• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi Realitas: Konsep dan Aplikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Terapi Realitas: Konsep dan Aplikasi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 1

“Terapi Realitas: Konsep dan Aplikasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk yang senantiasa memiliki peran sosial, manusia berkecenderungan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi baik untuk mencapai tujuan yang sama atau sekedar mencapai aktualisasi diri dalam ruang lingkup sosial. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia berinisiatif untuk membentuk sebuah kelompok. Individu sebagai bagian dari kelompok merupakan makhluk yang berbudaya, menyandang fungsi ganda sebagai makhluk biologis )individu) dan makhluk social beings (sosial).

Dalam pergerakannya, manusia tidak hanya membentuk kelompok, namun terjadi kegiatan dinamis, konflik yang harus dihadapi, peraturan paten yang ditetapkan. Serta perpecahan yang mungkin terjadi. Fenomena tersebut terangkum dalam tahapan dinamika kelompok yang mengalami 5 tahap, yaitu “Forming”, “Storming”, “Norming”, “Performing” dan “Adjourning”.

Namun, situasi global dewasa ini banyak menciptakan berbagai tuntutan yang serba cepat, serta menuntut penggunaan waktu yang serba efektif dan efisien. Persaingan pun menjadi semakin ketat, sehingga menimbulkan gejala-gejala stress pada orang yang berada di dimensi tersebut. Manusia memiliki keterbatasan dalam berfikir, ada masanya dimana manusia merasa sudah tidak sanggup lagi menerima ujian dari Allah SWT. Padahal Allah SWT menyatakan dalam surat Al-Baqoroh ayat terakhir, “Allah Tidak akan memberikan ujian yang mana melebihi batas kemampuan hamba Nya (tidak akan sanggup menghadapi atau menerimanya)”.

Terapi realitas, merupakan pendekatan dalam konseling yang prosesnya relatif lebih cepat, dan dalam prosesnya menekankan / berorientasi pada saat ini, bisa

(2)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 2 diterapkan dalam berbagai konseling, serta menekankan pada perubahan perilaku individu menjadi lebih baik.

Terapi kelompok merupakan wahana yang efektif dalam melakukan penerapan prosedur terapi realitas. Proses kelompok dapat menjadi agen yang kuat dalam membantu konseli melaksanakan rencana dan komitmennya.

Berangkat dari ilustrasi di atas maka kami menulis makalah mengenai terapi realitas dan penerapannya dalam kelompok, dengan tujuan menunjukan dan memberikan alternatif layanan bimbingan dan konseling dengan situasi kelompok untuk menambah optimalnya dampak dari proses konseling terhadap seseorang .

B. Tujuan dan Manfaat Pembahasan

a) Memperoleh pemahaman mengenai terapi realitas

b) Mengenal dan memahami lebih jauh dan dalam tentang terapi realitas dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, terutama penerapannya dalam kelompok

c) Mengetahui konsep dasar dan teknik dalam terapi realitas yang digunakan dalam terapi individu dan kelompok

d) Mengenal terapi kelompok realitas untuk perbandingan dengan teori konseling kelompok lain

e) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya

f) Memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

C. Rumusan masalah

Untuk memudahkan pembahasan makalah, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu Konseling kelompok?

(3)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 3 3. Bagaimana teori realitas diaplikasikan dalam konseling kelompok?

4. Apa saja tahap yang perlu diperhatikan dalam konseling kelompok yang menggunakan terapi realitas?

5. Apa saja Keterbatasan dan Kelebihan dari konseling kelompok yang menggunakan terapi realitas?

6. Apa saja keterampilan konselor yang menunjang dalam proses konseling kelompok terapi realitas?

D . Metode Pembahasan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode sehingga diharapkan mampu mencakup makalah laporan ini. Dan metode yang digunakan berupa kajian pustaka (library research).

Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan mencakup buku-buku teks, jurnal atau majalah-majalah ilmiah dan hasil-hasil penelitian (Pidarta, 1999: 3-4).

Selain itu data diperoleh secara online dengan bantuan search engine E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menulis makalah ini adalah : Kata pengantar Daftar isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan pembahasan C. Rumusan Masalah D. Metodologi Penulisan E. Sistematika Penulisan BAB II PEMBAHASAN

(4)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 4 B. Konseling Kelompok

C. Terapi Realitas sebagai Teori yang Digunakan dalam Konseling Kelompok 1. Sejarah Perkembangan Terapi Realitas

2. Pandangan Mengenai Manusia

3. Kebutuhan Dasar Manusia dalam Terapi Realitas 4. Ciri-Ciri Terapi Realitas dalam Konseling kelompok 5. Tugas dan Peran Konselor dalam Konseling Kelompok 6. Penerapan Terapi Realitas dalam Konseling kelompok BAB III Analisis

A. Kelebihan dan Keterbatasan

B. Keterampilan Konselor yang Menunjang Konseling Kelompok Terapi Realitas BAB IV KESIMPULAN

Daftar Literatur

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Bimbingan dan Konseling Kelompok

Seperti telah dikemukakan Aristoteles, manusia itu merupakan mahkluk sosial, sehingga tiap-tiap manusia memiliki keinginan untuk berkelompok dengan teman-teman sosialnya. Gerungan, 1966 (dalam Walgito, 2005) mengungkapkan bahwa “kegiatan-kegiatan manusia itu seperti dikatakan oleh Kuypers, dapat digolongkan ke dalam 3 golongan utama secara hakiki. Kegiatan-kegiatan itu merupakan kegiatan yang bersifat pribadi, yang bersifat sosial dan kegiatan-kegiatan yang bersifat ke-Tuhanan. Hal itu terjadi karena adanya 3 segi utama pada manusia, bahwa manusia secara hakiki sekaligus merupakan makhluk individual, sosial dan makhluk berke Tuhanan”.

(5)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 5 Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok mempunyai dasar psikologis sesuai dengan sifat hakiki individu sebagai manusia.

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Kelompok

Manusia baik individu atau kelompok merupakan sasaran bimbingan dan konseling. Kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling bukan suatu himpunan individu-individu yang karena satu alasan tergabung bersama, melainkan suatu satuan orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul, saling tergantung dalam proses kerja sama dan mendapat kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota kelompok itu.

Bimbingan Kelompok, merupakan bimbingan yang diberikan kepada kelompok yang dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri individu yang ada dalam kelompok. Sedangkan Konseling Kelompok, yaitu merupakan usaha bantuan kepada kelompok dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Bimbingan dan konseling kelompok, yaitu proses belajar antar anggota kelompok sebagai konseli dengan konselor yang berperan sebagai pemimpin kelompok yang membantu konselinya untuk membuat pilihan dan keputusan yang tepat akan hidupnya, membimbing dalam mencegah dan mengatasi masalah perkembangan dan atau hambatan dalam hidup para konselinya untuk memudahkan penguasaan tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan baik dalam rangka mengoptimalkan perkembangannya. Kegiatan ini ditujukan kepada individu-individu yang normal dalam sebuah kelompok yang mengalami kesulitan dalam masalah pribadi, pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana mereka mengalami hambatan dalam membuat keputusan yang tepat dan mempunyai masalah akan penguasaan tugas perkembangannya. Konseling ini pun diberikan kepada individu-individu dengan tujuan untuk membantu kelompok mengetahui kekuatan dan

(6)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 6 kelemahan kelompok dan masing-masing anggota serta mengembangkan pemikiran positif terhadap diri dan kelompoknya.

2. Karakteristik dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Bimbingan dan konseling kelompok tentu berbeda dari layanan bimbingan dan konseling individual. Selain berbeda dari bentuk kegiatan dan layanan yang dilakukan, perbedaan terdapat pula pada karakteristik dan tujuan proses bimbingan dan konseling tersebut. Berikut pemaparan mengenai karakteristik bimbingan kelompok, konseling kelompok serta tujuan dari bimbingan dan konseling kelompok.

Karakteristik Bimbingan Kelompok antara lain; Bimbingan biasanya diberikan dalam bentuk penyampaian informasi tentang masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial ; penyampaian informasi berbentuk pelajaran ; Berbentuk kelas yang beranggotakan 20-30 orang ; kegiatan biasanya dipimpin oleh konselor pendidikan atau guru ; berorientasi pada perkembangan.

Karakteristik Konseling Kelompok yaitu; sifatnya pencegahan dan penyembuhan ; diarahkan pada kemudahan perkembangan dan pertumbuhan ; hubungannya berupa antarpribadi yang dinamis ; terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi. Bimbingan dan konseling kelompok merupakan salah satu bentuk realisasi bimbingan dan konseling. Disamping dapat mengefisienkan fungsi bimbingan dan konseling ternyata bimbingan dan konseling kelompok pun dapat membantu individu di dalamnya menjalin sebuah dinamika antar satu dengan lainnya.

Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok adalah adanya perubahan sikap dari anggota kelompok; mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi dalam diri dan kelompok; mencegah timbulnya masalah baru; meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pribadi-pribadi yang memiliki peranan dan fungsi berbeda untuk menciptakan kesempurnaan lingkungan belajar; membantu kelompok agar memiliki kemampuan untuk berfungsi secara wajar sebagai anggota masyarakat; menciptakan interaksi yang optimal dalam kelompok untuk pemahaman diri dan

(7)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 7 pemahaman terhadap orang lain ; menciptakan komunikasi yang interaktif dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan akan nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu. Namun, tujuan utama dilakukannya bimbingan dan konseling kelompok ternyata adalah mencapai kesejahteraan kelompok, serta menambah keberfungsian kelompok dalam masyarakat melalui pengoptimalan perkembangan individu dalam kelompok tersebut.

B. Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu konsultasi dan konseling antara konselor professional dengan beberapa individu yang dibentuk dalam satu kelompok. Konseling kelompok adalah suatu proses dinamis antar pribadi yang terpusat pada pemikiran & perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri teurapeutik seperti pengungkapan pikiran & perasaan secara leluasa, berorientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan – perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling pengertian, saling perhatian & saling mendukung. Ciri teurapeutik itu diciptakan & dibina dalam suatu kelompok dengan cara pengemukaan hal – hal secara diskusi.

Data & Fakta tentang pribadi-sosial, dunia pekerjaan, dunia pendidikan serta proses perkembangan juga kerap diinformasikan kepada kelompok, misalnya… satuan kelas dalam rangka bimbingan kelompok. Pemberian informasi secara kelompok dapat membantu individu-individu di dalamnya untuk melakukan perencanaan masa depan, antara lain karena interaksi antar-anggota kelompok dengan membuka pikiran mereka terhadap hal–hal yang belum disadari sebelumnya.

Pemberian informasi secara kelompok membawa keuntungan – keuntungan seperti menghemat waktu & tenaga bila dibandingkan dengan proses bimbingan & konseling secara individual, menciptakan kesempatan bagi semua individu untuk berinteraksi dengan konselor yang memungkinkan individu lebih berkeinginan untuk membicarakan perencanaan masa depan, kehidupan pribadi – sosial dalam wawancara

(8)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 8 konseling sehingga konseli terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan itu bersama – sama & saling mendiskusikannya.

Dalam hal ini, Konseling kelompok juga memiliki beberapa kelemahan seperti tidak semua masalah dapat dibahas secara spesifik karena tidak dapat sepenuhnya dilayani, terkecuali bila ditindak lanjuti dengan konseling individual; informasi yang disampaikanpun biasanya tidak terlalu mendalam, beranggapan saja informasi itu diselaraskan dengan rata–rata kebutuhan kelompok yang walaupun pada kenyataannya didalam suatu kelompok tidak semua anggotanya memiliki keinginan yang sama dalam menentukan suatu hal; Tidak semua individu akan tertarik & melibatkan diri dalam proses ini karena daya tangkap, minat & tingkat kedewasaan tiap orang dalam kelompok berbeda. Oleh karena itu, Proses pemberian informasi kepada suatu kelompok merupakan tantangan bagi konselor yang harus menemukan prosedur & penentu materi yang sesuai bagi kelompok yang dilayani.

Layanan konseling kelompok ini dapat diorganisasi sesuai dengan pola–pola dasar pelaksanaan bimbingan & konseling dalam rangka pola kurikuler (kursus bimbingan), pola generalis (proses akademik konselor), pola spesialis (pendidikan profesi konselor). Tiap penggunaan pola akan efektif bila disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan oleh anggota konseling kelompok dalam proses konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan konseling yang dilakukan melalui hubungan antar pribadi dalam suatu kelompok dengan lebih menekankan kepada pengembangan pribadi. Dalam kelompok, para anggota bisa belajar satu sama lainnya mengenai masalah yang sedang dihadapi, atau berbagi pengalaman untuk dijadikan pelajaran hidup.

Terapi realitas merupakan terapi berjangka pendek dan memfokuskan aspek “here and now”, juga menekankan pada kekuatan individu untuk memandang realita dalam rangkah merubah dirinya menjadi lebih baik. Terapi realitas diharapkan dapat bermaanfaat dalam konseling kelompok untuk menangani permasalahan para anggotanya atau permasalahan kelompok dalam memenuhi kebutuhan dan mengembangkan identitas keberhasilan dan perilaku bertanggung jawab.

(9)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 9

C. Terapi Realitas Sebagai Teori yang Digunakan dalam Konseling Kelompok

Tulisan mengenai terapi realitas akan memperkaya bahan kajian aplikatif teoritis terhadap layanan konseling baik untuk individu secara pribadi maupun bagi individu dalam setting kelompok. Terapi realitas adalah terapi yang didasarkan atas ide empiris individu yang bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan untuk mencapai identitas keberhasilan.

Terapi realitas, dapat diaplikasikan dalam konseling individual maupun kelompok dan biasa digunakan di sekolah-sekolah, rumah sakit, juga tempat-tempa rehabilitasi termasuk rumah tahanan, rumah-rumah kumuh dan sebagainya (Marja, 2005). Terapi kelompok merupakan wahana yang efektif dalam melakukan penerapan prosedur terapi realitas. Proses kelompok dapat menjadi agen yang kuat dalam membantu konseli melaksanakan rencana dan komitmennya.

1. Sejarah Perkembangan dan Konsep Utama Terapi Realitas

Terapi Realitas dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1960-an. Wiliam Glasser merupakan seorang psikiatris Amerika, dia lahir di Cleveland, Ohio, 1925. Glasser mempunyai banyak pengalaman bertahun-tahun sebagai psikiatri psikoanalisa. Namun, ia mulai mengamati bahwa apa yang dia dipraktekkan tidak sesuai dengan keyakinannya, akhirnya Glasser mengalami kekecewaan. Dia mulai meneliti mengenai intervensi yang efektif mengenai pendekatan fasilitator terhadap sebuah situasi terapi yang ternyata berbeda dari metode yang diajarkan psikoanalisa.

Glasser melakukan penyelidikan mengenai suatu pendekatan yang berbeda yang mana berpusat pada “here and now” dan mulai menerapkan pertanyaan pada konseli tentang “apa yang mereka lakukan sekarang untuk membantu diri mereka keluar dari masalah yang dihadapi?”.

Glasser memandang bahwa perilaku itu merupakan pilihan dan dia mulai meng-eksplore perilaku sebagai pilihan itu terhadap konselinya. Ternyata hal itu

(10)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 10 merupakan langkah awal bagi bentuk pendekatan yang segera meluas di dunia dan memberikan dampak bagi pendidikan, terapi, manajemen, konseling, parenting, dsb, yaitu Choice Theory. Teori choice menjadi bingkai kerja dan tiang fondasi teori serta pendekatan terapi realitas.

Filsafat dasar dari terapi realitas sendiri adalah “orang membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas keberhasilan” maupun “identitas kegagalan”. Terapi realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Kelompok yang di konseling melalui terapi realitas merupakan kumpulan individu normal dan sehat mental, karena pendekatan teori realitas menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lampau sebagai variabel utama menjadi konsep utama untuk mengantarkan kelompok pada sikap bertanggung jawab pada perbuatannya sebdiri tanpa menyalahkan hal-hal diluar dirinya terutama kejadian dimasa lalu. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan pada tiap anggota kelompok dalam proses konseling, bertujuan untuk mencapai kesehatan mental yang dianggap sama dengan penerimaan atas tanggung jawab baik individu yang berperan sebagai pribadi ataupun berperan sebagai anggota kelompok.

2. Pandangan Mengenai Manusia

Terapi realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian. Kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika tingkah laku, dipandang sebagai universal pada semua kebudayaan.

Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam pembentukan identitas, masing-masing dari manusia mengembangkan keterlibatan-keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya manusia merasa relatif berhasil atau gagal.

(11)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 11 Manusia sebagai makhluk sosial diakui oleh konsep terapi realitas. Setiap manusia mempunyai persepsi masing-masing mengenai identitas keberhasilan dan identitas kegagalan, maka dari itu perlu bantuan dari orang lain untuk membuat persepsi itu. Individu yang lain memainkan peran yang berarti dalam membantu menjelaskan dan memahami identitas individu yang lain juga. Pandangan tentang manusia mencakup pernyataan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” akan mendorong individu untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan. Glaser dan Zunin (dalam Corey, 2006) menyatakan mereka percaya bahwa masing-masing individu memiliki suatu kekuatan ke arah kesehatan atau pertumbuhan. Pada dasarnya, manusia ingin memuaskan hati dan menikmati suatu identitas keberhasilan. Menunjukan tingkah laku yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan interpersonal yang penuh makna.

Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa karena individu-individu bisa mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka mereka pun bisa mengubah identitasnya. Maka dari itu, perubahan identitas bergantung pada perubahan tingkah laku. Terapi realitas tidak berpijak pada filsafat deterministik tentang manusia, tetapi dibangun atas asumsi bahwa manusia adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Prinsip ini menyiratkan bahwa masing-masing orang memikul tenggung jawab untuk menerima konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri.

Kelompok konseling yang dimaksud atau dipandang sebagai sekumpulan individu yang harus dibantu menurut persepsi terapi realitas mengenai manusia adalah, kelompok atau individu-individu yang belum mampu mengembangkan identitas keberhasilannya secara penuh yang salah satu caranya adalah dengan penerimaan terhadap tanggung jawab atas perbuatan dan penerimaan diri / kelompok secara positif baik dari segi kekuatannya atau kelemahannya. kelompok konseling terapi realitas, merupakan kumpulan individu yang sedang ada dalam proses pengoptimalan perkembangan dalam rangka menumbuhkan identitas keberhasilan dan menjauhkan identitas kegagalan dari diri atau kelompoknya

(12)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 12 3. Kebutuhan Dasar Manusia dalam Terapi Realitas

Setiap manusia mempunyai kebutuhan, manusia berkelompok pun pasti bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kelompok konseling dalam terapi realitas pun terbentuk dalam rangka membantu akan pemenuhan kebutuhan-kebnutuhan dari anggota kelompoknya. Terapi realitas terpusat pada lima jenis kebutuhan yang harus terpenuhi dalam diri individu. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik dan psikologis. 4 diantara 5 kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan psikologis, yaitu

a) Kebutuhan LOVE and BELONGING, merupakan kebutuhan untuk cinta dan keterkaitan sosial. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk menjadi bagian dari beberapa bagian atau menjadi bagian dari sebuah hubungan. Dalam hal ini kebutuhan kelompok tercipta dalam bentuk; kebutuhan untuk dihargai oleh masyarakat; diakui keberadaan kelompoknya; serta mendapat perhatian dengan cara wajar atas eksistensi kelompoknya, dsb.

b) Kebutuhan POWER, yaitu kebutuhan untuk meraih sebuah tingkat yang tinggi dari kualitas dalam kehidupan kerja atau mendapatkan level penting dalam hidup. Kebutuhan kelompok dalam power antara lain; sukses bersama; keberhasilan belajar (pada kelompok belajar); mendapat penghargaan yang bermakna dari masyarakat; berhasil dalam mengaktualisasikan identitas kelompoknya,dll.

c) Kebutuhan FREEDOM, yaitu kebutuhan untuk untuk membuat keputusan, untuk bertindak dan menyukai apa yang menurut kita menarik. Kebutuhan ini terpenuhi manakala sebuah kelompok merasakan kebebasan dalam mengekspresikan keunikannya, mendapat kebebasan untuk melakukan rutinitas kelompok atau hobi bersama, merasakan keterbukaan lingkungan dalam menerima pendapat atau pemikiran kelompok, dsb.

d) Kebutuhan FUN, yaitu kebutuhan untuk bersenang-senang dalam bermain, belajar mencipta atau menemukan solusi. Kebutuhan kelompok yang termasuk Fun antara lain; melakukan hal-hal yang disenangi bersama; belajar

(13)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 13 bersama; main dan refreshing bersama-sama; mengunjungi tempat-tempat wisata untuk liburan, berlibur bersama, dsb.

Yang terakhir merupakan kebutuhan fisik yaitu,

e) Kebutuhan SURVIVE, merupakan kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan fisik dalam menjalani hidup (contoh, makanan, minuman, pakaian, reproduksi, dsb).

4. Ciri-Ciri Terapi Realitas dalam Konseling kelompok

Terapi realitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Corey,2006) :

1. Terapi realitas menolak tentang penyakit mental. Asumsinya adalah bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidak bertanggung jawaban. Pendekatan terapi realitas tidak menggunakan diagnosis-diagnosis psikologis, tetapi mempersamakan gangguan mental yang dihadapi kelompok dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab dan mempersamakan kesehatan mental kelompok yang ditunjukkan dengan tingkah laku atau kegiatan kelompok yang bertanggung jawab.

2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang. Terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekakankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku. Jika sebuah kelompok ingin menumbuhkan identitas keberhasilan melalui sikap mereka, maka yang diperhatikan dalam konseling kelompok adalah “apakah yang sekarang harus dilakukan kelompok untuk mencapai keberhasilan tersebut?” dan “bagaimana perilaku tersebut akan mengantarkan kelompok pada keberhasilan di masa yang akan datang?”

3. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena masa lampau itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang. Terapis terbuka untuk mengeskplorasi segenap aspek dari kehidupan kelompok saat ini,

(14)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 14 mencakup harapan-harapan kelompok untuk masa depan, ketakutan-ketakutan apa yang sekarang sedang dihadapi. Dan dalam proses konseling kelompok, konselor harus menekankan kekuatan-kekuatan, potensi-potensi, keberhasilan-keberhasilan, dan kualitas-kualitas yang positif dari kelompok.

Glasser tidak menganjurkan penghitungan kembali sejarah dan pengeksplorasian masa lampau karena menurutnya hal itu merupakan usaha yang tidak produktif. Oleh karenannya, ia mengajukan pertanyaan, “Mengapa terlibat dengan orang yang dulunya tidak bertanggung jawab? Kita ingin terlibat dengan orang yang kita tahu bisa menjadi orang yang bertanggung jawab” (Glasser, 1965, hlm.32 dalam Corey, 2006).

4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-petimbangan nilai. Terapi realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran anggota kelompok dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dan anggota kelompok lainnya dalam menentukan apa yang membuat kegagalan dalam kelompok.

Jika tiap anggota kelompok sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka justru menimbulkan kegagalan, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata-mata karena mereka menetapkan bahwa alternatif-alternatif bisa lebih efektif daripada perilaku mereka sekarang yang tidak realistis. 5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Terapi realitas tidak

memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi konselor untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas menghimbau agar konselor menempuh cara beradanya yang sejati, bukan sebagai orang lain. Glasser (1965) menyatakan bahwa individu tidak mencari suatu pengulangan keterlibatan di masa lampau yang tidak berhasil, tetapi mencari suatu keterlibatan manusiawi yang memuaskan dengan orang lain dalam keberadaan mereka sekarang.

(15)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 15 6. Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran bukan aspek-aspek

ketaksadaran. Teori psikoanalitik, yang berasumsi bahwa pemahaman dan kesadaran atas proses-proses ketaksadaran sebagai suatu prasyarat bagi perubahan kepribadian, menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar. Sebaliknya, terapi realitas menekankan bagaimana tingkah laku sekarang hingga kelompok tidak mencapai tujuannya dan bagaimana kelompok menyusun bisa suatu rencana bagi tingkah laku yang berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan realistis.

7. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-renana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan konseli dan perusakan hubungan terapeutik. Alih-alih penggunaan hukuman, Glasser menganjurkan untuk membiarkan kelompok mengalami konsekuensi-konsekuensi yang wajar dari tingkah lakunya.

8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser (1965) didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”. Bagian yang esensial dari terapi realitas mencakup moral, standar-standar, pertimbangan-pertimbangan nilai, serta benar dan salahnya tingkah laku karena semuanya itu berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan akan rasa berguna (Corey,2006). Menurut Glasser, kelompok yang bertanggung jawab melakukan apa-apa yang memberikan kepada kelompoknya perasaan bermanfaat bagi anggota kelompoknya dan bagi orang lain.

5. Tugas dan Peran Konselor dalam Konseling Kelompok

Tugas dasar Konselor adalah melibatkan diri dengan kelompok dan kemudian membuatnya menghadapi kenyataan selain bertindak sebagai pembimbing yang

(16)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 16 membantu kelompok agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis. Menilai tingkah laku tersebut termasuk mengevaluasi tingkah laku melalui keterlibatan kelompok dan dengan membuka tingkah laku yang sebenarnya secara terang-terangan Konselor diharapkan memberikan pujian apabila ada anggota kelompok bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidaksetujuan apabila mereka tidak bertindak demikian. Fungsi Konselor pun adalah sebagai guru, konselor harus mengajari kelompok bahwa tujuan terapi tidak diarahkan kepada kebahagiaan. Terapi realitas berasumsi bahwa kelompok bisa menciptakan kebahagiannya sendiri dan bahwa kunci untuk menemukan kebahagiaan adalah penerimaan tanggung jawab. Untuk itu konselor dalam proses konseling harus mampu terlibat untuk melibatkan kelompok dalam konseling.

6. Penerapan Terapi Realitas dalam Konseling kelompok

Terapi realitas digunakan dalam konseling kelompok. Terapi kelompok merupakan wahana yang efektif dalam melakukan penerapan prosedur terapi realitas. Proses kelompok dapat menjadi agen yang kuat dalam membantu konseli melaksanakan rencana dan komitmennya. Para anggota dalam kelompok tersebut diminta menuliskan kontrak-kontrak khusus dan membacakannya dihadapan kelompok. Keterlibatan dengan para anggota lain dengan cara yang bermakna dapat menjadi perangsang untuk tetap pada komitmen yang telah dibuat.pemakaian asisten terapis sering dilakukan dan telah diketahui sangat membantu dalam kelompok-kelompok terapi realitas.

Terapi realitas dalam adegan kelompok menantang konseli untuk menguji produktivitas perilaku mereka dan perubahannya, ketika perlu melalui perencanaan dan pencapaian keberhasilan mereka. Terapi realitas adalah suatu model aktif, direktif dan didaktik. Penekanannya pada perilaku sekarang, bukan pada sikap, wawasan, masa lalu, atau motivasi ketidaksadaran (Marja, 2005; Corey,2006). Seperti analisis transaksional, terapi realitas pada awalnya lebih banyak digunakan dalam kelompok dari pada individual. Terapi realitas juga menjadi tumpuan dalam lingkungan

(17)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 17 kerja/tugas, seperti pergerakan kualitas total, yang menekankan bekerja secara kooperatif dan produktif dalam kelompok-kelompok kecil. Terapi realitas sebagai suatu pendekatan teori control, berbeda dari cara kerja dalam kelompok yang berdasarkan akal-sehat lain. Pendekatan ini menekankan bahwa “semua perilaku dihasilkan dalam diri mereka sendiri untuk memenuhi satu atau beberapa tujuan (kebutuhan dasar)” (Glasser,1984 dalam Supriatna M, 2003:192).

Penerapan terapi realitas dalam konteks kelompok berdasarkan suatu proses yang rasional. Terapi menekankan pada perilaku yang tampak pada kejadian “here and now”. Ada beberapa variasi dalam menerapkan terapi realitas dalam adegan kelompok, tetapi delapan tahap dasar terapi realitas umumnya digunakan baik dalam konteks kelompok maupun individual (Glasser, 1984)

1) Berteman/ membangun suatu hubungan yang bermakna. Langkah pertama konselor adalah usaha membangun hubungan baik (rapport) dengan setiap anggota kelompok

2) Menegaskan perilaku sekarang/ bertanya apa yang dilakukan sekarang. Langkah ini terfokus pada proses pilihan, terapi realitas menekankan pentingnya penggunaan berfikir dan bertindak, dari pada perasaan atau fisiologi untuk membawa perubahan, anggota kelompok diminta untuk konsentrasi pada pengontrolan perilaku mereka sekarang.

3) Menegaskan apakah tindakan-tindakan konseli sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Langkah ini menekankan tentang pertimbangan anggota kelompok atas perilaku mereka dan mempelajari perilaku yang mereka control. Satu bagian dari proses ini memfokuskan pada nilai-nilai personal, sedangkan bagian kedua berdasarkan aturan system kehidupan masyarakat. Orang-orang dengan kesulitan mungkin mengulangi perilakunya dengan pertimbangan yang baik atau sesuai dnegan kebijakan masyarakat

4) Membuat suatu rencana positif untuk berbuat lebih baik. Langkah ini merupakan tahapan kritis dalam proses kelompok. Langkah ini meliputi perencanaan, menasihati, membantu, dan mendorong. Perencanaan, pada

(18)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 18 dasarnya merupakan tindakan individual, namun anggota dan pemimpin kelompok dapat sangat efektif memberikan input dan sugesti-sugesti yang akan membuat perencanaan lebih potensial. Wubbolding, 1988 (dalam Supriatna, 2003) menyatakan bahwa ada beberapa komponen yang harus dimiliki agar rencana tersebut efektif dalam kelompok, antara lain ; berhubungan erat dengan kebutuhan anggota; sederhana dan mudah dipahami; realistic dan dapat dicapai; melibatkan tindakan-tindakan positif; independen terhadap kontribusi orang lain; dapat dipraktekan secara teratur; dapat dilakukan dengan segera; berorientasi proses; dan terbuka untuk input yang membangun dari anggota kelompok melalui tulisan dan diformulasikan dengan baik.

5) Membuat kesepakatan untuk rencana positif selanjutnya. Tidak cukup untuk membuat rencana tindakan, anggota kelompok harus mengikuti tahap selanjutnya. Suatu rencana yang tidak memiliki kerangka komitmen konseli yang kuat mungkin akan gagal, untuk itu tiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka agar proses pencapaian lebih terkontrol 6) Tak ada alasan. Anggota kelompok tidak akan berhasil dalam rencana

tindakan mereka bila sering memaafkan kesalahan. Penerimaan alasan yang diberikan seseorang dalam kelompok menunjukkan bahwa ide mereka lemah, tidak dapat berubah dan akibatnya tidak mampu mengontrol kehidupan mereka.

7) Tidak ada hukuman. Glasser mengemukakan bahwa “hukuman adalah siksaan yang menyakitkan dengan cara meredakan tanpa alasan atau mengakhiri perasaan sakit tanpa materi yang berkaitan dengan kesalahan orang. Terapi realitas menekankan, bahwa seseorang yang tidak mengikuti rencana tindakan mereka, harus hidup dengan konsekuensi alami dari hasil perbuatannya tersebut.

8) Tidak pernah berhenti. Perubahan selalu memerlukan waktu, khususnya jika konseli memiliki sejarah kegagalan yang banyak. Masing-masing anggota

(19)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 19 kelompok harus enjadi teman yang baik, yang tidak pernah berhenti berusaha membantu dengan sungguh-sungguh.

7. Peran Pimpinan Kelompok Dalam Terapi Realitas

Pemimpin kelompok terapi realitas aktif dan terlibat dengan anggota kelompok, berusaha hangat dan mengkonfrontasi individu yang menunjukkan ke luar realitas anggota kelompok secara langsung.

Ada empat kriteria pemimpin terapi realitas yang efektif yaitu:

1) Mereka harus menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mampu memenuhi kebutuhan mereka

2) Mereka harus kuat mental dan mampu menentang kesenangan anggota kelompok untuk simpati dan berdalih atas perilaku yang tidak produktif 3) Berkualitas untuk menerima anggota kelompok siapapun mereka

4) Pemimpin kelompok realitas harus terlibat secara emosional dan mendukung setiap anggota kelompok

Praktisi terapi realitas harus berusaha mengangkat fungsi-fungsi yang lain. Fungsi yang lebih umum yaitu mereka tampil sebagai model personal yang berperilaku bertanggungjawab (seorang yang beridentitas berhasil). Pemimpin kelompok terapi realitas harus membantu perkembangan proses penilaian diri para anggota kelompok, membangun suatu struktur dan batasan sesi kelompok, membantu anggota kelompok memahami ruang lingkup proses kelompok dan kebutuhan untuk menerapkan pelajaran dalam kelompok kepada kehidupan mereka sehari-hari. Hansen, et al. (1980) menyatakan bahwa dalam mengemban tanggung jawab dalam kelompok, pemimpin kelompok terapi relitas umumnya bersifat eklektik di dalam teknik-teknik kerja mereka.

Dalam adegan kelompok, ada beberapa hal yang diharapkan terjadi dalam kelompok terapi realitas. Hal yang terpenting adalah perubahan pengalaman anggota kelompok dalam perpindahan pola-pola perilaku merusak diri pada masa lalu. Tiap

(20)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 20 anggota kelompok berusaha membuat rancangan perilaku baru untuk membantu mencapai tanggung jawab mereka, atau tujuan-ujuan yang berorientasi pada masa kini. Anggota kelompok datang dari pengalaman terapi realitas dengan kesadaran yang tinggi akan nilai-nilai mereka. Melalui kelompok, mereka menyadari memiliki pilihan tentang apa yang mereka lakukan. Mereka bebas untuk merealisasikan peraturan bermain dalam mengendalikan hidup mereka. Intinya para anggota kelompok harus dapat bertanggung jawab dan dapat memilih untuk berubah.

BAB III

ANALISIS

A. Kelebihan dan Keterbatasan

Dalam tiap teori pasti ada kekuatan dan kelemahan. Terapi realitas dalam adegan kelompok pun tak lepas dari keterbatasan dan kelebihan, berikut merupakan kelebihan dan keterbatasan terapi realitas dalam format kelompok,

Kelebihan :

1) Terapi realitas menekankan pada tanggung jawab. Individu bertanggungjawab untuk memutuskan apa yang mereka hargai dan inginkan untuk berubah dalam hidup mereka.mereka mempelajari bahwa mereka harus bekerja

(21)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 21 mengimplementasikan perubahan dan tanggung jawab ditempatkan secara tepat pada anggota kelompok.

2) Pendekatan ini menekankan pada tindakan dan berfikir sebagai lawan dari perasaan dan fisik. Melalui penekanan bahwa anggota kelompok membuat rencana dan melakukannya, terapi realitas melepaskan kesuraman masa lalu dan membuat klien lebih mampu untuk berubah. Bagian proses tindakan/berfikir melibatkan penolakan untuk menerima alasan dan tidak menghukum (Glasser, 1984). Dimensi tindakan/berfikir terapi realitas ditujukan pada keterarahan positif, seperti memenuhi kebutuhan dan perubahan yang tepat.

3) Dimensi yang berharga dari kelompok terapi realitas adalah kelangsungan hidup orang dalam masyarakat sebagaimana yang mereka inginkan. Kelompok terapi realitas memungkinkan bekerja secara produktif dengan populasi lain yang dipandang sebagai sesuatu yang sulit dan tidak dapat diperbaiki. Pendekatan ini sangat efektif dalam konseling krisis dan konseling jangka panjang.

4) Pendekatan ini menekankan pada batasan prosedur kerja dengan individu- individu dalam kelompok (Glasser, 1986). Terapi realitas sangat terang-terangan dalam menekankan apa yang dibutuhkan dan kapan pemimpin kelompok berbuat.

5) Penggunaan terapi realitas dalam kelompok adalah perlakuan yang kontinyu sampai partisipan mampu memecahkan kesulitan. Sebagai suatu cara mendorong perubahan yang positif, terapi realitas merupakan pendekatan yang relative singkat (Wubbolding, 1988). Banyak individu hanya memiliki waktu yang terbatas untuk bekarja menghadapi kesulitan mereka, apakah dalam konterks terapeutik atau dalam konteks organisasional. Terapi realitas sanggup realistis dan membantu anggota kelompok untuk terlibat dengan orang lain dan memperkuat perencanaan setiap orang agar lebih berhasil.

(22)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 22 1) Menekankan pada pertukaran komunikasi, secara verbal atau tulisan. Banyak

terapis realitas menggunakan kontrak dalam kelompok mereka untuk mengkalirifikasi tujuan angota dengan tepat. Individu yang tidak dapat atau tidak mau berkomunikasi dalam cara ini tidak memperoleh manfaat dari metode pendekatan seperti ini.

2) Keterbatasan metode ini adalah kesederhanaannya. Delapan tahapan metode Glasser memandu suatu kelompok yang mungkin keliru diterapkan oleh pemimpin kelompok secara “mekanis” yang tidak memahami atau menghargai kompleksitas hakikat dan perubahan manusia.

3) Ekstrim tentang beberapa isu. Terutama isu mengenai beberapa teori yang lebih menekankan aspek ketak sadaran individu atau masa lalau. Terapi realitas jelas menolak menghadapi ketaksadaran dan menyangkal pentingnya kejadian masa lalu kecuali sebagai cara untuk memahami perilaku seseorang.

4) Teori ini kurang efektif dalam kerja kelompok. Glasser emmbantah bahwa terapi realitas hanya teori yang lebih popular dalam pendidikan, penjara, dan program penyalahgunaan narkoba, tetapi validasi empiris teori ini terkadang harus dipenuhi melalui penelitian.

5) Menekankan pada konformitas dan kegunaan. Anggota kelompok diharapkan menyesuaikan realitas mereka. Meskipun penekanan ini bersifat pragmatis, itu juga dapat mengurangi perilaku kreatif dan independen. Terapi realitas juga menekankan jauh dari perubahan lingkungan seseorang. Terapi realitas merupakan teori yang tidak hanya lebih memfokuskan pada perubahan individu dalam kelompok alih-alih menekankan perubahan lingkungan.

Tiap teori mempunyai kekuarangan dan kelebihan, oleh karenannya dalam praktik konseling, satu teori saja tidak cukup. Alangkah tidak bijaksana bila kita hanya menggunakan atau berkiblat pada satu pendekatan saja dalam proses konseling karena bisa saja satu pendekatan yang kita gunakan tersebut tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan konseli, serta kondisi sosial, budaya dan agama.

(23)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 23 Untuk itu disarankan agar para konselor tidak menggunakan teori atau pendekatan tunggal pada semua kasus untuk diselesaikan. Akan tetapi harus dicoba secara kreatif memilih bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan, kemudian secara sintetis-analitis diterapkan pada kasus yang dihadapi. Allen Ivey,1980 (Willis,2004:55) memperkenalkan CSA ”Creative-Synthesis-Analytic”. CSA membuat konselor lebih kreatif dan luas wawasannya. Selain itu sebagai seorang calon konselor haruslah memahami setiap teori konseling agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik, artinya memberikan pelayanan sesuai dengan kesulitan atau masalah yang dihadapi konseli.

B. Keterampilan Konselor yang Menunjang Aplikasi Terapi Realitas dalam Konseling Kelompok

1. Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi

Para pendidik melihat komunikasi sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memprbaharui kesehatan mental. Para ideology juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi antara lain terlihat pada 3 aspek dibawah ini

1. Konformitas (conformity). Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakandan melakukan hal yang sama.

2. Fasilitas Sosial. Fasilitas sosial dapat diartikan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok

3. Polarisasi

2. Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok

1. Komunikasi Kelompok Deskriptif

Kelompok Tugas : Model Fisher. Pada model ini kelompok melewati empat tahap : orientasi, konflik, pemunculan, dan peneguhan.

(24)

Konseling Kelompok Terapi Realitas | 24 Kelompok Pertemuan : Model Bennis dan Shepherfd. Pada model ini terdiri dari dua tahap, yaitu (1) kebergantungan pada otoritas, dan (2) kebergantungan satu sama lain. Kelompok Penyadar : Model Chesebro, Cragan, dan McCullough.Model ini melewati empat tahap, kesadaran diri akan identitas baru, identitas kelompok melalui polarisasi, menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok, dan menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya.

2. Komunikasi Kelompok Preskriptif.

Diklasifikasikan pada dua kelompok besar : privat dan public. Yang termasuk kelompok privat : kelompok pertemuan, kelompok belajar, panitia, dan konferensi. Sedangkan yang termasuk kelompok public adalah: panel, wawancara terbuka, forum, dan symposium.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola diversifikasi konsumsi pangan pokok berbasis potensi lokal di

Globalisasi adalah proses di mana berbagai peristiwa, keputusan, dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai masyarakat di belahan dunia

Bila dibandingkan antar konsentrasi alginat pada CaCl 2 0,75 % aktivitas antioksidan saling tidak berbeda nyata, sedangkan antar konsentrasi alginat pada CaCl 2 1 %

Contoh gaya hambatan yang disebabkan oleh tegangan geser adalah gaya emplasemen (tempat dudukan) sesar naik. Dalam suatu zona tumbukan lempeng benua, suatu lapisan batuan

Mengenai hal ini observer dari KB UKDI memberikan masukan bahwa akan lebih baik pada saat try out CBT soal diberikan sesuai dengan jumlah soal yang seharusnya,

Hasil analisis cuplikan cairan hasil lindi peleburan pasir zirkon dengan alat analisis spektrograf emisi menunjukkan bahwa konsentrasi masing-masing unsur Si, Cu, dan

LIPI Press merupakan layanan penerbitan korporat LIPI yang memiliki kapasitas dalam (1) memproses dan mengelola bahan-bahan informasi dan pengetahuan menjadi produk-produk

hukum adat secara historis telah ada semenjak zaman pra Islam dan setelah zaman Islam. Kemudian pada Tahun 375 H. 986 M, telah ada Kerajaan Linge Gayo di pimpin oleh Adi