• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN KELOMPOK BELAJAR SISWA BERDASARKAN SOSIOMETRI DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SMP. Sigit Nur Hadi, Aisjah Juliani Noor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN KELOMPOK BELAJAR SISWA BERDASARKAN SOSIOMETRI DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SMP. Sigit Nur Hadi, Aisjah Juliani Noor"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

60

KEEFEKTIFAN KELOMPOK BELAJAR SISWA BERDASARKAN SOSIOMETRI DALAM MENYELESAIKAN

SOAL CERITA MATEMATIKA DI SMP Sigit Nur Hadi, Aisjah Juliani Noor

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin

e-mail : ais_vim@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya keinginan mengembangkan kemampuan menyelesaiakan soal cerita dalam pembelajaran matematika. Metode pembelajaran kelompok yang dibentuk berdasarkan sosiometri mampu meningkatkan keaktifan siswa sehingga lebih lanjut dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektivan kelompok belajar berdasakan sosiometri dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin tahun pelajaran 2012/2013. Dengan teknik purposive random

sampling diperoleh kelas VIII D sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung dan

kelas VIII E sebagai kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kelompok berdasarkan sosiometri. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, tes, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan rata-rata, standar deviasi, uji pendahuluan, uji beda, dan aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan dari hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Namun, aktivitas siswa kelas eksperimen menunjukkan hasil yang positive yaitu cenderung lebih aktif.

Kata kunci: kelompok belajar berdasarkan sosiometri, keefektifan, menyelesaikan soal cerita Pendidikan merupakan salah satu sektor penting

dalam pembangunan di setiap negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan kemajuan atau mundurnya negara tersebut. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran.

Berdasarkan permendiknas No. 22 Tahun 2006 salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Salah satu penerapan konsep matematika SMP yang berkaitan dengan harapan dari tujuan

pelajaran matematika tersebut terdapat pada subpokok bahasan tentang menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan teorema Pythagoras. Agar siswa lebih memahami mengenai teorema Pythagoras serta kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan secara efektif menggunakan matematika dengan latihan mengerjakan soal-soal cerita. Dengan demikan kemampuan dalam memecahkan atau menyelesaikan soal cerita menjadi salah satu indikator dalam pencapaian tujuan pendidikan matematika.

Menurut Raharjo (2008) Hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) PPPPTK (P4TK) Matematika 2007 dan PPPG Matematika tahun-tahun sebelumnya memperlihatkan lebih dari 50% guru menyatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita penyebabnya adalah kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika. Hal serupa juga disampaikan oleh guru pengajar matematika di SMP Negeri 15 Banjarmasin saat peneliti melakukan wawancara di sekolah tersebut, rata-rata hasil belajar siswa kurang memuaskan pada materi pelajaran yang menggunakan soal cerita seperti

(2)

Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan II (PPL II), selama ini pembelajaran yang diterapkan oleh guru di SMP Negeri 15 Banjarmasin adalah pembelajaran konvensional. Menurut Kunandar (2007), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan satu arah. Akibatnya, pembelajaran menjadi kurang menarik dan optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu diperlukan belajar dan pembelajaran yang berpusat pada siswa, contohnya adalah pembelajaran dengan menggunakan kelompok.

Metode pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa sehingga siswa dalam kelompok kecil dapat bekerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama lainnya. pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya (Ibrahim, 2000). Dalam pembelajaran yang menggunakan kelompok belajar, kelompok belajar siswa memiliki peran yang efektif untuk mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Metode yang tepat dalam menentukan atau membuat kelompok belajar siswa akan memberikan proses belajar yang menyenangkan bagi siswa dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaiakan soal cerita matematika sehingga mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Contoh metode belajar yang dapat digunakan untuk menentukan kelompok belajar siswa adalah dengan menggunakan sosiometri.

Hasil penelitian Nur Intan Hasibuan (2009) tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Pembentukan Kelompok Belajar Berdasarkan Sosiometri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Puren menunjukkan hasil yang positif. Melalui

pembentukan kelompok belajar berdasarkan sosiometri ini menimbulkan interaksi dan kerjasama antar siswa cukup baik. Selain itu, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita mengalami peningkatan. Kemudian hasil penelitian Yulianti (2007) berkesimpulan bahwa penerapan kelompok belajar berdasarkan sosiometri cukup efektif untuk

meningkatkan kemampuan siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 7 Banjarmasin dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung, karena 76% siswa dapat menyelesaikan soal cerita. Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kelompok belajar berdasarkan sosiometri dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika, sehingga pembelajaran akan lebih efektif, dan hasil belajar dapat ditingkatkan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan kelompok belajar yang dibagi berdasarkan sosiometri dalam menyelesaikan soal cerita matematika di kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin, (2) Bagaimana hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran langsung dalam menyelesaikan soal cerita matematika di kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin, (3) Apakah penerapan kelompok belajar siswa berdasarkan sosiometri efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa untuk menyelesaikan soal cerita matematika di kelas VIII SMP Negeri 15 Banjarmasin.

Sosiometri menurut Hotman (2006) adalah suatu metode pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan, komunikasi, dan pola intraksi antara-individu dalam kelompok. Selanjutnya Walgito (2011) mengutip pendapat Wrighstone, dkk. bahwa sosiometri adalah “a means of presenting samply

and graphically the entire structure of relations existing at a given time among members of a given group”. Kemudian menurut Ahmadi (2007)

sosiometri adalah metode yang ditemukan dan dikembangkan oleh Moreno dan dimaksudkan untuk meneliti intra-group-relations, atau saling hubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok. Kata sosiometri sendiri sebenarnya telah memberikan pengertian tentang ukuran berteman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan sosiometri dapat dilihat hubungan berteman seseorang dalam kelompok serta hubungan struktur dalam kelompok yang bersangkutan.

Tes Sosiometri ada dua, yaitu: (1) tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu (criterium) bersama-sama dengan teman-teman yang dipilih, (2) tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya. Sosiometri dapat digunakan untuk: (1) memperbaiki hubungan insani, (2) menentukan kelompok kerja, (3) meneliti kemampuan memimpin seseorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu, (4)

(3)

mengetahui bagaimana hubungan sosial / berteman seorang individu dengan individu lainnya, (5) mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu, dan (6) menemukan individu mana yang diterima / ditolak dalam kelompok sosial tertentu.

Menurut N. K. Roestiyah (2001) dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini terjadi, sebab: (1) hubungan antar guru-siswa menjadi lebih sehat dan akrab, (2) siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat, (3) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan. Teknik pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar merupakan salah satu strategi belajar mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Penggunaan teknik pembelajaran dengan kelompok belajar untuk proses belajar mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman-teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama dan dapat membangkitkan kegairahan siswa dalam belajar.

Menurut Suprijono (2009), kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok bukanlah semata-mata kumpulan orang yang saling berdekatan. Kelompok adalah kesatuan yang bulat diantara anggotanya. Sedangkan pembelajaran kelompok menurut Ibrahim (2000), merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya.

Tujuan dari kelompok belajar, yaitu: (1) meninggikan rasa percaya diri terhadap kemampuan siswa, (2) mengembangkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi, (3) mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif, (4) meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal, dan (5) meningkatkan prestasi belajar siswa. Kelompok belajar terdiri atas berbagai macam jenis. Terbagi berdasarkan jumlah siswa perkelompok dan berdasarkan kemampuan siswa. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut : (1) kelompok belajar berdasarkan jumlah siswa per kelompok : (a) kelompok besar, dengan jumlah siswa antara 20-40

orang, (b) kelompok kecil, dengan jumlah siswa antara 5-10 orang, dan (c) kelompok individual, dengan jumlah siswa antara 1-5 orang. (2) kelompok belajar berdasarkan kemampuan siswa : (a) kelompok belajar sedang, adalah kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan pada kemampuan siswa yang masih membutuhkan bimbingan dan dorongan secara utuh supaya kelompok tersebut berhasil, (b) kelompok belajar cukup, adalah kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan pada kemampuan siswa yang masih membutuhkan motivasi dan perhatian supaya berhasil untuk mencapai tujuan, dan (c) kelompok belajar baik, adalah kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan pada kemampuan siswa yang sudah mulai mandiri dalam menyelesaikan tugasnya. Untuk membentuk kelompok belajar, ada beberapa cara atau tehnik yangdapat digunakan, yaitu pembentukan yang bersifat : (1) teknik pembentukan secara otoriter, dalam pembentukan kelompok belajar dengan cara ini kelompok ditentukan sedemikian rupa oleh guru tanpa memperhatikan pendapat siswa, dengan demikian maka kelompok itu besar kemungkinannya tidak sesuai dengan kehendak siswa, dan (2) teknik pembentukan secara bebas, teknik ini adalah dengan menyerahkan pembentukan kelompok belajar itu kepada anak-anak sementara guru atau pembimbing tidak ikut campur tangan. Manfaat dari kelompok belajar adalah (1) belajar dengan membentuk kelompok belajar sendiri dapat memotivasi semangat belajar antara teman satu dengan lainnya, (2) saling berbagi informasi dan pengetahuan antara teman. Teman yang pandai dapat mengajari dan menularkan kepandaiannya kepada teman lainnya. Dengan begitu, materi yang diserap oleh siswa dapat merata kepada siswa lain, (3) membangun komunikasi timbal balik dengan adanya diskusi, (4) meringankan tugas yang diberikan kepada siswa karena dikerjakan bersama-sama dengan siswa yang lain, (5) mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa dalam menanggapi suatu permasalahan, dan (6) belajar lebih menyenangkan karena dikerjakan secara berkelompok.

Kelompok belajar berdasarkan pengelompokan sosial adalah sebuah metode pemisahan siswa dalam sebuah kelompok belajar berdasarkan aspek sosial anak, sosial disini berarti cangkupan bersosialisasi peserta didik dengan teman- temannya yang ada di kelas. Sosial disini juga berarti sejauh mana pergaulan peserta didik dengan teman-temannya di kelas, dengan temannya yang dirasa oleh mereka dekat maupun temannya yang kurang dekat dengan mereka. Ada beberapa kelebihan kelompok belajar sosiometri yaitu: (1)

(4)

mengetahui hubungan social kelompok belajar antar siswa, (2) meningkatkan hubungan sosial kelompok belajar antar siswa, (3) menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang sesuai, (4) menemukan siswa mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dengan kelompok belajarnya, (5) membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara siswa dengan penerimaan sosial dalam kelompok belajarnya, dan (6) membantu meningkatkan pemahaman siswa proses belajar dalam kelompok belajarnya. Sedangkan kelemahan kelompok belajar sosiometri yaitu bila kecakapan tiap anggota

kelompok belajar tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.

Metode analisis sosiometri dengan analisis sosiogram dapat dilakukan dengan cara lingkaran atau grafik. Dengan cara lingkaran, semakin kepusat kedudukannya semakin populer seseorang. Dalam sosiometri terdapat beberapa cara untuk menggambarkan interaksi individu-individu. Macam-macam konfigurasi adalah sebagai berikut. (1) Konfigurasi berpasangan (pairs) A B, dan yang berbentuk rantai (chain): A  B C D. (2) Konfigurasi bentuk segitiga. Bentuk ini mempunyai hubungan yang erat, interaksi cukup kuat .

Gambar 1 Konfigurasi Bentuk Segitiga

(3) Konfigurasi bentuk bintang atau roda. Konfigurasi yang kurang baik dengan kedudukan pusat sebagai bintang.

Gambar 2 Konfigurasi Bentuk Bintang atau Roda

(4) Konfigurasi bentuk jala atau network. Konfigurasi ini mempunyai intensitas yang kuat.

Gambar 3 Konfigurasi Bentuk Jala Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran

dengan metode kelompok sosiometri antara lain yaitu :

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase 2: Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. A B C M A B C D E F G A B C D E F H

(5)

Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sosiometri.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tansisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

METODE

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester satu SMP Negeri 15 Banjarmasin tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 184 orang, terdiri dari 6 kelas. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive random sampling, yaitu untuk mengambil

2 kelas secara acak yang tidak mempunyai perbedaan dengan melakukan kombinasi berpasangan dari banyaknya kelas yang ada. Kemudian dilakukan uji pendahuluan dari semua pasangan yang diperoleh yaitu dengan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi data, selanjutnya setelah dilakukan uji normalitas jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas yang akan kembali dilanjutkan dengan uji beda dengan uji t. Namun jika data tidak berdistribusi normal maka uji beda dapat dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Setelah dilakukan uji pendahuluan hingga uji beda maka dilakukan pengambilan 2 kelas secara acak yang tidak memiliki perbedaan. Dua kelas tersebut terdiri dari kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif berdasarkan kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan sosiometri yaitu kelas VIII E dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung yaitu kelas VIII D.

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan, teknik pertama adalah angket digunakan untuk mengumpulkan data siswa mengenai pilihan-pilihan teman yang akan dijadikan sebagai kelompok belajar, angket dilakukan sebelum siswa melaksanakan proses belajar mengajar. Kemudian data mengenai aktifitas dan segi kognitif dan hasil belajar dikumpulkan melalui tes hasil belajar, dan data-data lain melalui dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu (1) analisis uji pendahuluan yaitu uji liliefors dan uji homogenitas yang sebelumnya dilakukan pengelompokan kelompok belajar siswa

berdasarkan sosiometri, (2) statistik deskriptif yaitu rata-rata, dan standar deviasi (3) statistik inferensial yaitu uji normalitas, dan Uji beda.

Kualifikasi hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui melalui nilai rata-rata yang dirumuskan dengan :

𝑥̅ =∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖

∑ 𝑓𝑖 (Sudjana, 2005) Keterangan :

𝑥̅ =nilai rata-rata (mean)

∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖 = jumlah hasil perkalian antara masing-masing data dengan frekuensinya

∑ 𝑓𝑖 =jumlah data atau sampel

Standar deviasi atau simpangan baku sampel digunakan untuk menghitung nilai𝑧𝑖 pada uji normalitas. Rumus standar deviasi sebagai berikut :

𝑠 = √∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖−𝑥̅)2

𝑛−1 (Sugiyono, 2011)

Ketreangan : 𝑠 =standar deviasi 𝑥̅ = rata-rata (mean)

∑ 𝑓𝑖 =jumlah frekuensi data ke-i, yang mana i = 1, 2, 3, …

𝑛 = banyak data

𝑥𝑖 = data ke-𝑖, yang mana 𝑖 = 1, 2, 3, …

Untuk mengetahui kenormalan dari distribusi data dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors (Sudjana, 2002) dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

(1) Pengamatan 𝑥1, 𝑥2, . . . , 𝑥𝑛 dijadikan bilangan baku 𝑧1, 𝑧2, . . . , 𝑧𝑛dengan menggunakan rumus : 𝑧 =𝑥𝑖−𝑥̅

𝑠 (𝑥̅ dan 𝑠 berturut-turut adalah mean dan standar deviasi sampel). (2) Untuk setiap bilangan baku dengan standar

distribusi normal baku, kemudian hitung peluang : 𝐹(𝑧𝑖) = 𝑃(𝑧 ≥ 𝑧𝑖).

(3) Selanjutnya hitung proporsi 𝑧1, 𝑧2, . . . , 𝑧𝑛yang lebih kecil atau sama dengan 𝑧𝑖, selanjutnya proporsi ini dinyatakan oleh 𝑆(𝑧𝑖), maka

𝑆(𝑧𝑖) =𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧1, 𝑧2, . . . , 𝑧𝑛≤ 𝑧𝑖 𝑛

(4) Hitung selisih 𝐹(𝑧𝑖) − 𝑆(𝑧𝑖), kemudian tentukan harga mutlaknya.

(5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, harga-harga ini disebut 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔.

Pada uji homogenitas, uji yang digunakan adalah uji varians terbesar yang dibandingkan dengan varians terkecil menggunakan tabel F. Adapun

(6)

langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut

(Sugiyono, 2011): (1) Menghitung varians terbesar dan varians terkecil (2)

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (3) Membandingkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

dk Pembilang = n – 1 (untuk varians terbesar) dk Penyebut = n – 1 (untuk varians terkecil) Taraf signifikan (𝛼) = 5%

(4) Kriteria pengujian

Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka data tidak homogen Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka data homogen

Uji t dua sampel ini tergolong uji perbandingan (uji komparatif). Tujuan dari uji ini adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda. Terdapat dua rumus uji t yang dapat

digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen, yaitu Separated Varians dan

Polled Varians. Kedua rumus tersebut dijabarkan

sebagai berikut (Sugiyono, 2010) : 𝑡 = 𝑥̅1− 𝑥̅2 √𝑠12 𝑛1 + 𝑠22 𝑛2 (𝑆𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠) 𝑡 = 𝑥̅1− 𝑥̅2 √(𝑛1−1)𝑠12+(𝑛2−1)𝑠22 𝑛1+𝑛2−2 ( 1 𝑛1+ 1 𝑛2) (𝑃𝑜𝑙𝑙𝑒𝑑 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠) Keterangan :

𝑛1 = jumlah data pertama (kelas eksperimen) 𝑛2 =jumlah data kedua (kelas kontrol) 𝑥̅1 =nilai rata-rata hitung data pertama 𝑥̅2 =nilai rata-rata hitung data kedua 𝑠12 = varians data pertama

𝑠22 =varians data kedua

Kriteria pengujian jika −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ≤ 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak untuk α = 5%.

Menurut Usman dan Akbar (2011) uji Mann-Whitney berfungsi sebagai alternatif penggunaan uji t jika prasyarat parametriknya tidak terpenuhi. Untuk uji statistik U, dihitung dari sampel pertama dengan n1 pengamatan

𝑈1 = 𝑛1𝑛2+

𝑛1(𝑛1+ 1)

2 − ∑ 𝑅1

atau dari sampel kedua dengan n2 pengamatan

𝑈2= 𝑛1𝑛2+

𝑛2(𝑛2+ 1)

2 − ∑ 𝑅2

Keterangan : 𝑛1 = banyaknya sampel dalam kelompok yang lebih kecil 𝑛2 = banyaknya sampel dalam kelompok yang lebih besar 𝑈1 = uji statistik dari sampel pertama 𝑛1

𝑈2 = uji statistik dari sampel kedua 𝑛2 ∑ 𝑅1 = Jumlah jenjang pada sampel pertama ∑ 𝑅2 = Jumlah jenjang pada sampel kedua.

Kreteria nilai U signifikan untuk yang lebih besar(> 20) menggunakan pendekatan kurva normal dengan harga kritis z sebagai berikut

(7)

𝑧 = 𝑈 − 𝑛1𝑛2

2 √𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2+1)

12 Jika 2𝑃[𝑍 ≤ 𝑧] > 𝛼dengan taraf nyata 𝛼 = 2,5%maka 𝐻0diterima dan jika 2𝑃[𝑍 ≤ 𝑧] ≤ 𝛼maka 𝐻0 ditolak.

Teknis analisis yang digunakan untuk mengukur aktivitas siswa terhadap pembelajaran

materi Teorema Pythagoras dengan pembelajaran kelompok menggunakan kelompok belajar berdasarkan sosiometri, menggunakan kriteria yang diadaptasi dari Arikunto, 2010. Tabel berikut ini menggambarkan kriteria aktivitas siswa.

Tabel 1 Kriteria Aktivitas Siswa

No. Persentase (%) Kriteria

1. 80,01 – 100,00 Sangat Baik

2. 60,01 – 80,00 Baik

3. 40,01 – 60,00 Cukup

4. 20,01 – 40,00 Kurang

5. 0 – 20,00 Sangat Kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,5686. Untuk menguji signifikansi, nilai p perlu dibandingkan dengan taraf signifikansi (α) yaitu 0,025. Nilai p ternyata jauh lebih besar dari nilai signifikansi yaitu (0,5686 > 0,025). Dengan demikian 𝐻0 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak yang berarti hasil belajar siswa menggunakan kelompok belajar berdasarkan

sosiometri tidak lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas yang tidak menggunakan kelompok belajar berdasarkan sosiometri.

Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa terlihat bahwa aktifitas siswa di kelas yang menggunakan pembelajaran kelompok berdasarkan sosiometri pada kualifikasi baik dan sangat baik, artinya pembelajaran di kelas tersebut berlangsung dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3 Aktivitas siswa terhadap pembelajaran materi teorema Pythagoras dengan belajar kelompok berdasarkan sosiometri

No Aspek yang Dinilai Persentase Aktivitas Siswa

(%) pertemuan ke- Rata-rata (%)

Kualifikasi

1 2 3

1 Memperhatikan pengarahan

guru (visual activity) 83 83 83 83 Sangat baik

2 Mengerjakan soal-soal pemecahan masalah(mental activities) 87 87 77 83,67 Sangat baik 3 Membantu pasangan

menyelesaikan masalah (oral

activities)

80 93 70 81 Sangat

baik 4 Memeriksa pekerjaan

pasangannya (visual activities) 60 73 67 66,67 Baik 5 Berdiskusi membandingkan

jawaban (oral activities) 53 70 90 71 Baik

6 Bertanya langkah pemecahan

masalah (oral activity) 80 80 77 79 Baik

Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kelompok dengan kelompok belajar berdasarkan sosiometri setelah melalui 3 kali pertemuan adalah 55,87

berada pada kualifikasi cukup dengan nilai tertinggi siswa sebesar 84, sedangkan nilai terendah siswa sebesar 30.

(8)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

(1) Hasil belajar siswa setelah diterapkan belajar kelompok berdasarkan sosiometri terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada kualifikasi baik,

(2) Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran langsung berada pada kualifikasi cukup.

(3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang diterapkan belajar kelompok berdasarkan sosiometri dengan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran langsung. Dengan demikian penerapan kelompok belajar berdasarkan sosiometri tidak efektif terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika karena hasil belajar siswa kelompok belajar berdasarkan sosiometri tidak lebih tinggi dari siswa yang tidak menggunakan kelompok belajar berdasarkan sosiometri. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

(1) Bagi guru matematika yang berkeinginan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan sosiometri dapat lebih mencermati hubungan kedekatan antar siswa untuk mendapatkan kelompok yang baik yang dapt digunakan dalam pembelajaran matematika yang lebih efektif.

(2) Sebelum memulai kegiatan pembelajaran dengan penerapan kelompok belajar yang dibentuk berdasarkan sosiometri untuk dapat menyelesaikan soal-soal cerita matematika, guru terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

(3) Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan hasil penelitian ini dengan mengingat berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ibrahim M, (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Surabaya

Kunandar. (2010). Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Pers.

N.K. Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Raharjo, Marsudi. (2008). Pembelajaran Soal Cerita

Berkait Penjumlahan dan Pengurangan di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan

Penedekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori

& Aplikasi Paikem. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar

Tim Penyusun. (2006). Metode Penelitian Sosial:

Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Kencana.

Usman, H., & Purnomo, S. A. (2011). Pengantar

Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Walgito, Bimo. (2011). Teori-Teori Psikologi Sosial. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Yulianti, Anisa. (2007). Keefektivan Kelompok

Belajar yang Dibentuk Berdasarkan Sosiometri Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa SMP Negeri 7 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2006/2007 dalam Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Skripsi Program S-1 Universitas lambung Mangkurat, Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat tidak dipublikasikan.

Gambar

Gambar 3 Konfigurasi Bentuk Jala  Adapun  tahap-tahap  dalam  pembelajaran
Tabel 3  Aktivitas  siswa  terhadap  pembelajaran  materi  teorema  Pythagoras  dengan  belajar  kelompok  berdasarkan sosiometri

Referensi

Dokumen terkait

memiliki respon positif yang dilihat dari meningkatnya hasil belajar dan kemampuan siswa. Oleh karena itu, untuk membedakan penelitian kali ini, peneliti mengambil

Produk yang dihasilkan juga diharapkan memiliki kapasitas absorpsi air yang lebih kecil dan ketahanan yang lebih baik terhadap pelarut bila dibandingkan dengan

pihak unit produksi, agar sistem kerja model pola dagang usaha melalui PBM. yang sedang dikembangkan, dapat lebih memperhatikan aspek sarana

Metode lain untuk mendidik ‘aqidah di rumah tangga adalah dengan “Tabyiin” yaitu menjelaskan kepada anak tentang ketauhidan secara benar, tentang Zat Allah, Zat

>JdHEUcEMeE\iQ[NiFeUE[iME[hEiZJZFeEciZEbhE`EUEciZJ[TEHQi`J[cE\ie[ceUi

Untuk mengetahui apakah kinerja reksa dana syariah lebih baik, lebih buruk atau bahkan tidak ada perbedaan sama sekali dengan reksa dana konvensional yang tidak ada proses screening

Langkah-langkah yang di tempuh saat melakukan analisis komponensial sebagaimana yang dijelaskan oleh Spradley (1997) ialah : 1) menetapkan kawasan-kawasan

Untuk mengetahui tingkat selektifitas senyawa dalam menghambat pertumbuhan sel kanker HeLa maka terhadap isolat CGs (glikosida cardenolid) dilakukan pengujian