• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. 99 Oktober 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No. 99 Oktober 2013"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

No. 99 | Oktober 2013

Tzu Chi Center, Tower 2, 6th Floor, BGM

Jl. Pantai Indah Kapuk Boulevard, Jakarta Utara 14470

Tel. (021) 5055 9999 Fax. (021) 5055 6699 redaksi@tzuchi.or.id

www.tzuchi.or.id

(2)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

2

Mengingat kembali ke masa awal Tzu Chi berada di Indonesia, saat itu dimulai oleh beberapa ibu rumah tangga yang merupakan istri para pengusaha Taiwan di Indonesia, di mulai dari satu orang lalu menyebar ke beberapa orang, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Saat ditanya apakah dulu terbayang Tzu Chi di Indonesia akan berkembang sebesar ini, Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang merupakan salah satu perintis awal bercerita bahwa sama sekali tidak terbayangkan, karena saat itu yang ada di pikiran mereka hanya satu dan sangat sederhana: ingin membantu orang-orang yang membutuhkan.

Mungkin hal yang sama juga dirasakan oleh Master Cheng Yen pada saat awal mendirikan Tzu Chi. Beliau tidak membayangkan Tzu Chi akan sebesar ini karena tujuan beliau yaitu untuk membantu sesama yang membutuhkan. Siapa yang menyangka Tzu Chi akan menyebar hingga ke-48 negara dan memberikan bantuan ke lebih dari 70 negara. Jika diingat kembali, semua bermula karena celengan bambu dan 5 sen yang ditabung oleh 30 ibu rumah tangga setiap harinya. Karena ada semangat celengan bambu, maka adaTzu Chi hari ini.

Masa celengan bambu ini dimulai pada tahun 1966. Waktu itu Yayasan Tzu Chi sudah akan terbentuk, tetapi Master Yin Shun meminta Master Cheng Yen untuk kembali ke Chiayi, Taiwan. Saat itu pengikutnya merasa tak rela Master Cheng Yen meninggalkan Hualien, mereka pun menandatangani petisi yang mengungkapkan keinginan mereka agar Master Cheng Yen tetap tinggal di Hualien. Lalu pada saat itu Master Cheng

Yen berkata kepada para pengikutnya, “Jika kalian ingin saya tinggal di Hualien, kalian setiap hari harus menyisihkan uang 5 sen untuk membantu orang lain.” Lalu Master Cheng Yen memotong sendiri 30 batang celengan bambu dan membagikan kepada setiap pengikutnya satu per satu. Master pun berpesan agar setiap kali sebelum pergi berbelanja, mereka harus menyisihkan uang terlebih dahulu. Lalu pada saat itu ada yang

bertanya kepada Master, “Master, jika setiap hari menyisihkan 5 sen akan terlalu repot, boleh tidak setiap satu bulan sekali menabung 15 yuan ke dalam celengan?”

Lima sen dalam satu bulan akan menjadi 15 yuan, jumlah yang sama, tapi ternyata bukan jumlah yang ditekankan oleh Master Cheng Yen kepada pengikutnya. Master berkata bahwa jika setiap hari kita menyisihkan uang ke celengan bambu, berarti setiap hari kita membangkitkan niat baik di dalam diri,

dan hal tersebut jauh berbeda daripada hanya satu bulan sekali membangkitkan niat baik. Sama halnya seperti yang Master Cheng Yen selalu ingatkan kepada murid-muridnya, bahwa bukan seberapa besar kita melakukan, tapi seberapa besar jiwa kebijaksanaan dalam diri setiap orang bertumbuh.

Menoleh ke masa lalu, hati dipenuhi rasa syukur. Karena ada perjuangan dari para perintisnya, maka sebuah ladang pelatihan diri yang indah dan agung terbentuk dan menyatukan hati setiap orang di berbagai belahan dunia. Setiap insan Tzu Chi harus dapat mengingat sejarah perjalanan awal Tzu Chi, terutama di Indonesia. Mengingat perjalanan di Indonesia, saat itu hanya ada beberapa ibu rumah tangga. Banyak kendala yang mereka hadapi, tapi mereka menghadapinya. Pada masa itu mengandalkan gathering kecil yang diikuti beberapa orang saja, terkadang bahkan dijaga oleh polisi. Untuk mencari pengetahuan tentang Tzu Chi melalui buku juga tidak mudah karena buku-buku berbahasa Mandarin saat itu sulit masuk ke Indonesia, tapi mereka tetap melakukan dengan sungguh hati, sukarela, dan sukacita.

Insan Tzu Chi di Indonesia memiliki berkah yang besar, karena kita tak lagi menghadapi kesulitan seperti dahulu. Empat misi di Indonesia berjalan dengan baik, dan Tzu Chi sudah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat, jadi sudah seharusnya kita sebagai insan Tzu Chi di Indonesia lebih semangat dan giat mengemban tanggung jawab di Tzu Chi karena misi ini harus terus diwariskan dari masa ke masa.

PEMIMPIN UMUM: Agus

Rijanto. WAKIL PEMIMPIN

UMUM: Agus Hartono.

PEMIMPIN REDAKSI: Juliana Santy. REDAKTUR PELAKSANA: Metta Wulandari. EDITOR: Hadi Pranoto,

Ivana Chang. ANGGOTA REDAKSI: Apriyanto, Lienie Handayani, Teddy Lianto, Desvi Nataleni, Tony Yuwono, Yuliati. REDAKTUR FOTO: Anand Yahya. SEKRETARIS: Bakron, Witono. KONTRIBUTOR: Relawan 3in1 Tzu Chi Indonesia. Dokumentasi Kantor Perwakilan/

Penghubung: Tzu Chi di Makassar, Surabaya, Medan,

Bandung, Batam, Tangerang, Pekanbaru, Padang, Lampung, Singkawang, Bali dan Tanjung Balai Karimun. DESAIN GRAFIS: Endin Mahfudin, Inge Sanjaya, Ricky Suherman, Siladhamo Mulyono, Urip.

TIM WEBSITE: Hadi Pranoto, Heriyanto. DITERBITKAN OLEH: Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. ALAMAT REDAKSI: Tzu Chi Center, Tower 2, 6th Floor, BGM, Jl. Pantai Indah Kapuk (PIK) Boulevard, Jakarta Utara 14470, Tel. (021) 5055 9999, Fax. (021) 5055 6699 e-mail: redaksi@tzuchi.or.id.

Dicetak oleh: International Media Web Printing

(IMWP), Jakarta. (Isi di luar tanggung jawab percetakan)

Celengan Bambu yang Mengarahkan

Hati Setiap Orang

e-mail: redaksi@tzuchi.or.id

situs: www.tzuchi.or.id

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berdiri pada tanggal 28 September 1994, merupakan kantor cabang dari Yayasan Buddha Tzu Chi Internasional yang berpusat di Hualien, Taiwan. Sejak didirikan oleh Master Cheng Yen pada tahun 1966, hingga saat ini Tzu Chi telah memiliki cabang di 48 negara.

Tzu Chi merupakan lembaga sosial kemanusiaan yang lintas suku, agama, ras, dan negara yang mendasarkan aktivitasnya pada prinsip cinta kasih universal.

Aktivitas Tzu Chi dibagi dalam 4 misi utama:

Misi Amal

Membantu masyarakat tidak mampu maupun yang tertimpa bencana alam/ musibah.

Misi Kesehatan

Memberikan pelayanan kesehatan ke­ pada masyarakat dengan mengadakan pengobatan gratis, mendirikan rumah sakit, sekolah kedokteran, dan poliklinik. Misi Pendidikan

Membentuk manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tapi juga budi pekerti dan nilai­nilai kemanusiaan.

Misi Budaya Kemanusiaan

Menjernihkan batin manusia melalui media cetak, elektronik, dan internet dengan melandaskan budaya cinta kasih universal.

DARI REDAKSI

Bagi Anda yang ingin berpartisipasi menebar cinta kasih melalui bantuan dana, Anda dapat mentransfer melalui: BCA Cabang Mangga Dua Raya No. Rek. 335 301 132 1

a/n Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia

1.

2.

3.

4.

2

Ilustrasi: Inge Sanjaya

Redaksi menerima saran dan kritik dari para pembaca, naskah tulisan, dan foto-foto yang berkaitan dengan Tzu Chi. Kirimkan ke alamat redaksi, cantumkan identitas diri dan alamat yang jelas.

Redaksi berhak mengedit tulisan yang masuk tanpa mengubah isinya.

q Kantor Cabang Medan: Jl. Cemara Boulevard Blok G1 No. 1-3 Cemara Asri, Medan 20371, Tel/Fax: [061] 663 8986

q Kantor Perwakilan Makassar: Jl. Achmad Yani Blok A/19-20,

Makassar, Tel. [0411] 3655072, 3655073 Fax. [0411] 3655074 q Kantor Perwakilan Surabaya: Mangga Dua Center Lt. 1, Area Big

Space, Jl. Jagir Wonokromo No. 100, Surabaya, Tel. [031] 847 5434, Fax. [031] 847 5432

q Kantor Perwakilan Bandung: Jl. Ir. H. Juanda No. 179, Bandung, Tel. [022] 253 4020, Fax. [022] 253 4052

q Kantor Perwakilan Tangerang: Komplek Ruko Pinangsia

Blok L No. 22, Karawaci, Tangerang, Tel. [021] 55778361, 55778371 Fax [021] 55778413

q Kantor Perwakilan Batam: Komplek Windsor Central, Blok. C No.7-8 Windsor, Batam Tel/Fax. [0778] 7037037, 450335 / 450332

q Kantor Penghubung Pekanbaru: Jl. Ahmad Yani No. 42 E-F, Pekanbaru Tel/Fax. [0761] 857855

q Kantor Penghubung Padang: Jl. H.O.S. Cokroaminoto No.98, Padang, Tel. [0751] 892659

q Kantor Penghubung Lampung: Jl. Ikan Mas 16/20 Gudang Lelang, Bandar Lampung 35224 Tel. [0721] 486196/481281

Fax. [0721] 486882

q Kantor Penghubung Singkawang: Jl. Yos Sudarso No. 7B-7C, Singkawang, Tel./Fax. [0562] 637166

q Kantor Penghubung Bali: Pertokoan Tuban Plaza No. 22, Jl. By Pass Ngurah Rai, Tuban-Kuta, Bali. Tel.[0361]759 466 q Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun: Jl. Thamrin No. 77,

Tanjung Balai Karimun Tel/Fax [0777] 7056005 / [0777] 323998. q Kantor Penghubung Biak: Jl. Sedap Malam, Biak

qPerumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng:

Jl. Kamal Raya, Outer Ring Road Cengkareng Timur, Jakarta Barat 11730

q Pengelola Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tel. (021) 7063 6783, Fax. (021) 7064 6811 q RSKB Cinta Kasih Tzu Chi: Perumahan Cinta Kasih Cengkareng,

Tel. (021) 5596 3680, Fax. (021) 5596 3681

q Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi: Perumahan Cinta Kasih Cengkareng, Tel. (021) 543 97565, Fax. (021) 5439 7573

q Sekolah Tzu Chi Indonesia: Kompleks Tzu Chi Center,

Jl. Pantai Indah Kapuk Boulevard, Jakarta Utara.Tel. (021) 5045 9916/17 q DAAI TV Indonesia: Kompleks Tzu Chi Center Tower 2,

Jl. Pantai Indah Kapuk Boulevard, Jakarta Utara 14470 Tel. (021) 5055 8889 Fax.(021) 5055 8890

q Depo Pelestarian Lingkungan: Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Jl. Kamal Raya, Outer Ring Road Cengkareng Timur, Jakarta Barat 11730

Tel. (021) 7063 6783, Fax. (021) 7064 6811 q Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke:

Jl. Dermaga, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara Tel. (021) 9126 9866 q Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Panteriek:

Desa Panteriek, Gampong Lam Seupeung, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh q Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Neuheun: Desa Neuheun, Baitussalam, Aceh Besar q Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Meulaboh:

Simpang Alu Penyaring, Paya Peunaga, Meurebo, Aceh Barat

q Jing Si Books & Cafe Pluit:

Jl. Pluit Permai Raya No. 20, Jakarta Utara Tel. (021) 6679 406, Fax. (021) 6696 407 q Jing Si Books & Cafe Kelapa Gading: Mal Kelapa Gading I,

Lt. 2, Unit # 370-378 Jl. Bulevar Kelapa Gading Blok M, Jakarta 14240 Tel. (021) 4584 2236, 4584 6530 Fax. (021) 4529 702

q Jing Si Books & Cafe Blok M: Blok M Plaza Lt.3 No. 312-314

Jl. Bulungan No. 76 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Tel. (021) 7209 128 q Depo Pelestarian Lingkungan Kelapa Gading:

Jl. Pegangsaan Dua, Jakarta Utara (Depan Pool Taxi) Tel. (021) 468 25844 q Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang: Muara Karang Blok M-9

Selatan No. 84-85, Pluit, Jakarta Utara Tel. (021) 6660 1218, (021) 6660 1242 q Depo Pelestarian Lingkungan Gading Serpong:

Jl. Teratai Summarecon Serpong, Tangerang

q Depo Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi: Komplek Kosambi Baru Jl. Kosambi Timur Raya No.11 Duri Kosambi, Cengkareng

q Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Center: Bukit Golf Mediterania Jl. Pantai Indah Kapuk (PIK) Boulevard, Jakarta Utara.

(3)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

3

S

ebatang pohon besar berasal dari sebutir benih kecil. Sebuah benih yang tumbuh berkembang menjadi pohon besar bisa menghasilkan banyak buah setiap tahunnya. Buah yang tak terbilang banyaknya ini bersumber dari sebutir benih yang ditanam pada masa lalu. Dalam Sutra Makna Tanpa Batas disebutkan, “Dari satu tumbuh menjadi tak terhingga, tak terhingga berawal dari satu”, tidak peduli berapa lama waktu berselang, benih tetap akan terus berbunga dan berbuah, serta terus menyebar luas. Begitu pula dengan Tzu Chi di Indonesia.

Kita dapat melihat empat misi di Indonesia telah terwujud hanya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Dimulai dari tahun 2002 para relawan membantu bencana banjir di Jakarta, lalu membangun perumahan, rumah sakit, sekolah, stasiun televisi, hingga Aula Jing Si yang terbesar sudah terbangun di Indonesia. Kita melihat selama sepuluh tahun ini Tzu Chi Indonesia melakukan banyak aksi besar. Walaupun dalam waktu sepuluh tahun ini empat misi sudah terbangun di Indonesia, tetapi empat misi ini sesungguhnya bermula dari 20 tahun lalu.

Cikal bakal Tzu Chi di Indonesia ada sejak tahun 1993 dan berawal dari para ibu rumah tangga asal Taiwan yang mengikuti suami mereka yang merintis dan membuka usaha di Indonesia. Pelopornya adalah Liang Cheung, seorang donatur Tzu Chi Taiwan. Beliau memperkenalkan Tzu Chi kepada teman-temannya para istri ekspatriat Taiwan di Indonesia dan mengajak mereka menjadi donatur. Selama di Indonesia, para ibu ini mengamati kehidupan masyarakat dan melihat berbagai penderitaan yang membebaninya. Hal ini membuat mereka berpikir untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat Indonesia.

Dengan harapan dapat melakukan kegiatan kemanusiaan di Indonesia, para perempuan ini berkunjung ke Hualien, Taiwan untuk menemui Master Cheng Yen. Mereka memohon restu untuk mendirikan Tzu Chi di Indonesia. Saat itu Master Cheng Yen berpesan, “Bagi yang mencari nafkah di negeri orang, harus memanfaatkan potensi setempat, dan berkontribusi bagi penduduk setempat.” Setelah mendapat restu dari Master Cheng Yen, mereka kemudian mulai menyusun struktur relawan Tzu Chi Indonesia dan berkegiatan sosial di Indonesia. Dalam perkembangannya, aktivitas sosial yang dilakukan mereka juga mengundang simpati dan minat dari warga lokal Indonesia yang akhirnya bergabung menebar cinta kasih melalui Tzu Chi. Fondasi Itu Didirikan Secara Perlahan-lahan

Tak hanya melakukan tapi mereka juga ingin mendalami apa itu Tzu Chi. Sayangnya, untuk mendapatkan informasi pada masa itu tidak semudah saat ini.

Pembelajaran tentang Tzu Chi mereka dapatkan melalui buku-buku, tapi pada masa itu juga, penggunaan bahasa Mandarin dibatasi oleh pemerintah dan buku-buku berbahasa Mandarin juga sulit untuk masuk, sehingga mereka pun harus mengatur cara agar dapat membawa buku-buku Tzu Chi tersebut masuk ke Indonesia untuk dipelajari oleh para relawan. Mereka berupaya agar dapat membentuk fondasi Tzu Chi di Indonesia melalui pemahaman yang baik tentang Tzu Chi sehingga dapat berbagi kepada relawan di Indonesia. Seperti pada masa liburan sekolah anak-anak, mereka akan pulang ke Taiwan, dan kembali ke Hualien untuk lebih mendalami lagi tentang Tzu Chi.

Walaupun mereka hanya sekumpulan ibu rumah tangga dan terkendala dengan bahasa, namun mereka tak terkalahkan dengan status dan kelemahan yang ada, justru mereka tetap memberikan perhatian dan bersumbangsih bagi warga Indonesia yang membutuhkan. Itulah yang menyebabkan Master Cheng Yen menyebut mereka sebagai Niang Zi Jun “Prajurit Wanita”, karena wanita yang datang dan mulai melakukan Tzu Chi di Indonesia ini seperti awalnya Master Cheng Yen dan 30 ibu rumah tangga yang memulai Tzu Chi di Taiwan. Mereka memiliki kegigihan, keberanian, dan kesabaran yang kuat untuk terus melanjutkan misi Tzu Chi di Indonesia. Satu Demi Satu, Jodoh Terjalin

Sampai terakhir para “prajurit wanita” ini bertemu dengan pengusaha-pengusaha

besar di Indonesia, tenaga pun berlipat ganda. Seorang relawan Tzu Chi Indonesia, Chia Wen Yu, mengajak atasannya untuk ikut serta dengan Tzu Chi dan bertemu dengan Master Cheng Yen di Taiwan. Pada tanggal 9 Mei 1998, Eka Tjipta Widjaja (pendiri Grup Sinar Mas) beserta istri, dan anak bungsunya, Franky O. Widjaja mengunjungi Master Cheng Yen di Hualien, Taiwan. Pertemuan itu memberi kesan mendalam bagi mereka. Master Cheng Yen berpesan kepada Eka Tjipta agar pengusaha yang memperoleh keuntungan dari tanah air setempat sudah selayaknya mengabdi pula kepada masyarakat setempat. Keesokan harinya, Franky O. Widjaja memohon untuk menjadi murid Master Cheng Yen. Sepulangnya ke Indonesia, mereka selalu terlibat dan mendukung berbagai kegiatan Tzu Chi di Indonesia.

Awal tahun 2002, Jakarta dilanda banjir besar yang merendam sebagian besar wilayah ibukota. Setelah mendapatkan arahan dari Master Cheng Yen, Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan berskala besar di Indonesia dihadiri insan Tzu Chi dari 8 negara, merawat sebanyak 11.073 orang. Pada saat itu Sugianto Kusuma juga bergabung dengan Tzu Chi. Saat mereka kembali ke Taiwan, Master Cheng Yen memberikan arahan agar mereka melakukan 5P di Kali Angke, yaitu Pembersihan Sampah, Penyedotan Air, Penyemprotan Hama, Pengobatan, dan Pembangunan Perumahan.

Sejak saat itu misi-misi Tzu Chi semakin berkembang, bahkan kini Tzu Chi telah

memiliki 15 kantor cabang, perwakilan, dan penghubung di beberapa daerah di Indonesia. Kita dapat melihat para pengusaha yang merendahkan hati mereka untuk membantu sesama, mereka juga mendedikasikan dirinya bersama Tzu Chi. Apa yang Master Cheng Yen inginkan mereka akan lakukan, karena mereka yakin yang diajarkan oleh guru adalah benar, jadi walaupun sesulit apapun mereka tetap akan berusaha lakukan dengan sebaik-baiknya.

Membentang jalan dengan cinta kasih, pohon bodhi telah menjadi hutan bodhi. Dua dekade sudah Tzu Chi Indonesia berkarya di Indonesia. Bukan satu perjalanan yang mudah, tapi memberikan banyak makna dan memberikan kehidupan baru bagi setiap jiwa. Relawan di Indonesia telah merintis usaha besar dalam kondisi yang penuh kesulitan dan bergandengan tangan bahu-membahu menapak perjalanan selama 20 tahun. Kini Tzu Chi Indonesia memasuki tahun ke-21, perjalanan selama dua dekade telah menjadi pembelajaran yang berarti. Di dekade ke-3 ini setiap insan Tzu Chi harus dapat lebih bersatu hati, giat, dan bersungguh hati untuk terus melanjutkan semangat Tzu Chi di Indonesia, mewariskan ajaran Jing Si dengan hati yang bertautan, mengembangkan mazhab Tzu Chi dengan tekad yang tak tergoyahkan, serta menghargai jalinan jodoh yang terjalin erat dengan Tzu Chi, agar Master Cheng Yen dapat merasa tenang dengan murid-muridnya di Indonesia.

q Juliana Santy

Menoleh ke Masa Lalu,

Hati Dipenuhi Rasa Syukur

D

ok

. T

zu C

hi

DARI SATU TUMBUH TAK TERHINGGA. Selama 20 tahun Tzu Chi di Indonesia begitu banyak hal yang sudah dilakukan dan dikerjakan insan Tzu Chi di Indonesia. Sejatinya, perkembangan Tzu Chi Indonesia diawali dari beberapa butir benih yang terus tumbuh dan berkembang di Indonesia.

20 Tahun Perjalanan Tzu Chi Indonesia

“Bersyukur pada masa lalu, menaruh harapan pada masa depan,

menggengam dengan baik masa sekarang”.

~Master Cheng Yen~

(4)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

4

Dua Dasawarsa

Ingatan

Liu Su Mei

Sebenarnya saya menyadari bahwa jalinan jodoh Tzu Chi di Indonesia melalui banyak tahap. Saat ada kejadian besar, pasti akan ada jalinan jodoh yang besar pula, terlihat pada tahun 1998, Franky Shixiong muncul saat krisis moneter melanda Indonesia. Kemudian Sugianto Shixiong muncul saat Jakarta dilanda banjir pada tahun 2002. Jadi sepertinya setiap jalinan jodoh itu ada melalui tahap. Saya juga bersama beberapa orang istri pengusaha Taiwan di Indonesia menjalin jodoh melalui Tzu Chi dengan bertahap. Master Cheng Yen bahkan menyebut kita Niang Zi Jun (prajurit wanita), karena wanita yang datang kemari dan mulai bersumbangsih bersama Tzu Chi, seperti awalnya Master Cheng Yen dan 30 ibu rumah tangga yang memulainya. Jadi awalnya tidak mungkin terpikir bahwa Tzu Chi akan berkembang seperti ini. Saya yakin Master Cheng Yen juga tidak pernah menyangka setelah 40-an tahun Tzu Chi akan tersebar di berbagai negara seperti sekarang. Ini bisa disebut “undangan untuk berbuat kebajikan”. Di dalam Tzu Chi, Master Cheng Yen selalu memberi tahu kepada kita, “Saya percaya bahwa diri saya tanpa pamrih, saya juga percaya bahwa setiap orang memiliki cinta kasih.” Asalkan tanpa pamrih, mengerjakan apapun pasti lancar. Sehingga saya berharap relawan Tzu Chi sekarang tidak hanya melakukan kebaikan tapi juga harus belajar suatu proses pendewasaan diri, selalu sederhana dan bersahaja, mempertahankan semangat dan intisari Tzu Chi.

Lu Lien Chu

Tidak terasa sudah 20 tahun, karena sebagai relawan kita biasanya hanya kerja, kerja dan kerja lagi. Nah untuk sekarang insan Tzu Chi Indonesia sudah memiliki rumah yang begitu megah untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa lagi untuk berbuat kebajikan, supaya tenaga yang terkumpulkan juga lebih kuat, melihat kondisi seperti ini saya merasa sangat bahagia.

Dalam dua puluh tahun ini, kita mengalami banyak kesulitan, susah payah, tapi sekarang saya berharap Tzu Chi Indonesia bisa terus berkembang, jadi kita harus memperkokoh akar kita, sehingga langkah kita bisa semakin teguh. Kita juga harus menjaga niat kita dengan baik, sehingga bisa menapaki jalan Boddhisatwa dengan baik, kita juga harus menyebarkan Mazhab Tzu Chi, meneruskan ajaran Jing Si sesuai dengan ajaran Master Cheng Yen.

Ong Hok Cun

Kalau kita lihat, Tzu Chi itu sangat besar seperti samudra, dan saya berharap samudra itu tidak hanya berisi air saja melainkan dalam samudra itu juga berisi berbagai macam makhluk hidup. Jadi semoga Tzu Chi ini dipenuhi oleh insan Tzu Chi. Jalinlah jodoh yang baik ini, genggamlah jodoh yang baik ini, jangan sampai kita memutuskan untuk turun dari perahu Tzu Chi yang masih berlayar ini.

Lim Cun Bie

Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah membantu keluarga saya menghadapi jeratan penyakit pada anak saya, membantu kami untuk berobat sehingga kini dia sudah sehat, kami sangat bersyukur. Apabila saya dibutuhkan, apabila tenaga saya dibutuhkan, saya akan siap sedia dengan senang hati untuk membantu orang lain.

(5)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

5

Awaluddin Tanamas

Saya tidak pernah bergabung dalam satu komunitas seperti Tzu Chi sampai sekitar 15-16 tahun. Saya sampai selama ini karena saya tahu bahwa di Tzu Chi saya bisa benar-benar bersumbangsih untuk orang yang membutuhkan. Di tahun ke-20 ini, semoga benih-benih Bodhisatwa bisa bermunculan sehingga kita tidak akan berhenti membantu mereka yang membutuhkan.

Gao Bao Qin

Saya tidak pernah menyangka bahwa Tzu Chi Indonesia bisa berkembang seperti sekarang ini, yang awalnya kita hanya berpikir bahwa kita ingin bersumbangsih bagi masyarakat Indonesia. Dan saya sangat berterima kasih kepada Master Cheng Yen yang telah membangun dunia Tzu Chi, bayangkan kalau tidak ada Tzu Chi, mungkin hari ini saya hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya bisa masak, tapi karena masuk Tzu Chi saya bisa membina diri, saya bisa tumbuh dewasa jadi saya sangat bahagia berada di Tzu Chi.

Sekarang kita sudah punya Aula Jing Si yang begitu besar, apa yang harus kita lakukan? Kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa, untuk melakukan Tzu Chi. Insan Tzu Chi tidak mungkin mampu melakukan semua hal, hanya dengan menggalang lebih banyak orang, baru kita bersama-sama menjalankan hal yang bermanfaat.

Agus Rijanto

Dalam 20 tahun ini, hardware Tzu Chi Indonesia berkembang sangat pesat, seperti yang kita lihat, kita sudah mempunyai rumah yang begitu megah, Aula Jing Si dan juga sebentar lagi akan mempunyai rumah sakit dan juga sekolah. Rumah yang begitu megah ini tidak terlihat seperti rumah apabila tidak ada anggota keluarga dalam artian di sini adalah Insan Tzu Chi. Namun sebagai Insan Tzu Chi kita juga harus mengingat, kita bekerja Tzu Chi tidak hanya untuk melakukan praktik berbuat baik saja. Bekerja Tzu Chi juga harus belajar memahami benar tentang apa yang Master Cheng Yen inginkan, dan juga selalu mengingat semangat Tzu Chi, setelah itu baru kita benar-benar menjadi relawan Tzu Chi murid Master Cheng Yen.

Menjadi relawan Tzu Chi bisa diibaratkan seperti bangunan. Bangunan (keyakinan) yang kokoh berawal dari fondasi (pengetahuan) yang kokoh, apabila fondasinya kosong, bangunannya tidak akan bertahan lama.

Chia Wen Yu

Bertemu Master Cheng Yen merupakan jodoh yang baik sekali dan saya merasa bahwa saya mendapat sesuatu yang lebih banyak daripada apa yang saya berikan. Saya mendapat pelajaran-pelajaran yang bermakna mengenai kehidupan, mengenai pelestarian lingkungan, dari Tzu Chi.

Kita datang ke Tzu Chi bukan hanya main-main untuk mengisi waktu luang, tapi menganggap Tzu Chi adalah rumah kita semua dan kita mesti berkembang dan juga mngembangkan Tzu Chi. Kita lihat sendiri Tzu Chi membawa perubahan di Indonesia. Setiap orang mempunyai niat baik, tentu juga niat untuk mengubah langit Indonesia. Saya juga berharap akan ada banyak orang yang bergabung dengan Tzu Chi. Banyak orang yang bisa kontribusi di Tzu Chi untuk berbagi pada sesama. Semoga Tzu Chi Indonesia semakin berkembang, semua orang mempunyai spirit Tzu Chi.

Sofian Sukmana

Terima kasih untuk shigu-shibo yang sampai sekarang masih memberikan perhatian untuk saya dan juga untuk Tzu Chi secara keseluruhan yang selalu memperhatikan saya. Melalui Tzu Chi saya bisa mengubah hidup saya, saya bisa menempuh pendidikan untuk mencapai cita-cita saya sebagai konselor dan keluarga saya juga bisa memperoleh kehidupan yang layak. Selain itu hal yang sampai sekarang masih saya ingat adalah kata-kata Master Cheng Yen yang berpesan pada saya, “Walaupun matamu gelap dan susah untuk melihat, saya yakin hatimu tidak gelap.” Gan en Master Cheng Yen, semoga saya bisa membantu dengan apa yang saya bisa.

Aditia Saputra

(Putra Almarhumah Ibu Enjah

- kiri bawah)

Almarhumah mama pernah bilang ke saya kalau Tzu Chi itu malaikat penolongnya, karena tanpa Tzu Chi, kami sekeluarga tidak mungkin akan mempunyai hidup seperti sekarang. Saya mewakili mama merasa bersyukur, karena sebelumnya kami sekeluarga tidak pernah menerima bantuan yang sangat besar seperti yang Tzu Chi berikan (biaya pengobatan untuk mama, biaya pendidikan untuk saya dan adik-adik, serta tempat tinggal di perumahan cinta kasih). Saya dulu cuma berfikir, ‘Ada ya orang yang baik banget kaya gini?’ tapi memang semua ini nyata. Untuk shigu-shibo, jangan pernah berhenti untuk menyebarkan cinta kasih karena masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan.

(6)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

6

Langkah Awal

Penerima Bantuan Pertama

Pada tanggal 20 Oktober 1993, Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan berupa

barang kebutuhan pokok ke Panti Asuhan yang menampung anak-anak jalanan

(Yayasan Kampus Diakoneia Modern) yang berlokasi di Jatirangon, Pondok

Gede, Bekasi. Bantuan yang diberikan berupa 4 galon minyak goreng, 2 dus mi

instan, 50 kg beras, dan 4 karung kue.

Relawan Tzu Chi Pertama

Liang Cheung, seorang donatur Tzu Chi Taiwan yang mengikuti suaminya

bekerja ke Indonesia. Beliau memperkenalkan Tzu Chi kepada

teman-temannya para istri ekspatriat Taiwan di Indonesia dan mengajak mereka

menjadi donatur. Selama di Indonesia, mereka mengamati kehidupan

masyarakat dan melihat berbagai penderitaan, sehingga mereka berpikir

untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat Indonesia. Setelah

mendapat restu dari Master Cheng Yen, mereka berkegiatan sosial di

Indonesia. Dalam perkembangannya, aktivitas sosial yang dilakukan mereka

juga mengundang simpati dan minat dari warga lokal Indonesia yang

akhirnya bergabung menebar cinta kasih melalui Tzu Chi.

Kantor Tzu Chi Indonesia Pertama

Keterbatasan sarana dan prasarana tidak menghalangi niat para relawan Tzu

Chi untuk berkiprah di tanah air. Sebelum memiliki kantor, relawan Tzu Chi

Indonesia mengadakan rapat di berbagai tempat. Pada tanggal 3 November

1993, untuk pertama kalinya relawan Tzu Chi mengadakan rapat untuk

menyusun struktur Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Restoran Taipei Cheng.

Setahun kemudian, rapat mulai rutin diadakan di rumah Liu Su Mei di Kelapa

Gading, Jakarta Utara. Atas dukungan dari pengusaha Eka Tjipta Widjaja, pada

tanggal 29 September 1999, relawan Tzu Chi Indonesia mulai berkantor di

Gedung ITC Mangga Dua Jakarta.

Langkah Awal Misi Pendidikan

Sejak tahun 1994, Tzu Chi membantu dalam bidang pendidikan. Pada masa itu

Tzu Chi memberikan bantuan berupa alat tulis, meja, kursi, hingga beasiswa

bagi anak berprestasi di Sekolah Jembatan Baru di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Tanggal 12 Juli 1995, Tzu Chi membantu perbaikan gedung sekolah tersebut.

Bantuan Bencana Pertama

Meski saat itu masih belum terbentuk struktur dan kepengurusan di Indonesia,

relawan Tzu Chi pada tanggal 20 Januari 1994 berinisiatif membantu korban

banjir besar di Serang, Banten. Sebanyak 16 relawan Tzu Chi memberikan

bantuan kebutuhan pokok kepada 237 warga yang mengalami musibah.

Bantuan yang diberikan berupa 240 karung beras, 240 bungkus sabun, 240

kaleng susu, 240 botol minyak goreng, 240 bungkus gula pasir, dan 3 karung

pakaian layak pakai. Saat itu Tzu Chi Indonesia meminta bantuan pada Tzu Chi

Taiwan, dan dibantu oleh 2 orang relawan Tzu Chi dari Singapura.

(7)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

7

Menebar Benih

Cinta Kasih di Indonesia

Anggota Komite Pertama

Pada bulan Februari 1996, empat orang relawan Tzu Chi Indonesia dilantik

menjadi anggota komite untuk yang pertama kalinya. Liu Su Mei, Chang

Chun Ying, dan Gao Pao Qin, ketiganya merupakan relawan Tzu Chi Indonesia

berkebangsaan Taiwan, dan Chia Wen Yu, relawan berkebangsaan Indonesia.

Pada saat itu jumlah relawan Tzu Chi Indonesia yang aktif diperkirakan berjumlah

sekitar 20 orang. Dari sebutir benih tumbuh tunas yang tak terhingga hingga

memenuhi ladang cinta kasih di tanah air.

Bantuan Perumahan Pertama

Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi pertama berlabuh di Wonokerto, Umbulharjo,

Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1995 Tzu Chi membangun 12 rumah

bagi korban letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Rumah ini dibangun

untuk para korban yang rumahnya sudah tidak dapat ditempati lagi karena

berada di lokasi yang berbahaya. Hingga kini perumahan itu masih berdiri dan

ditempati oleh para warga

Baksos Kesehatan Pertama

Baksos kesehatan skala besar Tzu Chi pertama diadakan di Rumah Sakit

Paramita, Tangerang, Banten pada tanggal 18-21 Maret 1999. Kegiatan

ini melibatkan 119 orang dokter dari berbagai negara: Taiwan, Filipina, dan

Indonesia. Didukung 280 relawan, baksos kesehatan ini berhasil menangani

9.330 orang pasien.

Media Massa Pertama

Tujuh tahun setelah berdirinya Tzu Chi Indonesia, relawan mulai merintis dan

mengembangkan media guna memperluas penyebaran jejak cinta kasih di

tanah air. Pada bulan Mei 2000, tabloid Dunia Tzu Chi terbit guna merekam

jejak sejarah insan Tzu Chi Indonesia dan menebar nilai-nilai cinta kasih ke

masyarakat. Edisi pertama media cetak Tzu Chi ini berupa laporan 4 halaman

yang berisikan pesan Master Cheng Yen, pengenalan sejarah serta 4 misi Tzu

Chi Taiwan dan Indonesia. Di setiap beritanya, media cetak Tzu Chi selalu

berpedoman pada prinsip: Zhen (Benar), Shan (Bajik), Mei (Indah).

Kantor Penghubung Tzu Chi Pertama

Benih cinta kasih Tzu Chi yang tumbuh di Jakarta mulai menyebar ke

berbagai kota. Pada tanggal 15 Februari 2001, Kantor Penghubung Tzu Chi

Indonesia yang pertama, secara resmi berdiri di Makassar. Keberadaan Kantor

Penghubung Tzu Chi Makassar berawal dari kunjungan Awaluddin Tanamas,

seorang relawan Tzu Chi Jakarta ke Makassar. Saat itu ia bertemu dengan Ivy

Azali Lie dan memperkenalkan Tzu Chi padanya. Tanggal 22 Juli 2000, digelar

malam ramah tamah di Hotel Celebes untuk memperkenalkan misi Tzu Chi.

(8)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

8

Cikal Bakal Tzu Ching di Indonesia

Tzu Ching di Indonesia dimulai oleh sekelompok relawan muda-mudi di Jakarta

yang pada tahun 2003 secara khusus berkumpul untuk membentuk wadah

bagi para muda-mudi yang gemar mengikuti kegiatan Tzu Chi. Setelah itu pada

tanggal 10 Mei 2003, terbentuklah Generasi Muda Tzu Chi (GMTC). Saat itu

GMTC belum diakui secara resmi oleh Tzu Chi Indonesia. Para perintisnya diberi

waktu 3 bulan untuk membuktikan bahwa GMTC memang dapat mendukung

kegiatan Tzu Chi sekaligus sebagai penerus misi Tzu Chi. Akhirnya tanggal 7

September2003, GMTC diresmikan menjadi Tzu Ching.

Kunjungan Pertama Presiden RI

Pada tanggal 25 Agustus 2003, Presiden RI Megawati Soekarnoputri meresmikan

Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Ini merupakan

kunjungan pertama seorang kepala negara ke lingkungan Tzu Chi Indonesia.

Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi ini diperuntukkan bagi warga yang sebelumnya

tinggal di bantaran Kali Angke dan terkena imbas program normalisasi Kali

Angke oleh Pemprov DKI Jakarta. Dalam kesempatan itu, Presiden Megawati

Soekarnoputri juga mengunjungi rumah-rumah warga dan berkesempatan

melihat berbagai fasilitas yang ada di dalam kompleks Perumahan Cinta Kasih

Tzu Chi, seperti sarana olahraga, sekolah, dan Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi.

Rumah Sakit Tzu Chi Pertama

Komitmen untuk melayani kesehatan masyarakat dengan biaya yang

terjangkau diwujudkan Tzu Chi dengan mendirikan Poliklinik Cinta Kasih Tzu

Chi pada tanggal 28 Agustus 2003 di Kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu

Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Statusnya kemudian ditingkatkan menjadi

Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) pada tanggal 10 Januari 2008. RSKB

ini terdiri atas poli umum, gigi, mata, internis, bedah, kebidanan, fasilitas

radiologi, laboratorium, apotek, dan USG. RSKB Cinta Kasih memiliki prinsip

memberikan pelayanan tanpa pamrih, dimana selain mengobati fisik, juga

merawat batin pasien.

Jing Si Books & Café Pertama

Sebagai sarana untuk mensosialisasikan budaya humanis dalam masyarakat,

pada tanggal 29 Agustus 2004 Tzu Chi Indonesia meresmikan Jing Si Books &

Café pertama di Indonesia yang berlokasi di Pluit, Jakarta Utara. Toko buku ini

menyediakan berbagai pengetahuan kebudayaan yang humanis bernuansa

cinta kasih, yang diharapkan dapat menjadi sarana penerang hati dan jiwa

masyarakat luas. Jing Si Books & Café mengemban tugas mewariskan intisari

Dharma Jing Si, serta menjadi sarana relaksasi dan pencerahan batin insan

Tzu Chi.

Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Pertama

Gema pelestarian lingkungan Tzu Chi bermula di tahun 1990, saat Master Cheng

Yen mengimbau para relawan untuk menjalankan daur ulang sampah. Slogan

Tzu Chi dalam melakukan daur ulang adalah “Mengubah Sampah Menjadi Emas,

Mengubah Emas Menjadi Cinta Kasih”. Hasil daur ulang sampah digunakan

Tzu Chi untuk menjalankan misi kemanusiaannya. Di Indonesia, program daur

ulang dimulai pada 1 Januari 2004, yang ditandai dengan dibangunnya sebuah

Depo Pelestarian Lingkungan yang berada dalam lingkungan Perumahan Cinta

Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.

(9)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

9

Misi Amal

Welas Asih Kepada Sesama

Di Indonesia, perjalanan Tzu Chi diawali dengan misi Amal sejak tahun 1993. Di mulai dari memberikan bantuan ke beberapa panti jompo dan asuhan di Jakarta dan Bekasi, hingga kini bantuan pun semakin berkembang, mulai dari bantuan darurat, pasien dengan penanganan khusus, anak asuh, bantuan hidup jangka panjang, hingga pembangunan perumahan dan sekolah yang terkena bencana. Pemberian bantuan juga didasarkan pertimbangan bahwa bantuan Tzu Chi harus langsung, tepat sasaran, dan memiliki manfaat yang nyata.

Sejak tahun 1999, Tzu Chi Indonesia telah memulai membagikan beras Cinta kasih dan sampai hari ini Tzu Chi Indonesia tetap terus membagikan beras kepada warga diberbagai pelosok di Indonesia, mulai dari propinsi paling barat, yaitu Aceh hingga yang paling timur, Papua. Beras ini akan habis pada saatnya, namun cinta kasih dan rasa syukur yang terkandung di dalamnya akan berlangsung sepanjang masa. Pada 2013 ini, Yayasan Buddha Tzu Chi menyalurkan 840 ton beras untuk dibagikan di berbagai wilayah di nusantara.

Selain membagikan beras cinta kasih, Tzu Chi juga memberikan bantuan berupa pembangunan perumahan cinta kasih yang dilatarbelakangi oleh bencana alam juga adanya program bebenah kampung untuk membantu warga kurang mampu sehingga mereka dapat menikmati penghidupan yang layak.

Data bantuan yang telah diberikan

Tzu Chi Indonesia

sampai dengan tahun 2013

Perumahan Cinta Kasih

Cengkareng, Jakarta

1.100 unit

Muara Angke, Jakarta

600 unit

Panteriek, Banda Aceh

716 unit

Neuheun, Aceh Besar

850 unit

Meulaboh, Aceh Barat

1.000 unit

Bebenah Kampung

Dadap,

Jakarta Barat

82 unit

Pademangan,

Jakarta Utara

242 unit

Kelapa Gading,

Jakarta Utara

40 unit

Jamika,

Bandung

28 unit

Cilincing,

Jakarta Utara

105 unit

Lautze­Karanganyar,

Jakarta Pusat

66 unit

Marisso­Tallo­Bontoala,

Makassar

75 unit

Padang,

Sumatera Barat

7 unit

Medan,

Sumatera Utara

67 unit

Beras Cinta Kasih

85.840

ton

Bantuan bencana

25

titik

Pasien pengobatan

(10)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

10

SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN LAMPUNG BANGKA JAKARTA BANTEN JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR YOGYAKARTA JAMBI BATAM KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN MANOKWARI BIAK JAYAPURA PAPUA RIAU

Sejak tahun 1999, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia telah melakukan kegiatan bakti sosial kesehatan di beberapa tempat. Hingga kini Tzu Chi telah melakukan 93 kali bakti sosial di seluruh Indonesia. Selain baksos besar, relawan Tzu Chi bersama tim medis juga melakukan kegiatan bakti sosial skala kecil, pemeriksaan kesehatan gigi dan pemeriksaan umum yang tidak mengharuskan adanya tindakan operasi, di beberapa daerah. Demi mendukung pelaksanaan misi kesehatan secara menyeluruh, Tzu Chi membangun sebuah rumah sakit: Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, yang terletak di komplek Perumahan Cinta Kasih Cengkareng. Selain itu, Tzu Chi juga mempunyai asosiasi relawan dokter, perawat, dan tenaga paramedis yang biasa disebut dengan Tzu Chi Medical Association (TIMA).

Misi Kesehatan

Pilar Pelindung Jiwa

Peta Baksos Tzu Chi

(11)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

11

No. Nama Sekolah Lokasi Tanggal Peresmian Latar Belakang

1 SDN 129 Pasar Ngalam

Bengkulu, Sumatera 30 April 2001 Gempa bengkulu 2 SDN 303 Renah Panjang

3 SDN 11 Napal

4 SDN Tanjung Anom Tangerang Januari 2003 Bangunan sekolah sudah usang dan tak layak pakai. 5 SDN 060966

Belawan, Medan 6 April 2004 Lokasi sekolah dekat pantai, air pasang laut menyebabkan banjir dan bangunan sekolah rusak.

6 SDN 060967 7 SDN 060968

8 TK Cinta Kasih Tzu Chi

Rusun Cinta Kasih

Cengkareng, Jakarta 28 Juli 2003

Untuk putra­putri warga yang digusur dari Kali Angke dan tinggal di Rusun Cinta Kasih.

9 SD Cinta Kasih Tzu Chi 10 SMP Cinta Kasih Tzu Chi 11 SMA Cinta Kasih Tzu Chi

12 Sekolah Pondok Pesantren Al­Ashriyyah Nurul Iman Bogor, Jawa Barat 17 Juli 2005 Jumlah pelajar meningkat,daya tampung kelas tidak mencukupi. 13 TK Negeri 02

Banda Aceh 16 Desember 2006

Gempa dan tsunami di Aceh 14 SDN 10

15 SMPN 14

16 TK satu atap SD 2 Nueheun Nueheun, Aceh 16 Desember 2006 17 SDN 2 Nueheun

Nueheun, Aceh 16 Desember 2006 18 SMPN 3 Mesjid Raya

19 TK Cinta Kasih Asyifa

Meurebo, Aceh Barat 16 Desember 2006 20 SDN Paya Peunaga

21 SMPN 6 Meurebo 22 SMAN 1 Jetis

Yogyakarta 28 Juli 2007 Gempa Yogya

23 SMPN 1 Jetis 24 SDN 1 Jetis 25 SDN Trimulyo 26 SDN Jonggalan

27 SDN Cikadu Bandung 3 November 2007 Bangunan sekolah sudah usang dan tak layak pakai. 28 SDN Mesjid Priyayi Serang, Banten 2 Agustus 2008 Sekolah rubuh diterpa angin puting beliung.

29 SMP Islam Al­Mutaqqin Kapuk, Jakarta Utara 17 Mei 2009

Saat banjir besar menyapu Kali Angke pada tahun 2007, relawan menemukan sebuah bangunan sekolah yang rusak dan tidak layak pakai.

30 SMK Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, JakartaRusun Cinta Kasih 20 Agustus 2009 Untuk siswa­siswi lulusan SMP Cinta Kasih Tzu Chi. 31 STABN Sriwijaya Tangerang 8 Agustus 2010 Meningkatkan mutu pelajaran budi pekerti.

32 SMAN 1 Padang Padang 7 Agustus 2010 Gempa Sumatera Barat (30/9/2009)

33 Sekolah Unggulan Cinta Kasih Pangalengan Bandung 3 Agustus 2010

2 September 2009, dekat Kota Bandung terjadi gempa 7.3 SR, menyebabkan banyak bangunan sekolah rusak parah.

Misi Pendidikan dicanangkan oleh Master Cheng Yen setelah menjalankan misi Kesehatan selama kurang lebih 10 tahun lamanya. Saat itu, rumah sakit Tzu Chi telah berdiri kokoh di Hualien, namun tidak banyak dokter dan perawat yang bersedia bertugas di belahan timur Taiwan tersebut. Untuk itu, demi membina tenaga medis muda yang terampil dan mau mengabdi tulus bagi kemanusiaan dan juga untuk mengatasi masalah pengangguran di bagian timur Taiwan, Master Cheng Yen mendirikan Akademi Keperawatan Tzu Chi pada tanggal 17 September 1989 di Hualien. Langkah ini menandai bermulanya misi pendidikan Tzu Chi.

Jejak kemanusiaan Tzu Chi Indonesia di misi pendidikan bermula pada tanggal 30 September 1994, ketika Tzu Chi memberikan bantuan pada Sekolah Jembatan Baru di Jl. Yos Sudarso, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara berupa alat tulis, meja, dan kursi. Sejak saat itu, Tzu Chi terus membantu membangun maupun memperbaiki gedung sekolah di berbagai wilayah Indonesia dan juga tidak lupa memperhatikan anak didiknya. Hingga kini telah ada 33 sekolah yang dibantu oleh Tzu Chi.

Misi Pendidikan

Mendidik Generasi Penerus

dengan Cinta Kasih

Sekolah

yang Dibangun /

Direhabilitasi

Sekolah

yang Dibangun /

Direhabilitasi

(12)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

12

Misi Budaya Humanis merupakan jiwa yang menjadi landasan setiap insan Tzu Chi dalam menjalankan 3 misi lainnya. Melalui misi ini, para relawan diingatkan untuk terus bersyukur karena mempunyai kesempatan berbuat baik, selalu menghormati para penerima bantuan, dan selalu berlandaskan pada cinta kasih ketika menjalankan misi kemanusiaan Tzu Chi.

Praktik budaya humanis diharapkan dapat menjadi jalan untuk menyucikan hati manusia. Berbagai kegiatan dan media pun diadakan untuk menyebarluaskan budaya humanis dalam masyarakat. Produk-produk media Tzu Chi (buku, majalah, website, siaran televisi, pameran poster, dsb) diandaikan sebagai aliran jernih yang menyucikan hati manusia. Di samping itu, budaya isyarat tangan dan aktivitas bedah buku juga menjadi sarana untuk menerapkan dan mendalami nilai-nilai budaya humanis dalam hidup sehari-hari.

Produk-produk media Tzu Chi memegang teguh asas “benar, bajik, indah”. “Benar” berarti setiap informasi yang disampaikan harus tepat dan sesuai kenyataan, “Bajik” berarti mengandung nilai-nilai yang dapat menginspirasi orang lain untuk berbuat kebajikan, dan “Indah” berarti dikemas dengan sedemikian rupa sehingga menampilkan keindahan budaya humanis Tzu Chi. Di Indonesia, perkembangan Misi Budaya Humanis dilakukan antara lain dengan menerbitkan media cetak berupa buletin, majalah, dan poster-poster, menyiarkan program televisi yang mendidik sekaligus menginspirasi melalui DAAI TV, menerbitkan buku-buku terbitan Jing Si, membuka Jing Si Books and Café, serta menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti bedah buku, bahasa isyarat tangan, dan merangkai bunga.

Misi Budaya Humanis

Aliran Jernih Menyucikan Hati Manusia

Di Indonesia, program pelestarian lingkungan Tzu Chi dimulai sejak 1 Januari 2004. Sebuah gudang khusus seluas 500 m2 di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat dibangun untuk menampung sampah daur ulang. Sampah-sampah berupa kertas, plastik, alat rumah tangga, aluminium, hingga meja kursi bekas, dikumpulkan dari para relawan. Sejak saat itu, pelestarian lingkungan pun semakin digalakkan dan di Indonesia sendiri telah tersedia 20 Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

Depo pelestarian lingkungan ini membuat relawan semakin bersemangat untuk melakukan pemilihan sampah. Tak sedikit relawan yang menjadikan rumahnya sebagai mini depo pelestarian lingkungan, mereka menampung sampah daur ulang yang diberikan oleh warga, bahkan setiap harinya, tanpa ragu, malu, dan kenal lelah, mereka menjemput sampah tersebut ke rumah warga. Semua dilakukan hanya untuk satu hal, membantu melindungi bumi yang sedang sakit.

Misi Pelestarian Lingkungan

Mengubah Sampah

Menjadi Cinta Kasih

(13)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

13

S

elama di Tzu Chi, saya mendapatkan banyak pengalaman hidup. Dulu sebelum bergabung dengan Tzu Chi, saya juga cukup aktif di wihara saat masih tinggal di Surabaya. Setelah pindah ke Jakarta, saya merasa hidup saya monoton. Setiap hari bekerja dari pagi hingga malam lalu ke wihara untuk kebaktian, tapi hati saya masih terasa hampa melakukan rutinitas begitu saja, tujuannya tidak ada. Setelah bergabung dengan Tzu Chi di bagian training relawan, saya merasa telah menemukan tujuan hidup. Hidup saya memang biasa-biasa saja, setelah mengenal Tzu Chi saya merasa seperti pulang ke rumah.

Dulu saya merupakan pribadi yang

introvert. Teman-teman bilang saya agak kuper kurang pergaulan, karena saya

orangnya bukan ekstrovert jadi kesannya sombong dan tidak memiliki banyak teman. Selain itu saya emosional, sampai kakak saya bilang, “Kalau dulu kamu marah sama karyawan itu bisa gebrak meja.” Saya merasa bergabung di Tzu Chi saya jadi banyak belajar, belajar yang saya praktikkan di kehidupan saya sehari-hari. Master Cheng Yen mengatakan kalau kita banyak belajar tambah bijaksana, kita belajar bagaimana kita menghadapi orang lain, bersabar dengan orang lain. Apa yang saya peroleh di Tzu Chi, saya terapkan di kantor dan di rumah. Sekarang ketika suami marah saya lebih bisa menahan emosi, kalau dulu suami marah jika tidak sepakat saya langsung nantang saja, emosi ikut memuncak. Bagi saya Tzu Chi itu adalah wadah yang paling tepat untuk belajar.

Saya mengenal Tzu Chi waktu tahun 1998 setelah kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Saat itu, saya dan suami menjadi relawan di organisasi Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) untuk mendampingi korban-korban kerusuhan. Saat itu Walubi juga bekerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Pada saat itu saya melihat foto Master Cheng Yen yang terpasang di posko. Kemudian ada salah satu relawan Tzu Chi, Eriki Shijie mendekati saya dan menceritakan tentang misi Tzu Chi. Dia juga mengajak saya untuk menjadi donatur, dan saat itu saya pun langsung ikut serta menjadi donatur Tzu Chi.

Kemudian di tahun 1999, Tzu Chi mengadakan baksos pembagian beras di Serang, saya juga ikut serta dalam kegiatan tersebut. Setelah beberapa kali ikut kegiatan sosial Tzu Chi, pada tahun 2000 saya menjadi relawan biru putih. Saat itu saya diajak Ji Shou Shixiong untuk ikut membantu di bagian training relawan karena ia merasa saya bisa bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Kemudian saya juga

mulai diminta oleh Su Hui Shijie untuk memegang tanggung jawab di fungsionaris

training di komunitas He Qi Utara. Saat

itu saya belum mengenal Dharma dengan baik, sehingga terkadang masih kurang mengerti, tapi beruntung Ji Shou Shixiong

dan Su Hui Shijie terus membimbing dan memberikan semangat.

Waktu itu sebenarnya saya juga belum tahu training itu seperti apa, tetapi saya tetap jalani tugas tersebut. Ketika saya jalani, saya merasa tugas ini bagus. Saya mendapat banyak pembelajaran dari sana. Saya jadi tahu bagaimana mengorganisir sebuah kegiatan dan apa saja yang harus dipersiapkan jika ingin mengadakan acara besar maupun training. Di training juga, saya belajar untuk memberikan sharing, karena seorang trainer juga harus bisa

sharing jadi saya juga belajar dan baca

buku sehingga dapat memberikan sharing yang baik. Ketika memberikan sharing ataupun mengadakan training, sebisa mungkin kita ingin peserta bisa menyerap apa yang disampaikan sehingga peserta tidak merasa bosan.

Memperoleh Kebahagiaan

Di Tzu Chi saya juga belajar bagaimana saya bertoleransi dengan orang lain sehingga saya mendapat kebahagiaan di Tzu Chi. Mengerti orang lain melalui Tzu Chi lebih mudah daripada mengerti keluarga sendiri, bahkan saya menganggap kita belajar di Tzu Chi dan ujiannya adalah di

rumah. Kalau saya bisa bersikap pengertian di Tzu Chi serta di rumah tangga, saya menganggap saya sudah lulus ujian. Jika suatu ketika bertemu masalah, saya selalu memakai kata perenungan Master Cheng Yen sebagai pegangan, “Jangan kita dibebani oleh masalah, tapi kita harus hadapi masalah itu sendiri.”

Bagi saya, Master Cheng Yen seperti seorang ibu. Beliau begitu memperhatikan kita dengan welas asihnya. Begitu bertemu Master Cheng Yen, saya merasa bahwa saya belajar mencintai semua makhluk secara universal, maka saya akan memperoleh kebahagiaan dalam hati. Kebahagiaan karena kita dibutuhkan orang lain, karena kita bisa membantu orang lain, serta karena kita bisa merelakan waktu kita, kebijaksanaan, kemampuan yang kita miliki untuk orang lain. Saya juga merasa tersentuh dengan banyaknya relawan yang mau bersumbangsih. Saya melihat relawan abu putih yang terus giat mengikuti training dan akhirnya dilantik menjadi relawan biru putih. Ini menandakan bertambah lagi jumlah Bodhisatwa dunia menjadi murid Master Cheng Yen dalam membantu mewujudkan misi Master Cheng Yen melalui Tzu Chi. qYuliati

Inspirasi

Annie Widjaja

Menjadi Pribadi yang Toleran

S te ph en A ng ( H e Q i U ta ra )

Daripada menuntut kesempuranaan pada diri orang lain,

lebih baik menuntut kesempurnaan pada diri sendiri terlebih dahulu.

Daripada menuntut orang lain menyesuaikan diri dengan kita,

lebih baik kita yang menyesuaikan diri dengan orang lain terlebih dahulu.

(14)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

14

Bantuan Bagi Korban Bencana Sinabung

Li ly H er m an to ( Tz u C hi M ed an ) Tz u C hi M ed an Li ly H er m an to ( Tz u C hi M ed an ) Tz u C hi M ed an

BERDOA BERSAMA. Sebelum pembagian bantuan di Rusun Marunda, warga dan relawan berdoa bersama. Sebanyak 1.750 KK satu per satu menerima bantuan beras cinta kasih pada tanggal 1 September 2013.

BAKSOS KESEHATAN. Minggu, 22 September 2013, relawan Tzu Chi Medan dan relawan TIMA melakukan pemeriksaan kesehatan mata, paru-paru (pernapasan) dan umum di Jambur Sempakata dan Jambur Tuah Lapoti.

BERBAGI KASIH. Ketika terjadi bencana, insan Tzu Chi segera menyusuri tempat-tempat yang terkena bencana untuk berbagi kasih kepada para pengungsi berupa bantuan kebutuhan sehari-hari.

MENDAMPINGI PENERIMA BANTUAN. Dengan penuh welas asih, relawan membantu mendorong kursi roda pada salah satu penerima bantuan yang memiliki keterbatasan fisik.

MENGHIBUR. Melihat banyak warga yang harus mengungsi dan hidup dalam keterbatasan, relawan Tzu Chi segera mengulurkan tangan dan menghibur warga.

EMPAT KALI LETUSAN. Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang meletus kembali. Sejak tanggal 15-18 September 2013 telah terjadi 4 kali letusan yang melepaskan awan panas dan abu vulkanik.

Pembagian Beras Cinta Kasih

S te ph en A ng ( H e Q i U ta ra ) Ja m es ( H e Q i B ar at )

(15)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

15

Peristiwa

Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT)

Green Fun Bike DAAI TV

Ju lia na S an ty M et ta W ul an da ri Fe ra ni ka H us od o ( H e Q i U ta ra ) In dr aw an P ai m in ( H e Q i T im ur ) In dr aw an P ai m in ( H e Q i T im ur )

CINTA KASIH TANPA PERBEDAAN. Pada tanggal 21 September 2013, relawan membagikan 50 ton beras cinta kasih dan 13.000 celengan bambu kepada para santri/ santriwati Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor.

SEPEDA SANTAI. Sebanyak 355 peserta mengikuti acara sepeda santai bertema Green

Fun Bike yang diadakan oleh DAAI TV Indonesia, Minggu, 15 September 2013 lalu.

BERAS CINTA KASIH. Sabtu, 7 September 2013, sebanyak 5.950 karung beras cinta kasih dibagikan kepada warga di Kelurahan Kamal, Jakarta Barat.

PELESTARIAN LINGKUNGAN. Pendaftaran dilakukan dengan cara membawa barang daur ulang seperti botol plastik dan kertas untuk mengampanyekan pelestarian lingkungan.

MENINJAU LOKASI. Minggu, 22 September 2013, sejak pukul 07.00 WIB relawan Tzu Chi melihat kondisi pembangunan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Islamiah yang terletak di Jalan Rawa Bebek II, Penjaringan, Jakarta Utara dan dilanjutkan dengan pembagian beras cinta kasih.

KUMPULAN CINTA KASIH. Senin, 30 September 2013, para petugas keamanan di wilayah Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara, menuangkan celengan yang telah mereka isi untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan melalui Tzu Chi.

Yu

lia

ti

(16)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

16

G

unung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pada 2010 lalu, gunung tersebut mengeluarkan asap, abu vulkanik, dan lava. Dan pada tahun 2013 ini, Gunung Sinabung kembali meletus sejak tangal 15 hingga 18 September 2013 lalu. Letusan terhitung sebanyak 4 kali yang melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Banyak warga segera mengungsi ke tempat yang aman di berbagai Jambur (Sebuah bangunan yang cukup luas yang banyak digunakan oleh masyarakat Karo untuk acara adat pesta, dan rapat) di Kabanjahe.

Melihat banyak warga yang harus mengungsi dan hidup dalam keterbatasan, relawan Tzu Chi segera mengulurkan tangan dan memberikan cinta kasih yang tulus kepada para warga. Tanggal 17 September 2013, 10 relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Cabang Medan, memberikan bantuan pertama berupa telur, roti, dan air mineral kepada warga yang mengungsi di Jambur Sempakata, Kabanjahe dan Jambur KWK, Berastagi, dan sekaligus menyurvei kembali apa lagi yang dibutuhkan mereka. Menyusul bantuan kedua, pada tanggal 18 September 2013, bersama 17 relawan kembali memberikan bantuan berupa selimut, sarung, minyak goreng, sabun, popok bayi, susu bayi,

botol susu, mi instan dan air mineral yang dibagikan ke 11 titik: Jambur Sempakata, GBKP Simpang IV, Zentrum GBKP, Jambur KWK Berastagi, Mesjid Istikrak, Mesjid Agung, Jambur Tuah Lopati, Jambur Tigan Derket, GBKP Kota, dan Gereja katolik.

Selain membagikan paket bantuan makanan, relawan juga menyediaan pemeriksaan kesehatan gratis untuk Mata, Paru-paru (pernapasan) dan Umum. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan pada Minggu, 22 September 2013, dan diikuti oleh sebanyak 62 relawan Tzu Chi Medan dan 20 orang relawan TIMA. Hal ini dilatarbelakangi oleh awan panas dan abu vulkanik dari letusan Gunung Api Sinabung yang menyebabkan dampak negatif, dimana para warga mengalami gangguan kesehatan pada bagian mata dan pernapasan. Bakti sosial ini diadakan di 2 titik, yaitu di Jambur Sempakata dan Jambur Tuah Lapoti. Terdaftar 175 warga yang berada di Jambur Sempakata dan 154 warga yang berada Jambur Tuah Lopati yang membutuhkan pengobatan mata, pernapasan dan umum. q Beby Chen (Tzu Chi Medan)

E

mpat tahun sudah relawan Tzu Chi Tebing Tinggi bersumbangsih dan menebarkan nilai-nilai kebajikan pada masyarakat luas. Komitmen yang diwujudkan dalam tindakan nyata ini juga kian memberi perubahan positif bagi masyarakat dan perkembangan Tzu Chi di luar daerah seperti di Kota Kisaran, Sumatera Utara. Dalam waktu yang relatif singkat, insan Tzu Chi dapat menggalang donasi serta menjalin persatuan untuk membentuk relawan Tzu Chi di Kisaran. “Kita tahu bahwa yayasan ini bergerak di sosial kemasyarakatan. Ini juga seirama, sejalan dengan kami yang selain bertugas bertempur, kami juga bertugas ke wilayah untuk membantu mempercepat kesehatan masyarakat dan apa yang bisa kita perbuat kita juga sering bekerjasama dalam rangka bakti sosial seperti pengobatan gratis, katarak dan sebagainya,” ujar Kolonel Teguh Arif, Korem 022 Pantai Timur Kisaran yang turut meresmikan depo ini.

Meski masih berusia muda, insan Tzu Chi Kisaran telah mempersembahkan sebuah Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi yang keenam di Sumatera Utara. Tanggal 29 September 2013, merupakan hari bersejarah bagi insan Tzu Chi Medan. Dengan penuh syukur dan semangat, relawan Tzu Chi Medan meresmikan depo pelestarian lingkungan yang merupakan simbol kekuatan bersumbangsih dari

donatur, yaitu Keluarga Irwansyah Shixiong yang menyumbangkan tanah seluas 12 x 16 meter persegi, serta satu unit ruko yang dipinjamkan selama kurun waktu 10 tahun.

Acara peresmian depo pelestarian lingkungan ini dihadiri oleh ratusan relawan Tzu Chi Medan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan relawan lainnya. Kedatangan relawan Pematang Siantar menjadi perhatian warga yang hadir karena relawan ini datang ke lokasi dengan menggunakan becak motor. Mereka pun langsung terjun ke lapangan untuk menyusuri Kota Kisaran dan memungut sampah di jalan. Mereka juga meminta sampah dari beberapa rumah warga.

Satu lagi Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi yang terbuka untuk umum, berdiri di kota Kisaran, Jalan KH Agus Salim no 27, Sumatera Utara. Meski jumlah relawannya masih sedikit, namun semangat mereka untuk bersumbangsih tidak surut. kehadiran depo pelestarian yang baru ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di sekitarnya serta menjadi ladang berkah, karena hasil pemilahan sampah akan digunakan menjadi dana amal untuk menolong sesama.

q Rahma Mandasari (Tzu Chi Medan)

Li ly H er m an to /A ki en ( T zu C hi M ed an )

RUMAH DAUR ULANG. Tanggal 29 September 2013, relawan Tzu Chi Medan meresmikan Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Kota Kisaran, Sumatera Utara.

Tzu Chi Medan: Peresmian Depo Pelestarian Lingkungan Kisaran

Ladang Berkah Bodhisatwa Daur Ulang

Tzu Chi Medan: Bantuan Bagi Korban Letusan Gunung Sinabung

Senyuman untuk Korban Sinabung

Lintas

sALiNG MeNopANG. Dengan berhati-hati relawan membantu para lansia yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara gratis di posko Tzu Chi.

S

etiap kegiatan Tzu Chi perlu didokumentasikan. Dokumentasi tersebut merupakan salah satu cara untuk menyebarkan cinta kasih ke masyarakat dan berharap bisa membuka mata hati setiap orang untuk turut bersumbangsih bagi saudara-saudara yang membutuhkan. Adapun dokumentasi ini dilakukan dalam bentuk foto, video maupun tulisan yang kerap disebut sebagai 3 in 1. Sayangnya dokumentasi ini seringkali tidak bisa dilakukan secara menyeluruh karena keterbatasan relawan 3 in 1 di Batam. Oleh karena itu, Tzu Chi Batam mengadakan pelatihan 3 in 1 pada tanggal 22 September 2013 pukul 14.00 WIB dengan harapan agar 44 relawan yang hadir dari Batam maupun Tanjung Balai Karimun tertarik untuk menjadi perekam jejak langkah Tzu Chi.

Rusliadi Shixiong menyampaikan bahwa suatu berita tidak hanya gabungan dari skrip, foto, dan video, melainkan juga gabungan dari tokoh, peristiwa, dan kebenaran. Yang paling penting adalah gabungan dari nilai kebenaran, kebajikan dan keindahan (Zhen, Shan, Mei).

Relawan 3 in 1 selalu memberitakan kebenaran dan membimbing masyarakat ke arah yang benar. Karena itulah, para relawan yang terlibat dalam pendokumentasian jejak langkah Tzu Chi dinamakan Relawan Budaya Humanis.

Pembicara pelatihan kali ini tidak hanya berasal dari relawan 3 in 1 sendiri, namun juga mengundang fotografer profesional untuk berbagi mengenai teknik fotografi dasar. “Sharing-sharing foto ini bagus sekali. Dari sharing ini, saya dapat belajar apa kekurangan saya karena di saat kita membagi ilmu ke orang, disaat itu juga saya belajar apa kekurangan dari saya,” ungkap Matias Shixiong mengenai kesan terhadap pelatihan ini.

Melalui tayangan hasil karya 3 in 1 Batam, pembicara berharap agar peserta pelatihan termotivasi untuk melanjutkan perekaman sejarah Tzu Chi, baik dalam bentuk video, foto maupun artikel. Visi relawan 3 in 1 adalah menjadi saksi sejarah bagi zaman sekarang, menulis sejarah untuk Tzu Chi, dan mengukir sejarah bagi umat manusia. Semakin banyak karya relawan 3 in 1, semoga semakin banyak pula orang yang tergugah hatinya untuk menjadi Bodhisatwa dunia, selalu mengulurkan tangan kepada saudara-saudara yang kekurangan.

q Agus (Tzu Ching Batam)

BeLAJAR MeNGABADiKAN MoMeN. Matias Shixiong (kemeja biru) menjawab dan mempraktikkan teknik foto kepada peserta yang memiliki pertanyaan.

Tzu Chi Batam: Pelatihan Relawan 3 in 1

Bersama Mengukir Sejarah Tzu Chi

S te ve n A gu st in us ( Tz u C hi B at am ) A m ir T an ( T zu C hi M ed an )

(17)

Buletin Tzu Chi No. 99 - Oktober 2013

17

I

nsan Tzu Chi Pekanbaru terus giat mengajak masyarakat Pekanbaru untuk peduli terhadap pelestarian lingkungan demi menghijaukan bumi kita kembali agar dapat diwariskan ke anak cucu kita nantinya. Selain adanya kegiatan pemilahan barang daur ulang secara rutin setiap hari Minggu pagi, relawan juga melakukan sosialisasi pelestarian lingkungan. Pada tanggal 7 dan 8 September 2013 Tzu Chi Pekanbaru melakukan sosialisasi di Mal Ciputra Seraya, Pekanbaru untuk mengimbau masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan agar dapat mewariskan anak cucu kita sebuah dunia yang bersih dan sehat kepada anak cucu kita.

Steffany Ruberto, pernah bertanya ke temannya, “Apakah kamu kenal Tzu Chi?” Dan temannya menimpali, “Setahu saya Tzu Chi itu satu tempat mamaku sering mengantarkan barang bekas yang bisa didaur ulang.” Walaupun pengenalan tentang Tzu Chi Pekanbaru hanya sebatas ini, namun ini merupakan satu titik awal yang baik karena sudah ada kepedulian untuk mengumpulkan barang

daur ulang dan mengantarkan ke Tzu Chi.

Arnes Shijie merupakan salah satu relawan yang mendapat berkah di stan 1 Hari 5 Kebajikan dan Vegetaris. Selama dua hari di stan ini, Arnes Shijie dengan penuh semangat terus berseru kepada para pengunjung untuk berikrar bersama. “Dengan menggalang hati dan menyatukan tekad bervegetarian, tubuh menjadi sehat. Kesempatan kita untuk melakukan kebajikan bagi sesama dan bumi ini semakin banyak,” ujarnya.

Pada momen ini pengunjung juga berkesempatan untuk menuliskan tekadnya dalam sehelai daun Bodhi sebagai wujud partisipasi dalam menyelamatkan bumi kita ini. Daun Bodhi yang telah ditulis kemudian ditempelkan pada bola dunia sebagai simbol menghijaukan kembali bumi kita. Ada sekitar 299 pengunjung yang turut serta dalam aksi menghijaukan kembali bumi kita ini. Dengan tekad dan kemauan dari kita semua, semoga bumi kita kembali hijau dan anak cucu kita dapat menikmati alam yang indah dan damai. qMeiliana Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru)

P

agi itu, cuaca di Tanjung Balai Karimun kurang bersahabat. Hujan turun dari malam, dan pagi harinya gerimis masih mengguyur Karimun. pukul 07.30 WIB relawan sudah berkumpul di Medic Centre dan mulai mempersiapkan segala keperluan yang akan digunakan dalam kegiatan ini. Hari ini, Minggu, 29 September 2013 tengah dilaksanakan screening untuk menyaring pasien yang nantinya akan dioperasi di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-93 di Batam.

Tidak lama berselang, pasien mulai berdatangan dengan didampingi oleh keluarganya masing-masing. Relawan dengan senyuman menyambut semua pasien yang akan diperiksa. Kegiatan ini dikuti oleh 30 relawan dan baru dimulai pukul 10.00 WIB, karena menunggu kedatangan tim dokter yang akan melakukan screening. Setelah tim dokter tiba, satu per satu pasien mulai

masuk ruangan untuk diperiksa. Kegiatan ini sendiri berakhir pada pukul 13.00 WIB.

Pasien yang di-screening pada kegiatan ini sebanyak 41 orang. Dan yang bisa diterima karena memenuhi syarat untuk dioperasi ada 32 orang. Dengan rinciannya 25 orang kategori Katarak, 2 Hernia, 3 Benjolan dan 2 Bibir Sumbing. Ketiga puluh dua orang ini nantinya akan dibawa ke Batam tanggal 5 dan 6 oktober 2013 untuk melakukan screening lagi. Kegiatan Bakti Sosial Kesehatan ke-93 tahun 2013 ini dilaksanakan di Batam pada tanggal 11, 12 dan 13 oktober 2013. Wajah bahagia terpancar dari semua pasien yang telah memenuhi syarat dengan harapan penyakit yang diderita saat ini dapat sembuh dengan adanya bakti sosial kesehatan Tzu Chi ini. q Dwi Hariyanto(Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Bersama Menyehatkan Bumi dan Mencintai Lingkungan

MeNsosiALisAsiKAN tZU CHi. Memanfaatkan setiap kesempatan untuk memperkenalkan Tzu Chi kepada khalayak ramai.

Tzu Chi Pekanbaru: Pameran Tzu Chi dan Bazar Kue Bulan

Lintas

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun: Screening Pasien Mata

Harapan Baru dengan Adanya

Pengobatan Gratis

MeNUNGGU DeNGAN sABAR. Sebanyak 41 orang mengikuti screening mata yang diadakan oleh insan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Ba ve rl y C la ra L im S un ar yo ( Tz u C h i T an ju n g B al ai K ar im un ) S uy ar di H ar to m bi ng E di Z he ng ( Tz u C hi P ek an ba ru )

K

amis, 19 September 2013, menjadi hari yang ditunggu-tunggu relawan dan masyarakat Jambi untuk mengenal Tzu Chi lebih dalam dan berkumpul bersama keluarga Tzu Chi. Tepat pukul 17.00 WIB, di Hotel Sang Ratu Jambi terlihat relawan yang mulai berkumpul, bersiap untuk sharing bersama. Selain relawan setempat, hari itu juga hadir Suriadi dan Hamaidi Shixiong dari Tzu Chi Jakarta, dan keluarga besar insan Tzu Chi Batam.

Gathering ini bertema “Temu Misi

Pengusaha Jambi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi”. Berawal dari 31 Agustus lalu, 12 orang pengusaha Jambi berjodoh mengikuti Kamp Pengusaha di Jakarta. Saat kamp, beberapa pengusaha berikrar untuk bersama-sama mendirikan Kantor Penghubung Tzu Chi di Jambi. Gathering kali ini mengundang masyarakat Jambi untuk turut mengenal Tzu

Chi.

Gathering dimulai dengan sharing dari

Suriadi Shixiong mengenai Sejarah Tzu Chi, semangat celangan bambu, visi misi Tzu

Chi, dan juga ditayangkan video kilas balik Tzu Chi yang menginspirasi. Acara dilanjutkan dengan sharing dari muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Jambi yang secara rutin melakukan kegiatan pelestarian lingkungan, kunjungan kasih, dan mensosialisasikan semangat celengan bambu. “Selain menginformasikan kegiatan rutin yang dilakukan, kami juga mengajak Shigu-shibo di sini untuk menjadi papa dan mama kami, karena kami seperti anak ayam yang kehilangan induk,” ujar Novi.

Dalam kegiatan ini Budi Shixiong dan Moi-Moi

Shijie juga membagikan kisah yang sangat menarik

dan menginspirasi. Dari satu menjadi tak terhingga, tak terhingga berawal dari satu. Seperti layaknya keluarga, malam itu juga dirayakan Festival Kue Bulan bersama keluarga besar Tzu Chi dengan berbagi kue bulan yang dibawakan jauh-jauh dari Batam.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, pembagian celengan bambu, dan bersama-sama mempraktikkan shou yu lagu Satu Keluarga. Semua bergandengan tangan layaknya keluarga dan mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama bersumbangsih, memberi manfaat bagi orang banyak dan menciptakan berkah bagi masyarakat setempat. Semoga jodoh ini terus terjalin dan aliran cinta kasih terus mengalir di Kota Jambi.

q Fitri, Yeyen (Tzu Chi Jambi)

MeNABUR BeNiH. Dengan adanya gathering ini, diharapkan nantinya dari satu benih Tzu Chi Jambi akan tumbuh dan berkembang.

Tzu Chi Jambi: Gathering dengan Pengusaha di Jambi

Mengalirkan Semangat Cinta Kasih di Kota Jambi

A m ir Ta n, W ill ia m S te ve n, Il ha m S en to so ( Tz u C hi M ed an )

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis interaksi dinamik jangka pendek terungkap dua hal penting, yaitu semakin meningkatnya jumlah hubungan kausal (granger causality) selama Krisis

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah.. Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan

Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini kamidan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan.Itu tidak mewakilimenjamin

Rekaman arsip merupakan teknik pengumpulan data baik data historis maupun data saat ini. Dalam penelitian ini dapat berupa data statsitik Kecamatan dalam Angka

Kinney (melalui Assegaff, 1991) dalam Atar juga menyebutkan feature sebagai tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita langsung. Dari kedua pendapat para

Peelotnau PcrrLrlisen Kur\ll Ilm[th l, PI ]t)l-l.. analisis data berupa laporan secara rinci tahaptahap analisis data, serta teknik yang dipakai dalam analisis data itu

Dalam hal ini, perhatian khusus diberikan untuk menunjukkan bahwa struktur seismogenik tersebut bukan patahan kapabel (lihat penjelasan Bab V). 2) Potensi gempa maksimum

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, penulis telah mengangkat alat musik tiup tersebut sebagai objek penelitian Tugas Akhir dengan judul Ensembel Instrumen