• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Riau pada bulan September 2012 sebesar 131.215 orang (6,83 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2012 yang sebesar 131.222 orang (7,11 persen), secara absolut tidak mengalami penurunan yang berarti, tetapi secara persentase turun sebesar 0,28 persen. Selama periode Maret 2012 – September 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang

1.949 orang, sementara di daerah perdesaan mengalami penambahan sebesar 1.942 orang.

Secara relatif penduduk miskin daerah perkotaan mengalami penurunan selama periode Maret 2012 – September 2012, yaitu dari 7,15 persen menjadi 6,77 persen. Sementara di perdesaan persentase penduduk miskin naik sebesar 0,14 persen, yaitu dari 6,94 persen menjadi 7,08 persen.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2012, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 67,30 persen, sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2012 adalah sebesar 32,70 persen

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, dan daging ayam ras, sedangkan di daerah perdesaan adalah komoditas beras, rokok kretek filter, gula pasir, dan mie instan. Untuk komoditi bukan makanan, kontribusi terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan dan listrik, baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan.

Pada periode Maret 2012 – September 2012, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin rendah.

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013

(2)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, 2011 – 2012

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau pada periode Maret 2012 – Sepetember 2012 tidak mengalami penurunan yang berarti, yaitu dari 131.222 orang pada Maret 2012 menjadi 131.215 orang pada September 2012. Secara persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,28 persen, yaitu dari 7,11 persen menjadi 6,83 persen pada periode tersebut.

Jumlah penduduk miskin daerah perkotaan turun sejumlah 1.949 orang, dari 108.526 orang pada Maret 2012 menjadi 106.577 orang pada September 2012. Sementara di daerah perdesaan, penduduk miskin naik sebesar 1.942 orang, dari 22.696 orang pada Maret 2012 menjadi 24.638 orang pada September 2012.

Tabel 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

di Provinsi Kepulauan Riau Menurut Daerah, Maret 2012 - September 2012

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (000 Org) Persentase penduduk miskin Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan Maret 2012 242.416 124.222 367.638 108.526 7,15 September 2012 245.563 128.163 373.726 106.577 6,77 Perdesaan Maret 2012 232.103 74.816 306.919 22.696 6,94 September 2012 240.288 76.676 316.964 24.638 7,08 Kota+Desa Maret 2012 240.588 116.285 356.873 131.222 7,11 September 2012 244.608 118.842 363.450 131.215 6,83

(3)

2. Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2012 – September 2012 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2012- September 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 1,84 persen, yaitu dari Rp. 356.873,- per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp. 363.450,- per kapita per bulan pada September 2012. Pada periode yang sama, perkembangan garis kemiskinan daerah perkotaan meningkat 1,66 persen dan di wilayah perdesaan meningkat sebesar 3,27 persen.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Pada September 2012, peranan GKM terhadap GK tidak jauh berbeda dengan keadaan Maret 2012. Pada September 2012, peranan GKM terhadap GK sebesar 67,30 persen, sedangkan pada Maret 2012, peranan GKM terhadap GK sebesar 67,42 persen. Di daerah perkotaan, peranan GKM terhadap GK terlihat sedikit menurun, yaitu dari 65,94 persen menjadi 65,71 persen, sedangkan di perdesaan, peranan GKM terhadap GK terlihat menaik dari 75,62 persen menjadi 75,81 persen.

Komoditas makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan September 2012, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan sebesar 28,46 persen di perdesaan dan 27,37 persen di perkotaan. Selain beras, komoditas makanan lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (23,59 persen di perdesaan, 16,67 persen di perkotaan), daging ayam ras (8,76 persen di perkotaan), telur ayam ras (5,67 persen di perdesaan, 5,20 persen di perkotaan), gula pasir (2,65 persen di perkotaan, 7,20 persen di perdesaan, dan mie instant (5,36 persen di perdesaan).

Untuk komoditas bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis Kemiskinan, yaitu 32,21 persen di perdesaan dan 35,73

(4)

perkotaan), pakaian jadi anak-anak (7,36 persen di perdesaan, 3,24 persen di perkotaan), dan pakaian jadi perempuan dewasa (6,26 persen di perdesaan, 4,79 persen di perkotaan).

Tabel 2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012

Komoditi Perkotaan (%) Perdesaan (%)

Makanan a. Beras 27,37 28,46

b. Rokok Kretek Filter 16,67 23,59

c. Daging Ayam Ras 8,76 2,36

d. Telur Ayam Ras 5,20 5,67

e. Gula Pasir 2,65 7,20

f. Mie Instant 1,38 5,36

Non Makanan a. Perumahan 35,73 32,21

b. Listrik 4,67 6,40

c. Bensin 9,11 6,80

d. Pakaian Jadi Anak-anak 3,24 7,36

e. Pakaian Jadi Perempuan Dewasa 4,79 6,26

Sumber: Diolah dari data Susenas Modul Konsumsi September 2012

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2012 – September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks

Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,01 menjadi 0,85. Hal yang sama terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan yang turun dari 0,29 menjadi 0,19 pada periode yang sama (Tabel 3). Penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan, dan penurunan Indeks Keparahan Kemiskinan mengindikasikan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.

(5)

Di daerah perkotaan pada periode Maret 2012 – September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,09 menjadi 0,81, begitupula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,07 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan kedalaman dan keparahan kemiskinan di perkotaan identik dengan keadaan provinsi secara umum, yaitu rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekeati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.

Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau menurut Daerah, Maret 2012 - September 2012

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2012 1,09 0,67 1,01

September 2012 0,81 0,99 0,85

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2012 0,24 0,16 0,23

September 2012 0,17 0,31 0,19

Sumber: Diolah dari data Susenas Modul Konsumsi Maret 2012 dan September 2012

Di daerah perdesaan pada periode Maret 2012 – September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,67 menjadi 0,99, begitu pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,16 menjadi 0,31 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan relatif makin menjauh dari garis kemiskinan dan rata-rata pengeluaran penduduk miskin relatif asemakin timpang.

Pada periode September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan daerah perkotaan lebih kecil dari perdesaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin daerah perkotaan lebih dekat dari garis kemiskinan dibanding daerah perdesaan, dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin perkotaan lebih menyempit dibanding daerah perdesaan.

(6)

4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012 ini adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi bulan Maret 2012 dan September 2012. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

Gambar

Tabel 2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan    di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )                  di Provinsi Kepulauan Riau menurut Daerah,  Maret 2012 - September 2012

Referensi

Dokumen terkait

Sistematika penulisan artikel hasil penelitian empiris (berbasis riset) terdiri dari Judul, Nama Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan

Penelaahan lebih detail pada citra satelit SRTM menunjukan bahwa terdapat patahan-patahan geser yang berarah Baratlaut -Tenggara hampir Utara-Selatan yang menerus

Sekarang kita dapat berpikir "jika filosof dapat saja menunggu sebuah waktu acak sebagai pengganti waktu yang sama setelah tidak dapat mengambil garpu kiri dan kanan, kesempatan

Waktu yang sangat terbatas dengan jumlah yang cukup banyak yaitu 20 UKM masih kurang sehingga Pendampingan yang kami lakukan ke masing – masing UKM untuk lebih mengerti dalam

Spesifikasi Teknis untuk Fungisida yang ditawarkan (Mengandung Bahan Aktif : Propined 70%) tidak sesuai dengan brosur yang disampaikan (Mengandung Bahan Aktif : mankozeb 80%). Merk

Salah satu hikayat yang berbentuk cerita lisan terdapat dalam tradisi mauluik dikia pada masyarakat penganut Tarekat Syatariyah di kota Padang.. Melihat kedudukan hikayat

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments menurut Taniredja adalah sebagai berikut: (1) Dalam pembelajaran tipe teams games tournaments

Menurut guru-guru di MGMP Matematika SMA di Bandar Lampung (Yunarti, 2011:17) hampir semua guru matematika SMA di Bandar Lampung masih menyaji- kan pembelajaran