i
OPTIMALISASI PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN
ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI PENENTUAN
ALOKASI KAPASITAS GUDANG BAHAN KEMAS
NON-POLYCELLONIUM DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Industri
Oleh:
PUTRI INDAH SARI RAHARJO E12.2011.00511
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang atas limpahan karunia nikmat dan hidayah-nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang bejudul “OPTIMALISASI
PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI PENENTUAN ALOKASI KAPASITAS GUDANG BAHAN KEMAS NON-POLYCELLONIUM DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH” dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Eng Yuliman Purwanto, M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Dian Nuswantoro Semarang
2. Bapak Dr. Ir. Rudi Tjahyono, MM selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri
3. Ibu Dwi Nurul Izzhati, M.MT selaku dosen wali dan dosen pembimbing
4. Jazuli, ST, M.Eng selaku Dosen Pembimbing yang sudah memberikan
bimbingan selama pembuatan Tugas Akhir
5. Bapak Agus Sidharta selaku pembimbing ditempat dilaksanakannya
penelitian yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, motivasi dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir
6. Seluruh Dosen dan Staff karyawan Fakultas Teknik Universitas Dian
v \
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan …
Untuk Kedua Orang Tua (Toto Raharjo & Eny Wahyu Ismawati), terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, kerja keras yang tulus untuk kebaikan dan kebahagianku…
Untuk Adikku tercinta (Puntadewa Raharjo), adik
penyemangatku, inspirasiku, motivasiku dan pembawa
keceriaan dalam hidupku …
Pak Jaz dan Bu Nurul, yang selalu sabar dalam membimbing dalam penyelesaian Tugas Akhir. Doa yang tak pernah henti untuk kedua pembimbingku semoga selalu diberi kesehatan, kebaikan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat… Keluarga Career Center UDINUS (Bu Dewi, Pak Usman, Faledo, Garin, Yuni), keluarga Gedung B Lt 1 (Pak Agus, Akak Nining, Uni Lilis) yang sudah memberikan semangat dan motivasi selama akhir masa kuliah…
Keluarga PT. Pabrik Pharmasi Zenith (Pak Agus Sidharta, Bu Ester, Mb Maya, Mb Rani, Mb Win, Mb Ike, Mb Atet, Mas Hadi dan semua keluarga di Gudang Bahan Kemas) terima kasih atas bantuannya selama ini …
Bapak/Ibu Kos Nakula Raya 83 dan teman-teman kos semua (Pitri, Double Yuni, Fitri, Tyas, Hikmah, Mb Uyun, Dewi) terima kasih untuk kebersamaan kita selama tinggal di kos …
vii
Teman Touringku (Mot, Mas Doyok, Mb Verdha, Ms Singgih, Mb Betty, Ms kiwil, Mb Amei, Ms io, Mb Dian) terima kasih atas waktu main yg sangat mengesankan ketika penat dalam pembuatan Tugas Akhir …
Terima kasih Manuk’s (daMar, Adel, aNang, pUtri dan pitruKs) geng semasa kuliah yang sudah menjadi sahabat terbaik untukku. Suka duka yang kita alami bersama akan tersimpan rapi di memoriku…
Untuk Sahabat-sahabat , Teman-teman dan Adik-adik tingkatku Yang telah memberi warna indah dalam hidupku. Terima kasih semua...
Dan terakhir untuk ALMAMATER kebanggaanku…
“Orang yg pintar adalah orang yang merasa bodoh sehingga mau belajar Orang yang baik bukan mengatakan dirinya baik, akan tetapi orang yang baik, adalah orang yang berusaha memperbaiki kekurangannya sehingga menjadi baik”
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………...…….. i
Halaman Pengesahan ………. ii
Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ………. iii
Kata Pengantar ……….. iv
Halaman Persembahan ……….………. vi
Daftar Isi ………. viii
Daftar Gambar ………..…………...………… xiii
Daftar Tabel ………...………. xiv
Daftar Grafik ………..……….. xv
Daftar Lampiran ……….. xvi
Inti Sari ……….……….. xvii
Abstrack ………...………….. xviii
BAB I PENDAHULUAN ………..……… 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………...……… 1
1.2 Perumusan Masalah ………...…….. 6
1.3 Tujuan Penelitian ………. 7
1.4 Manfaat Penelitian ………... 7
1.5 Pembatasan Masalah ………..….. 8
1.6 Keaslian Penelitian ………....………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….……..15
ix
2.1.1 Manfaat Bahan Kemas ……….… 15
2.1.2 Macam Bahan kemas ………..…. 16
2.2 Pengertian Persediaan………. 17
2.3 Tujuan Persediaan ……….…. 18
2.4 Fungsi-fungsi Persediaan ………... 19
2.5 Penggolongan Persediaan ………... 20
2.6 Biaya Persediaan ………..……….. 22
2.7 Sistem Pencatatan Persediaan ……… 24
2.8 Model Persediaan Menurut Jenis Kebutuhan ……….……… 26
2.8.1 Kebutuhan Independent ………...… 26
2.8.2 Kebutuhan Dependent ………. 26
2.9 Pengendalian Persediaan ……… 27
2.9.1 Pengendalian Persediaan dengan Analisis Activity Based Costing (ABC) ………..…. 27
2.9.2 Pengendalian Persediaan dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) ………...…. 31
2.9.3 Pengendalian Persediaan dengan Persediaan Pengaman (Safety Stock) ……….... 32
2.9.4 Pengendalian Persediaan dengan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ………. 33
2.9.5 Metode Period Order Quantity (POQ) ……….... 34
2.9.6 Metode Lot For Lot ………. 35
x 2.10.1Manfaat Gudang …………...……….. 36 2.10.2 Syarat-syarat Gudang ………...…….. 37 2.10.3 Bangunan ………..……….… 37 2.10.4 Spesifikasi Gudang ………..……..……… 38 2.10.5 Kapasitas Gudang ………..……… 38 2.10.6 Administrasi Gudang …………...……….. 39 2.10.7 Pengelolaan Stock ………..……… 39
2.11 Manajemen Tata Letak Gudang ………..…. 40
2.11.1 Pengertian Tata Letak ……… 41
2.11.2 Tata Letak Gudang ……….... 42
2.11.3 Klasifikasi Produk Gudang ……….... 42
2.11.3.1 Klasifikasi Persediaan berdasarkan Fungsi Barang ………..……… 43
2.11.3.2 Klasifikasi Persediaan berdasarkan Aliran Arus Barang ……….…… 44
2.12 Tata Letak Barang berdasarkan Teknik Lay Out ABC ………….... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 48
1.1 Subjek Penelitian ………...………. 48 1.2 Objek Penelitian ………. 48 1.3 Alur Penelitian ………..…. 49 1.3.1 Studi Lapangan ………..……. 50 1.3.2 Identifikasi Masalah ………..…. 50 1.3.3 Studi Literatur ………...…. 51
xi
1.3.4 Pengumpulan Data Variabel ……….……. 52
1.3.5 Analisis Activity Based Costing (ABC) ………...……….…. 53
1.3.6 Perencanaan Persediaan Bahan Kemas non-polycellonium ... 54
1.3.6.1 Forecasting Kebutuhan Bahan Kemas non-polycellonium ………..………….………. 54
1.3.6.2 Economic Order Quantity (EOQ) ……….… 54
1.3.7 Pengalokasian Kapasitas Gudang ……….……. 55
1.3.8 Simulasi Perbandingan Waktu Pencarian Bahan Kemas ...… 55
1.3.9 Kesimpulan dan Saran ………...…. 56
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ………. 57
4.1 Profil Perusahaan ………...…...………. 57
4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian ……….……….. 57
4.1.2 Job Description Departemen Production Planning Inventory Control ………..………. 58
4.1.2.1 Fungsi Departemen PPIC ………..………..…. 58
4.1.2.2 Tugas Departemen PPIC ………..…………. 58
4.1.2.3 Sasaran Pokok Perencanaan Produksi ………..…… 59
4.1.2.4 Tujuan Inventory Control ………. 59
4.2 Data Hasil Observasi ……….…………. 68
4.3 Pengolahan Data ………..………..…. 70
4.3.1 Metode Activity Based Costing ………....………….. 70
xii
4.3.3 Perencanaan Lay Out Rak Gudang Bahan Kemas
Non-Polycellonium ……….…… 80
4.3.4 Simulasi Perbandingan Waktu Pencarian Bahan Kemas ...… 84
4.3.4.1 Analisis Discrete Change Variebles ………....… 91
4.3.4.2 Analisis Hasil ………..………. 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..……. 93
5.1 Kesimpulan ………..……….. 93
5.2 Saran ………...……… 94
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penyimpanan Barang berdasarkan Popularitas Barang yang disimpan
………..…… 46
Gambar 2.2 Posisi Penyimpanan Barang berdasarkan Aliran Arus Barang ….... 47
Gambar 3.1 Alur Penelitian ……….……. 49
Gambar 4.1 Flowchart Penerimaan Bahan Kemas ……….. 63
Gambar 4.2 Lay Out Rak Penyimpanan Bahan Kemas Non-Polycellonium …... 82
Gambar 4.3 Lay Out Rak Penyimpanan Bahan Kemas Non-Polycellonium
menggunakan Metode ABC ………...…………. 83
Gambar 4.4 Kondisi Waktu Pencarian Awal A Sebelum Running …….……… 85
Gambar 4.5 Kondisi Waktu Pencarian Awal A Setelah Running ……...………. 85
Gambar 4.6 Kondisi Waktu Pencarian EOQ A Sebelum Running ………….…. 86
Gambar 4.7 Kondisi Waktu Pencarian EOQ A Setelah Running …………...…. 86
Gambar 4.8 Kondisi Waktu Pencarian Awal B Sebelum Running ……….……. 87
Gambar 4.9 Kondisi Waktu Pencarian Awal B Setelah Running …………..….. 87
Gambar 4.10 Kondisi Waktu Pencarian EOQ B Sebelum Running …….…..…. 88
Gambar 4.11 Kondisi Waktu Pencarian EOQ B Setelah Running …..…...……. 88
Gambar 4.12 Kondisi Waktu Pencarian Awal C Sebelum Running ……...……. 89
Gambar 4.13 Kondisi Waktu Pencarian Awal C Setelah Running …………..… 89
Gambar 4.14 Kondisi Waktu Pencarian EOQ C Sebelum Running ………….... 90
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebijaksanaan Manajemen Inventory berdasarkan klasifikasi ABC ... 30
Tabel 4.1 Analisis ABC Berdasarkan Nilai Investasi Bahan Kemas Tahun
2013-2014 ………...…….. 72
Tabel 4.2 Perhitungan Total Inventory ………. 78
Tabel 4.3 Hasil Proses Simulasi Arena Kondisi Gudang Sebelum Perbaikan …. 85
Tabel 4.4 Hasil Proses Simulasi Arena Kondisi Gudang Setelah Perbaikan …... 86
Tabel 4.5 Hasil Proses Simulasi Arena Kondisi Gudang Sebelum Perbaikan …. 87
Tabel 4.6 Hasil Proses Simulasi Arena Kondisi Gudang Setelah Perbaikan …... 88
Tabel 4.7 Hasil Proses Simulasi Arena Kondisi Gudang Sebelum Perbaikan …. 89
Tabel 4.8 Hasil Proses Simulasi Arena Kondisi Gudang Setelah Perbaikan …... 90
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Jumlah Total Pemakaian Bahan Kemas Fast Moving Tahun 2013-2014
………..…….. 3
Grafik 1.2 Jumlah Total Pemakaian Bahan Kemas Slow Moving Tahun 2013-2014
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Jumlah Data Pemakaian dan Harga Bahan Kemas
Non-Polycellonium Tahun 2013-2014 ………...……… 98
Lampiran 2 Tabel Lead Time Kedatangan Bahan Kemas ………..… 107
Lampiran 3 Tabel Pengolahan Data Bahan Kemas Non-Polycellonium
Menggunakan Metode ABC ………..…….. 108
Lampiran 4 Tabel Perhitungan EOQ Bahan Kemas Tahun 2013-2014 ………. 119
Lampiran 5 Tabel Perhitungan Safety Stock dan ROP Bahan Kemas Tahun
2013-2014 ………..…...……..…… 129
Lampiran 6 Gambar Lay Out Gudang Bahan Kemas PT. Pabrik Pharmasi Zenith
………..……… 140
Lampiran 7 Gambar Lay Out 2 Dimensi Penempatan Posisi Bahan Kemas
sebelum Perbaikan ………... 141
Lampiran 8 Gambar Lay Out 2 Dimensi Penempatan Posisi Bahan Kemas setelah
xvii
INTI SARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prioritas bahan kemas
non-polycellonium, jumlah pemesanan bahan kemas yang optimal, jumlah persediaan
pengaman, waktu pemesanan kembali, total biaya persediaan untuk periode 2013-2014 serta penataan rak penyimpanan gudang bahan kemas yang terstruktur di PT. Pabrik Pharmasi Zenith. Metode yang digunakan yaitu metode Activity Based
Costing (ABC), metode Economic Order Quantity (EOQ) serta menggunakan software AutoCAD dan software ARENA untuk lay out gudang. Berdasarkan
hasil olah data menggunakan metode ABC, diperoleh data 10 jenis bahan kemas masuk ke prioritas A, 24 jenis bahan kemas prioritas B dan 246 bahan kemas masuk prioritas C. Jika sudah diperoleh prioritas, maka dilanjutkan hasil perhitungan menggunakan EOQ. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa pemesanan bahan kemas dengan menggunakan metode EOQ pada periode 2013-2014 lebih optimal yaitu sebesar Rp 5.485.775.391 dibandingkan nilai persediaan perusahaan yaitu Rp 98.222.632.447, sehingga total penghematan yang dihasilkan dengan menggunakan metode EOQ sebesar Rp. 92.736.857.056. Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa perusahaan hendaknya menerapkan metode ABC dan metode EOQ dalam pengendalian persediaan bahan kemas karena menghasilkan penghematan pada biaya total agar lebih efektif dan efisien. Sedangkan mengenai perbaikan lay out rak penyimpanan bahan kemas lebih efektif dibandingkan gudang awal dengan selisih waktu 48 menit, 10 menit dan 17 menit.
Kata Kunci : Pengendalian Persediaan, Metode ABC, Metode EOQ, Safety Stock, Re Order Point
xviii ABSTRACK
The purpose of this study was to determine the priority of non-polycellonium packaging materials, the number of bookings optimal packaging materials, the amount of safety stock, reorder time, total inventory cost for the period 2013-2014 as well as warehouse storage rack arrangement structured packing material in PT. Pabrik Pharmasi Zenith. The method used is the method of Activity Based Costing (ABC), the method Economic Order Quantity (EOQ) and using AutoCAD software and software ARENA to lay out the warehouse. Based on the results of data processing using the ABC method, the data obtained 10 kinds of packaging materials into the priority A, 24 B priority type of packaging materials and packaging materials 246 C. If the priority has been obtained priority, then continued on calculations using the EOQ. Based on the calculations that bookings packaging materials with EOQ method is more optimal for the period 2013-2014 which amounted to Rp 5,485,775,391 compared to the value of the company inventory is Rp 98,222,632,447, so the total savings generated by using EOQ Rp. 92,736,857,056. Results obtained data shows that the company should implement the ABC method and the method of inventory control EOQ in packaging materials for generating savings on the total cost to be more effective and efficient. Improvement lay out the storage rack packaging materials is more effective than the initial warehouse with a gap of 48 minutes, 10 minutes and 17 minutes.
Keywords: Inventory Control, ABC method, EOQ Method, Safety Stock, Re Order Point
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengadaan barang merupakan titik awal dari pengendalian persediaan, jika
titik awal ini sudah tidak tepat, maka pengendalian akan sulit dikontrol atau
dikendalikan. Pembelian barang harus sesuai dengan jumlah pemakaian,
sehingga akan terdapat keseimbangan antara pemakaian dan pembelian yang
mana harus didaftar lebih rinci antara penjualan dan pembelian dari setiap
jenis bahan yang ingin digunakan untuk produksi selanjutnya. Mengendalikan
persediaan dengan tepat merupakan salah satu hal yang tidak mudah, jika
jumlah persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya dana
yang dikeluarkan menjadi terlalu besar, selain itu resiko kerusakan barang
juga menjadi lebih besar. Persediaan terlalu sedikit juga akan mengakibatkan
terjadinya kekurangan persediaan yang dapat menyebabkan hilangnya
keuntungan.
Menurut WHO, Industri farmasi merupakan industri yang berbasis riset,
secara berkesinambungan yang memerlukan inovasi, memerlukan promosi
yang membutuhkan biaya mahal, organisasi dan sistem pemasaran yang baik
serta produknya diatur secara ketat, baik pada tingkat nasional maupun
internasional. Industri farmasi yang memproduksi obat dapat
mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada
kesehatan masyarakat, klinik dan toko obat sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
PT. Pabrik Pharmasi Zenith merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang industri pembuatan obat (farmasi). Kegiatan dalam
pembuatan obat, dibutuhkan suatu perencanaan yang matang, oleh karena itu
dalam suatu industri farmasi terdapat Departemen Production Planning
Inventory Control (PPIC) yang bertugas untuk membuat perencanaan
produksi dan mengontrol persediaan bahan baku maupun bahan kemas.
Perencanaan produksi dibuat berdasarkan ramalan penjualan dari Departemen
Pemasaran dengan penyesuaian terhadap jumlah inventory atau persediaan
yang telah ada.
Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi harus ada
bahan kemas, oleh karena itu didalam dunia usaha masalah bahan kemas
adalah masalah yang sangat penting, sehingga diperlukan pengendalian
persediaan bahan kemas yang efektif dan efisien. Pengendalian persediaan
bahan kemas di pabrik farmasi merupakan salah satu sistem yang dapat
menjamin kelancaran akan ketersediaan bahan kemas, sehingga proses
produksi akan berjalan dengan lancar. Pengendalian tersebut dapat mencegah
terjadinya kekurangan bahan kemas yang dapat mengakibatkan terhambatnya
proses produksi atau dapat menghentikan kegiatan produksi yang
menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. PT. Pabrik Pharmasi Zenith
obat tersebut dibutuhkan 560 jenis bahan kemas dimana terbagi atas 280
bahan kemas non-polycellonium dan 280 bahan kemas polycellonium.
Manajemen persediaan yang kurang baik mengakibatkan penuhnya item
bahan kemas di rak gudang (over stock). Data pemakaian dan data stock
bahan kemas untuk periode 2013 dan 2014 yang sudah diringkas menjadi 10
grade atas (bahan kemas yang fast moving) dan 10 grade bawah (bahan
kemas yang slow moving) dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 1.1 Jumlah Total Pemakaian Bahan Kemas Fast Moving Tahun 2013-2014 0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 Total Pemakaian Total Stock
Grafik 1.2 Jumlah Total Pemakaian Bahan Kemas Slow Moving Tahun 2013-2014
Pada grafik 1.1 dan grafik 1.2, dapat dilihat bahwa jumlah pemakaian
bahan kemas pada tahun 2013 dan 2014 baik bahan kemas yang fast moving
ataupun slow moving jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah stock,
seperti bahan kemas btl kaca O 25 60 ml total pemakaian di tahun 2013-2014
sebanyak 25.938.128 biji sedangkan total stock sebanyak 41.365.266 biji
untuk bahan kemas zeniflox 500 box total pemakaian 52 pcs sedangkan total
stock 21.753 pcs, sehingga hal tersebut dapat merugikan perusahaan karena
jumlah item bahan kemas terlalu overstock. Masalah tersebut dapat
disebabkan oleh pemesanan yang terlalu berlebihan sehingga mengakibatkan
gudang penuh dengan bahan kemas yang belum diperlukan saat ini.
Pengendalian persediaan bahan kemas sangat penting, agar proses
produksi tetap berjalan dengan lancar dan diperoleh biaya persediaan yang
rendah (efisien) serta pengendalian persediaan yang efektif. Menurut John
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 Total Pemakaian Total Stock
dan Harding (2001), pengendalian persediaan yang efektif harus dapat
menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu bahan kemas apa yang akan menjadi
prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan
seharusnya dilakukan pemesanan kembali. Maka, perlu dilakukan sebuah
perhitungan untuk dapat menjawab tiga pertanyaan tersebut. Metode yang
tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah analisis ABC,
yang mana untuk mengetahui bahan kemas yang menjadi prioritas untuk
dikendalikan dan dilanjut dengan metode EOQ untuk mengetahui berapa
banyak bahan kemas yang harus dipesan serta perhitungan safety stock untuk
mengetahui kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali sebagai patokan
dalam memesan bahan kemas sebelum stock di gudang benar-benar habis.
Analisis ABC (Activity Based Costing) merupakan metode pembuatan
group atau penggolongan berdasarkan perangkat nilai dari nilai tertinggi
hingga terendah dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok
A (nilai investasi tinggi), kelompok B (nilai investasi sedang) dan kelompok
C (nilai investasi rendah). Analisis ini sangat berguna untuk memfokuskan
perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting
dan perlu diprioritaskan dalam persediaan (Heizer dan Reider, 2010).
Metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah sejumah persediaan
barang yang dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan
biaya dari persediaan barang tersebut (Sabarguna, 2004). Reorder Point
(ROP) adalah metode untuk memutuskan kapan sebaiknya melakukan
permintaan, sedangkan Safety Stock adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi dan menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
stock (John dan Harding, 2001).
PT. Pabrik Pharmasi Zenith memiliki misi untuk memberikan pelayanan
berupa produk kesehatan (obat) yang berkualitas, tentunya berupaya
mengoptimalkan pengiriman obat ke pelanggan secara tepat waktu.
Manajemen persediaan yang kurang baik, mengakibatkan gudang bahan
kemas penuh dengan stock yang belum perlu digunakan untuk saat ini.
Penulis ingin melakukan analisis mengenai prioritas bahan kemas yang perlu
dikendalikan sehingga hasil akhirnya berupa pengendalian persediaan yang
efektif dan efisien yang berdasarkan dengan prioritas serta perhitungan EOQ,
ROP dan safety stock yang benar, selain itu penulis juga akan membuat lay
out rak gudang bahan kemas non-polycellonium yang terstruktur tanpa
mengurangi fasilitas yang ada di rak gudang bahan kemas.
Berdasarkan analisis dan uraian diatas, maka dalam penulisan Tugas Akhir
ini penulis mengambil judul “OPTIMALISASI PERSEDIAAN DENGAN
PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI
PENENTUAN ALOKASI KAPASITAS GUDANG BAHAN KEMAS
NON-POLYCELLONIUM DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas didapatkan perumusan
1. Bagaimana merencanakan jumlah persediaan bahan kemas
non-polycellonium yang optimal, waktu pemesanan dan jumlah kedatangan
bahan kemas sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan bahan kemas
2. Bagaimana penataan ulang lokasi kapasitas rak gudang bahan kemas
non-polycellonium yang terstruktur di PT. Pabrik Pharmasi Zenith
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jumlah persediaan bahan kemas yang optimal, waktu
pemesanan dan jumlah kedatangan bahan kemas sehingga dapat
meminimalkan biaya persediaan bahan kemas.
2. Mampu membuat lay out susunan rak gudang bahan kemas
non-polycellonium yang terstruktur dan optimal tanpa mengurangi fasilitas
yang ada.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian Tugas Akhir ini, antara lain:
1. Bagi Peneliti
a. Mampu mengaplikasikan ilmu Teknik Industri yang telah dipelajari di
bangku kuliah khususnya mengenai perencanaan pengendalian
persediaan menggunakan analisis Activity Based Costing dan metode
gudang dengan membuat susunan rak baru yang terstruktur tanpa
mengurangi fasilitas yang ada.
b. Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam
menganalisis suatu masalah yang nyata di perusahaan.
2. Bagi Akademik
Hasil penelitian Tugas Akhir ini sebagai tambahan referensi akademik
pada Perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, serta dapat
digunakan sebagai perbandingan untuk penelaahan yang serupa bagi
peneliti selanjutnya.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini memberikan masukan mengenai pengendalian
persediaan bahan kemas yang ada di gudang bahan kemas PT. Pabrik
Pharmasi Zenith agar perusahaan mengetahui pentingnya sebuah prioritas
pembelian bahan dan perencanaan jumlah persediaan bahan kemas yang
lebih optimal, waktu pemesanan yang tepat dan jumlah kedatangan bahan
kemas sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan bahan kemas.
1.5 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan untuk mengurangi ruang lingkup
permasalahan, agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan
menghindari pembahasan diluar pemasalahan. Batasannya adalah sebagai
1. Divisi yang akan diteliti adalah divisi production planning inventory
control khususnya di bagian gudang bahan kemas di PT. Pabrik Pharmasi
Zenith yang berlokasi di Jln. Tambak Aji I No. 1 Semarang
2. Jumlah stock bahan kemas, jumlah pemakaian bahan kemas dan lead time
kedatangan bahan kemas untuk periode 2013-2014
3. Data bahan kemas yang diteliti adalah bahan kemas yang
non-polycellonium.
4. Data harga yang diamati tidak menyinggung daya tahan dan kualitas
produk
5. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Activity Based
Costing (ABC) dan metode Economic Order Quantity (EOQ)
6. Rak yang akan di re-layout yaitu rak penyimpanan bahan kemas
non-polycellonium dan bahan kemas selain botol.
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian ini mirip dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya,
antara lain:
Peneliti Metode Hasil
Juslanda
(2006)
Economic Order Quantity
Metode EOQ ini digunakan untuk
menentukan tingkat pemesanan ekonomis
tiap bahan baku untuk kelancaran proses
produksi perusahaan dan meminimasi biaya
persediaan dengan menggunakan metode
EOQ ini menunjukkan bahwa perbandingan
hasil sebelum menggunakan EOQ dan
sesudah menggunakan EOQ dengan tingkat
biaya yang dapat diminimalisasi adalah
sebesar Rp. 36.447.637
Taryana
(2008)
Economic Order Quantity
Metode yang digunakan dalam pengendalian
persediaan di PT. Sepatu Mas Idaman bogor
adalah dengan menggunakan metode EOQ,
yang mana tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis persediaan bahan baku untuk
menjaga kelancaran produksi dan
meningkatkan efisiensi serta menentukan
kinerja dalam hal penghematan biaya
persediaan bahan baku.
Yulizham
(2009)
Economic Order Quantity
Nilai sisa persediaan obat yang sangat besar
menjadi salah satu permasalahan yang sering
dihadapi oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh RSUP H. Adam Malik maka
masalah sistem persediaan perlu diperbaiki
dan sebisa mungkin untuk memperoleh nilai
Economic Order Quantity digunakan untuk
melihat persediaan yang paling ekonomis.
Selama periode 3 tahun (2007-2009)
masing-masing adalah 110.731.597,41; 277.187.377,55 dan 190.970.696,93. Sari (2010) Economic Order Quantity
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jumlah pembelian bahan baku
yang optimal, jumlah persediaan pengaman,
waktu pemesanan kembali dan total biaya
persediaan untuk periode 2009/2010 PT.Dua
Kelinci Pati. Hasil penelitian yang didapat
adalah dapat lebih menentukan kuantitas dan
frekuensi pemesanan bahan baku kacang
tanah yang optimal sehingga biaya
persediaan bahan baku dapat lebih efisien.
Dewi
(2010)
Economic Order Quantity
Kebijakan persediaan bahan baku masih
belum optimal bila dibandingkan dengan
penerapan menggunakan metode EOQ. Hasil
analisis pengendalian persediaan bahan baku
kertas CD roll pada CV. Adinugraha
diperoleh kesimpulan bahwa jumlah
persediaan pembelian bahan baku kertas CD
metode EOQ yaitu sebesar 87 roll dengan
frekuensi pembelian 15 kali, yang mana total
biaya persediaan bahan baku kertas CD roll
dalam perhitungan EOQ adalah Rp.
618.943,83. Warisman, dkk (2012) Economic Order Quantity dan ROP
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengendalian persediaan bahan
baku yang telah diterapkan di CV. Subur
Abadi dan mengetahui tingkat efisiensi
dengan menggunakan metode EOQ dan
ROP. Hasil dari penelitian ini adalah
perusahaan dapat menghemat total biaya dari
tahun 2009, 2010, 2010 berturut-turut adalah
Rp. 609.387,5; Rp. 742.275; Rp. 637.787,5.
Jadi kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah perusahaan hendaknya menerapkan
metode EOQ dan ROP dalam pengendalian
efisiensi persediaan bahan baku utama
karena menghasilkan penghematan pada total
biaya.
Indroprasto
(2012)
Economic Order Quantity
Penerapan metode EOQ dengan algoritma
genetika dapat memberikan hasil yang
algoritma genetika dapat meminimumkan
EOQ sehingga perusahaan dapat mengetahui
total cost milik perusahaan serta dapat
mengetahui jumlah pemesanan (order
quantity) barang A dan kapan seharusnya
PT. XYZ melakukan pemesanan kembali
barang A selama periode 2012. Selama
periode 2012 PT. XYZ harus mengadakan
persediaan selama 3 hari sekali dengan
rincian total cost sebesar Rp.
4.128.169.073.014 dimana hasil cost tersebut
lebih kecil dari total cost milik perusahaan
(Rp. 4.661.945.499.460) sehingga
perusahaan dapat menghemat Rp.
471.848.132.915. Dengan demikian PT.
XYZ dapat mengoptimalkan biaya
persediaan yang harus dikeluarkan untuk
barang A. Tanuwijoyo (2013) Metode Economic Order Quantity
Penerapan pengendalian metode EOQ di
Toko Nasional yang dilakukan,
menghasilkan penghematan sebesar 7% yang
mana sebelum menggunakan menggunakan
241.828.460 dan total inventory cost dengan
menggunakan EOQ adalah Rp 226.101.290
sehingga Toko Nasional melakukan
penghematan sebesar Rp 15.727.170 Simbar (2014) Metode Economic Order Quantity
Analisis pengendalian persediaan bahan baku
kayu cempaka pada industri meubel dengan
menggunakan metode EOQ, menunjukkan
bahwa pembelian bahan baku kayu cempaka
yang optimal selama periode 2013 untuk
setiap kali pesan lebih besar daripada yang
dilakukan perusahaan. Pembelian bahan
baku optimal yang harus dilakukan
perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar
4.448 m3 dengan frekuensi pemesanan yang
harus dilakukan adalah sebanyak 2 kali.
Kuantitas persediaan pengaman (Safety
Stock) yang harus tersedia di gudang adalah
sebesar 0.24 m3 dan titik pemesanan kembali
(Reorder Point) adalah saat persediaan di
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dasar yang akan
digunakan dalam pengolahan data dan sebagai penunjang masalah yang akan
diselesaikan. Tujuan dari bab II ini, untuk memberikan dasar atau acuan secara
ilmiah yang berguna dalam pelaksanaan penelitian agar mendapatkan hasil analisa
yang baik.
2.1 Pengertian Bahan Kemas
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan maupun non-pangan. Kemasan adalah suatu
wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang
dilengkapi dengan label atau keterangan-keterangan termasuk beberapa
manfaat dari isi kemasan. Pengemasan mempunyai peranan penting dalam
menunjang distribusi produk terutama yang mudah mengalami kerusakan.
2.1.1 Manfaat Bahan Kemas
Manfaat dari bahan kemas, antara lain:
1.Wadah atau tempat
Wadah atau tempat bertujuan untuk memudahkan penyimpanan produk
yang berupa tepung-tepungan, butiran, cairan dan gas agar tidak
2.Pelindung
Bahan kemas juga berfungsi untuk melindungi lingkungan sekitar produk.
Bahan kemas yang akan dipilih tergantung dari sifat-sifat produk serta
kemampuannya untuk melindungi produk yang akan dikemas.
3.Penunjang cara penyimpanan dan transportasi
Produk-produk yang akan dipasarkan biasanya tidak langsung dibawa dari
pabrik ke pengecer, tetapi melalui saluran pemasaran yang agak panjang.
Selain itu, ada beberapa bahan yang harus disimpan dulu sebelum dijual
untuk pengontrolan kualitasnya, sehingga kemasan harus dibuat
sedemikian rupa agar efisien dalam menggunakan ruangan penyimpanan.
4.Alat persaingan dalam pemasaran
Sasaran produsen dalam memasarkan suatu produk adalah menarik
perhatian konsumen. Cara menarik ini diantaranya dengan menempelkan
sesuatu yang menarik pada kemasan produk tersebut.
2.1.2 Macam Bahan Kemas
Bahan Kemas terdiri dari tiga macam yaitu:
1.Bahan kemas primer
Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan
bahan yang dikemas/produknya tersebut. Misalnya, strip/blister, botol,
ampul, vial, plastik dan lain-lain. Pada bahan kemas primer sendiri, untuk
menjamin stabilitas produk harus ditetapkan syarat yang sangat tegas
terhadap bahan kemas primer, yang kontak langsung dengan produk, baik
2.Bahan Kemas Sekunder
Bahan kemas sekunder adalah pembungkus selanjutnya setelah bahan
kemas primer, biasanya dikenal dengan inner box. Umumnya bahan kemas
sekunder tidak berpengaruh terhadap stabilitas produk.
3.Bahan Kemas Tersier
Bahan kemas tersier adalah pembungkus setelah bahan kemas sekunder,
biasanya berupa outer box. Bahan kemas tersier juga umumnya tidak
berpengaruh terhadap stabilitas produk yang dikemas tersebut.
2.2 Pengertian Persediaan
Pada setiap tingkat perusahaan baik perusahaan kecil, menengah maupun
besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak ataupun
tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan
dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Pengendalian persediaan merupakan
fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik perusahaan
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Jika perusahaan
menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan dan mungkin mempunyai persediaan
opportunity cost, tetapi jika perusahaan tidak mempunyai persediaan yang
mencukupi untuk proses produksi juga dapat mengakibatkan biaya-biaya dari
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2009:402), ”Persediaan adalah
pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi. Investasi dalam
persediaan merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan dagang dan
manufaktur”.
Menurut Prasetyo (2006:65), “Persediaan adalah suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam
satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan atau
proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi”.
Jumlah persediaan yang tinggi akan meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumennya, tetapi persediaan yang
tinggi juga dapat menghambat kegiatan perusahaan karena sebagian besar
dana perusahaan ada didalam persediaan. Kuantitas dan kualitas persediaan
perusahaan dapat mempengaruhi tingkat laba atau pendapatan yang diperoleh
perusahaan (Warren et.al.: 2005:454)
2.3 Tujuan Persediaan
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) tujuan dari persediaan adalah
untuk mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyimpanan material.
Persediaan memiliki enam fungsi yaitu sebagai berikut:
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
b.Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan
c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi
d.Menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(quantity discounts)
f. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya barang yang
diperlukan
2.4 Fungsi-Fungsi Persediaan
Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran
usaha. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan
perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli, sedangkan bagi perusahaan
industri persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Menurut Rangkut (2007:15) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan
oleh suatu perusahaan atau pabrik adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Decoupling
Fungsi decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung supplier. Persediaan
pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan
barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan
proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi
diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para
pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan
disebut fluctuation stock.
b.Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan
sebagainya. Perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih
besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya).
c. Fungsi Antisipasi
Fungsi antisipasi dilakukan perusahaan apabila menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman
atau data-data masa lalu yaitu permintaan musiman. Pada hal ini perusahaan
dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).
2.5 Penggolongan Persediaan
Persediaan memiliki berbagai fungsi yang berbeda, oleh karena itu
persediaan didalam perusahaan harus dikelompokkan agar persediaan dapat
Menurut Earl et. Al. (2009:145) berbagai jenis persediaan dalam
perusahaan dagang industri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.Persediaan bahan baku (raw material) yaitu barang-barang yang dibeli untuk
digunakan dalam proses produksi
2.Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu
terdiri atas bahan-bahan yang telah diproses, namun masih membutuhkan
pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini terdiri dari 3
kelompok biaya, diantaranya:
a. Biaya bahan baku langsung yaitu bahan baku yang secara langsung dapat
diidentifikasikan dalam barang yang diproduksi
b.Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung
dapat diidentifikasikan dengan barang yang akan diproduksi
c. Biaya overhead pabrik yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan
atas barang yang diproduksi.
3.Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang yang telah selesai
diproses dan siap untuk dijual
Menurut Iman Santoso (2005:56) berbagai jenis persediaan dalam
perusahaan dagang industri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses
lebih lanjut dalam proses produksi
2.Persediaan barang dalam proses (work in process/goodin process) yaitu
biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct
labor cost) dan biaya overhead (factory overhead cost)
3.Persediaan barang jadi (finished good) yaitu barang jadi yang berasal dari
barang yang telah selesai diproses dan telah siap untuk dijual sesuai dengan
tujuannya
4.Persediaan bahan pembantu (factory/manufacturing supllies) yaitu bahan
pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara
langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang dihasilkan
5.Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang langsung
diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
Kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang dimiliki
oleh perusahaan berbeda-beda tergantung pada sifat dan jenis yaitu persediaan
barang dagangan. Perusahaan industri atau manufaktur, persediaan terdiri dari
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang
jadi dan persediaan bahan pembantu.
2.6 Biaya Persediaan
Menurut Syafi’i (2009:139-142), biaya persediaan harus meliputi semua
biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan
berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Macam biaya persediaan adalah
a. Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas
pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan
jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam
menentukan biaya pembelian (Syafi’I, 2009:139).
b.Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung.
Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang
timbul dalam mengkonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi
tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa
memperhatikan volume produksi yang dihasilkan seperti, penyusutan,
pemeliharaan bangunan, peralatan pabrik, biaya manajemen dan
administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak
langsung yang berubah secara langsung atau hampir secara langsung,
mengikuti perubahan volume produksi seperti bahan tidak langsung dan
biaya tenaga kerja tidak langsung (Syafi’I 2009:140).
c. Biaya-biaya lain
Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang
biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat
overhead non-produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan
tertentu sebagai biaya persediaan (Syafi’I 2009:141).
2.7 Sistem Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan ada dua yaitu metode perpetual dan metode
periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis
persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut
juga metode fisik karena pada akhir periode dihitung fisik barang untuk
mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian.
Menurut Stice dan Skousen (2009:667), ada beberapa macam metode
penilaian persediaan yang umum digunakan yaitu: identifikasi khusus
(average), masuk pertama keluar pertama (FIFO) dan masuk terakhir keluar
pertama (LIFO).
a. Identifikasi Khusus
Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama
periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode
berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk
mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Identifikasi khusus, arus
biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.
b.Metode Biaya Rata-rata (Average)
Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode
ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya
unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang
mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk
pertama atau masuk terakhir.
c. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang
terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan
yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika pengunaan metode
identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO
mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel dengan arus fisik
dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk
memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan
terjadinya biaya. FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit
yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati
atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode.
d.Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang
terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah
metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan
pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau
harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah
laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah.
LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba
tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan harga jual yang
meningkat, dengan menggunakan LIFO persediaan dilaporkan dengan
menggunakan biaya pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu
yang lama, maka perbedaaan antara nilai persediaan saat ini dengan biaya
LIFO akan semakin besar.
2.8 Model Persediaan Menurut Jenis Kebutuhan
Model persediaan ada 2 jenis kebutuhan yaitu kebutuhan yang tidak
tergantung (independent) dan kebutuhan yang tergantung (dependent).
(Nasution&Prasetyawan, 2008)
2.8.1 Kebutuhan Independent
Kebutuhan disebut tidak tergantung (independent) apabila kebutuhan
untuk suatu item tidak ada hubungannya dengan item yang lain. Metode
pengendalian persediaan yang digunakan adalah metode pengendalian
tradisional (Pemodelan EOQ). Metode ini menggunakan matematika dan
statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif
dalam sistem persediaan. Pada dasarnya, metode ini berusaha mencari
jawaban yang optimal dalam menentukan jumlah ukuran pemesanan
ekonomis (EOQ), titik pemesanan kembali (Reorder Point) dan jumlah
cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan.
2.8.2 Kebutuhan Dependent
Kebutuhan disebut tergantung (dependent) apabila ada hubungan
lebih tinggi. Menurut Gasperz (2004) pada dasarnya dependent demand
didefinisikan sebagai permintaan terhadap material, parts atau produk
yang terkait langsung dengan atau diturunkan dari struktut bill of material
(BOM) untuk produk akhir atau untuk item tertentu. Permintaan untuk
material, parts atau produk yang diturunkan dari struktur bill of material
harus dihitung dan tidak boleh diramalkan.
2.9 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam
suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kelebihan
maupun kekurangan persediaan. Menurut Harjanto (2008:237), “Sistem
Pengendalian Persediaan adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pemesanan untuk
menambah persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan yang harus
diadakan”.
Teknik Pengendalian merupakan hal yang terpenting dalam mengelola
persediaan di gudang farmasi untuk menentukan obat mana yang harus
diprioritaskan, berapa jumlah titik pengaman (buffer stock) persediaan yang
harus ada serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali (reorder
point) (Sulastri, 2012).
2.9.1 Pengendalian Persediaan dengan Analisis ABC
Pada manajemen persediaan, klasifikasi atau analisis ABC
merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto: The
critical few and trivial many. Analisis ABC ini bertujuan untuk
memfokuskan kepada persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada
yang bernilai rendah (trivial). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam 3
kelompok berdasarkan volume rupiah tahunan. Volume rupiah tahunan
dihitung dari kebutuhan tahunan untuk setiap jenis persediaan dikalikan
dengan nilai per unitnya.
Assauri (2004) menyatakan bahwa dalam penentuan kebijaksanaan
pengawasan persediaan yang ketat dan agak longgar terhadap jenis-jenis
bahan yang ada dalam persediaan, maka dapat digunakan analisis ABC.
Metode ini menggambarkan pareto analisis yang menekankan bahwa
sebagian kecil dari jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan
mempunyai nilai penggunaan yang cukup besar yang mencakup lebih
daripada 60% dari seluruh bahan yang terdapat dalam persediaan.
Metode ini adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengurutkan
jumlah pemakaian, kemudian mengelompokkan jenis barang dalam suatu
upaya mengetahui pergerakan bahan kemas yang meliputi jenis, banyak
jumlah serta pola kebutuhan yang berbeda-beda. Metode ini sangat berguna
untuk memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang
yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan, oleh karena
itu tidak realistis jika memantau barang yang tidak mahal dengan intensitas
diikuti kebijaksanaan dalam manajemen persediaan, antara lain (Heizer dan
Reider 2010):
1.Perencanaan kelompok A harus mendapat perhatian lebih besar daripada
item yang lain
2.Kelompok A harus dilakukan kontrol fisik yang lebih ketat dibandingkan
dengan kelompok B dan C, pencatatan harus lebih akurat serta frekuensi
pemeriksaan lebih sering
3.Pemasok juga harus lebih memperhatikan kelompok A agar tidak terjadi
keterlambatan pengiriman
4.Cycle counting merupakan verifikasi melalui internal audit terhadap
record yang ada, dilaksanakan lebih sering untuk kelompok A yaitu 1
bulan sekali, untuk kelompok B setiap 4 bulan sekali dan untuk kelompok
C setiap 6 bulan sekali.
Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) klasifikasi
persediaan berdasarkan pemakaian dan investasi dibagi atas 3 bagian, yaitu:
1.Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya tinggi dengan
persen (%) kumulatifnya 0-70% yang disebut fast moving dengan bobot=
3, yaitu kategori kelompok A.
2.Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya sedang dengan
persen (%) kumulatifnya 71–90% yang disebut moderate dengan bobot=
3.Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya yang rendah
dengan persen (%) kumulatifnya 91-100% yang disebut slow moving
dengan bobot= 1, yaitu kategori kelompok C.
Perbekalan farmasi kategori A menyerap anggaran 70%, kelompok B
menyerap anggaran 20% dan kategori C menyerap anggaran 10%. Item-item
inventory dikelompokkan ke dalam kelas A, B dan C selanjutnya pihak
manajemen persediaan perlu memfokuskan perhatian pada item-item kelas
A dengan merumuskan kebijaksanaan perencanaan dan pengendalian
item-item kelas A. Pihak manajemen persediaan juga dapat memanfaatkan
klasifikasi ABC untuk merumuskan sistem manajemen inventory item,
seperti ditunjukkan dalam tabel (Granzperz, 2006).
Tabel 2.1 Kebijaksanaan Manajemen Inventory Berdasarkan Klasifikasi ABC
Deskripsi Item Kelas A Item Kelas B Item Kelas C Fokus perhatian
manajemen
Utama Normal Cukup
Pengendalian Ketat Normal Longgar
Stok Pengaman Sedikit Normal Cukup
Akurasi Peramalan
Kebutuhan
Tinggi Normal Cukup
2.9.2 Pengendalian Persediaan dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Menentukan pesanan persediaan adalah dengan menentukan berapa
banyak jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan
kegiatannya. Metode EOQ (Economic Order Quantity) digunakan agar
dapat menentukan kuantitas persediaan yang ekonomis. Menurut Carter
(2009:314), Kuantitas pemesanan ekonomis (Economic Order Quantity)
adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang
meminimalkan biaya persediaan tahunan. Dua macam biaya yang
dipertimbangkan dalam model EOQ adalah biaya penyimpanan dan biaya
pemesanan (Mardiyanto, 2009).
Menurut Heizer dan Render (2010), model EOQ adalah salah satu teknik
kontrol persediaan tertua dan paling dikenal atau teknik yang relatif paling
mudah digunakan, tetapi berdasarkan asumsi sebagai berikut:
1.Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen
2.Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya, artinya
persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu
waktu
3.Tidak tersedia diskon kuantitas
4.Biaya variabel hanya biaya untuk pemesanan dan biaya penyimpanan
persediaan dalam waktu tertentu
5.Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
Model persediaan pada umumnya meminimalkan biaya total, dengan
asumsi yang diberikan diatas paling signifikan adalah biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Jadi, meminimalkan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, juga akan meminimalkan biaya total. Seiring dengan
meningkatnya kuantitas yang dipesan, jumlah pemesanan pertahunnya akan
menurun dan biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah persediaan
yang harus diurus lebih banyak dari waktu ke waktu.
Perhitungan EOQ menurut Heizer, Render (2010:94) yaitu:
EOQ = √2DS H Keterangan:
EOQ = Jumlah optimum unit per pesanan
D = Permintaan tahunan dalam unit
S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
2.9.3 Pengendalian Persediaan dengan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Pemesanan suatu barang sampai barang tersebut datang, pasti diperlukan
jangka waktu yang bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa bulan.
Perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang disebut
dengan istilah waktu tenggang (lead time). Waktu tenggang sendiri sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan jarak lokasi antara
pembeli dan pemasok berada, sehingga safety stock sangat diperlukan dalam
Pentingnya menghitung safety stock karena seringnya terjadi pesanan
baru datang setelah waktu tunggu terlampaui (misalnya terlambat dalam
perjalanan karena banjir, putusnya jembatan atau bencana lainnya) dan
sering terjadinya peningkatan produksi, keadaan ini akan berakibat
terjadinya stock out yang selanjutnya akan mengganggunya proses produksi.
Karena besarnya investasi untuk persediaan safety stock terutama untuk
obat-obatan yang mahal (prioritas A) maka safety stock lebih diprioritaskan
ke bahan kemas yang lead time panjang dan langka.
Besarnya persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung sebagai
berikut:
Z =
SSσatau SS=
Zσ
Keterangan:
Z = Safety Factor
SS = Persediaan pengaman
σ = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang
2.9.4 Pengendalian Persediaan dengan Titik Pemesanan Kembali (Reorder
Point)
Menurut Heizer, Render (2010:98), Tingkat pemesanan kembali
(Reorder Point/ROP) adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan
yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali.
Cara menghitung titik pemesanan kembali (reorder point) adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
ROP = Titik pemesanan kembali
LT = Waktu tenggang
AU = Pemakaian rata-rata dalam satuan waktu tertentu
SS = Persediaan pengaman
2.9.5 Metode Period Order Quantity (POQ)
Metode period order quantity digunakan karena merupakan salah satu
metode dalam pengendalian persediaan barang yang bertujuan untuk
menghemat total biaya persediaan (total inventory cost) dengan menekankan
pada efektifitas frekuensi pemesanan barang agar lebih terpola. Metode
POQ merupakan salah satu pengembangan dari metode EOQ, yaitu dengan
mentransformasi kuantitas pemesanan menjadi frekuensi pemesanan yang
optimal (Divianto, 2011). POQ menggunakan logika dengan
mengkonversikan EOQ berdasarkan jumlah periode. Kuantitas
masing-masing pesanan diproyeksikan pada kebutuhan yang diperlukan.
Rumus metode POQ secara umum adalah sebagai berikut:
POQ = 1
Ɖ
�2.p.Ɖ s
Keterangan:
POQ = Frekuensi pemesanan barang
P = Biaya pemesanan barang untuk setiap kali pesan
Ɖ = Permintaan/pemakaian rata-rata barang perputaran produksi S = Biaya simpan barang
2.9.6 Metode Lot For Lot
Metode Lot For Lot atau teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit, selain itu metode persediaan minimal berdasarkan pada ide
menyediakan persediaan (memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan
saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jika pesanan dapat
dilakukan dalam jumlah yang sesungguhnya diperlukan (lot for lot)
menghasilkan tidak adanya persediaan. Metode ini mengandung resiko yang
tinggi, apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang
mengakibatkan terhentinya produksi jika persediaan itu berupa bahan kemas
atau tidak terpenuhinya permintaan pelanggan apabila persediaan itu berupa
barang jadi. Namun, bagi perusahaan tertentu seperti yang menjual
barang-barang yang tidak tahan lama (perishable products) metode ini merupakan
pilihan yang terbaik. Rumus dari total inventory metode lot for lot adalah
jumlah pemesanan dikalikan dengan harga pemesanan.
2.10 Sistem Pergudangan
Gudang atau storage merupakan tempat untuk menyimpan barang baik
bahan baku ataupun bahan kemas yang akan menjalani proses manufacturing
maupun barang jadi yang siap dipasarkan atau didistribusikan. Pergudangan
juga merupakan proses penanganan barang mulai dari penerimaan barang,
pencatatan, penyimpanan, pemilihan, pelabelan sampai dengan proses
pengiriman barang. Manajemen pergudangan akan dapat memperpendek jarak
pengambilan item dan pengiriman ke pelanggan. Tujuan dari sistem
pergudangan adalah untuk mengurus dan menyimpan barang-barang yang siap
untuk disitribusikan dan disalurkan. Perancangan gudang yang baik dapat
meminimalkan biaya pengadaan dan pengoperasian sebuah gudang serta
tercapai kelancaran pada proses pendistribusian barang dari gudang ke
konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen
adalah harga produk yang murah, mutu produk yang tinggi dan waktu
pengiriman yang tepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar faktor
tersebut dapat terpenuhi adalah melakukan perbaikan tata letak, ciri letak yang
baik adalah memiliki jarak pemindahan bahan yang minimum. Jarak
pemindahan bahan minimum akan memperkecil waktu penyelesaian produk
dan mengurangi biaya pemindahan bahan yang pada akhirnya akan
mengurangi biaya produksi.
2.10.1 Manfaat Gudang
Manfaat dari gudang adalah untuk:
1.Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan
2.Tertatanya perbekalan kesehatan
3.Peningkatan pelayanan pendistribusian
4.Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual dan dapat
dipertanggungjawabkan
2.10.2 Syarat-syarat Gudang
Menurut (Priyambodo, 2007) Gudang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB), diantaranya:
1.Gudang harus mempunyai prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata
cara kerja bagian gudang termasuk didalamnya mencakup tentang cara
penerimaan barang, penyimpanan dan distribusi barang atau produk
2.Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur
3.Gudang harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan bahan yang
mudah terbakar atau mudah meledak
4.Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status
“karantina” dan “ditolak”
5.Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling dengan kualitas
ruangan seperti ruang produksi
6.Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO atau FEFO
2.10.3 Bangunan
Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik sebagai berikut:
1.Kebersihan dan hygiene
2.Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%)
4.Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung
dengan lantai
5.Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi
2.10.4 Spesifikasi Gudang
Gudang di Industri Farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:
1.Berdasarkan suhu penyimpanan yaitu:
a. Gudang suhu kamar (≤30ᵒC) b.Gudang ber-AC (≤25ᵒC) c. Gudang dingin (2-8ᵒC) d.Gudang beku (≤0ᵒC) 2.Berdasarkan jenis
a. Gudang bahan baku, gudang bahan padat dan bahan cair
b.Gudang bahan pengemas
c. Gudang bahan peracun
d.Gudang bahan mudah meledak (Gudang api)
e. Gudang bahan yang ditolak
f. Gudang karantina obat jadi
g.Gudang obat jadi
2.10.5 Kapasitas Gudang
Kapasitas gudang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu
gudang, dalam menentukan kapasitas gudang keadaan harus
dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang mencapai keadaan
keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan datang lebih cepat.
Data yang harus diketahui untuk menghitung besarnya kapasitas gudang
yaitu:
1.Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu yang
dilakukan
2.Besarnya persediaan bahan kemas yang ditentukan
3.Variasi lead time
4.Fluktuasi pemakaian
2.10.6 Administrasi Gudang
Administrasi gudang diperlukan untuk mempermudah pengawasan dan
pengendalian perbekalan farmasi yang meliputi:
1.Buku induk
2.Kartu stock
3.Buku harian penerimaan barang
4.Buku harian pengeluaran barang
5.Surat bukti barang masuk (SBBM)
6.Surat bukti barang keluar (SBBK)
2.10.7 Pengelolaan Stock
Aktivitas pengelolaan stock meliputi: 1.Pengecekan pada saat penerimaan produk
Saat penerimaan barang dilakukan pengecekan antara lain kemasannya
tidak rusak, jumlah yang diantar, label produk, nama dan alamat
2.Pengawasan stock
Sistem pergudangan harus dibuat sistematis, misalnya ruang untuk
pergerakan barang atau petugas gudang agar bergerak, kemudian proses
pengecekan barang dan juga penggunaan kartu stock untuk mengawasi
pergerakan barang. Penggunaan label diperlukan untuk mengetahuo
kondisi produk baik, rusak atau masih dalam pengecekan dan secara
rutin dilakukan perhitungan stock
3.Pengeluaran produk
Pengeluaran produk mengikuti mekanisme FEFO (First Expired First
Out) artinya produk yang memiliki masa kadaluwarsa yang lebih dekat
harus diprioritaskan untuk dikeluarkan terlebih dahulu
4.Pemusnahan produk
Pemusnahan produk diatur dalam prosedur tertulis. Setiap pabrikan
produk dari pemerintah mengeluarkan aturan mengenai tata cara
pemusnahan untuk menghindari penyalahgunaan ataupun dampak yang
diakibatkan dari pemusnahan produk
2.11 Manajemen Tata Letak Gudang
Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol
kegiatan pergudangan yang diharapkan dapat mengurangi biaya-biaya yang
ada didalam gudang, pengambilan dan pemasukan barang ke gudang yang
efektif dan efisien serta kemudahan dan keakuratan informasi stock barang
disebut dengan warehouse management system (WMS). Sistem
pergudangan harus sederhana dan mudah dimengerti dengan tujuan:
1. Menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan customer service
2. Menurunkan inventory hingga tingkat rendah
3. Meningkatkan produktivitas dari perusahaan
2.11.1 Pengertian Tata Letak
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, 450) mengatakan bahwa tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi
sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak
strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam
kapasitas, proses, fleksibilitas dan biaya serta kualitas lingkungan kerja,
kontak pelanggan dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat
membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang
diferensiasi, biaya rendah ataupun respon cepat. Tujuan strategi tata letak
adalah untuk membangun tata letak ekonomis yang memenuhi kebutuhan
persaingan perusahaan. Desain tata letak harus mempertimbangkan
bagaimana dapat mencapai:
1.Utilitas ruang, peralatan dan orang yang lebih tinggi
2.Aliran informasi, barang atau orang yang lebih baik
3.Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang
lebih aman