• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memaparkan metode penelitian yang digunakan untuk menelaah permasalahaan penelitian. Pemaparan pada bab ini lebih rinci dibandingkan bab sebelumnya karena pada bab ini metodologi yang digunakan sudah dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan.

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BMM Baitul Maal Muamalat yang terletak di wilayah Jakarta, Matraman, difokuskan pada bagian CSR di Perkantoran Matraman.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia maya (Mulyana, 2003 : 9). Adapun paradigma menurut Hormon (1970) dalam Moleong mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsikan, berfikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas. (2008:4). Paradigma berdasarkan definisi Harmon (1970) dalam Moleong mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsikan, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas (2008 : 49).

(2)

Penelitian ini menggunakan Paradigma post-positivisme. Menurut Nasution (1998) dalam Ruslan (2006 : 226), Post-Positivisme mencoba memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan holistic. Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteks dan mencoba memperoleh pemahaman yang holistic. Selain itu, Post-positivisme juga memahami makna suatu permasalahan, dan memendang hasil penelitian sebagai kegiatan yang bersifat spekulatif.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan varian penelitian studi kasus. Oleh karena itu perlu melakukan penggalian informasi dan data yang mendalam dan intensif terhadap suatu permsalahan atau kasus yang terjadi dalam sebuah organisasi yaitu Baitul Mall Muamalat, Bank Muamalat.

Penggunaan studi kasus dalam penelitian ini karena peneliti melihat beberapa keunikan kasus diantatanya adalah di Jakarta terdapat banyak bank di swasta bahkan banyak pula dan hampir semua perusahaan menjalankan fungsi CSR nya, namun ada keunikan tersendiri Bank Muamalat menamakan untuk CSR nya adalah dengan Baitul Mall Muamalat dan salah satu program yang menarik yaitu Menara Air Muamalat. Program ini memang bukan hanya Baitul Maal Muamalat yang Menjalankan akan tetapi ada beberapa perusahaan, lembaga atau yayasan, namun unik nya adalah dimana programa CSR di Baitul Maal Muamalat dapat di reqwst oleh nasabah yang memiliki dana deposit atau tabungan yang banyak di bank muamalat serta unik nya lagi ketika BMM melaksanakan kegitan

(3)

CSR nya Menara Air Muamalat ini berdiri dengan megah dan didominasi atau dihias dengan desain batik pekalongan yaitu disesuaikan dengan budaya yang ada di local.

Study kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti (yang bisa jadi kualitatif, kuantitatif atau kedua-duanya). Pada umumnya, studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi kasusnya mungkin sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok social, peristiwa, proses, isu maupun kampanye” (Daymon dan Immy, 208 : 4 ).

Adapun studi kasus ini menggunakan desain studi kasus tunggal, karena peristiwa program Menara Air Muamalat yang diadalakan oleh BMM yang diangka dan dieksplorasi secara mendalam adalah dari sebuah fenomena. Seperti dikemukakan of casen Barbara M. Wildemuth bahwa “in a research context, a case study is defined as a research study focused on a single case or set of cases”. (Wildemuth, 2009 : 51).

Penentuan studi kasus tunggal juga didasarkan pada bahwa kasus dari fenomena yang diteliti adalah unik. Rasional yang kedua untuk kasus tunggal ialah kasus tersebut ,menyajikan suatu kasus ekstrem atau unik (Yin, 2008 : 48).

Sifat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (2008 : 4-5 ) Penelitian kualitatif adalah deskriftif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002: 3) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

(4)

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.

Adapun terori yang di gunakan adalah teori pemangku kepentingan (stakeholders theory) yang pertama kali di perkenalkan oleh Freeman (1984), yang menyatakan bahwa, perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada didalam atau luar perusahaan. Penjelasan yang lain tentang teori pemangku kepentingan mengatakan bahwa, perusahaan bukanlah entitas yang hanya hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi pemangku kepentinganya. Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh pemangku kepentingan kepada perusahaan tersebut (Gozali dan Anis, 2007). Fenomena seperti ini terjadi dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat akibat

(5)

dari negative externalities yang timbul, serta ketimpangan social yang terjadi (Harahap, 2002), dalam hal ini tanggung jawab perusahaan yang semula hanya di ukur sebagai indikator ekonomi (economics Focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan factor-faktor social (social dimentions) terhadap stakeholders, baik internal maupun eksternal.

Penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal holistic karena meneliti satu kasus yaitu Implementasi Corporat Social Responsibility Dalam Membentuk Brand Equity Pada Program Menara Air Muamalat Baitul Maal Muamalat, Bank Muamalat, Indonesia.

3.4 Key Informan

Sesuai dengan penelitian yang bersifat kulitatif, maka responden yang menjadi informan adalah mereka yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan program CSR Menara Air Muamalat di Bank Muamalat, Tbk. Berdasarkan teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian, nara sumber yang menjadi informan ditetapkan sebagai berikut: Penelitian menentukan atau memilih key informan dan informan dengan alasan tertentu yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun key imporman dalam penelitian ini adalah: Bpk. Nana Sujana sebagai Staff Dept. Sosial Kemanusiaan, Peneliti perlu mewawancarai bagaimana perencanaan dalam melaksanakan program Menara Air Muamalat.

(6)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: 1. Wawancara yang mendalam (dept interview)

Wawancara mendalam dilakukan kepada Divisi CSR Muamalat Bank yang memegang berwenang untuk memeberikan informasi kepada penulis serta memiliki kapasitas dalam hal ini.

Wawancara mendalam adalah salah satu cara mengumpulkan data atau informasi melalui tatap muka langsung dengan informan (Kriyantono, 2006). Tehnik ini memiliki kelebihan untuk mendapatkan data yang mendalam dan bersifat personal meskipun tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan karena informasi terseleksi oleh informan.

Denzin (2000: 649 – 654) menbagi wawancara dalam 5 bentuk; a. Wawancara terstruktur.

Dalam wawancara terstuktur, pewawancara mengajukan pertanyaan yang telah tersusun sebelumnya pada seluruh responden dengan kategori responden yang dibatasi.

b. Wawancara kelompok

Secara esensi, wawancara kelompok adalah pengumpulan data kulaitatif yang mengandalkan pada pertanyaan sistematis terhadap beberapa individu secara simultan dalam situasi formal atau informal. Merton, fiske dan kendall (denzin, 2000 : 651) membuat istilah focus group untuk diterapkan dalam sebuah situasi dimana pewawancara mengajukan pertanyaan sangat spesifik tentang sebuah topic setelah memiliki

(7)

pertimbangan riset yang lengkap. Saat ini, seluruh wawancara kelompok sering secara umum ditandai wawancara focus group, meski terdapat variasi pertimbangan dalam sifat dan bentuk wawancara kelompok.

c. Wawancara tak terstuktur

Wawancara tak struktur dapat menyajikan data yang luas disbanding bentuk wawancara lainnya. Bentuk wawancara tidak terstuktur adalah wawancara open-ended, etnography (in-depth).

Wawancara mendalam memiliki kelebihan dalam mengungkapkan data mendalam dan yang bersifat personal. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan muncul kekurangan karena informasi terseleksi oleh informan/responden.

2. Studi Kepustakaan

Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Kajian pustaka

Kajian pustaka dimaksud untuk menelaah dan menelusuri studi-studi atau literature yang terkait dengan masalah yang dikaji. Menurut Abdul Azis (Bugin, 2003 : 46). Kajian kepustakaan bermanfaat untuk memberikan pemahaman banding antara fenomena yang hendak diteliti dengan hasil studi terdahulu yang sama atau serupa.

2. Dokumen

Dokumen yang telah dihasilakan dapat menjadi sumber data tambahan maupun primer. Dokumen dapat menunjukkan informasi – informasi yang tidak terungkap dalam wawancara. Selain itu, dokumen juga tidak lekang

(8)

oleh waktu sehingga dapat memberikan gambaran historis terhadap masalah yang seang diteliti (Hodder, 2000).

3. Internet

Internet merupakan sumber informasi yang sangat kaya. Peneliti menggunakan internet untuk memperoleh informasi, artikel, maupun referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari in-depth interview dan kajian kepustakaan perlu diolah sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap dalam tahap pembahasan. Analisis data sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data awal hingga pengumpulan data berakhir. Jika data belum lengkap, maka wawancara akan kembali dilakukan untuk melengkapi data tersebut. Data kemudian diorganisasikan dan dikelola sehingga dapat digunakan untuk menentukan tema. Data kemudian direduksi dengan cara abstraksi, yaitu membuat rangkuman inti, proses dan pertanyaan – pertanyaan yang harus berada didalamnya. Miles dan Huberman (Sugiyono : 2005) membagi analisi data dalam tiga tahapan, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adalah proses penyeleksian, memfokuskan, menyederhanakan, dan mengolah data yang diperoleh dari catatan atau transkrip dilapangan. Data harus diolah sehingga dapat focus terhadap masalah yang diteliti.

(9)

Mereduksi data berarti merangkum dan memilih hal-hal yang pokok serta memfokuskan pada hal-hal penting untuk mencari tema dan pola-polanya sehingga data akan memeberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

2. Penyajian data (data display)

tujuan penyajian data adalah mengorganisir dan merangkum informasi yang memudahkan pengambilan kesimpulan. Bentuk display dapat berupa teks, diagram, table atau matris yang memungkinkan pengaturan dan pemikiran dari data-data yang ada. Dengan penyajian data, peneliti dapat memuat pola hubungan yang sistematik dari data yang ada.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

penarikan kesimpulan adalah mengartikan data yang telah dianalisa dan mengukur implikasinya terhadap pertanyaan penelitian. Proses verifikasi mengharkan peneliti untuk mengecek kembali data-data yang tersedia, sebelum menarik kesimpulan yang berasal dari data yang kredibel, dapat dipertahankan dan dapat bertahan terhadap penjelasan alternatif.

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Daymon & Holloway (2001) terdapat kriteria yang digunakan dalam menentukan keabsahan data:

(10)

1. Derajat kepercayaan (credibility). Menurut Lincoln dan Guba (1985) kredibilitas adalah yang lebih penting dari pada validitas internal. Sebuah studi dapat dikatakan kredibel apabila orang-orang didalamnya dapat mengenali kebenaran temuan penelitian dalam konteks social mereka.

2. Derajat keteralihan (transferability). Banyak penelitian kualitatip menggukan jumlah sampel yang kecil atau sebuah kasus saja. Peneliti harus dapat berperan membantu pembaca untuk mentrasfer hasil temuan dari sebuah penelitian kedalam kondisi lain.

3. Derajat kebergantungan (dependability) sebuah penelitian harus konsisten dan akurat untuk di sebut sebagai dependable. Ini berarti pembaca harus dapat mengevaluasi kelayakan analisis yang dihasilkan peneliti.

4. Derajat kepastian (confirmability). Agar sebuah penelitian memiliki derajat kepastian maka peneliti harus menunjukkan bagaimana data yang terkumpul dapat dikonfirmasi kepada sumber-sumbernya sehingga pembaca dapat menetapkan bahwa kesimpulan dan interpretasi penelitian benar-benar berasal dari sumber tersebut.

Untuk menentukan validitasnya , penelitian ini menggunakan trustworthiness dan authenticity sebagai sarana validitasnya. Peneliti dapat menggali data dari hasil wawancara tanpa membatasi jawaban narasumber. Dalam authenticity peneliti memberikan kebebasan kepada narasumber untuk menceritakan apa yang diketahui baik dalam teori maupun pengalaman.

(11)

Trustworthiness digunakan untuk menguji kebenaran subjek dalam mengungkapkan realitas menurut apa yang dialami, dirasakan atau dibayangkan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari kajian terhadap dokumen-dokumen yang relevan serta hasil temuan dan wawancara lapangan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah pokok yang diteliti, yaitu bagaimana strategi media gathering BEI dalam membangun citra perusahaan, maka tipe penelitian yang akan digunakan

Antonius David, Produser, yang lebih memahami proses produksi dari awal pra produksi hingga paska produksi karena tugas seorang produser adalah orang yang bertanggung jawab

menjelaskan keadaan erapan di mana pada tahap awal padatan memiliki afinitas yang tinggi terhadap zat terlarut. Apabila tapak-tapak erapan tersebut telah ditempati,

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini bersifat probability dengan berpusat pada metode Sample Random Sampling karena sample yang dituju sudah diketahui secara

Pendapatan Rumah Tangga (Y) adalah total pendapatan bersih dalam satuan rupiah per tahun yang diperoleh dari komoditi pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan

Untuk mempermudah proses pembaruan data verifikasi wilayah, selanjutnya pembaruan/update data verifikasi wilayah akan dilaksanakan secara online. Pembaruan data dilakukan oleh

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan