• Tidak ada hasil yang ditemukan

HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGELOLAAN WISATA BUDAYA DAN RITUAL GUNUNG

KEMUKUS SEBAGAI UPAYA MENGUBAH STIGMA NEGATIF GUNUNG

KEMUKUS SEBAGAI WISATA RITUAL SEX

DI KABUPATEN SRAGEN JAWA TENGAH

Dharmawan Ardi Nugrogo, S.ST, M.Par., Ichwan Prastowo, S.Pd, M.M.Par Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH.Samanhudi 31 Mangkuyudan Surakarta ABSTRAK

Salah satu upaya mewujudkan suatu wilayah menjadi daerah tujuan wisata adalah perlunya dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kreatif guna menggali potensi lain yang terpendam, upaya ini dimaksudkan agar dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata. Pengembangan kepariwsiataan ditujukan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain aspek kelestarian budaya dan lingkungan alam, aspek peningkatkan pendapatan daerah aspek pelayanan terhadap wisatawan.

Objek wisata Gunung Kemukus tersebut tampak menarik untuk dikunjungi dengan berbagai keunikannya terutama jika dilihat dari segi ritualnya. Keberadaan objek wisata Gunung Kemukus akan menimbulkan pandangan pro dan kontra pada masyarakat umum, baik mereka yang sudah pernah berkunjung ke tempat tersebut maupun mereka yang hanya mendengar cerita saja. Sebagian besar pandangan masyarakat terhadap tempat ini selalu negatif. Objek wisata Gunung Kemukus tersebut menjadi dilemma bagi kita semua dan secara agama hal itu dilarang namun dari segi Pendapatan Daerah sangat menguntungkan. Bertolak dari permasalahan di atas maka kami sangat tertarik untuk meneliti objek wisata Gunung Kemukus terutama dari sisi model pengelolaan wisata Gunung Kemukus sebagai upaya merubah stigma negatif Gunung Kemukus sebagai wisata ritual sex.

Keterlibatan semua dinas terkait dalam penataan Obyek Wisata Gunung Kemukus sangat di perlukan, hal ini di karenakan Obyek Wisata Gunung Kemukus yang identik dengan stigma negatif sebagai Obyek Wisata Ritual Sex yang sudah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun harus di tangani dari semua sisi, baik sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan pendukung lainya. Untuk mengembalikan wisata Gunung Kemukus sebagai wisata religi harus ada komitmen yang terpadu dari semua pemangku kepentingan di kabupaten Sragen

Upaya-upaya yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan obyek wisata Gunung Kemukus dengan segala potensi yang ada (potensi wisata air, perikanan, budaya, ziarah, dan lain-lain) perlu segera di realisasikan bukan juga hanya sebuah wacana saja. Konsep harus segera dilaksanakan dan tentunya harus didukung oleh semua pihak terkait dan seluruh masyarakat khususnya masyarakat yang selama ini berada di kawasan Gunung Kemukus. Kerjasama dan komitmen bersama antara pihak-pihak terkait dan pemangku kepentingan dalam menata dan mengelola obyek wisata Gunung Kemukus tentunya akan menjadikan obyek wisata Gunung Kemukus menjadi destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Hal ini tentunya akan menggerakkan roda ekonomi khususnya masyarakat sekitar dann secara umum masyarakar Kabupaten Sragen dan Jawa Tengah.

Kata Kunci : Model, Pengelolaan Wisata, Gunung Kemukus I. PENDAHULUAN

Salah satu upaya mewujudkan suatu wilayah menjadi daerah tujuan wisata adalah perlunya dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kreatif guna

menggali potensi lain yang terpendam, upaya ini dimaksudkan agar dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata. Pengembangan kepariwsiataan ditujukan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain aspek kelestarian budaya

(2)

dan lingkungan alam, aspek peningkatkan pendapatan daerah aspek pelayanan terhadap wisatawan. Industri pariwisata sering dianggap sebagai jawaban untuk menghadapi berbagai masalah ekonomi, dipandang dapat menciptakan lapangan kerja baru yang jelas akan dapat memberikan lebih banyak peluang ekonomi (Gamal Suwantoro,1997 : 14).

Di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen terdapat objek wisata budaya ziarah makam Pangeran Samodro yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Kemukus.

Objek wisata Gunung Kemukus tersebut tampak menarik untuk dikunjungi dengan berbagai keunikannya terutama jika dilihat dari segi ritualnya. Keberadaan objek wisata Gunung Kemukus akan menimbulkan pandangan pro dan kontra pada masyarakat umum, baik mereka yang sudah pernah berkunjung ke tempat tersebut maupun mereka yang hanya mendengar cerita saja. Sebagian besar pandangan masyarakat terhadap tempat ini selalu negatif. Konon apabila ingin terkabul akan sesuatu hal yang diinginkannya, maka seseorang harus berhubungan seksual di objek wisata tersebut dengan lawan jenisnya yang bukan suami atau istrinya selama tujuh kali berturut turut tanpa putus secara tetap. Sedangkan pandangkan - pandangan positif yang beredar di masyarakat adalah berziarah ke makam Pangeran Samodro adalah sebagai suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai keutamaan dengan mengingat jasa-jasa dan keluhuran jiwa yang diziarahi. Dengan harapan ketika orang sedang berziarah di makam tersebut maka dia dapat mengambil hikmah dan keutamaan dari nilai – nilai tersebut. Di kemudian hari nanti dalam mencapai keinginan, jika menghadapi halangan maupun rintangan, baik fisik maupun ghaib, sesorang akan memiliki ketabahan dan keluhuran jiwa seperti Pangeran Samodro atau orang yang diziarahi. Orang awan mengatakan ritual tersebut sebagai ngalap berkah pada yang diziarahi.

Penelitian ini kami lakukan karena adanya fenomena yang menarik di Lokasi Objek Wisata Gunung Kemukus. Ditinjau dari segi pariwisata Gunung Kemukus hanya merupakan sebuah bukit dengan ditumbuhi pepohonan yang membuatnya tampak rindang dan sejuk, kemudian pada puncak bukit tersebut terdapat makam Pangeran Samodra.

Dari atas bukit tersebut dapat dilihat sungai atau mungkin bisa dikatakan dengan danau di mana merupakan luapan dari atau terusan waduk Kedung Ombo, dimana nampak seolah olah membelah wilayah ini, sehingga bila seseorang datang dari wilayah Barong harus menyeberang danau tersebut untuk dapat sampai di Gunung Kemukus. Keberadaan Gunung Kemukus ini ternyata sangat penting dan berarti bagi orang orang yang memiliki kepercayaan terhadap roh leluhurnya untuk mendapatkan berkah keselamatan, kekayaan, kemakmuran bahkan masalah jodoh. Di Gunung Kemukus ini ada satu tempat khusus berupa pendopo yang di dalamnya ada beberapa makam tokoh masyarakat Jawa. Salah satunya adalah makam Pangeran Samodra. Di mana Pangeran Samodra adalah seorang putra Raja Majapahit terakhir dari ibu selir. Konon makam Pangeran Samodra ini berisi dua orang yakni Pangeran Samodra dan ibu selirnya Raden Ayu Ontrowulan. Banyak versi tentang cerita kisah Pangeran Samodra ini, hal tersebut muncul karena masing masing memiliki kepentingan sebagai pembenar dalam mencapai tujuan . Sejarah yang banyak beredar di masyarakat adalah bahwa Pangeran Samodra berselingkuh dengan ibu selirnya R Ay Ontrowulan yang berakhir dengan meninggalnya Pangeran Samodra di bukit yang kini dikenal dengan Gunung Kemukus, yang karena cintanya maka keduanya dimakamkan dalam satu liang kubur dengan kondisi tertelungkup. Sejarah itulah yang kemudian mengarahkan kepada setiap orang yang datang ke makam Pangeran Samodra di Gunung Kemukus untuk meminta berkah, dan sejarah Pangeran Samodra ini dijadikan ukuran bahwa kalau berziarah ke makam Pangeran Samodra harus melakukan ritual yang diakhiri dengan hubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya selama 7 kali berturut turut secara tetap. Perilaku ritual ini sebenarnya tidak mutlak berlaku karena kegiatan tersebut sudah jelas dilarang oleh agama karena termasuk perbuatan dosa yaitu berzinah.

Objek wisata Gunung Kemukus tersebut menjadi dilemma bagi kita semua dan secara agama hal itu dilarang namun dari segi Pendapatan Daerah sangat menguntungkan. Bertolak dari permasalahan di atas maka kami sangat tertarik untuk meneliti objek wisata Gunung Kemukus terutama dari sisi model pengelolaan wisata Gunung Kemukus sebagai

(3)

upaya merubah stigma negatif Gunung Kemukus sebagai wisata ritual sex. Mempertimbangkan fenomena di atas maka kami merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana obyek wisata Gunung Kemukus menjadi destinasi wisata ritual di Sragen Jawa Tengah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana model pengelolaan yang tepat Gunung Kemukus sebagai wisata ritual dan budaya ?

b. Bagaimana potensi pengembangan pariwisata gunung kemukus sebagai destinasi wisata budaya dan ritual di Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

c. Bagaimana persepsi pelaku wisata budaya dan ritual serta masyarakat setempat terhadap objek wisata Makam Pangeran Samodra di Gunung Kemukus?

d. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam rangka menjadikan wisata gunung kemukus sebagai wisata budaya dan ritual yang positif.

Sejalan dengan perumusan masalah yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui model pengelolaan yang tepat Gunung Kemukus sebagai wisata ritual dan budaya ?

b. Mengetahui potensi pariwisata gunung kemukus sebagai destinasi wisata ritual dan budaya di kabupaten Sragen Jawa Tengah.

c. Mengetahui persepsi pelaku wisata ritual dan masyarakat setempat terhadap objek wisata Makam Pangeran Samodra di Gunung Kemukus?

d. Mengetahui Diskripsi pengelolaan pariwisata Gunung Kemukus kepada Pemerintah Daerah setempat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tujuan Wisata

Wisata berhubungan erat dengan piknik, pariwisata, dan yang lainnya. Untuk sebagian orang, agenda wisata setiap tahunnya telah menjadi sebuah kebutuhan layaknya kebutuhan primer. Dasar dari pandangan ini

adalah wisata digunakan sebagai

penyeimbang hidup setelah sekian hari berkutat dengan pekerjaan yang memiliki jadwal yang ketat. Sehingga dengan

melakukan wisata akan merecharge tubuh dan pikiran mereka menjadi segar kembali sehingga bisa bekerja dengan lebih maksimal lagi setelah itu.

Pengertian Wisatawan Wisatawan adalah kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata yang lama tingggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka di daerah atau Negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong /excursionist (Gamal Suwantoro, 1997 : 4).

Wisatawan dengan minat khusus ( special interest ) merupakan wisatawan yang memiliki pemilihan dan permintaan khusus diluar minat wisatawan umum lainnya. Wisatawan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Minat khusus yang dimiliki biasanya berkaitan dengan latar belakang pekerjaan, hobi dan intelektualitas wisatawan dan sumber-sumber yang ada di wilayah wisata.

- Minat khusus ini mengalami perubahan-perubahan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh trend yang saat ini sedang terjadi.

- Penyelengaraan wisata minat khusus membutuhkan perencanaan khusus yang melibatkan pemandu wisata yang terlatih dan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai obyek dan daya tarik wisata minat khusus yang hendak dituju. (Happy Marpaung, 2002 : 52).

2.2 Pengertian Obyek Wisata

Menurut Undang-undang

Kepariwisataan Nomor 10 tahun 2009, Obyek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata seni budaya serta sejarah bangsa dan keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Obyek wisata ritual yang biasanya berupa peninggalan bersejarah masa lalu yang berhubungan dengan nilai keagamaan dan istiadat setempat berupa petilasan, bangunan, maupun makam merupakan aset wisata yang jika digarap

dengan tepat akan menambah dan

menyebarkan aura pariwisata ke seluruh pelosok wilayah daerah (Majalah Infopar: 2004 : 11).

Obyek wisata menurut (Soekardijo, 2000 : 52) dapat berupa :

(4)

b. Potensi Budaya c. Potensi Manusia

2.3 Religi, Kebudayaan dan Pariwisata

Tindakan manusia yang bersifat religius untuk mengatasi ketidakpastian, keterbatasan dan kelangkaan disebut religi. Religi merupakan bagian dari kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayan diartikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat ( Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 195:113 ). Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan dapat digolongkan ke dalam tiga wujud budaya yaitu :

a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan dan sebagainya.

b. Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia ( Koentjaraningrat, 1986:378 )

Atau apabila diklasifikasikan menurut JJ. Hogman dalam bukunya The World of Man ( 1959 ) dibagi ke dalam tiga wujud yaitu : ideas, activities dan artifact. Wujud dari aktivitas ritual yang merupakan bagian dari kebudayaan tersebut sangat unik. Keunikan dari kegiatan tersebut akan melahirkan daya tarik tersendiri bagi orang luar untuk datang berwisata ketempat tersebut. Salah satu aktivitas religius yang kemudian dijadikan objek wisata ritual terjadi di gunung Kemukus. Turis yang mendatangi objek wisata mempunyai motivasi antara lain : motif bersenang-senang, rekreasi, kebudayaan, olahraga, bisnis, konvensional, spiritual, interpersonal, kesehatan, wisata/sosial ( Soekadijo,1996:38-45 ). Jadi sebagai daerah wisata Gunung Kemukus menarik untuk dikunjungi karena keunikan budayanya, spiritual yang mendatangkan rezeki atau hanya untuk kesenangan semata yaitu seks.

2.4 Sistim Religi Jawa

Sistim adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga

membentuk totalitas yang mempunyai pemikiran sebagai berikut;

1. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian

2. Hubungan yang berlangsung diantara satuan /komponen secara teratur (Soleman B Taneko,1986;1)

a. Religi

Secara epistemologis religi berasal dari bahasa latin, yaitu relegare atau religare yang berarti ber hati hati yang berpegang pada norma atau aturan yang ketat. Disamping itu religi mengandung pengertian antara lain ada tiga hal pokok adalah ;

1. Kepercayaan akan hal hal secara spiritual

2. Perangkat kepercayaan dan praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri

3. Idiologi sebagai hal hal yang bersifat spiritual(Soerjono Soekamto,

1985;430)

Sementara itu religi juga diartikan sebagai kecenderungan asli rohani manusia yang berhubungan dengan alam semesta (Dadang Kahmad200;35) Sedang bila menurut Durkheim adalah kesatuan sistim kepercayaan dan tindakan yang berhubungan dengan barang barang suci. Konsep religi adalah lambang dari sifat masyarakat (Harsojo, 1999;224)

Secara umum sistim religi terdiri dari; 1. Emosi keagamanan

2. Sistim keyakinan

3. Sistim upacara keagamaan

b. Religi Jawa

Sistim religi Jawa merupakan sistim religi yang dianut dan berkembang di Jawa atau oleh masyarakat Jawa (Franz Magnis Suseno, 1994;11-12) Masyarakat Jawa tersebut secara keagamaan dapat dibagi menjadi:

1. Masyarakat Jawa Kejawen atau Abangan 2. Masyarakat Jawa Santri

Sedangkan dari tindakan religius orang Jawa dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan :

1. Tindakan simbolis religi karena pengaruh mistis

2. Tindakan simbolis religius karena pengaruh hindu Jawa dan Islam

(5)

3. Tindakan simbolis karena pengaruh

Secara umum, agama Jawa memiliki dua karakteristik yang menonjol danmenjadi cirri khas bagi agama di Jawa itu sendiri dan para penganutnya. Karakteristik tersebut ,

sebagaimana dikemukakan oleh

koentjaraningrat antara lain :

1. Sinkretisme adalah sistim keyakinan yang dibangun dengan menggabungkan semua keyakinan dan agama terutama di Jawa 2. Praktek ritual yang beragam.

3. Faham mistik

Sedangkan apabila menurut Marcel Mauce dan P Fanconet, pranata social mencakup cara cara bertingkah laku dan yang telah diketemukan oleh individu dalam pergaulan hidup dimana ia menjadi bagian dari padanya, sehingga cara cara bertingkah laku dan bersikap yang diketemukannya itu memaksanya untuk menurutinya dan untuk mempertahankannya.(George Ritzer,1992; 22-23)

Sehingga dengan demikian konsep interaksi sosial dalam Human Communication konteks konteks komunikasi (Stewart l.Tubbs dan Sylvia Moss Interaksi Sosial adalah bahwa pola hubungan antar manusia tidak lepas dari aturan aturan dan harapan harapan masyarakat juga tak lepas dari ganjaran dan hukuman yang berlaku antara lain berupa ;

c. Norma.

Norma adalah aturan baik yang menyangkut tindakan maupun perilaku dalam masayarakat . Menurut Goffman, 1972 ada aturan dalam memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan, juga proses dalam memulai dan mengakhiri suatu pertemuan dan lain lain. Kadang kadang norma dibuat sangat akrab dan sangat jelas dan norma berhubungan dengan masalah kekuasaan secara disruptif yang dimiliki setiap orang atas orang yang lain yaitu kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang unutk memaksa orang lainnya agar melakukan apapun yang diinginkannya (Murdocch dan Rosen, 1970)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian

Objek penelitian adalah Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan “GUNUNG KEMUKUS”. Hal yang menjadikan objek wisata ini menarik adalah pandangan pro dan kontra tentang Makam Pangeran Samudro itu sendiri dan

kisah yang beredar di tengah masyarakat

3.2. Tempat Penelitian

Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar ± 29 km di sebelah utara kota Solo. Dari Sragen sekitar 34 km ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Dari kota Sragen dapat ditempuh selama ± 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan Sragen -

Pungkruk/Sidoharjo - Tanon -

Sumberlawang/Gemolong - Gunung

Kemukus. Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama ± 30 menit, melewati jalan Solo-Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi Waduk Kedung Ombo.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden, sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban yang didapat dicatat atau direkam dengan alat perekam (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000:16). Peneliti melakukan tanya jawab dengan petugas obyek wisata Gunung Kemukus di Kabupaten Sragen. Dengan adanya wawancara tersebut dapat menambah data atau informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara juga merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan informan.

1. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan suatu data dengan melakukan pengamatan secara langsung dan ikut terlibat serta berpartisipasi dalam proses melihat langsung ke Obyek Wisata Gunung Kemukus ,serta mencatat langsung keadaan Obyek Wisata Gunung Kemukus berkaitan dengan keunikanya, kondisi alam dan potensi yang dapat dikembangkan

(6)

dalam meningkatkan daya tarik wisata. Dengan metode ini data-data yang diperoleh akan lebih cermat dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Studi Dokumen Dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berupa sumber tertulis sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam studi dokumen data yang dipergunakan penulis adalah : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen

3.4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul,

maka langkah selanjutnya adalah

menganalisa. Pada tahap ini data yang dikumpulkan dimanfaatkan guna menjawab persoalan yang diajukan didalam rumusan masalah. Analisa data yang dikumpulkan adalah diskriptif. Metode diskriptif adalah penelitian yang berusaha mendiskriptifkan atau menggambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000 : 29).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Gunung Kemukus

Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, 30 km sebelah utara Kota Solo. Untuk mencapai daerah ini tidak terlalu sulit, dari Solo bisa naik bus jurusan Purwodadi dan turun di Belawan (di sebelah kiri jalan akan kita temukan pintu gerbang yang bertuliskan “Daerah Wisata Gunung Kemukus”) dari sini bisa naik ojek atau berjalan kaki menuju tempat penyeberangan dengan perahu. Perlu diketahui bahwa sejak

penggenangan Waduk Kedung Ombo,

Gunung Kemukus menjadi seperti sebuah "pulau" tetapi pada waktu musim kemarau air akan surut dan praktis kita tidak memerlukan lagi jasa penyeberangan.

Keberadaan wisata ritual gunung kemukus sendiri tidak terlepas dari sejarah Pangeran Samudro. Pangeran Samudro adalah Putra Majapahit terakhir dari ibu selir, yang mendalami Ilmu Agama di Demak Bintoro dibawah bimbingan Sunan Kalijaga. Kemudian setelah dirasa cukup ilmunya beliau melanjutkan berguru pada Kyai Ageng

Gugur tentang ajaran Agama Islam di Desa Pandan di lereng Gunung Lawu.

Sesuai dengan amanat dari Sultan Demak Jasad P. Samudro dimakamkan diperbukitan yang menghadap ke arah barat daya dan diharapkan kelak lokasi tersebut akan menjadi ramai dan dijadikan tauladan bagi orang-orang disekitarnya. Makam ini hingga kini masih dianggap keramat dan masih banyak masyarakat yang datang untuk berziarah karena dianggap memiliki daya magis yang kuat, barang siapa yang mempunyai keinginan yang kuat dan melakukan ziarah ke makam-makam leluhur dengan “lelaku dan prihatin” yang kuat dan memohon pada yang Maha Kuasa maka

keinginan tersebut

akan tercapai. Seperti nasehat beliau “Sing

Sopo duwe panjongko marang samubarang kang dikarebke bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang katuju.” (Kadjawen, Yogyakarta: Oktober 1934).

Gambar

Gambar 1. Gunung Kemukus

1. Stigma Negatif Gunung Kemukus

Stigma negatif wisata ritual Gunung Kemukus muncul dan berkembang karena pengertian yang salah dari keberadaan dan cerita legenda Pangeran Samudro. Dimana Gunung Kemukus identik sebagai kawasan wisata seks karena di tempat ini orang bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan untuk menjalani laku ritual ziarahnya, itulah syarat kalau mereka ingin kaya dan berhasil. Dalam suatu aturan yang tidak resmi diwajibkan bahwa setiap peziarah harus berziarah ke makam Pangeran Samudro sebanyak 7 kali yang biasanya dilakukan pada malam Jum’at Pon dan Jum’at Kliwon atau pada hari-hari

(7)

dan bulan yang diyakini baik, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan suami atau istrinya (mereka boleh membawa pasangannya sendiri atau mungkin bertemu di sana).

Laku ritual ziarah ini berasal dari pengertian legenda yang salah yaitu kisah tentang seorang Pangeran dari kerajaan Majapahit yang bernama Pangeran Samudro (ada yang menyebut bangsawan ini berasal dari Majapahit, ada pula yang menduga dari zaman Pajang), Pangeran Samudro ini jatuh cinta kepada ibunya sendiri (Dewi Ontrowulan). Ayahanda Pangeran Samudro yang mengetahui hubungan anak-ibu tersebut menjadi murka dan kemudian mengusir Pangeran Samudro.

Dalam kenestapaannya, Pangeran

Samudro mencoba melupakan

kesedihannya dengan melanglang buana, akhirnya ia sampai ke Gunung Kemukus. Tak lama kemudian sang ibunda menyusul anaknya ke Gunung Kemukus untuk melepaskan kerinduan. Wah ibu dan anak sama bejatnya nih!

Namun sial, sebelum sempat ibu dan anak ini melalukan hubungan intim, penduduk sekitar memergoki mereka berdua yang kemudian merajamnya secara beramai-ramai hingga keduanya meninggal dunia. Keduanya kemudian dikubur dalam satu liang lahat di gunung itu juga. Namun menurut cerita, sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Pangeran Samudro sempat meninggalkan sebuah pesan yaitu kepada siapa saja yang dapat melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul semua permintaannya.

Konon selengkapnya ia berujar demikian, "Baiklah aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku. Siapa yang mau meniru perbuatanku , itulah yang menebus dosaku dan aku akan membantunya dalam bentuk apapun".

4.2. Kondisi Sarana Prasarana

Tempat pariwisata membutuhkan sarana dan prasarana yang baik dan memadai yang dibutuhkan oleh pengunjung agar merasa nyaman dan aman. Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan

kelangsungan hidupnya, tergantung dari wisatawan yang datang. Jenis-jenis sarana pokok kepariwisataan antara lain ebagai berikut :

1. Usaha perjalanan ( Travel Agent atau Biro Perjalanan Wisata )

2. Usaha angkutan wisata. 3. Usaha akomodasi

4. Usaha makanan dan minuman (kuliner) 5. Usaha daya tarik wisata dan hiburan 6. Usaha cinderamata atau art shops

Pada umumnya, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan fasilitas yang harus tersedia pada suatu daerah tujuan wisata. Jika salah satunya tidak ada, maka dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Bagi wisatawan, sebenarnya dengan tersedianya sarana pariwisata di atas belum

secukupnya dianggap memenuhi

kebutuhannya, sehingga perlu adanya industri lain sebagai pendukung seperti Bank/ATM, money changer, kantor pos, rumah sakit, warung telepon, supermarket, fasilitas umum, dan lain-lain.

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang mendukung agar sarana

pariwisata dapat hidup dan berkembang serta

memberikan pelayanan pada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam, antara lain :

1. Prasarana perhubungan, seperti jaringan jalan raya dan jaringan rel kereta api, bandar udara, pelabuhan laut, terminal angkutan darat, dan stasiun kereta api. 2. Instalasi tenaga listrik dan instalasi

penjernihan air.

3. Sistem pengairan untuk kepentingan pertanian, peternakan, dan perkebunan. 4. Sistem perbankan dan moneter.

5. Sistem telekomunikasi, seperti telepon, inernet, pos, televisi, dan radio.

6. Pelayanan kesehatan dan keamanan.

4.2. Pasca Penutupan Wisata Gunung Kemukus

Pemerintah Kabupaten Sragen mulai Kamis 27 November 2014 menertibkan obyek wisata Gunung Kemukus yang menjadi sorotan dunia karena ritual aneh. Kompleks makam Pangeran Samudro yang berada di puncak gunung itu akan dikembalikan sebagai wisata ziarah. Segala ritual aneh, termasuk unsur prostitusi, dilarang.

(8)

Pemerintah Kabupaten Sragen mulai intensif melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada warga di Gunung Kemukus. Sosialisasi ini untuk menghilangkan ekses negatif yang ada di sana, dan mengembalikan lokasi tersebut sebagai tempat wisata ziarah. Dimana citra negatif Gunung Kemukus yang dikenal dunia sebagai Gunung Seks julukan yang diberikan media asing karena ritual berhubungan badan untuk mencari pesugihan. Selain itu Pemerintah Kabupaten Sragen juga melakukan pendataan warga yang ada di Gunung Kemukus. Sedangkan untuk pekerja seks komersial (PSK) akan diminta keluar dari lokasi itu. Kebijakan Pemkab Sragen ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat sekitar. Namun, sebagian besar warga setuju pemerintah menutup lokasi prostitusi terselubung itu dengan syarat obyek wisata Makam Pangeran Samudro tetap dibiarkan.

Menurut Kepala Desa Pendem banyak warga yang setuju lokasi prostitusi terselubung ditutup. Tetapi obyek wisata Makam Pangeran Samudro tetap dibiarkan, karena 50 persen lebih warga Desa Pendem menggantungkan hidupnya pada keberadaan Obyek Wisata Gunung Kemukus.

Penutupan lokalisasi terselubung di obyek wisata Gunung Kemukus yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sragen di akhir Tahun 2014 ternyata tidak semulus yang di rencanakan, karena mulai akhir Tahun 2015 sampai saat ini Tahun 2017 keberadaan ritual sex yang dilakukan pengunjung mulai menggeliat lagi, meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Dengan dibukanya kembali lokasi tersebut tentu saja fenomena ini tentu saja banyak di manfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk keuntungan pribadinya meski kondisinya tidak begitu terang-terangan seperti waktu lalu. Gunung Kemukus yang semula menjadi lokasi wisata spiritual berubah fungsi menjadi wisata seksual, dengan menjamurnya warung remang-remang dan juga karaoke kampung hingga menyediakan sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk memuaskan hasrat pelaku ritual. Menurut pengelola, sebenarnya pihak keamanan setiap hari melakukan patroli, namun sayangnya, patroli tersebut hanya sampai di depan pintu masuk lokasi saja dan tidak masuk ke dalam lokasi wisata.

4.3. Konsep Penataan Gunung Kemukus

Konsep penataan Wisata Gunung Kemukus oleh Pemerintah Kabupaten Sragen

mulai Tahun 2017 akan dilakukan. Karena Pemerintah kabupaten Sragen telah mengalokasikan dana Rp. 6 miliar dalam APBD 2017 untuk penataan ulang dan pengembangan kawasan Gunung Kemukus sebagai objek wisata religi. Penataan Kawasan Wisata Gunung Kemukus harus bersinergi dengan semua dinas terkait untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dinas terkait antara lain sebagai berikut :

1. Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata 2. Dinas Perhubungan

3. Dinas Sosial

4. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menegah 5. Dinas PU dan Penataan Ruang

6. Dinas Komunikasi dan Informatika 7. Kementerian Agama Kabupaten Sragen 8. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Kabupaten Sragen 9. Satpol PP

10. Dinas Kesehatan

11. Pengelola Waduk Kedung Ombo

Keterlibatan semua dinas terkait dalam penataan Obyek Wisata Gunung Kemukus sangat di perlukan, hal ini di karenakan Obyek Wisata Gunung Kemukus yang identik dengan stigma negatif sebagai Obyek Wisata Ritual Sex yang sudah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun harus di tangani dari semua sisi, baik sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan pendukung lainya. Untuk mengembalikan wisata Gunung Kemukus sebagai wisata religi harus ada komitmen yang terpadu dari semua pemangku kepentingan di kabupaten Sragen.

Upaya-upaya yang akan dilakukan dan sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sragen dalam rangka penataan kawasan wisata Gunung Kemukus antara lain

1. Penataan lahan dan bangunan rumah warga di kawasan yang akan dibongkar lalu dikembalikan kepada fungsi awalnya. 2. Pembebasan lahan di Gunung Kemukus

untuk mendukung target mengangkat tempat itu sebagai objek wisata ziarah nasional. Gunung Kemukus harus steril dari bangunan di lokasi yang tidak semestinya.

3. Penegakan hukum di kawasan wisata gunung kemukus, dimana sampai saat ini penegakan belum bisa maksimal, dikarenakan kucing-kucingan dengan para

(9)

pelanggar, khususnya tentang keberadaan PSK di Gunung Kemukus.

4. Penganggaran yang sudah dilakukan oleh Pemerintah kabupaten Sragen sebesar Rp. 6 miliar dalam APBD Tahun 2017

5. Peningkatan sarana prasarana, dimana saat ini sudah selesai di bangun jembatan penyeberangan atas bantuan pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Menurut Pemerintah Kabupaten Sragen, detail rencana penataan kawasan obyek wisata Gunung Kemukus memang belum 100% jadi, walaupun Anggaran dalam APBD Tahun 2017 sudah di setujui. Dimana salah satu rencana penataan kawasan obyek wisata

Gunung Kemukus adalah Wisata Air (detail

wisata air seperti apa juga belum bisa di jelaskan secara rinci). Dimana Wisata air ini akan menjadi pendukung konsep Wisata

Religi dan konsep Desa Wisata . Tapi esensi

pokoknya dari penganggaran Rp. 6 miliar yakni penataan kembali kawasan wisata

Gunung Kemukus agar bisa dikembangkan

sebagai Destinasi Wisata Ziarah. Menurut Pemerintah kabupaten Sragen dalam penataan kawasan wisata Gunung Kemukus di perlulakan konsep dan rencana yang matang dengan di dukung keberanian dan komitmen bersama dari dinas terkait dan semua pemangku kepentingan

4.4. Bagaimana Model Pengelolaan yang Tepat Gunung Kemukus Sebagai Wisata Ritual dan Budaya

Model pengelolaan yang tepat obyek Wisata Gunung Kemukus tentunya harus dikembalikan kepada pokok keberadaan obyek wisata Gunung Kemukus sebagai wisata religi. Untuk pengelolaan bisa di kelola sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Sragen, atau kerjasama dengan pihak ketiga (investor). Stigma negatif Wisata Gunung Kemukus harus dibersihkan untuk menjadikan obyek ini menjadi tempat Wisata Religi. Penataan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen dengan penganggaran di APBD Tahun 2017 sebesar Rp. 6 miliar sudah sangat tepat. Penataan ini juga harus menjadi komitmen bersama yang kuat antara semua pemangku kepentingan dan dinas terkait. Peningkatan sarana dan prasarana harus di lakukan untuk kenyamanan pengunjung selama melakukan wisata religi. Sarana prasarana yang perlu dikembangkan

meliputi :

1. Usaha perjalanan ( Travel Agent atau Biro Perjalanan Wisata )

7. Usaha angkutan wisata. 8. Usaha akomodasi

9. Usaha makanan dan minuman (kuliner) 10. Usaha daya tarik wisata dan hiburan 11. Usaha cinderamata atau art shops

12. Prasarana perhubungan, seperti jaringan jalan raya dan jaringan rel kereta api, bandar udara, pelabuhan laut, terminal angkutan darat, dan stasiun kereta api. 13. Obyek wisata (makam dan sendang

ontrowulan)

14. Instalasi tenaga listrik dan instalasi penjernihan air.

15. Sistem pengairan untuk kepentingan pertanian, peternakan, dan perkebunan. 16. Sistem perbankan dan moneter.

17. Sistem telekomunikasi, seperti telepon, inernet, pos, televisi, dan radio.

18. Pelayanan kesehatan dan keamanan.

4.5. Bagaimana Potensi Pengembangan Pariwisata Gunung Kemukus sebagai Destinasi Wisata Budaya dan Ritual di Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Dari pengamatan di obyek wisata Gunung Kemukus potensi-potensi yang bisa dikembangkan menjadi obyek wisata yang bisa menguntungkan secara ekonomi adalah : 1. Obyek Makan Pangeran Samudro

2. Obyek Sendang Ontrowulan

3. Obyek Wisata air (Karena Gunung Kemukus di kelilingi oleh Waduk Kedung Ombo)

4. Ritual Jamasan Pusaka setiap menjelang bulan soro (penanggalan Jawa)

5. Ritual doa Jumat Pon dan Jumat Kliwon (penanggalan Jawa).

6. Potensi kerajinan dan pasar oleh-oleh khas kabupaten sragen

7. Potensi Kuliner khas kabupaten Sragen 8. Potensi perikanan Waduk Kedung Ombo 9. Potensi Seni Budaya Kabupaten Sragen.

Potensi-potensi wisata yang berada di Gunung kemukus tersebut perlu di kembangkan dan ditata dengan baik dengan melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan. Disamping itu potensi wisata tersebut harus dikemas dengan baik untuk bisa menjadi destinasi wisata unggulan yang di minati pengunjung khususnya dari luar daerah,

(10)

4.6. Bagaimana Persepsi Pelaku Wisata Budaya dan Ritual Serta Masyarakat Setempat Terhadap Objek Wisata Makam Pangeran Samodra Di Gunung Kemukus

Persepsi pelaku wisata budaya dan ritual serta masyarakat setempat terhadap Objek Wisata Makam Pangeran Samodra di Gunung Kemukus, ini yang menjadi pokok masalah dan persoalan yang selama ini ada di obyek wisata Gunung Kemukus. Perlu diketahui bahwa nama Gunung Kemukus tak asing di telinga masyarakat yang mempercayainya bisa

memujudkan keinginan untuk kaya

mendadak. Hanya saja, bagi siapa saja yang melakukan ritual di lokasi tersebut, konon diwajibkan melakukan ritual seks bertukar pasangan. Sebanyak tujuh kali dan dilaksanakan tiap hari pasaran di malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon.

Padahal menurut salah satu juru kunci makam Pangeran Samudera, Bapak Tojiman menjelaskan, sebenarnya tidak pernah ada syarat ritual seks seperti itu. "Peziarah hanya datang, sebelumnya mandi membersihkan diri terlebih dahulu di Sendang Ontrowulan dan langsung menuju ke makam dan ziarah ke ruangan tempat Pangeran Samudera dan ibu tirinya, Dewi Ontrowulan. Kemudian ritual selesai, peziarah langsung pulang," jelasnya.

Untuk membersihkan dan menghilangkan persepsi keliru tersebut harus ada upaya bersama dari berbagai pihak yang melibatkan Pemerintah kabupaten Sragen dan Kemeterian Agama Kabupaten Sragen, MUI Kabupaten Sragen untuk memberikan pengertian yang lurus terhadap persepsi-persepsi yang salah tersebut. Disamping juga keberanian Pemerintah Kabupaten Sragen untuk menindak secara tegas pelaku palanggaran.

4.7. Bagaimana Upaya Pemerintah Daerah dalam Rangka Menjadikan Wisata Gunung Kemukus Sebagai Wisata Budaya dan Ritual yang Positif

Upaya Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Sragen dan Provinsi Jawa Tengah dalam Rangka Menjadikan Wisata Gunung Kemukus Sebagai Wisata Budaya dan Ritual yang Positif. Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerindah daerah tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah Kabupaten Sragen per November 2014 telah menutup lokalisasi

terselubung yang berada di kawasan wisata Gunung Kemukus. Upaya ini terus dilakukan, karena keberadaan PSK di kawasan Gunung Kemukus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga aparat penegak hukum sampai saat ini masih kesulitan dalam menangani.

2. Penataan kawasan Gunung Kemukus, mulai dari sarana dan prasarana nya sekaligus tata ruang di kawasan Gunung Kemukus yang sedang di upayakan di benahi.

3. Penganggaran telah di lakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen Melalui APBD Tahun 2017 dengan alokasi sebesar Rp. 6 Miliar untuk penataan kawasan wisata Gunung Kemukus

4. Pembangunan jembatan penghubung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang telah selesai delaksanakan dengan anggaran sebesar Rp. 14 miliar .

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten Sragen dan Provinsi Jawa Tengah) ini tentunya harus didukung oleh semua pihak terkait dan seluruh masyarakat khususnya masyarakat yang selama ini berada di kawasan Gunung Kemukus. Kerjasama dan komitmen bersama antara pihak-pihak terkait dan pemangku kepentingan dalam menata dan mengelola obyek wisata Gunung Kemukus tentunya akan menjadikan obyek wisata Gunung Kemukus menjadi destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Hal ini tentunya akan menggerakkan roda ekonomi khususnya masyarakat sekitar dann secara umum masyarakar Kabupaten Sragen dan Jawa Tengah

Petunjuk Arah Gunung Sarana Jalan Gunung Kemukus Kemukus

(11)

Gamabr 2. Sarana Prasaran Obyek Wisata Gunung Kemukus

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Konsep penataan Wisata Gunung Kemukus oleh Pemerintah Kabupaten Sragen

harus bersinergi dengan semua dinas terkait untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dinas terkait antara lain sebagai berikut : 1. Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata 2. Dinas Perhubungan

3. Dinas Sosial

2. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menegah 3. Dinas PU dan Penataan Ruang

4. Dinas Komunikasi dan Informatika 5. Kementerian Agama Kabupaten Sragen 6. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Kabupaten Sragen 7. Satpol PP

8. Dinas Kesehatan

9. Pengelola Waduk Kedung Ombo

Keterlibatan semua dinas terkait dalam penataan Obyek Wisata Gunung Kemukus sangat di perlukan, hal ini di karenakan Obyek Wisata Gunung Kemukus yang identik dengan stigma negatif sebagai Obyek Wisata Ritual Sex yang sudah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun harus di tangani dari semua sisi, baik sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan pendukung lainya. Untuk mengembalikan wisata Gunung Kemukus sebagai wisata religi harus ada komitmen yang terpadu dari semua pemangku kepentingan di kabupaten Sragen

5.2. Saran

Upaya-upaya yang telah dilakukan dan

yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten Sragen dan Provinsi Jawa Tengah) bukan hanya aksi sesaat dan bukan juga hanya sebuah wacana yang tidak segera direalisasikan. Konsep harus segera dilaksanan dan tentunya harus didukung oleh semua pihak terkait dan seluruh masyarakat khususnya masyarakat yang selama ini berada di kawasan Gunung Kemukus. Kerjasama dan komitmen bersama antara pihak-pihak terkait dan pemangku kepentingan dalam menata dan mengelola obyek wisata Gunung Kemukus tentunya akan menjadikan obyek wisata Gunung Kemukus menjadi destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Hal ini tentunya akan menggerakkan roda ekonomi khususnya masyarakat sekitar dann secara umum masyarakar Kabupaten Sragen dan Jawa Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Cipto Prawiro, (1992), Filsafat

Jawa, Media Wiyata, Semarang.

Budiono Herusatoto, (1987), Simbolisme

dalam budaya jawa, PT Hanindito,

Yogyakarta

Dan Nimmo, (1993), Komunikasi

Politik,(kumunikasi ,pesan dan media),

PT Remaja Rosdakarya, Bandung. EM Griffin , (2000), Communication Theory,

Mecico City Milan New Delhi Seoul Singapore Sydney Taipei Toronto. Endang Sumiarni MG dkk, (1989). Seks dan

Ritual di Gunung Kemukus. Pusat

Penelitian Kependudukan UGM

,Yogyakarta.

Geertz Clifford, (1992), Kebudayaan dan

Agama, Kanisius , Yogyakarta.

………., (1960), Abangan Santri dan

Priyayi dalam Masyarakat Jawa,

Pustaka Jaya , Jakarta.

Haryatmoko J, (1986). Manusia dan Sistim

Pandangan Tentang Manusia dalam Sosiologi Talcot Parson. Kanisius,

Yogyakarta.

Hendrapuspito, (1983). Sosiologi Agama. Kanisius Yogyakarta.

Johnson Doyle Paul, (1990) Teori Sosiologi

Klasik dan Modern, Jilid I dan II.

Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Jalaludin Rakhmat, (1984), Metode Penelitian

Komunikasi, Remaja Karya, CV Bandung

(12)

Koentjaraningrat, (1986). Pengantar Antropolog i. Rajawali Press, Jakarta.

Margaret M Poloma , (2000). Sosiologi

Kontemporer. Rajawali Press, Jakarta.

Masri Singarimbun, (1989). Metode

Penelitian Survey. LP3 ES, Jakarta

Moleong J Lexy, (1995). Metode Penelitian

Kualitatif. Rosdakarya, Bandung.

Onong Uchjana Effendy, (1979), Komunikasi

dan Modernisasi, Alumni, Bandung

Pusat Informasi Pariwisata. Pesona Wisata

Budaya Jawa Tengah Kabupaten Sragen. Booklet Dinas Pariwisata

Kabupaten Sragen.

Ritzer George, (1982). Sosiologi Ilmu

Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Rajawali Press, Jakarta.

Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, (1965). Setangkai Bunga Sosiologi. FE UI, Jakarta.

Soekadijo RG, (1996). Anatomi Pariwisata, Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.\

Soerjono Soekanto, (1982). Sosiologi Suatu

Pengantar. Rajawali Press, Jakarta.

Suwardi Endraswara, (2003), Mistik Kejawen, Narasi, Yogyakarta.

Suryakusuma Yulia L, Prisma, (1991).

Konstruksi Sosial Seksualitas, Sebuah

Pengantar Teoritis. Prisma, Jakarta. Thomas F O Dea, (1994). Sosiologi Agama,

Suatu Pengenalan Awal. Rajawali Press, Jakarta.

Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta:Andi Offset. Happy Marpaung. 2002. Pengetahuan

Pariwisata. Bandung:Alfabeta.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia.

Lukman Hakim. 2004. Dasar-dasar

Ekowisata. Malang : Bayumedia Majalah Infopar. 2004. Peranan Industri

Pariwisata._______.

Nyoman S. Pendit. 1986. Ilmu

PariwisataSebuah Pengantar Perdana. Jakarta:Gramedia Soekardijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta:Gramedia. Undang-undang No. 10 Tahun 2009. Tentang

Kepariwisataan.

_________, Asal Nama Dusun Pancot , Available : www.Pancot Blogspot.com, (21 Oktober 2009).

Sumber Lain :

- SOLOPOS, 11 November 2014 - Harian Jogya, 26 November 2014

- Booklet Dinas Pariwisata dan Perhubungan Kabupaten Sragen.

Referensi

Dokumen terkait

membatalkannya.  Jika transaksi yang meminta kunci adalah yang termuda dari 2 transaksi, maka ia akan menunggu sampai transaksi lain selesai & kunci dilepas. Singkatnya,

signifikansi (p) yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka hal ini berarti Ha diterima, artinya ada hubungan antara antara antara persepsi

Hasil rekomendasi rumah juga ditampilakn dalam bentuk peta lokasi, dengan tujuan agar dapat memudahkan user mengetahui lokasi dari perumahan tersebut seperti yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat kejadian DRPs pada pasien hipertensi primer rawat jalan di RS “X” Klaten tahun 2010 kategori obat

Dengan memiliki branding baru “Wonderful Indonesia” yang sudah dilaksanakan oleh Indonesia dari tahun 2011, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sudah

Optimalisasi pekarangan penduduk dengan komoditi unggulan lokal yang sesuai dengan lahan dan agroklimatnya, khususnya di Desa Tegalretno dengan melinjo dan kelapa

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud mengungkapkan efektifitas alat evaluasi dengan menggunakan model ballot box pada pelatihan yang di selenggarakan di Balai