• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN AJAR MESIN PRODUKSI PERTANIAN. OIeh: SUNARTO CIPTOHADIJOYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN AJAR MESIN PRODUKSI PERTANIAN. OIeh: SUNARTO CIPTOHADIJOYO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MESIN PRODUKSI PERTANIAN

SUNARTO CIPTOHADIJOYO

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAHAN AJAR

MESIN PRODUKSI PERTANIAN

OIeh:

SUNARTO CIPTOHADIJOYO

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2003

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Pertimbangan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian

B. Penilaian Kesiapan Wilayah Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian

II. TRAKTOR PERTANIAN

2.1. Pengenalan Dasar Mengenai Traktor 2.2. Macam-macam Traktor

2.3. Bagian-bagian Utama Traktor

III. MESIN PENGOLAH TANAH

3.1. Maksud dan Tujuan Pengolahan Tanah 3.2. Macam dan Cara Pengolahan Tanah

3.3. Macam-macam Alat dan Mesin Pengolah tanah

IV. MESIN PENANAM

4.1. Seeder

4.2. Rice Transplanter

V. MESIN PENGENDALI HAMA DAN

PENYAKIT TANAMAN

5.1. Sprayer

5.1.1. Pengertian Dasar Sprayer 5.1.2. Macam-macam Sprayer

5.1.3. Bagain-bagian Utama dan Sprayer

5.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Penggunaan Sprayer 5.1.5. Pengukuran Karakteristik Kerja

VI. MESIN PEMANEN

6.1. Tahapan Kegiatan Pemanen Padi 6.2. Macam-macam Mesin Pemanen Padi 6.3. Bagian-bagian Utama Mesin Pemanen Padi

(3)

VII. ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN

7.1. Analisis Teknis Alat dan Mesin Pertanian

7.1.1. Analisis perhitungan kebutuhan daya dalam penggunaan alat dan mesin pengolah tanah

7.1.2. Analisis perhitungan kapasitas kerja dan efisiensi kerja alat dan mesin pengolah tanah

7.1.3. Analisis perhitungan kebutuhan alat dan mesin pengolahan tanah 7.2. Analisis Ekonomis Alat dan Mesin Pertanian

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Pertimbangan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian

Agar pengembangan alat dan mesin pertanian pada suatu wilayah dapat berjalan dengan baik dan tidak berdampak negatif terhadap kondisi sosial dan lingkungan pada sustu wllayah, perlu didahului suatu pengkajian yang mendalam. Pengkajian tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek Wilayah

2. Aspek Sosial dan Budaya

3. Aspek Rancang Bangun Kerekayasaan 4. Aspek Agroteknis

5. Aspek Ergonomis 6. Aspek Ekonomis

1. Aspek Wilayah.

Kita ketahui keadaan lahan pertanian di Indonesia sangat beragam baik kondisi maupun tipe tanahnya. Dalam keadaan demikian tentu saja tidak semua lahan pertanian tersebut dalam pengelolaannya dapat dilakukan secara mekanis semuanya.

Dari segi teknis pengembangan alat dan mesin pertanian baru dimungkinkan dapat berjalan dengan baik apabila keadaan wilayah dapat memenuhi persyaratan teknis orerasional dan suatu alat dan mesin pertanian tertentu yang alçan dikembangkan pada wilayah tersebut, khususnya untuk alat dan mesin pertanian yang dioperasikan di lapangan.

Sebagai contoh suatu lahan yang mempunyai derajat kelerengan yang tinggi, meskipun telah berbentuk terasering-terasening dan merupakan lahan subur, serta faktorfaktor lainnya mendukung, namun traktor pertanian akan sulit untuk dikembangkan pada wilayah ini. Hal ini disebabkan karena disamping biasanya ukuran petak lahannya sempit sehingga menyebabkan hambatan operasional dan traktor atau alat mesin pertanian lain, juga untuk membawa peralatan mekanis sampai ke lokasi ini hambatannya akan sangat tinggi.

2. Aspek Sosial dan Budaya.

Penggunaan alat dan mesin pertanian biasanya mengurangi kebutuhan tenaga kerja per satuan produksi. Karena itu hubungan antara ketersediaan tenaga

(5)

kerja dan volume pekerjaan yang harus ditangani akan sangat menentukan besarnya peluang pengembangan alat dan mesin pertanian.

Untuk sementara pemasukan alat dan mesin pertanian pada suatu wilayah seyogyanya hanya untuk mengisi kekurangan tenaga kerja dalam bidang pertanian. Hal ini dimaksudkan agar masukan alat dan mesin pertanian tidak mempunyai dampak penggusuran tenaga kerja manusia ataupun ternak hela, yang mungkin akan menaikkan jumlah pengangguran. Namun perlu dicacat bahwa jumlah penduduk yang melimpah tidak menjamin bahwa tenaga kerja produktif di bidang pertanian tercukupi, untuk mendeteksi kebutuhan ini diperlukan suatu penelitian dan cara analisis secara khusus.

Seperti faktor sosial, faktor kebudayaan juga harus dijadikan bahan pertimbangan di dalam pengembangan alat dan mesin pertanian, khususnya untuk daerah yang jauh dan perkotaan. Penggunaan alat dan mesin pertanian harus dilakukan secara bertahap dan selektif serta harus memperhatikan kebiasaan dan adat istiadat masyarakat setempat agar tidak menimbulkan gejolak sosial.

Apabila pada saat penggunaan alat dan mesin pertanian oleh masyarakat setempat sudah dipandang sangat perlu, penggunaannya tidak akan lagi menimbulkan kecemburuaan sosial tetapi sudah akan dipandang sebagai kebutuahan yang harus dipenuhi. Seperti yang sekarang kita lihat misalkan penggunaan sprayer, huller atau RMU (Rice Milling Unit), dan sekarang sudah mulai nampak bahwa traktor mulai diperlukan. Mungkin saat-saat mendatang penggunaan seeder, transplanter, repaer serta alat dan mesin yang lain akan diperlakukan demikian.

3. Aspek Rancang Bangun Kerekayasaan

Apabila dipandang penggunaan alat mesin pertanian jenis tertentu sudah merupakan kebutuhan, selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek rancangbangun kerekayasaan alat dan mesin pertanian tersebut.

Alat mesin pertanian tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan artinya mempunyai kapasitas kerja yang cukup mudah pemeliharaan serta pengaturannya, juga harus mempunyai ketahanan yang cukup baik dalam penggunaannya. Demikian pula untuk perbaikannya apabila terjadi kerusakan, harus dapat ditangani oleh bengkel setempat, serta suku cadang harus mudah didapat. Kerusakan komponen mesin yang kecil dapat mengakibatkan mesin tersebut berhenti total apabila suku cadangnya tidak tersedia.

(6)

Dalam pemilihan alat dan mesin pertanian, hal-hal yang berkaitan dengan rancang bangun kerekayasaan di atas harus betul-betul diperhatikan.

4. Aspek Agroteknis.

Merupakan kriteria yang menelaah hubungan antara penggunaan alat dan mesin pertanian dengan tanaman yang diusahakan. Penggunaan alat dan mesin pertanian haruslah mampu menaikkan kualitas maupun kuantitas hasil pertanian yang diusahakan, atau setidak-tidaknya mampu mempertahankan. Jadi jangan sampai penggunaan alat dan mesin pertanian justru berakibat menurunkan hasil pertanian baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Sebagai misal : pengolahan tanah dengan menggunakan tenaga traktor harus mampu menciptakan kondisi tanah yang lebih baik daripada pengolahan tanah dengan tenaga ternak hela ataupun manusia serta mampu menciptakan kedalaman tanah yang optimum bagi tanaman. Jangan justru kualitas pengolahannya lebih jeek, yang akan dapat mengakibatkan turunnya produksi tanaman yang diusahakan. Demikian juga dalam penggunaan alat dan mesin pertanian lainnya.

5. Aspek Ergonomis

Aspek ergonomis ini akan menelaah hubungan antara penggunaan alat dan mesin pertanian dengan manusianya. Hal ini untuk menjaga tingkat adaptasi alat dan mesin pertanian dalam kenyamanan dan keselamatan kerja terhadap manusia atau operatornya.

Agar alat dan mesin pertanian dapat mudah dioperasikan, beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah: kesesuaian ukuran dan tata letak alat kontrol atau pengendalian, dengan ukuran tubuh operator. Tersedianya alat pengaman pada bagian yang berbahaya dan alat mesin pertanian, serta mudah dikendalikan. Disamping itu berat mesin dan distribusi beratnya akan berpengaruh pula terhadap kemudahan dan keseimbangan pengendaliannya.

6. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi merupakan penilaian dan ekonomis untuk penggunaan alat dan mesin pertanian, yang didasarkan atas prinsip ekonomi teknik.

Pada umumnya penggunaan alat dan mesin pertanian akan memperbesar beaya produksi. Apalagi bila pemilihan alat dan mesin pertanian tersebut idak

(7)

dilakukan secara cermat. Aspek ekonomis ditujukan untuk menemukan B/C ratio optimum diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu setiap faktor yang mempengaruhi penilaian yang tepat terhadap nilai ekonomisnya harus dilakukan.

Namun penilaian ekonomis mi seharusnya tidak dilakukan per kegiatan produksi, tetapi harus dimulai secara keseluruhan pada sistem produksi itu sendiri. Sebagai contoh: pengolahan tanah dengan tenaga traktor beayanya (RpfHa) mungkin lebih tinggi bila dibandingkan dengan beaya tenaga ternak hela atau manusia. Tetapi pengolahan tanah yang dilakukan Iebih intensif karena tersedianya tenaga traktor, mungkin akan dapat menekan beaya penylangan karena pengolahan tanah yang intensif akan dapat menurunkan populasi gulma. Demikian akan dapat meningkatkan produksi, sehingga hasil (Rp/Ha) akan lebih tinggi pula.

Dengan demikian meskipun pengolahan tanah dengan tenaga traktor mungkin lebih mahal, tetapi kalau diperhitungkan secara keseluruhan mungkin menguntungkan.

B. Penilaian Kesiapan Wilayah Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian

Untuk memberikan penilaian apakah suatu wilayah sudah slap dikembangkan suatu alat dan mesin pertanian jenis tertentu bukanlah suatu pekeijaan yang mudah. Sudah dijelaskan di atas bahwa banyak aspek yang harus dipertimbangkan agar pengembangan suatu alat dan mesin pertanian dapat menguntungkan banyak pihak khususnya kaum petani.

Namun demikian dapatlah disajikan beberapa tolok ukur yang secara sepintas dapat digunakan untuk menilai kesiapan suatu wilayah terhadap kemungkinan pengembangan alat dan mesin pertanian, tolok ukur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keadaan wilayah harus memenuhi persyaratan operasional penggunaan suatu alat dan mesin pertanian.

2. Untuk penggunaan traktor pertanian, rasio luas lahan sawah dengan tenaga pencangkulan lebih besar dari 0,5 ha per orang.

3. Wilayah tersebut lahan pertaniannya berpengairan teknis hingga memungkinkan bertanam dua kali atau lebih di dalam satu tahunnya.

4. Sering dipakai pengenalan, pelatihan maupun penelitian alat dan mesin pertanian Tempat untuk mendapatkan suku cadang yang bersifat konsumtif,

(8)

tempat bengkel las maupun pandai besi dapat dicapai dengan kendaraan umum satu han pergi pulang.

5. Tidak ada masalah untuk mendapatkan bahan bakar dan minyak pelumas. 6. Ada kesediaan dan kemampuan petani untuk membayar ongkos

pengoperasian alat dan mesin pertanian.

7. Sistem pelayanan bank sudah sampai ke tingkat desa.

8. Sudah terbentuk Kelompok Tani? BUUD/KUD dimana diantara anggotanya sudah ada yang mempunyai ketrampilan menggunakan dan mengatasi gangguan alat dan mesm pertanian.

9. Adanya semangat (willingness) dan petam terutama petani maju serta Pemerintah Daerah untuk menggunakan alat dan mesin pertanian guna meningkatkan produktivitas tenaga pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pelaksanaan terdapat 65% mahasiswa kurang memahami makna sains bagi anak usia dini, penguasaan materi pelajaran dalam membelajarkan sains serta keterampilan sains

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif kuantitatif. Subjek penelitian merupakan peserta diklat implementasi kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh LPMP

Secara umum, nilai parameter throughput, jitter, packet loss pada jaringan FMIPv6 saat MN tidak berpindah network (dalam keadaan diam) lebih baik dibandingkan saat MN

tidak memakai surat dasaran usaha sebagai prasyarat seleksi persyaratan permohonan pinjaman. Seharusnya menurut prosedur pemberian pembiayaan di BMT Daarut Tauhiid, surat

Hal ini rentan terjadi pada pasangan manapun yang diakibatkan oleh beragam faktor, yang kemudian dengan tingginya angka permasalahan keluarga yang ditangani oleh Pusat

Instrument dalam penelitian ini yang digunakan sebagai pengumpulan data berupa identitas responden umur ibu, umur bayi, tingkat pendidikan ibu menyusui, kuesioner

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, hal.. Barang konsumsi, adalah barang yang dapat lansung digunakan untuk kegiatan konsumsi, baik

Kelayakan usahatani tumpangsari cabai merah dan bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima oleh petani dari