• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data data yang ada diperoleh melalui: - Wawancara Suku Dinas Pariwisata Kodya Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data data yang ada diperoleh melalui: - Wawancara Suku Dinas Pariwisata Kodya Jakarta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Data – data yang ada diperoleh melalui:

- Wawancara Suku Dinas Pariwisata Kodya Jakarta

- Wawancara dengan bagian Pameran & Edukasi Museum Sejarah Jakarta (Bapak Sahuri)

- Buku referensi

Haris, T. (2007). Kota dan Masyarakat Jakarta dari Kota Tradisional ke Kota Kolonial. Wedatama Widya Sastra, Jakarta.

- Survey langsung di lapangan dengan disertai pemotretan - Tempat-tempat yang didatangi :

1. Pelabuhan Sunda Kelapa 2. Museum Bahari

3. Menara Syahbandar 4. Jembatan Kota Intan 5. Kali Besar

6. Museum Wayang

7. Fatahillah (Jalan Setapak Fatahillah, Museum Sejarah Jakarta, Taman Fatahillah)

8. Museum Seni Rupa & Keramik 9. Toko Merah

(2)

10. Chartered Bank

11. Museum Bank Indonesia 12. Museum Bank Mandiri 13. Stasiun Beos

14. Pinangsia, Petak Sembilan & Glodok 15. Vihara Dharma Bhakti / Jin De Yuan

- Literatur dari internet (www.jakarta.go; www.wikipedia.com)

2.1.1 Sejarah Jakarta

Pergantian nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, yang sampai sekarang diperingati sebagai hari jadi kota Jakarta (periksa Soekanto, Dari Djakarta ke Djajakarta. Jakarta: Soeroengan, 1954).

Jakarta pada abad ke-16 sampai abad ke-18 berada di bawah kekuasaan penguasa-penguasa pribumi dan kolonial.

Jakarta (DKI Jakarta), adalah Ibukota dan juga sebagai kota terbesar di Indonesia. Dulu dikenal sebagai Sunda Kelapa (397-1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Terletak di sebelah barat laut dari pulau Jawa, memiliki luas area 661.52 km. Nama Jakarta dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta. Nama ini diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Kerajaan Sunda pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota

kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" dari bahasa Sansekerta jayakrta (Dewanagari). Nama lain atau sinonim "Jayakarta" pada awal adalah "Surakarta".

(3)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibukota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari

pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibukota Tarumanagara yang disebut Sundapura.

Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Orang Eropa pertama yang datang ke Jakarta adalah orang Portugis. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah di mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut

(4)

terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak keburu menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk sahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni adalah berdasarkan tragedi

penaklukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527 dan mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kemenangan".

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 dan pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Dalam masa Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting.

Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Jakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Semenjak dinyatakan sebagai ibukota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua. Berbagai kantung

pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Rawamangun, Pejompongan, serta Kebayoran Baru. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dilakukan secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara lainnya (dikenal dengan awalan "kompleks").

(5)

2.1.2 Jakarta Sebagai Ibukota Republik Indonesia

Jakarta sebagai Ibukota dan kota terbesar di Indonesia merupakan kota yang dikatakan memiliki sejuta harapan. Rutinitas sehari-hari membuat Jakarta seakan tak pernah tidur dari kesibukan-kesibukan masyarakatnya.

Berbagai masalah di Jakarta pun timbul. Banjir, pengangguran, kriminalitas yang semakin meningkat, dan lain sebagainya. Diluar semua itu, sebenarnya Jakarta adalah kota yang berkembang dengan pesat, entah dari segi teknologi ataupun keindahan wisatanya. Program pemerintah visit Indonesia 2008 sepertinya benar-benar

dipersiapkan oleh Ibukota Jakarta ini. Sebagian gedung bersejarah dipugar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan Indonesia dengan penduduk lebih dari 9 juta jiwa merupakan kota metropolitan dan sekaligus kota tujuan wisata yang penuh pesona.

Sebagai kota metropolitan, Jakarta memiliki sarana dan prasarana yang lengkap - dari yang sederhana hingga modern. Sebagai daerah tujuan wisata, Jakarta banyak menyajikan atraksi dan obyek wisata menarik serta beraneka ragam; dari museum yang menampilkan koleksi peninggalan masa lalu, pergelaran kesenian daerah maupun kesenian mancanegara hingga taman rekreasi yang serba lengkap dan modern. Lebih dari itu, komposisi penduduk yang datang dari berbagai daerah di Nusantara dengan segala etnis dan budaya yang dibawanya membuat Jakarta laksana 'Jendela Budaya' bangsa Indonesia.

Salah satu dari banyak keunikan yang ada di Jakarta ialah ‘Kota Tua’ yang memiliki nilai sejarah tinggi, menggugah rasa ingin tahu, dan menjadi daya tarik tersendiri. Tidak lengkap rasanya membicarakan Jakarta tanpa menyinggung tentang Kota Tua.

(6)

2.1.3 Sekilas Tentang Kota Tua

Kota Tua merupakan suatu daerah di Jakarta yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Mengapa disebut dengan Kota Tua, karena pada zaman dahulu, di tempat inilah segala sesuatu tentang pemerintahan, perdagangan, dan segala urusan yang berbau konstitusional dilakukan. Dimulai dari Balai Kota sebagai kantor Belanda, perdagangan maritim, dan lain-lain. Tetapi seiring berjalannya waktu, gedung-gedung pemerintahan Belanda ini tak lagi terpakai, bahkan dapat dikatakan terbengkalai dikarenakan satu dan lain hal. Pusat pemerintahan berpindah tempat, dan akhirnya Kota yang dulu sibuk akan aktivitas konstitusional tak lagi bekerja.

Tinggal-lah bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis yang dapat dinikmati oleh masyarakat banyak pada masa sekarang, sehingga disebut sebagai Kota Tua. Bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah tersebut mempunyai daya tarik tersendiri untuk dapat dinikmati. Sebagian gedung yang ada sekarang digunakan sebagai kantor, ataupun instansi pemerintahan lainnya. Bangunan yang tidak lagi digunakan biasanya ditempati oleh orang-orang setempat, yang memang sudah turun menurun tinggal di gedung-gedung tua itu. Dari tunawisma sampai pengemis, ataupun yang menggunakan bangunan tersebut sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggal. Ada juga bangunan yang kondisinya sangat memprihatinkan, terbengkalai tak terurus. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan gedung-gedung tua ini sebagai salah satu daya tarik objek wisata unggulan di Jakarta yang harus mendapat perawatan juga.

Pemerintah telah melakukan rekondisi Kota Tua, khususnya di daerah Fatahillah, yang dipugar dan dijadikan sebagai salah satu objek wisata. Memang menjadi lebih indah, dan menarik perhatian. Tinggal kita sebagai generasi muda dapat ikut menjaga

(7)

keutuhan dan kelestarian cagar budaya / peninggalan yang memiliki nilai sejarah tinggi ini.

2.1.4 Definisi & Sejarah Guide Book

Guide Book / Buku Panduan ialah buku yang kegunaannya ditujukan kepada turis yang berisikan detil tentang lokasi geografis, tujuan bepergian, dan informasi lainnya. Biasanya juga Buku Panduan berisikan detil-detil lainnya, seperti nomor-nomor telepon penting, alamat, harga, bahasan akan hotel, rumah makan, dan aktivitas lokal.

Buku Panduan modern ditemukan pertama kali oleh Karl Baedeker di Jerman tahun 1835, dan oleh John Murray III di Inggris pada tahun 1836. Baedeker dan Murray memproduksi panduan yang tidak mewakilkan personal dirinya, namun sebuah panduan yang objektif; yang bekerja baik sebagai kombinasi antara informasi dan refleksi sentimental pribadi. Buku Panduan Baedeker dan Murray menjadi sangat popular di masanya, dan merupakan sebuah pegangan standard para turis di awal abad 20. Seperti yang dikatakan dalam cerita William Wetmore pada tahun 1860, “Semua orang Inggris yang bepergian membawa Murray sebagai informasi, dan mengetahui apa yang akan dilakukan secara selangkah demi selangkah.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa Buku Panduan merupakan salah satu pegangan penting para turis atau wisatawan yang ingin bepergian ke suatu tempat, untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tempat yang akan dikunjungi. Jadi, sebenarnya Buku Panduan wisata memegang peranan besar dalam dunia pariwisata.

(8)

2.1.5 Data Penerbit

Menurut rencana, Buku Panduan Wisata Kota Tua ini akan diterbitkan oleh PT. Gramedia. Adapun data mengenai PT. Gramedia:

Nama penerbit Gramedia Pustaka Utama Badan Usaha PT

Alamat Jl. Palmerah Selatan 22-24

Kota Jakarta Pusat

Propinsi DKI Jakarta

Kode Pos 10270

Telepon 5483008 ext.3204

E-mail nonfiksi@gramedia.com

fiksi@gramedia.com

Penerbit Gramedia mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila, karya Marga T. Sedangkan untuk buku non-fiksi pertama adalah Hanya Satu Bumi, yang ditulis oleh Barbara Ward dan René Dubois (diterbitkan bekerjasama dengan Yayasan Obor). Yang kemudian disusul oleh buku seri anak-anak pertama Cerita dari Lima Benua, dan kemudian seri-seri yang lain.

Dengan misi “Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia” , Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen pembaruan bagi bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir.

(9)

Melalui pengalaman jatuh-bangun dan melihat kebutuhan pasar, Gramedia Pustaka Utama akhirnya mengkonsentrasikan diri untuk menggarap dua bidang utama, yakni fiksi dan non-fiksi. Bidang fiksi dibagi menjadi fiksi anak-anak dan pra-remaja, remaja, dewasa. Bidang non-fiksi dibagi menjadi humaniora, pengembangan diri, bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris/ELT, kamus dan referensi, sains dan teknologi, kesehatan, kewanitaan (masakan, busana), dsb.

Karena misi dan visi itu pula, Gramedia berusaha memilih penulis-penulis yang berkualitas. Di deretan fiksi kita mengenal nama-nama yang memiliki reputasi

internasional seperti: John Grisham (penulis legal thriller), Sidney Sheldon, Agatha Christie, Danielle Steel, Sir Arthur Conan Doyle, dll.; dan lima penulis wanita paling top di Indonesia: Marga T., Mira W, Maria A. Sardjono, V. Lestari, dan S. Mara Gd. Di deretan non-fiksi untuk penulis lokal ada Hermawan Kartajaya, Kwik Kian Gie, Rhenald Kasali, Husein Umar, Vincent Gaspers, Andreas Harefa, Anand Krishna, Hembing W., Nila Chandra, Marry Winata, Rudy Choirudin, dll.; dan untuk penulis asing (terjemahan) ada: Jack Canfield & Mark Victor Hansen (Seri Chicken Soup for the Soul), John Gray, Daniel Goleman, John P. Kotter, Joe Girard, Andrew Weil, dll.

(10)

2.1.6 Buku Panduan Wisata Kota Tua

Berikut ini merupakan data mengenai rencana penyusunan dan pembuatan desain Buku Panduan Wisata Kota Tua, antara lain yaitu:

Desainer : Leonard Harris Fotografi : Leonard Harris

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Spesifikasi : 20 x 13,5 cm

Full color Tebal : 75 halaman Harga : Rp 75.000,- Struktur Buku :

a. Awalnya, Jakarta… (kata pengantar) b. Isinya… (daftar isi)

c. Isi

1. Sejarah

Jakarta merupakan kota tua yang sarat akan sejarah yang mendalam. Merupakan pusat pemerintahan, yang berubah nama beberapa kali. 2. Peta Jakarta

Menggambarkan lokasi kota tua di Jakarta.

3. Membahas satu-persatu tempat wisata di Kota Tua

4. Memberikan kegunaan merupakan Buku Panduan Wisata Kota Tua. Buku ini nanti akan berisikan tempat-tempat menarik yang ada di Kota Tua Jakarta. Wisata dimulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa, disana kita akan dihantarkan ke masa lalu dimana tempat itu dulunya juga merupakan pelabuhan, sebuah pelabuhan yang

(11)

merupakan jantung perekonomian Batavia (Jakarta pada saat itu) yang sangat penting. Perjalanan nantinya akan dilanjutkan ke Museum Bahari yang menyimpan ribuan koleksi kemaritiman Indonesia dan internasional, juga sejarah kemaritiman. Setelah dari Museum Bahari, perjalanan dilanjutkan ke Menara Syahbandar yang dulu pada masanya merupakan menara pengawas kapal yang akan keluar – masuk pelabuhan Sunda Kelapa. Menara ini dijaga oleh Bapak Maskun yang sudah 16 tahun menjaga menara tersebut.

Perjalanan dilanjutkan ke Jembatan Kota Intan / Jembatan Jungkit, jembatan indah ini dulunya dapat terangkat jika ada kapal yang akan lewat. Tetapi sekarang tidak berfungsi tetapi masih berdiri tegak diatas Kali Besar. Setelah dari Jembatan Kota Intan, kita akan melanjutkan perjalanan ke Kali Besar, dulunya kali ini membelah wilayah diluar Batavia. Seiring waktu, kali ini mengecil. Tetapi tetap saja menyimpan sejarah masa lalu yang menarik.

Tidak jauh dari Kali Besar kita akan sampai ke Museum Wayang, dulunya Museum ini merupakan Gereja milik Belanda. Gereja tersebut hancur akibat gempa dahsyat pada masa lalu. Lalu dibangun sebagai gudang, dan akhirnya menjadi Museum Wayang. Beberapa langkah dari Museum Wayang kita akan sampai ke daerah Fatahillah yang meliputi Jalan Setapak Fatahillah, Taman Kota Fatahillah, dan Museum Sejarah Jakarta yang dulunya bekas gedung Balaikota Batavia. Di seberang Taman Fatahillah, kita melanjutkan perjalanan ke Museum Seni Rupa & Keramik yang menyimpan berbagai macam hasil kerajinan seni baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Dulunya gedung ini sebagai lembaga peradilan Belanda, lalu beralih sebagai asrama militer Jepang, dan pernah juga menjadi kantor walikota Jakarta Barat. Barulah di tahun 1976 diresmikan oleh Alm. Mantan Presiden Soeharto sebagai Museum Seni Rupa & Keramik.

(12)

Keluar dari daerah Fatahillah dan sekitarnya kita akan menemukan Toko Merah yang juga terletak di dekat Kali Besar. Bangunan yang hampir seluruhnya berwarna merah ini sudah berkali-kali beralih fungsi dan berganti pemilik. Pernah menjadi hotel, toko saudagar Cina, dll. Saat ini, Toko Merah ini rencananya akan kembali dibuka sebagai hotel yang disediakan untuk umum. Tidak jauh dari Toko Merah, kita akan melihat bangunan yang sangat kental cirinya dengan art deco, yakni gedung Chartered Bank, yang kemudian berganti nama menjadi Bank Bumi Daya. Saat ini gedung ini sudah tak terpakai, tetapi menjadi aset berharga Kota Tua. Perjalanan kita teruskan ke Museum Bank Indonesia, yang juga banyak mengalami perubahan fungsi gedung. Pernah menjadi Rumah Sakit hingga Bank. Di samping Museum Bank Indonesia, kita akan masuk ke Museum Bank Mandiri yang menyimpan berbagai koleksi perbankan Bank Mandiri pada umumnya.

Lalu kita akan dihantarkan ke Stasiun Kereta Api Kota atau yang lebih sering disebut sebagai Stasiun Beos, stasiun tertua di Jakarta Barat yang sudah berdiri sejak kependudukan Belanda di Indonesia. Lalu kita akan menuju daerah Glodok, Pinangsia & Petak Sembilan, daerah Pecinan terbesar di Jakarta. Akhir perjalanan kita akan sampai di Vihara Dharma Bhakti yang berumur lebih dari dua abad, yang dibangun oleh saudagar China pada zaman kependudukan Belanda dahulu.

Buku ini nantinya akan memberikan panduan jitu tentang Wisata Kota Tua, yang mengedepankan kekuatan visual, dengan tidak lupanya mencantumkan informasi yang tepat juga. Buku ini akan berkonsep old / tua, yang mewakili keadaan Kota Tua yang memang ‘tua’ tetapi tetap memiliki arti yang dalam.

(13)

Target pasar yang dituju

Geografis : Penduduk Jakarta Demografis : Usia 21 - 30 tahun

Psikografis : Gaya hidup modern, menyukai sejarah & wisata

2.2 Analisa

Setelah melihat data-data yang didapatkan berkaitan dengan sejarah, dan kilasan tentang Kota Tua, dapat diketahui bahwa salah satu daya tarik Republik Indonesia pantas dijadikan sebagai salah satu keunikan yang ada di Ibukota Jakarta. Dengan dipublikasikan melalui buku Tour Guide Wisata Kota Tua yang berisi cerita mengenai Kota Tua, sejarah, dan tempat-tempat unik di dalamnya.

Adapun pada bagian ini saya akan menjelaskan Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman).

Buku ini nantinya akan memiliki kekuatan tersendiri yakni menjadi sebuah buku panduan wisata yang menarik dari segi informasi dan visual, dimana para pesaing buku ini merupakan buku yang terlalu sedikit visualnya. Walaupun ada, visual kurang

dieksplorasi. Kelemahan yang mungkin ada nantinya ialah buku ini merupakan buku baru yang disusun oleh seorang mahasiswa fresh graduate dengan pengalaman yang masih kurang dibandingkan dengan penulis lainnya.

Peluang yang dilihat dari buku ini ialah bahwa buku ini merupakan buku panduan wisata yang fokus dalam membahas tempat-tempat wisata di Kota Tua, dibarengi dengan pendidikan sejarah yang dapat memberikan penjelasan lebih kepada pembaca / pengguna. Juga dengan visual yang kuat, pembaca akan lebih dapat

(14)

Ancaman yang terlihat ialah banyak buku yang sudah lebih dahulu terkenal, yang mungkin sama membahas Kota Tua. Juga ancaman dari buku-buku panduan yang

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pulau Bidadari terletak dilokasi lebih dekat ke darat (inshore) dibandingkan pulau Jukung yang lebih ke laut terbuka (offshore) sehingga rekaman

Laporan yang dikirmkan pada babak penyisihan kedua harus valid, tidak mengada ada, sesuai dengan yang dibuat, berisi data yang dibutuhkan, dan menjelaskan bagaimana perkembangan

Setelah dilakukan serangkaian anailisis statistika pada data pesepsi ten- tang tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk obat sakit kepala ayng beredar

korupsi, kolusi dan nepotisme serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), bahwa setiap instansi pemerintah sebagai

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Kata kunci: konseling kelompok, token economy, manajemen waktu. Penelitian ini dilatarbelakangi dari

Dengan menyelesaikan sistem persamaan model aliran darah tersebut secara numeris, akan didapat nilai

Berbekal dengan peringkat webometrics bulan Januari 2011, paper ini bertujuan membuat model simulasi untuk menentukan lama waktu dan jumlah biaya yang diperlukan oleh Institusi

(2) Dalam hal Pemerintah Kota menemui kesulitan untuk penetapan harga jual objek retribusi dan atau harga dasar, sebagaimana dimaksud Pasal 14 Peraturan Daerah ini, maka Kepala Daerah