Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN "PMSG"
TERHADAP PENAMPILAN BERAHI PADA KAMBING KACANG
HASTONO, 13.SI3TIADI,1.INouNu,dan A.SALEH Balai Peneliticat %ernak, P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK
Penelitian penyerempakan berahi pada kambing Kacang dilakukan di Stasiun Percobaan Cilebut, Bogor. Ternak yang diamati adalah kambing Kaeang sebanyak 62 ekor induk, kemudian dilakukan penyerempakan berahi dengan menggnmakan "Flugestone acetate" yang dikemas dalam bentuk spons dan ditempatkan dalam vagina selama 14 har1 . Ternak di bagi secara acak ke dalam empat perlakuan benlpa penyuntikan PMSG secara intra-musculer segera setelah spons dicabut dengan dosis yang berbeda, Inasing-Inasing yaitu 15 IU/kg BB (sebaga1 perlakuan A), 20 IU/kg BB (B), 40 IU/kg BB (C) dan sebagai kontrol adalah tidak disuntik PMSG (D). Parameter yang dlanlatl adalah onset berahi (timbulnya berahi) dan lama berahi. Hasil penelitian menunjukkan baliwa pada penyuntikan PMSG dengan dosis 40 IU/kg bobot badan memberikan onset berahi tercepat (P<0,05) yaitu 29,81 ± 3,20 jaln sedangkan yang terlama (45,40 ± 13,17 jam) terjadi pada induk yang tidak disuntik PMSG. Berahi pada indtdc kambing Kacang terlama mencapai 100,4 t 15,81 jam terjadi pada dosis penyuntikan PMSG sebanyak 40 IU/kg bobot badan (P<0,01) bila dibanding dengan kontrol yaitu 30,00 ± 7,25 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa Penyuntikan PMSG berpenganlh baik terhadap onset berahi maupun lama berahi.
Kata kunci : Kambing Kacang, onsel berahi, lama berahi PENDAHULUAN
Kambing kacang adalah salah satu kambing lokal yang tersebar hampir di selunili pelosok Indonesia, sebagian besar Ierkonsentrasi di Pulau Jawa . Walaupun kambing Kacang ini bertipe kecil nannm dapat beradaplasi dengan baik pada kondisi setempat disertai dengan litter size yang
cukup banyak .
Laju reproduksi kambing kacang clapat ditingkatkan dengan jalan mengatur tatalaksana perkawinan yang bertujuan untuk memperpendek jarak beranak dari 11-12 bulan menjadi 8-9 bulan (SETIADI et al., 1997) . Sedangkan salah satu cara untuk memperuiudah tatalaksana perkawinan pada kambing Kacang .Idalah dengan melakukan penyerempakan berahi.
Penyerempakan berahi pada penelitian ini dilakukan menggunakan senyawa kimia yang mengandung hormon progesteron clan clikemas dalam bentuk spons, dikenal dengan nama "Medroxy Progesteron Acetate" atau "Flugestone acetate". Spons tersebut ditempatkan dalain vagina selama 12-14 hari. Pada periode ini kadar progesteron dalam darali meningkat, diketahui baliwa progesteron akan mengllanibal sekrcsi FSH dan LH oleh Adenohypophysa yang menyebabkan pelubentukan folikel degraaf dan ovulasi menjadi terhambat pula sehingga ternak tidak akan menunjukkan tanda-tanda berahi (TOELIHERE, 1981). Setelah spons dicabut, maka kadar progesteron dalam darah menurun secara drastis dan kadar FSH meningkat sehingga merangsang perkembangan folikel, scjalan dengan itu kadar estrogenpun meningkat (HANSEL et 253
Seminar Nusioncd Peternakan dan Veteriner 1999
al., 1983) . Meningkatnya kadar estrogcn akan merangsang proses ovulasi karena pengaruh LH clan meningkatkan timbulnya tanda-tanda bcrahi (HANSELet al., 1983).
Tujuan penelitian ini adalah untuk inengetaluti sampai seberapa jauh pemberian PMSG dapat mempercepat timbulnya berahi.
MATERI DAN METODA
Penelitian penyerempakan berahi pada kambing Kacang dilakukan di Stasiun Percobaan Cilebut, Bogor, selama tahun Anggaran 1998/1999. Ternak yang diamati adalah kambing Kacang sebanyak 62 ekor induk. Penyerempakan berahi dilakukan dengan menggunakan "Flugestone
acetat" yang dikeinas dalain bentuk spons dan ditempatkan dalam vagina selama 14 h-ri. Sesaat setelah spons dicabut, ternak diacak secara lengkap untuk mendapatkan salah satu dari 4 tingkat penyuntikan PMSG secara intra nuiscular. Tingkat penyuntikan PMSG dimaksud adalah 15 IU/kg BB (sebagai perlakuan A), 20 IU/kg BB (B), 40 IU/kg BB (C) clan sebagai kontrol adalah tidak disuntik PMSG (D). Ketnudian pada perlakuan kontrol (tidak disuntik PMSG ternak dibagi kedalain 2kclompok berdasarkan bobot hidup). Pengamatan berahi dilakukan setiap 6 jam sekali
sampai timbulnya berahi. Untuk ineugetalmi ada tidaknya berahi pada kambing induk digunakan pejantan pengusik sebanyak 3 ekor dengan dilengkapi celemek (apron) agar tidak terjadi kopulasi (perkawinan) . Pada hari kedua (sejak timbulnya berahi) clan seterusnya dilakukan pengamatan setiap 2jam sekali sampai induk kambing tidak tnenunjukkan tanda-tanda berahi lagi. Parameter
yang diamati adalah onset berahi (timbulnya berahi) clan lama berahi. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragani berdasarkan S-rEELclanTORRIE(1991).
Onset berahi
II ASIL PENELITIAN
Onset bcrahi pada penelitian ini tcrsaji pada Tabel 1 dan 2. Penyuntikan PMSG dengan dosis 40 IU/kg bobot hidup (perlakuan C) incmberikan onset berahi sangat nyata (P<0,01) paling cepat (29,81 f 3,20) jam bila dibandingkan dengan kontrol (45,40 t 13,17 jam) dan berbeda nyata (P<0,05) bila dibanding pada perlakuan A yaitu dengan dosis penyuntikan PMSG sebesar 15 IU/kg bobot hidup onset berahi mencapai 33.77 ± 5,46. Sedangkan bila dibandingkan dengan perlakuan B (20 IU/kg B.H) tidak menuniukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Sedangkan perbedaan bobot hidup tidak berpengaruh terhadap onset berahi (Tabel 2).
254
Keterangan : Supcrskrip yang berbeda menunyukkan berbeda nyata (P--'0,05) atau (P<0,01) Tabel 1.
Kelompok
Onset berahi dan lama berahi
Dosis PMSG(1I1/kg BH)
Irida induk kambing hunluli ternak (ekor)
K-cang setelah disuntik Onset berahi (jam)
dengan PMSG Lama berahi Own)
A IS 36 33,77 t 5,46b 47,16 t 23,28b
B 20 7 30,80 t 2,46- 77,50 t 13,18
-C 40 8 29,81 t 3,20 100,4 t 15,814
Lama berahi
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1999
Hasil penelitian memuljukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Lama beralii pada induk kambing Kacang terpanjang (100,4 ± 15,81 jam) terjadi pada dosis penyuntikan PMSG sebanyak 40 IU/kg bobot badan. Tabel 1 menunjukkan bahwa Penyuntikan PMSG berpengarull terhadap lama berahi, sedangkan bobot hidup tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap lama beralii (Tabel 2).
Tabel 2. Onset berahi dan lama berahi pada induk kambing Kacang pada bobot hidup yang berbeda Kelompok Bobot hidup (k(,) Jumlah temak (ekor) Onset berahi (jam) Lama beralii (jam)
1 21-29 27 32,73 ± 4,88 36,26 ± 7,08
11 30-37 11 37,27 ± 4,37 33,11 ± 4,99
PEM:BAHASAN
Pada Tabel I menunjukkan bahwa perbedaan dosis penyuntikan PMSG inemberikan liasil yang berbeda, baik pada onset berahi maupun pada lama berahi. Semakin tinggi dosis PMSG yang diberikan, maka onset berahi (timbulnya berahi) semmakin cepat clan beralii semakin lama. Pada dosis 40 IU/kg BB onset berahi mencapai kuriulg lebih 16 jam lebih cepat bila dibandingkan dengan pada induk yang tidak mendapatkan PMSG. hasil yang diperoleh sesuai dengan ARTININGSIH (1996) yang menyatakan bahwa PMSG dapat mempercepat onset beralii 16-24 jam. Namun hasil ini masili lebili tinggi (lebih cepat) bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ADIATI et al. (1997) bahwa pada kambing PE dengan dosis penyuntikan PMSG sebanyak 15 IU/kg BB dapat mempercepat onset berahi kurang lebih 9 Jam lebih cepat bila dibandingkan tanpa PMSG. Adanya perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu bangsa clan dosis pemberian PMSG yang berbeda. TAMBAYONG (1993) mendapatkan bahwa pada domba Periangan dengan kondisi tubuh kurus, onset beralii (36,00 ± 8,49 jam) Iebill singkat bila dibanding dengan pada kondisi tubuh sedang (44,73 ± 4,13 jam).
Demikiari pula berahi terlama sampai mencapai kurang lebih 100 jam di dapat pada dosis penyuuntikan PMSG sebanyak 40 lU/kg BB . Keadaan ini kemungkinan disebabkan karena tiugginya tingkat ovulasi . SIANTURI el ol. (1997) melaporkan bahwa penyuntikan PMSG dengan dosis 15 IU/kg bobot hidup dapat meningkatkan laju ovulasi pada induk kambing PE.TAMBAYONG (1993) menyatakan bahwa tiugkat prolifikasi dan kondisi tubuh berpenganih terhadap lama berahi pada domba Periangan. Kondisi tubuh sed~Ing dengan tiugkat ovulasi kurang dari 2, lama berahi (45 jam) nyata (P<0,05) lebill lama bila dibandingkan pada kondisi kurus.dengan tingkat ovulasi yang salua. Pada Tabel 2 dituniukkan bah%va bobot hidup induk kambing kacang tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata terhadap lama berahi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bobot hidup kambing seberat 20-30 kg termasuk kategori bobot dewasa tubuli di mana ternak sudah dapat dikawinkan . DEVENDIZA clanBURN (1994) menyatakan bahwa kambing kacang pertama kali dikawinkan bobot hiclupnya berkisar antara 18-20 kg. HASTONO et al. (1997) mendapatkan bahwa pada domba St . Croix dengan bobot hidup 25,45 kg, lama berahi (41,5 jam) nyata (P<0,05) lebili lama bila dibanchngk;m dengan kelompok induk domba yang mempunyai bobot hidup 19,56 kg (30,00 jam) . Keaclaan ini menunjukkan bahwa lama berahi dipenganllii oleh bobot hidup sebelum dewasa tubuh . Penyebab lain timbulnya keragaman pada lama beralii adalah
Seminar Nusional Peternakan don Veteriner 1999
faktor umur . TOELIIIERE (1981) nienyatakan baliwa domba dara sering memperlihatkan lama berahi yang pendek bila dibanding dengan doluba induk yang tua.
KESIMPULAN DAN SARAN
Semakin tinggi dosis PMSG yang disuntikkan kepada induk kambing Kacang, maka onset berahi semakin cepat atau dapat Inetnpercepat timbulnya berahi 16 jam lebih cepat dengan disertai berahi yang semakin laina mencapai 100 jam. Bobot hidup pada saat dewasa tubuh tidak berpengaruh terhadap onset berahi nwupun lama berahi pada kambing Kacang . Untuk memperoleh efisiensi waktu dan biaya yang optimum disarankan agar tidak menggunakan PMSG.
DA FTAR PUSTAKA
AmATI, U., HASTcrNO, R .S .G . SIAN -rurz1, T.1). CILANIAGO, dan I K. SurAmA. 1997. Sinkronisasi berahi secara biologis pada kanibing Peranakan Etawah . Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor 18-19 Nopember 1997 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. hal. 411-416 .
ARTININGSIH, N.M., B. PUR\VANTARA, R.K. A(IIJAN, dan I K. SuTAmA . 1996. Pengaruh penyuntikan Pregnant Marc Serum Gonadotrophin terhadap kelahirau kembar pada kambing Peranakan Etawali. J. Ilmu
Peternakau darr Veterirarr. 2(1):
DEVENDRA dan C. 13URN. 1994 .Prodrtksikanrbiug (itDaerah Tropis.Terjemahan Karya Putra. Penerbit ITB Balidung .
HANSEL, W. and E .M . CORVEY . 1998. HIN'siology of the oestrus cycle. J. Amim . Sci. (Suppl. 2). 57:404-412. HASTONO, 1. INCrUNI.I, dan N. I-ImAYATI . 1998. Penyerantakan birahi pada domba betina St. Croix. Pros.
Seminar Nasional Petemakau dan Veteriner. Bogor. 8-9 Nopember 1997. Jilid 11. Pusat Penelitian dan Pengembangan feteniakan . Badan I .itbang Pertanian. Departemen Pertanian. lial. 457-461 .
INOUNU, I., P. SITORIJS, B. TIESNAMMI'l, and I.C. PLETCI-ER. 1984. Reproductive performance of Javanese sheep on different planes mitritim . Working paper No. 36. Univ. of California, Davis, CA 95616, USA. Small Ruminant-CRSP. Halai Penelitian Temak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peteruakan .
SETIADI, B. and P. SITCiRUS . 1986 . Pcnycrentakan birahi menggunakan medroxy progesterone acetate iutravaginal sponges pada kambing..flrnudare Peternakan.2(2) :87-94 .
SETIADI, B., I K. SU TAMA, (1an IGM BIiDIARSANA. 1997. Efisiensi reproduksi dan produksi kainbulg Peranakan Etawah pada berbagai tatalaksatia perkawinan . J. 11mu Temak dan Veteriner. 2(4):233-236.
SIANTLIRI, R.S .G ., Uini At)IATI, HASTONO, 16M . BUDIARSANA, dan I K. SUTAMA . 1997. Sinkronisasi birahi secara honnonal pada kambing Peranakau Etawali. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 Nopember 1997 . 1'usat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertauian. Departemen Pertanian. hal .
SuTAmA, I K. 1990 . Lania birahi, waktu ovulasi dan kadar LH pada domba ekor pipih setelah perlakuan progestagen-fMSCi. 11nrudan PetcaWakan. 3:93-95 .
SuTAMA, I K., dan R. DHARSANA . 1994 . Sinkronisasi birahi dan super ovulasi pada domba. Proc . Seminar Sains dan Teknologi Peteniakan. hal . 463-467.
SeminarNosional Peternakon clan Veteriner 1999
STEEL, G.G .D . dan J.H.TORRIE . 1991 . Pririsip clan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi kedua. Penerbit PT. Gramedia Puslaka Utama. Jakarta.
TANMAYONG. 1993 . Pengaruh Penggunaan Gonadotrophut (PMSG + HCG) Terhadap Penampilan Reproduksi Domba Periangan Betina Pada Tingkat Prolitikasi dan Kondisi Tubuh Yang Berbeda. Tesis Magister Pertanian . Program Pascasarjana. tlniversitas Pajajaran. Bandung.