• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori perdagangan internasional

Perdagangan merupakan kegiatan tukar menukar yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya paksaaan dari pihak lainnya. Perdagangan akan menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalam perdagangan tersebut atau dalam kata lain suatu perdagngan tidak akan menyebabkan kerugian pada satu pihak. Dalam melakukan perdagangan internasional setiap negara mempunyai potensi untuk meningkatkan standar hidup yang akan dirasakan oleh setiap penduduknya (Schumacher, 2013). Teori perdagangan internasional membantu dalam menjelaskan arah dan juga komposisi suatu perdagangan yang terjadi antar negara serta hasil yang didapat terhadap struktur perekonomian suatu negara. Teori ini juga menjelaskan tentang keuntungan yang didapat saat terjadinya perdagangan internasional. Perdagangan internasional juga dapat diartikan sebagai perdagangan antara lintas negara yang mengacu terhadap ekspor dan juga impor berupa barang dan jasa (Tambunan,2001 : 196). Nopirin (2012 : 26) menjelaskan perdagangan yang terjadi antar negara akan timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan dan juga penawaran. Perbedaan permintaan terjadi karena adanya perbedaan selera dan pendapatan, sedangkan perbedaan penawaran terjadi karena adnya perbedaan dalam jumlah dan kualitas, faktor-faktor produksi, eksternalitas dan juga faktor-faktor produksi.

(2)

Jadi perdagangan internasional merupakan kegiatan yang mengkhususkan ekspor dan juga impor yang memberikan keuntungan pada negara yang melakukan perdagangan tersebut. Suatu perdagangan dibedakan menjadi dua yaitu perdagangan jasa dan perdagangan barang. Perdagangan internasional dibedakan menjadi 3 kelompok (Hamdy,2001 : 24), antara lain :

1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme)

Merkantilisme merupakan filosofi ekonomi pada abad ke enam belas yang mempunyai pendapat bahwa kepemilikan emas dan perak menjadi tolak ukur untuk menentukan kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara. Bagi kaum merkantilisme perdagangan internasional merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara.Tujuan dari penganut meerkantilisme dalam suatu negara adalah dengan meningkatkan ekspor sebesar-besarnya dan mencegah adanya impor

2) Teori Klasik

(1) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith seorang ahli ekonomi yang berasal dari skotlandia yang dianggap sebagai bapak ilmu ekonomi pasar bebas. Dalam teorinya Smith menganjurkan perdagangan bebas yang dilakukan diantara negara digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kekayaan suatu negara yang melakukan perdagangan. Setiap negara dianjurkan untuk melakukan spesialisasi dalam komoditi yang mempunyai keunggulan absolute dan mengimpor komoditi yang

(3)

tidak mempunyai keunggulan absolute. Spesialisasi yang dilakukan suatu negara dapat menghasilkan pertambahan produksi di dunia yang dapat dimanfaatkan oleh semua negara yang melakukan perdagangan. Sehingga semua negara mendapatkan keuntungan secara serempak.

(2) Teori Keungulan Komparative (Comparative Advantage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo seorang pakar ekonomi pada abad ke sembilan belas, teori ini merupakan kritikan dari teori Adam Smith (Teori Keunggulan Mutlak). Dalam teorinya David Ricardo memaparkan bahwa suatu negara harus mengekspor barang dan jasa yang lebih banyak bila dibandingkan dengan negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang dimiliki oleh negara lain dengan catatan, barang dan jasa yang dimiliki suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan di dalam suatu negara. Teori ini juga didasarkan pada nilai tenaga kerja yaitu nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi barang tersebut.

(3) Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Michae E. Porter tahun 1990 dalam bukunya yang berjudul “The Competitives Advantage of Nation”. Dalam bukunya Porter menjelaskan terdapat empat elemen yang dapat membentuk lingkungan yang dapat menciptakan kompetisi yang sedemikian rupa diantara perusahaan lokal yang mendorong terjadinya keunggulan kompetitif. Keempat elemen tersebut adalah

(4)

1. Kondisi Faktor Ekonomi 2. Kondisi Permintaan

3. Industri Terkait dan Pendukung 4. Strategi

Keempat elemen ini, baik secara sistem maupun individu dapat memeberikan efek dimana perusahaan-perusahaan dalam suatu negara dibentuk untuk dapat bersaing.

3). Teori Modern

Teori ini dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin yang sekarang sering disebut dengan teori H-O. Pada teori kalsik lebih menitik beratkan keunggulann produktivitasnya pada tenaga kerja, sedangkan pada teori yang lebih modern menjelaskan perbedaan opportunity costantar negara lebih disebabakan karena adanya perbedaan dalam faktor produksinya.

Teori Heckscher-Ohlin menyatakan suatu negara seharusnya mengekspor barang yang mempunyai produksi yang mempergunakan faktor produksi yang melimpah dan mengimpor barang yang mempergunakan faktor produksi yang persediaanya langka.

2.1.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan suatu kemampuan komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan msmpu bertahan di dalam pasar tersebut, suatu komoditi yang

(5)

dapat bersaing di dalam pasar dapat dikatakan produk tersebut mempunyai banyak peminat dari konsumen itu sendiri (Siahaan,2008)

Tingkat daya saing di perdagangan internasional mempunyai dua faktor, antara lain keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Faktor keunggulan komparatif merupakan faktor yang bersifat ilmiah sedangkan faktor keunggulan kompetitif merupakan faktor yang dapat dikembangkan atau bersifat acquired (Tambunan 2001). Bukan hanya dua faktor tersebut, tingkat daya saing pada suatu negara juga dipengaruhi dengan adanya Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau disebut juga keunggulan daya saing yang berkelajutan. Ini terjadi dalam menghadapi tingkat daya saing global yang sangat ketat dengan seiring jalannya waktu (Hyper Competitive).

Dengan adanya Hyper Competitive setiap negara dipaksa membuat strategi yang tepat agar dapat bertahan di dalam persaingan global yang semakin ketat. Suatu strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat adalah strategi yang berintikan upaya kegiatan dan perencanaan operasinal yang terpadu, yang mengikut sertakan lingkungan internal dan juga eksternal untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang (Hamdy 2001 dalam Armawan dan Jaya,2013).

2.1.3 Konsep ekspor

Pada UU No.17 Tahun 2006 tentang kepabean, yang secara sederhana menjelaskan ekspor merupakan kegiatan mengelkuarkan barang dari daerah pabean. Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan kembali mengenai barang

(6)

ekspor dan daerah pabean. Daerah pabean merupakan seluruh daerah indonesai mulai dari darat, laut dan udara yang didalamnya berlaku ketentuan Undang-Undang yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2). Sedangkan untuk barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean (Susilo,2013:21)

Ekspor dengan sendirinya akan meningkatakan devisa negara yang melakukan kegiatan ekspor tersebut. Devisa tersebut nantinya akan digunakan untuk pembangunan dalam negeri maupun untuk membiayai kebutuhan impor dari negara yang bersangkutan. Secara global tata cara perdaganagn internasional tidak berbeda dengan tata caraperdagangan nasional atau dalam negeri, namun dalam perdagangan internasional ada beberapa kesulitan didalam menjalankannya seperti tata cara pembayaran, politik, mata uang, bahasa dan berbagai macam hal yang menyulitkan didalam transaksi perdagangan (Wardani,2014).

Pelaksanaan ekspor setiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda dan dilengkapi dengan suatu ketentuan serta prosedur pelaksanaan transaksi yang khususnya dapat disesuaikaan dengan kondisi yang sedang dialami di dalam negeri (Hutabarat,1995:307). Ekspor merupakan kegiatan produksi dalam negeri yang di jual keluar negeri. Berdasarkan uraian tersebut, ekspor mencerminkan suatu kegiayan perdagangan yang dilakukan antar bangssa di dunia yang memberikan dorongan di dalam pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga negara yang berkembang dapat mencapai kemajuan perekonomian yang setara dengan negara maju.

(7)

Menurut Andi Susilo (2013:26) menyatakan tata cara ekspor yang biasa dilakukan untuk melakukan ekspor ke luar negeri, antara lain:

1) General Export

General export merupakan pelaksanaan ekspor yang terjadi secara umum, yang telah terjadi suatu kesepakatan antara negara eksportir dengan negara importir yang nantinya barang tersebut akan dikirim ke negara importir dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Barter

Barter merupakan pengiriman yang dilakukan keluar negeri yang akan ditukarkan dengan barang yang dibutuhkan atau barang yang langka didalam negeri. Dalam kegiatan barter ini ekspotir tidak menerimapembayaran dalam bentuk jasa melainkan dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri.

2.1.4Nilai Tukar (Kurs)

Didalam kegiatan ekspor dan impor diperlukan alat tukar untuk melakukan transaksi. Bagi negara yang melakukan transaksi dalam negeri, maka mata uang yang digunakan adalah mata uang negara itu sendiri. Dalam kegiatan ekspor dan impor mata uang asing yang digunakan adalah mata uang luar negeri yang telah disetujui oleh kedua negara tersebut. Hamdy (2001 : 24) menjelaskan valuta asing atau foreighn exchange (forex) dapat diartikan sebagai mata uang asing dan juga sebagai alat pembayaran lainnya yang digunakan dalam melakukan dan

(8)

membiayai transaksi ekonomi internasional yang biasanya memiliki catatan kurs resmi yang terdapat pada Bank Sentral.

Terdapat dua istilah untuk menentukan mata uang asing yang digunakan dalam alat pembayaran antara lain hard currency dan soft currency. Hard currency merupakan mata uang asing yang sering digunakan dalam kegiatan pembayaran dan juga kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan kesatuan internasional. Mata uang ini biasanya memiliki nilai mata uang yang stabil dan terkadang bisa mengalami apresiasi atau mengalami kenaikan terhadap mata uang lainnya. Soft currency merupakan mata uang yangbersifat lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran karena nilainya yang tidak stabil dan juga sering mengalami depresiasi atau penurunan terhadap mata uang lainnya (Hamdy, 2001 : 24).

Sifat pasar sangat menentukan dari sifat kurs valuta asing. Bila transaksi jual beli kurs valuta asing dilakukan secara bebas, maka nilai kurs valuta asing akan berubah-ubah yang ditentukan oleh adanya kegiatan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah didalam suatu negara melakukan stabilisasi kurs tetapi tidak melakukan transaksi swasta, maka yang terjadi adalah kurs akan berubah-ubah pada batas yang kecil walaupun batas yang kecil tersebut dapat diubah pada waktu-waktu tertentu. Pemerintah dapat menguasai sepenuhnya transaksi dari kurs valuta asing, di dalam kegiatan ini permintaan dan penawaran tidak mempengaruhi kurs valuta asing, system ini sering disebut dengan exchange control (Nopirin, 2012 : 147)

(9)

Kurs (exchange rate) yang terjadi diantara dua negara merupakan tingkat harga yang telah disepakati oleh kedua penduduk dari suatu negara yang ingin digunakan dalam suatu kegiatan transaksi maupun perdagangan (Mankiw, 2006 : 128). Mankiw membagi kurs menjadi dua, antara lain :

1) Kurs Nominal

Merupakan harga yang relatif dari mata uang dua negara. Kurs ini disebut juga dengan tingkat dimana semua orang memperdagangkan mata uang suatu negara untuk mata uang negara lain. Kurs nominal dapat ditentuka oleh adaya kurs riil dan juga tingkat harga di dua negara, dengan asumsi yang lain tetap sama dan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan depresiasi mata uang.

2) Kurs Riil

Merupakan harga relatif dari barang-barang diantara dua negara, kurs riil ini dapat menyatakan tingkat dimana kita menjual atau memperdagangkan suatu barang dari suatu negara. Karena kurs riil adalah harga barang domestik yang relatif terhadap barang luar negeri maka apresiasi kurs riil dapat menyebabkan kecenderungan dapat mengurangi ekspor neto.

2.1.5Hubungan Kurs dengan Ekspor

Apabila nilai kurs mata uang dalam suatu negara melemah akan menyebabkan nilai kurs mata uang asing akan meningkat. Diasumsikan kurs mata uang yang digunakan adalah kurs dollar Amerika Serikat yang meningkat, ini akan meningkatakan ekspor dan impor menurun. Dengan peningkatan kurs dollar

(10)

Amerika Serikat maka konsumen diluar negeri dapat mempunyai kesempatan dalam membelibarang yang lebih banyak. Ini artinya kurs dollar amerika serikat memiliki hubungan yang searah dengan ekspor. Digunakannya Kurs Dollar Amerika Serikat dikarenakan Kurs Dollar Amerika Serikat merupakaan mata uang internasional yang dapat digunakan pada setiap negara (Saunders dan Schumacher, 2002). Apabila kurs dollar Amerika Serikat meningkat akan menyebabkan kenaikan yang sama terhadap ekspor (Sukirno,2000 : 319).Kurs mempunyai peran yang sangat berpengaruh terhadap ekspor semakin kurs meningkat akan meningkatkan juga nilai ekspor pada suatu komoditi tertentu yang akan diekspor oleh suatu negara (Abolagba, 2010).

Variabel kurs merupakan variabel yang berpengaruh terhadap stabilitas makro ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang positif yang dapat mempengaruhi ekspor (Khan et al, 2008).Dalam penelitian Ilegbinosa et al. (2012) megatakan bahwa kurs memiliki hubungan yang positif terhadap kegiatan ekspor pada suatu negara. Ni Luh Sri Martha Ayuningsih (2014) menyatakan dalam penelitiannya kurs dollar amerika serikat memiliki hubungan yang positifdan signifikan terhadap ekspor. Jadi antara kurs dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang positif.

2.1.6 Inflasi

Inflasi adalah suatu peristiwan pada bidang moneter yang sering kali di alami pada setiap negara(Mahendra, 2015).Inflasi merupakan kejadian diman harga barang dan jasa mengalami kenaikan yang terjadi secara terus

(11)

menerus.Inflasi dapat juga dikatakan sebagai penentu kondisi pada ekonomi suatu negara, negara yang terkena inflasi akan kesulitan dalam melakukan kegiatan produksi di negara tersebut (Totonchi, 2011). Menurut Boediono (1994 : 97) inflasi dapat diartikan dengan kenaikan harga suatu barang ataupun harga jasa yang berlangsung secara terus menerus dan kenaikan terjadi secara umum, akan tetapi kenaikan satu atau dua barang belum tentu dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan harga tersebut mempengaruhi harga barang lain secara luas.

Inflasi yang terjadi pada suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa hal. Yang pertama inflasi terjadi karena permintaan terhadap suatu barang maupun jasa, naik lebih cepat dibandingkan dengan dengan tingkat output full employment, kenaikan dari suatu permintaan total menyebabkan terjadinya inflasi, inflasi yang disebabkan hal tersebut sering disebut excess demand inflation. Yang kedua Cost Push Inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya banyak golongan yang terdapat di dalam masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memaksa kanaikan tingkat upah atau gaji serta harga. Inflasi ini juga terjadi akibat karena biaya produksi, yang sering ditandai dengan turunnya produksi dan terjadi kenaikan harga.

Menurut Nopirin (1999 : 27) inflasi dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan, antara lain :

1) Inflasi merayap (creeping inflation) inflasi ini terjadi pada jangka waktu yang lama, laju inflasinya rendah dengan persentase yang kecil yang berjalan dengan lambat

(12)

2) Inflasi menengah (galloping inflation) inflasi ini biasanya terjadi pada waktu yang pendek, biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang cukup tinggi, dan juga inflasi ini memiliki sifat akselerasi

3) Inlasi tinggi (hyper inflation) inflasi ini merupakan inflasi yang paling ditakuti karena inflasi ini akan menyebabkan kenaikan harga hingga lima kali lipat. Keinginan masyarakat untuk menyimpan uang akan berkurang secara drastis. Dalam kejadian ini pemerintah akan mendapatkan suntikan dana dengan cara mencetak uang.

Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat, menurut Boediono (1994 : 98) inflasi dapat dibedakan menjadi empat tingkat antara lain:

1) Inflasi ringan ( dibawah 10 persen per tahun)

2) Inflasi sedang (antara 10 persen hingga 30 persen per tahun) 3) Inflasi berat (antara 30 persen hingga 100 persen per tahun) 4) Hyper inflation (diatas 100 persen per tahun)

2.1.7Hubungan inflasi dengan ekspor

Gylfason (1999) menyatakan naik turunnya inflasi akan mempengaruhi terhadap seluruh kegiatan disuatu negara termasuk ekspor.Inflasi yang terjadi pada suatu negara menyebabkan harga barang-barang akan meningkat. Jika terjadi inflasi disuatu negara maka produk yang diproduksi oleh negara tersebut tidak dapat bersaing. Hal ini disebabkan karena meningkatnya harga produksi didalam negeri yang menyebabkan produsen tidak mampu berproduksi maksimal(Wardhana, 2011). Barang yang diproduksi pada suatu negara akan

(13)

tidak dapat bersaing karena kenaikan harga dan menurunkan nilai ekspor. Sebaliknya karena harga dalam negeri terus meningkat akan menyebabkan harga produk impor menjadi lebih murah, ini akan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun sedangkan impor akan meningkat. Inflasi yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan naiknya harga barang termasuk komponen-komponen ekspor, dalam penelitian ini dapat terjadi pada beberapa hal seperti packing maupun biaya transport untuk melakukan ekspor kepiting. Naiknya pengeluaran untuk produksi akan menyebabkan para produsen mengalami penurunan produksi, tentu saja ini akan mempengaruhi nilai ekspor suatu komoditi (Raharja dan Manurung, 2004 : 319). Inflasi juga mempunyai dampak buruk terhadap pengusaha yang melakuakan ekspor, karena pengusaha akan mendapatkan resiko bila terjadi kenaikan terhadap pajak ataupun biaya yang lain untuk melakukan produksi dan juga ekspor (Muller, 2002). Ismail et al (2010) menyebutkan bahwa inflasi di negara pakistan memiliki hubungan yang negatifterhadap pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut. Sehingga terjadi hubungan yang negatif antara inflasi dengan ekspor.

2.1.8 Harga

Sukirno (2012 : 85) menjelaskan bahwa hukum penawaran merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan bagaimana terdapat kesinambungan tentang sifat yang menghubungkan antara harga dari suatu barang yang ditawarkan dengan jumlah barang yang akan ditawarkan oleh penjual. Di dalam hukum ini menyatakan bagaimana keinginan penjual di dalam menawarkan barangnya apabila mendapatkan harga yang tinggi dan bagaimana keinginan penjual

(14)

didalam menawarkan barangnya apabila mendapatkan harga yang rendah. Menurut Prascoyo (2006:85) menyebutkan bahwa penawaran merupakan suatu kesediaan pedagang menjual suatu produk pada saat atau waktu tertentu dengan berbagai tingkat harga.

Keinginan penjual menwarkan barangnya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Harga barang itu sendiri. 2) Harga barang-barang lain. 3) Biaya produksi.

4) Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut. 5) Tingkat teknologi yang digunakan.

Hukum penawaran sejatinya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit barang yang akan ditawarkan.

2.1.9 Hubungan antara harga dengan ekspor

Teori penawaran merupakan hubungan dari harga dengan jumlah barang yang akan ditawarkan. Dalam perdagangan internasional volume ekspor merupakan jumlah barang yang ditawarkan. Semakin tinggi harga ekspor suatu barang maka semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan dan semakin rendah harga ekspor suatu barang maka semakin sedikit barang yang ditawarkan(Sukirno, 2002 : 86). Dalam penelitian Dermonti dkk (2014) menyebutkan terdapat

(15)

hubungan yang signifikan dan positif terhadap hubungan antara harga dengan ekspor.Jadi antara harga dengan ekspor mempunyai hubungan yang positif.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Kurs dollar AS, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013. 2. Secara parsial kurs dolar dan harga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ekspor komoditas kepiting di Provinsi Bali sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kepiting di Provinsi Bali tahun 2000-2013

Referensi

Dokumen terkait

Simpangan baku(S) adalah nilai yang menunjukan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari nilai rata-ratanya... X = nilai rata-rata data n = jumlah data

Tekno park, merlukan (Perguruan Tinggi) yang bisa dijadikan/digunakan untuk pengembangannya. Untuk SDM litbang perlu di up grade melalui sekolah, training dan lainnya. Tekno park

Serat kayu dengan nilai Muhlstep yang tinggi berarti serat tersebut memiliki dinding yang tebal dan lumen yang sempit sehingga luas area kontak antar serat menjadi kecil [5]..

Perubahan perilaku seksual pranikah siswa membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi memberikan pengaruh terhadap pemahaman tentang perilaku seksual pranikah

The Salvadoran state has the power to regulate and supervise the rendering of public services provided by private enterprise, the approval of their fees, with the exemption of

Berikutnya Shou- Ren Hu (2010) mengidintifikasi bahwa jumlah kereta api yang lewat, jalan raya pemisah, jumlah kendaraan, alat pendeteksi hambatan, dan rambu-rambu

dilakukan secara teratur dan berkala (Depkes, 2004). Jadi bila Dinas kesehatan tidak melakukan supervise maka tugas puskesmas menggantikan jadwal Dinas

Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis kualitas epub modul kimia materi pokok elektrolit dan non elektrolit untuk siswa difabel netra berdasarkan penilaian ahli materi,