34)

16

Rahman M.M., Rabbani M.G., Khan ASMMR., Ara N. dan Rahman M.O. 2003. Study on physio-morphological characteristics of different local pummelo accessions. J. Biol Sci. 6:1430-1434.

Riska I.Y. 2012. Analisis preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di kabupaten Kudus. J. Agrista 1 (2): 3-24.

Rodrigo J.M., Alquézar B., Alós E., Lado J. and Zacarías L. 2013. Biochemical bases and molecular regulation of pigmentation in the peel of citrus fruit. J. Scientia Horticulturae XXX (2013). 1-17.

Ryugo K. 1988. Fruit Culture: Its Science and Art. New York: John Wiley and Sons.

Silalahi J. 2002. Anticancer and health protective properties of citrus fruit components. Asia Pacific J. Clin Nutr 11: 79–84.

Sims D.A. and Gamon J.A. 2002. Relationships between leaf pigment content and spectral reflectance across a wide range of species, leaf structures and developmental stages. Remote Sensing of Environtment 81: 337-357.

Sugiarto M., Hardianto dan Suhardi. 1991. Sifat fisik dan kimiawi beberapa varietas jeruk manis (Citrus senensis L. Osbeck). J. Hort. 1(3):39-43.

Suharsi T.K. 2000. Pendeteksian vigor kekuatan tumbuh benih jeruk besar (Citrus maxima (Burm.) Merr.) untuk batang bawah pada kondisi cekaman oksigen rendah. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanto S. 2004. Perubahan kualitas buah jeruk besar (Citrus grandis (L) Osbeck) yang disimpan dan dibiarkan di pohon. J. Hayati 11: 25-28.

Toh J.J., Khoo H.E. dan Azrina A. 2013. Comparison of antioxidant properties of pomelo [Citrus grandis (L) Osbeck] varieties. International Food Research Journal. 20(4): 1661-1668.

Tsai H.L., Chang S.K.C. and Chang S.J. 2007. Antioxidant content and free radical scavenging ability of fresh red pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) juice and freeze-dried products. J. Agric Food Chem 55: 2867– 2872.

(35)
(36)
(37)

19

Lampiran 1. Data iklim bulan Desember 2015 hingga April 2016

Sumber: Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor

Lampiran 2. Rekapitulasi analisis sidik ragam pada peubah pengamatan

Bulan Temperatur (oC) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm) Desember 2015 26,1 84 579,7 Januari 2016 26,4 86 415 Februari 2016 25,7 89 610 Maret 2016 26,5 86 644 April 2016 26,7 85 558,2 Rata-rata 26,3 86 561,4

Peubah pengamatan F-Hit KK Analisis

Diameter 8 MSA 11,88 6,75 * Diameter 9 MSA 7,05 7,92 * Diameter 10 MSA 6,61 8,05 tn Diameter 11 MSA 6,05 8,01 tn Diameter 12 MSA 6,45 6,74 tn Diameter 13 MSA 8,64 5,97 * Diameter 14 MSA 5,91 7,90 tn Diameter 15 MSA 6,82 7,95 tn Diameter 16 MSA 11,77 6,53 * Diameter 17 MSA 23,15 5,37 ** Diameter 18 MSA 22,63 5,45 ** Diameter 19 MSA 22,13 5,52 ** Kemulusan 1,20 27,15 tn Kelunakan 5,30 10,41 tn volume buah 65,16 6,50 ** Bobot buah 40,88 5,57 ** Tebal kulit 35,84 3,94 **

Bagian Dapat Dimakan 0,90 4,34 tn

klorofil a 1,34 26,39 tn klorofil b 0,63 36,39 tn total klorofil 1,05 28,96 tn kandungan jus 15,41 2,74 ** PTT 1,50 5,03 tn ATT 27,89 12,94 ** Rasio PTT/ATT 13,55 13,73 *

(38)

20

Keterangan : MSA = Minggu setelah antesis; KK = koefisien keragaman; ** = berbeda sangat nyata menurut analisis sidik ragam pada taraf α = 5%; * = berbeda nyata menurut analisis sidik ragam pada taraf α = 5%; tn = tidak nyata.

(39)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 14 Juli 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Anda Suhanda dan Ibu Siti Mariah. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Sanding VII pada tahun 2006, melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Malangbong dan lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 9 Garut sampai tahun 2012. Penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB pada tahun 2012.

Penulis pernah menjadi staff divisi Minat Bakat, Olahraga, dan Seni di HIMPRO Himpunan Mahasiswa Agronomi Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian tahun 2014-2015. Penulis juga pernah mejadi ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Mahasiswa Garut (Himaga) pada tahun 2014. Tahun 2016 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknik Budidaya Tanaman di S1 Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Referensi

Dokumen terkait

viskositas dapat dijelaskan bahwa dengan penggunaan suhu dan lama pemeraman tersebut maka semakin meningkat pula aktifitas fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme

Persentase jumlah ikan dengan ukuran panjang yang lebih kecil dari panjang saat pertama kali memijah ( length at first maturity ) untuk jenis ikan yang tertangkap

Prilaku tersebut yang diduga menyebabkan kegiatan penangkapan kelompok ikan pelagis besar menggunakan pancing ulur setelah lewat pagi hari membutuhkan durasi waktu

Berdasarkan tabel Coefficients dapat diketahui bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai sig sebesar 0,478 > 0,05 hasil tersebut dapat dikatakan bahwa H0

Data dalam penelitian ini, yaitu; (1) RPP yang dibuat guru dan peneliti secara kolaborasi yang mencakup perencanaan, pelaksanaan serta hasil pengamatan dan

Pengawasan terhadap dana pendidikan seharusnya tidak hanya dari pihak pusat saja tetapi peran pihak interen (manajer cabang, staff, dan tenaga pengajar/tentor) dan

Bumi siliwangi team 4 baru mendapatkan hasil pada kesempatan ke-tiga dengan perolehan 49,3 km/Kwh, dengan hasil ini membawa tim bumi siliwangi team 4 ke posisi

Nilai koefisien regresi variabel nilai tukar bernilai positif sebesar 0,189 yang artinya, jika nilai tukar meningkat sebesar satu rupiah maka harga saham akan