• Tidak ada hasil yang ditemukan

Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim. Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim. Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Progress Report VIII

Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim

Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim Pengantar

Tak ada yang meragukan bahwa rangkaian peristiwa yang terjadi menjelang dan pasca jejak pendapat di Timor Timur adalah kejahatan. Kejahatan itu mulai dalam bentuk teror, pembunuhan, penculikan sampai dengan puncaknya pembumihangusan (extermination) yang diiringi pengungsian ratusan ribu jiwa. Semua terdakwa yang diperiksa di Pengadilan HAM ad hoc ini adalah individu-individu yang ditengarai melakukan, memsponsori atau memfasilitasi terjadinya rangkaian kejahatan tersebut. Seluruh kejahatan tersebut dalam ketentuan hukum positif Indonesia dikuantifikasi sebagai kejahatan terhadap kemanusian.1

Demi pembuktian ada dan terjadinya kejahatan terhadap kemanusian itulah Eurico Gutteres duduk sebagai terdakwa. Sebagai Wakil Panglima Pasukan Pejuang Integrasi Eurico Gutteres memiliki peranan yang sangat penting di lapangan sepanjang menjelang dan pasca Jejak Pendapat. Bisa dibilang Eurico adalah icon dari rangkaian kekerasan dengan milisi Aitarak-nya selama proses Jejak Pendapat itu. Dalam seluruh gerak dan sepak terjangnya hampir semua orang yang berada di Timtim, khususnya Dili tahu bahwa Eurico bebas bergerak dalam ruang yang disediakan oleh aparat keamanan. Dengan milisi Aitarak-nya Eurico bebas begerak memobilisasi berbagai milisi lainnya mulai dari Liquisa sampai ke Suai, dari Meliana sampai Los Palos dengan senajta standar TNI-Polri maupun rakitan.

Mengingat seluruh kejadian di Timtim menjelang dan pasca Jajak Pendapat dan gerak serta sepak terjang satuan-satuan milisi yang tergabung dalam Pasukan Pejuang Integrasi maka pengadilan terhadap Eurico Gutteres menjadi sangat penting dan menentukan dalam memahami serta menentukan pihak yang paling beratanggung jawab.

Menjelang dan pasca Jajak Pendapat kelompok-kelompok sipil bersenjata dan paramiliter di Timor Timur bergerak secara berdampingan dengan satuan-satuan kecil TNI. Rakyat Terlatih (Ratih) menjadi bagian dari pertahanan sipil Indonesia di Timor Timur. Mereka direkrut dibawah Departemen Dalam Negeri, namun dilatih dan dioperasionalkan oleh satuan-satuan TNI lokal. Bersamaan dengan itu juga dikenal adanya kelompok-kelompok perlawanan rakyat (wanra) dan keamanan rakyat (kamra). Satuan-satuan milisi bersenjata berawal dari dibentuknya Gadapaksi pada pertengahan tahun 1990an.

Di akhir tahun 1998, dan secara “kebetulan” bersamaan waktunya dengan naiknya tensi politik berkaitan dengan pencarian upaya penyelesaian masalah Timor Timur di fora internasional, beberapa kelompok paramiliter yang lebih militan terbentuk. Bersamaan dengan kelompok-kelompok yang disebut lebih dahulu di atas, kelompok-kelompok

1

(2)

militan ini ditengarai melakukan intimidasi, penggeledahan rumah-rumah, bahkan sampai pada tindak kekerasan seksual dan pembunuhan yang secara spesifik ditujukan pada masyarakat yang diperkirakan pro-kemerdekaan. Peran mereka menjadi lebih nyata pada saat menjelang, selama, dan setelah jajak pendapat.2

Paparan di atas menggambarkan dengan gamblang hubungan erat baik secara struktural maupun operasional antara milisi bersenjata pro-integrasi dengan aparat keamanan Indonesia, khususnya TNI, yang secara teoretik memenuhi tesa tentang “kontrol menyeluruh” dan “kontrol efektif” TNI atas operasi militer di Timtim yang melibatkan para milisi tersebut.

Dalam konteks di atas-lah posisi Eurico Gutteres sebagai terdakwa di pengadilan HAM ad hoc seharusnya ditempatkan. Kenyataannya, dalam proses pembuktian, baik JPU maupun pembela nampak menempatkan Eurico (bersama milisi sipilnya) di luar konteks operasi militer dan “kontrol menyeluruh” TNI. Hal ini berarti telah terjadi penyangkalan bahwa Eurico melakukan tindakan kriminal atas pengetahuan dan dukungan TNI sebagai aparat negara Indonesia, yang menjadikannya memenuhi syarat untuk tunduk di bawah yurisdiksi pengadilan HAM. Padahal, jika posisi Eurico dilepaskan dari keterkaitannya dengan TNI, maka seharusnya Eurico didakwa sebagai seorang kriminal biasa dan bukan sebagai pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan.

Jika disimak seluruh proses persidangan terhadap Eurico, maka terlihat betapa tidak seriusnya seluruh rangkaian konstruksi yang didakwakan terhadap dirinya. Karena dalam seluruh rangkaian persidangan ini Eurico seakan bertindak sendiri atas kehendaknya secara personal tanpa ada kaitannya dengan berbagai operasi aparat keamanan dan ambisi politik yang direncakan di Jakarta dan Dili saat itu. Dengan mengemukan ini bukan berarti Eurico secara individu tidak bertanggungjawab atas berbagai kejahatan yang dilakukannya atas nama integrasi dengan Indonesia. Bagaimana pun Eurico harus dituntut secara maksimal atas kejahatan yang didakwakan pada dirinya.

Penilaian Terhadap Requisatoir (Tuntutan Pidana) Eurico Guteres

Pada Hari kamis tanggal 31 Oktober 2002 yang lalu. Sebuah tuntutan pidana (requisatoir) dijatuhkan oleh tim jaksa Penuntut Umum (Muhammad Yusuf dan Dien Murdinah) Eurico Guterres. Tuntutan pidana ini dijatuhkan setelah hampir 5 bulan proses persidangan dilakukan. Tuntutan terhadap Eurico Guteres ini juga merupakan tuntutan pertama dari sembilan berkas perkara (tahap 2) yang telah disidangkan oleh pengadilan Ham ad hoc tim-tim yang bertempat di PN Jakarta Pusat. Untuk itu perlu dikemukakan poin-poin penilaian yang penting sekali untuk disikapi.

• Fakta Hukum dalam Pemeriksaan Saksi

2

Selengkapnya lihat artikel Ben Saul “Was the Conflict in East Timor Genocide and Why Does It Matter?” dalam Melbourne Journal of International Law, vo.2, issue 2, 2001, hal. 445-448

(3)

Dalam tuntutanya3, JPU dengan nyata menyatakan bahwa : Telah dilakukan pemeriksaan atas sebanyak (19) sembilan belas orang saksi, dengan rincian sebagai berikut: 18 belas orang saksi A Charge terdiri dari 11 orang didengar keterangannya di depan persidangan dan 7 orang dimana Berita Acara Pemeriksaannya dibacakan, dan dari 7 orang saksi ini 5 orang saksi yang dibacakan keterangannya diberikan dibawah sumpah. 1 orang saksi A de Charge memberikan keterangan di bawah sumpah sesuai agamanya. (lihat Tabel)

No Nama

Statusnya berdasarkan JPU

1 ALFREDO SANCHES A Charge

2 JULIO DE SOUSA A Charge

3 DOMINGOS BOAVIDA A Charge

4 MANUEL. V. CARRASCALAO A Charge

5 BASILIO DIAS ARAUJO A Charge

6 JOSE AFAT A Charge

7 SOEDJARWO A Charge

8 ABILIO J.O. SOARES A Charge

9 JOAO D.S. TAVARES A Charge

10 AGUSTINUS B.

PANGARIBUAN

A Charge

11 DOMINGGOS M.D. SOARES A Charge

12 LEANDRO ISAAC BAP A Charge

13 VICTOR dos SANTOS (APIN) BAP A Charge

14 SANTIAGO do SANTOS BAP A Charge

15 FLORINDO de JESUS BAP A Charge

16 MARIA C. CARRASCALAO BAP A Charge

17 JUANICO DASIVA BAP A Charge

18 SUPARNO BAP A Charge

19 MARCELINO MARTIN

XIMENES

A de Charge

Asumsi bahwa ke 18 orang saksi (pemeriksaan 11 orang dan 7 orang BAP dibacakan) tersebut menurut jaksa adalah saksi yang memberatkan terdakwa atau a charge menurut penilaian kami merupakan penilaian yang terlalu optimis oleh JPU. Bila JPU

menyatakan bahwa ke-18 orang tersebut merupakan saksi yang dipanggil oleh JPU yang diharapkan dapat menguatkan dakwaannya maka hal ini dapat dibenarkan, namun bila JPU menyatakan bahwa ke 18 orang tersebut merupakan saksi yang memberatkan terdakwa, maka hal itu harus diklarifikasi kembali.

3

Lihat Tuntutan Pidana Dalam Perkara Pelanggran HAM Berat di Timor-Timur A.N terdakwa Eurico Guteres oleh Penuntut umum Ad Hoc Muhammad Jusuf, SH MM dan Dien Murdinah, SH. Hal 9 No IV.

(4)

Menurut hasil monitoring, ke 18 orang tersebut yang telah memberikan kesaksiannya, hanya beberapa orang saja yang memang memberatkan dakwaan dari JPU, itu pun yang paling memberatkan adalah kesaksian dari 5 orang yang BAP nya dibacakan di pengadilan selebihnya dari kualitas kesaksian mereka tidak memberikan hasil yang signifikan bagi dakwaan. (lihat tabel)

Daftar Saksi dan Penilaian kualitas pemeriksaan Kesaksian Selama Monitoring

No Nama saksi Statusnya Kualitas

Pemeriksaan

1 ALFREDO SANCHES Korban Memberatkan

2 JULIO DE SOUSA Bukan korban Tidak signifikan

3 DOMINGOS BOAVIDA korban Tidak signifikan

4 MANUEL. V.

CARRASCALAO

Korban Tidak signifikan

5 BASILIO DIAS ARAUJO Bukan korban Tidak signifikan

6 JOSE AFAT Camat Maubara Memberatkan

7 SOEDJARWO Dandim 1627 Dilli Tidak signifikan

8 ABILIO J.O. SOARES Gubernur Tim-Tim Tidak signifikan

9 JOAO D.S. TAVARES Hadir pd rapat akbar Tidak signifikan

10 AGUSTINUS B

PANGARIBUAN

Kasatserse Polres Dilli Tidak signifikan

11 DOMINGGOS M.D. SOARES Bupati Dilli Tidak signifikan

12 LEANDRO ISAAC* Anggota CNRT Memberatkan

13 VICTOR dos SANTOS (APIN)*

korban Memberatkan

14 SANTIAGO do SANTOS* korban Memberatkan

15 FLORINDO de JESUS* korban Memberatkan

16 MARIA C. CARRASCALAO* korban Memberatkan

17 JUANICO DASIVA* Bukan korban Tidak signifikan

18 SUPARNO* Bukan korban Tidak signifikan

* BAP Dibacakan • Perimbangan saksi

Perlu mendapat perhatian juga, bahwa berdasarkan jumlah komposisi orang yang memberikan kesaksian yang diajukan oleh jaksa dan diajukan oleh Terdakwa (penasehat hukum terdakwa) terlihat sangat tidak berimbang. Saksi yang diajukan oleh JPU berjumlah 18 orang, sedangkan saksi yang diajukan oleh penasehat hukum terdakwa Cuma berjumlah 1 orang yakni: MARCELINO MARTIN XIMENES. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan, mengapa saksi yang diajukan oleh terdakwa hanya ada satu orang. Hal ini seharusnya diperhatikan oleh hakim persidangan karena bila proses berjalannya pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang berjalan tidak imbang dikhawatirkan prinsip fair trial tidak akan belaku disini. Padahal seorang terdakwa dalam kasus

(5)

kriminal berhak “untuk memeriksa atau, diperiksa, para saksi yang memberatkan dirinya dan menghadirkan serta memeriksa para saksi atas namanya dalam keadaan yang sama terhadap saksi yang memberatkan dirinya”4.

Sedikitnya saksi a de charge yang dapat dihadirkan oleh tim penasehat hukum terdakwa tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Pertama, para saksi yang akan diajukan kebanyakan tinggal di Atambua sehingga sulit untuk menghadirkannya. Kedua, karena kurangnya dana yang dimiliki terdakwa dan tim penasehat hukum untuk membiayai kedatangan para saksi a de charge tersebut5. Dalam menanggapi kesulitan tim penasehat hukum terdakwa untuk menghadirkan saksi a de charge tersebut, ketua majelis hakim yang memeriksa berkas perkara Eurico Gutteres, Herman Keller Hutapea menyatakan bahwa hal itu merupakan kepentingan terdakwa dan majelis hakim telah memberikan kesempatan kepada tim penasehat hukum terdakwa, namun karena limit waktu yang diberikan telah melewati batas-batas waktu tertentu, maka dengan terpaksa majelis hakim akan membatasinya 6.

• Tuntutan JPU tetap mengukuhkan bahwa yang terjadi di Timor Timur

merupakan bentrokan sipil tanpa sangkut paut Militer

Asumsi yang masih tetap dipertahankan dalam persidangan pengadilan HAM Tim-Tim mengenai beberapa peristiwa pasca jejak pendapat yang terjadi di Timor-Timur adalah bahwa hal tersebut dilatarbelakangi pertikaian antara dua kelompok yang ada saat itu di timor-timur yaitu kelompok pro kemerdekaan dan kelompok pro integrasi. Oleh karena hampir dalam keseluruhan eksplorasi pemeriksaan kesaksian diarahkan ke skenario tersebut tanpa berusaha mengkaitkannya dengan kebijakan militer/TNI saat itu.

Dalam Tuntutan terhadap Eurico Guterres ini pun, JPU dalam beberapa penjelasaanya masih tetap memperkukuh skenario ini. Misalnya JPU menjelaskan bahwa benar pada sekitar awal tahun 1999 situasi kota Dilli umumnya mengalami tensi yang memanas disebabkannya munculnya kelompok prokemerdekaan dan pro integrasi. Bahwa tak jarang menimbulkan pertentangan fisik , khususnya didaerah sekitar Dilli, antara lain

4

Judisial System Monitoring Program, Kejaksaan Agung Tim-tim Melawan Joni Marques dan 9 orang lainnya, Dili Timor-Timur, Maret 2002 hal 25.

5

Dalam persidangan tanggal 26 September 2002, terdakwa dan tim penasehat menyatakan bahwa saksi yang meringankan/saksi a de charge yang akan diajukan berjumlah 4 orang, yang semuanya berasal dari Atambua, NTT. Namun, karena permasalahan dana maka para saksi yang akan diajukan ini terhambat kedatangannya ke Jakarta, sehingga pada akhirnya terdakwa dan tim penasehat hukum hanya mampu menghadirkan 1 orang saksi a de charge.

6

(6)

Maubara, Liquica, Turiscai, Alas dan Ainaro.7 Hal itu juga diperkuat dari berbagai kesaksian yang ada misalnya kesaksian dari Soedjarwo8, Abelio Soares9.

• Dakwaan Eurico seharusnya menggunakan delik by commision

Dakwaan terhadap Eurico Guterres dalam berkas dakwaan JPU dinyatakan bahwa terdakwa dikenai pasal 42 ayat (2) a dan b. Pasal pada intinya ini menyatakan bahwa terdakwa bersalah karena membiarkan terjadinya perbuatan cimes against humanity yang dilakukan oleh anak buahnya dalam konteks komando sipil. Oleh karena itu maka dakwaan JPU lebih menekankan bahwa terdakwa melakukan delik by omission (delik pembiaran), bukan delik melakukan atau menyuruh untuk melakukan (delik by comission). Alasan JPU dalam dakwaan yang menerapkan delik by ommision ini merupakan suatu kelemahan tersendiri10. Karena terhadap terdakwa Eurico Guterres seharusnya adalah delik by comission.

Dalam penjelasan JPU dalam Requisatoir terhadap Eurico Guterres, di temukan bahwa banyak sekali penjelasan-penjelasan dari jaksa maupun eksplorasi dari berbagai pemeriksaan kesaksian yang mengarahkan bahwa perbuatan Eurico Guterres sebenarnya adalah perbuatan langsung. (delik by commission)

Dalam Tuntutan tersebut jaksa mengakui dan menjelaskan bahwa : sesuai dengan keterangan saksi Basilio yang dikuatkan dengan keterangan terdakwa, bahkan menurut keterangan Manuel V Carascalao, Santiago dos Santos11, dan Maria C Carrascalao justru dalam sambutannya terdakwa menyebutkan kata-kata “agar keluarga manuel Viegas Carrascalao dihabiskan”12 atau dinyatakan juga oleh JPU dalam tuntutannya bahwa: bahkan berdasarkan keterangan Leandro Isac13 justru terdakwa memimpin

7

Lihat amar Tuntutan Eurico Guterres hal 65. 8

Lihat kesaksian Soedjarwo dalam tuntutan hal 22, yang menguraikan tentang berbago bentrokan yang terjadi diantara kelompok prointegrasi dan prokemerdekaan.

9

Lihat kesaksian dari Abelio dalam tuntutan Eurico hal 26, yang menyatakan bahwa kelompok prointegrasi kembali exist karena melihat adanya kegiatan fretilin semakin meningkat, seperti dilakukan pelatihan dari luar negeri.

10

Lihat Progres report terdahulu mengenai kritisi terhadap dakwaan delik omission dalan surat dakwaan para terdakwa kasus Tim-Tim.

11

Saksi mendengar Eurico Guterres memberi komando bahwa bahwa semua pemimpin CNRT harus dihabiskan dan khusus keluarga Manuel Carascalao harus dihabiskan. Lihat juga tuntutan JPU hal 46

12

Lihat Tuntutan Pidana Eurico Guterres hal 76 13

dalam kesaksiannya Leandro Isac menyatakan bahwa “para komandan milisi yang

hadir tersebut adalah Eurico Guterres yang adalah pemimpin milisi aitarak membuat pernyataan politik bahwa pemimpin CNRT harus dibunuh, dan saksi juga memiliki copy dari pernyataan Eurico tersebut. Lihat juga tuntutan JPU hal 39.

(7)

pawai dengan sepeda motor sebelum melakukan penyerangan terhadap pengungsi yang berlindung di rumah Manuel Carascalao.14

• Tuntutan Pidana Yang Minimun

Tuntutan Pidana dari JPU terhadap Eurico Guterres menyatakan bahwa Eurico Guteres terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana pelanggaran HAM yang berat berupa kejahatan terhadap kemanusiaan, sebagaimana yang disebut pada dakwaan pertama yaitu pasal 42 ayat (2) a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9 huruf a dan pasal 37 UU No 26 tahun 2000, dan dakwaan kedua yaitu melanggar pasal 42 ayat (2) a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9 huruf h dan pasal 40 UU No 26 tahun 2000. Tuntutan pidananya selama 10 tahun.

Tuntutan pidana terhadap Eurico oleh JPU bisa dikatakan merupakan tuntutan minimalis karena Pasal 9 huruf a dalam UU No 26 tahun 2000 mengatur ancaman pidananya adalah maksimal 25 tahun dan minimal 10 tahun. Sedangkan Pasal 9 huruf h dalam UU No 26 Tahun 2000 ancaman pidannya paling lama 20 tahun dan paling singkat adalah 10 tahun. Padahal dalam tuntutan ini Eurico jelas-jelas telah memenuhi secara sah dan meyakinkan telah melanggar pasal-pasal tersebut. Jumlah tuntutan tersebut menurut hemat kami sangat bertolak belakang dengan penjelasan JPU sebelumnya dan oleh karena itu asumsi kami menyatakan bahwa tuntutan memang sudah direncanakan atau disiapkan sejak semula yang berasal Rencana Tuntutan (rentut) Jaksa Agung

Kesimpulan

Mencermati proses persidangan terhadap terdakwa Eurico Gutteres sampai dengan tahap penuntutan dan membandingkannya dengan berkas-berkas lain, ada beberapa hal yang patut untuk dicatat:

- Dalam surat tuntutannya, ada kemajuan yang dilakukan oleh jaksa, yaitu dengan merujuk pada beberapa praktek hukum internasional yang bertipikal mirip dengan kasus Eurico Gutteres. Namun ternyata jaksa penuntut umum masih melakukan kesalahan yang sama dengan tiga berkas kasus Timtim yang telah diputus hakim.

o Pertama, paparan dalam amar tuntutan yang demikian “percaya diri” ternyata tidak diimbangi dengan tuntutan hukuman yang memadai. Eurico dituntut dengan tuntutan minimum yaitu 10 tahun penjara.

o Kedua, dakwaan terhadap Eurico bersifat by ommission (pembiaran), namun dalam proses pembuktian dan pemeriksaan saksi, ternyata JPU mengarahkannya pada pembuktian kejahatan by commission (melakukan langsung). Hal ini memang tidak bisa dihindarkan karena sejak awal memang dakwaan terhadap Eurico akan lebih tepat jika dalam posisi sebagai pelaku kejahatan by commission ketimbang by ommission. Dalam

14

(8)

sejarah praktek hukum pidana di Indonesia, perbedaan arah pembuktian dengan isi dakwaan bisa jadi akan berakhir dengan putusan bebas demi hukum, karena majelis hakim biasanya sangat berpegang erat pada asas positivisme proses hukum dalam mengambil keputusan.

o Ketiga, ketidakmampuan JPU menterjemahkan “tanggung jawab komando” dalam berkas Eurico Gutteres. JPU seringkali terjebak dalam ambiguitas antara tanggung jawab komando secara struktural dengan tanggung jawab komando di lapangan. Hal ini mempunyai konsekuensi yang fatal: Jika yang dimaksud tanggung jawab komando adalah tanggung jawab komando di lapangan, maka dakwaan by ommission terhadap Eurico seharusnya adalah dakwaan by ommission; sementara jika yang dimaksud adalah tanggung jawab komando secara struktural (dengan asumsi bahwa kaitan hirarkial antara TNI dengan milisi pro-integrasi terbukti), maka posisi Eurico sebagai wakil panglima PPI mengundang pertanyaan, kenapa bukan Joao Tavares, sebagai panglima PPI yang menjadi terdakwa?

- Dibandingkan dengan terdakwa yang berasal dari kalangan militer, pembelaan terhadap Eurico berkesan tidak maksimal. Hal ini bisa dilihat dari komposisi saksi dimana saksi meringankan yang diajukan oleh pihak terdakwa (a decharge) hanya satu orang dibandingkan dengan 10 orang saksi memberatkan dari pihak penuntut umum. Selain itu, para saksi yang berasal dari TNI ternyata memberikan keterangan yang tidak signifikan bagi dakwaan. Adapun sepertiga dari kesaksian “hanya” dalam bentuk pembacaan kesaksian BAP.

- Dengan menggunakan pasal 42(2) tentang tanggung jawab komando sipil terhadap Eurico Gutteres, maka JPU harus bisa membuktikan bahwa organisasi milisinya adalah suatu organisasi yang “powerful” secara operasional dan mempunyai hirarki yang jelas dan baku. Terutama yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, pendanaan, dan hubungannya dengan satuan-satuan milisi bersenjata yang bertebaran di Timor timur. Sehingga dapat dibuktikan bahwa apa yang disebut dengan “kontrol efektif” memang eksis.

- Tidak ditempatkannya posisi Eurico di tempat yang “sewajarnya” selama proses persidangan, serta minimnya kesaksian dari kalangan kalangan militer terhadapnya, juga tidak adanya saksi perwira tinggi militer yang diajukan oleh pembela dan JPU yang tampil di muka persidangan, menimbulkan kesan bahwa Eurico merupakan “alat cuci tangan” petinggi militer dalam pengadilan ad hoc ini.

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan khusus yang selalu kita ambil yang pasti kita menyiapkan kader- kader peduli lingkungan baik di tingkatan sekolah, mahasiswa maupun pemuda sehingga dengan

a) Anamnesis : benjolan rekuren di inguinal yang dapat mencapai skrotum yang hilang timbul, yang secara gradual dapat membesar dan menjadi persisten, dan

Ketenagalistrikan Dicabut dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN

Gen yang berlokasi pada plasmid lebih mudah pindah jika dibandingkan dengan gen yang berlokasi pada kromosom, sehingga gen resistensi yang berlokasi pada plasmid

Према условима из овог Просторног плана потребна је израда планске (посебне основе газдовања шумама) и пројектне документације (Пројекат подизања

Pada tabel di atas nilai sig variable DPK = 0.7675 > 0.05 sehingga H0 tidak ditolak, yang berarti variable independen DPK secara parsial tidak berpengaruh signifikan

Perluasan infeksi odontogenik hingga ke regio bukal, fasial, dan subkutaneus servikal, sehingga berkembang menjadi selulitis fasialis dapat menyebabkan kematian jika

Kualitas semen segar pejantan sapi potong sebelum perlakuan equilibrasi dan diproses untuk semen beku tampak menunjukkan nilai gerakan massa +++, konsentrasi sperma 1450,0 ± 353,6