• Tidak ada hasil yang ditemukan

x Rekondisi Engine Stand Toyota Kijang 5k

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "x Rekondisi Engine Stand Toyota Kijang 5k"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

REKONDISI ENGINE STAND TOYOTA KIJANG 5K (TINJAUAN KOMPONEN UTAMA MOTOR)

PROYEK AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik 

Disusun Oleh :

SETYA SIPRANATA 07504241031

(2)

PERSETUJUAN

Proyek Akhir dengan judul “Rekondisi Engine Stand Toyota Kijang 5K  (Tinjauan Komponen Utama Motor)” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk  diujikan.

Yogyakarta, Januari 2009 Pembimbing

Lilik Chaerul Yuswono, M.Pd. NIP. 19570217 198303 1 002 

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PROYEK AKHIR

REKONDISI ENGINE STAND TOYOTA KIJANG 5K (TINJAUAN KOMPONEN UTAMA MOTOR)

SETYA SIPRANATA NIM. 07504241031

Telah dipertahankan di depan penguji Proyek Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda

Tangan

Tanggal

Lilik Chaerul Yuswono, M. Pd. Ketua Penguji ………..  ………... 

Sekretaris Penguji ………..  ……….. 

Penguji Utama ………..  ……….. 

Yogyakarta, Januari 2009

Fakultas Teknik 

Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proyek akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya atau gelar lainnya di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak  terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Januari 2009 Yang menyatakan

Setya Sipranata NIM. 07504241031

(5)

HALAMAN MOTTO

“Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar  mengiringi cobaan dan kemudahan selalu mengiringi kesusahan” 

(HR. Tirmidzi)

“Bekerjalah dengan ketekunan, jangan pernah menilai suatu  pekerjaan dengan uang yang dihasilkan akan tetapi apakah pekerjaan itu menjadi hal yang menyenangkan untukmu” 

(Bung Rongko)

“Berfikirlah bagaimana kt agar bisa berguna untuk orang -orang yang kt sayangi, untuk alam dan untuk Allah SWT, jangan pernah kt menjadi egois yang memikirkan kesenangan diri sendiri” 

(Cak Mam)

“Jangan pernah takut dengan cobaan dan jangan menyerah hanya karena cobaan, semakin banyak cobaan yang kita terima dan mampu kt lewati maka akan semakin menguatkan diri kita” 

(Mas Ako)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan proyek akhir ini kupersembahkan kepada :

 

Bapak dan Ibuku tercinta yang telah merawat, menjaga serta mendidikku dengan penuh kasih 

 sayang, kedisiplinan dan selalu berdoa untuk kebahagiaanku serta dukungan baik material dan 

 spiritual.

 

Mas Ako , dek Yana ,

mbak A’an

dan Hanan yang sangat sayangi.

 

Dosen-dosenku , guru-guruku yang telah banyak memberikan pendidikan kepadaku selama ini.

 

Cak Imam  yang telah banyak mengajariku tentang hidup dan memberiku begitu banyak 

 nasehat dan seluruh kelurga besarku.

 

Rekan-rekan satu team proyek akhir ini yaitu 

Purnama , Ristanto , Sinung yang banyak 

 membantu dalam menyelesaikan rekondisi engine stand ini.

 

Sahabat-sahabatku Budi , Tino , Tatang , Taufik , Mardi , Nanta , Vio dan Cemplon

 di camp Gowok yang seringkali membuatku tertawa lepas.

 

Teman-teman S2C yang begitu memberi semangat, terutama Zigot dan Rendi.

 

 Anak-anak di Jokulmen yang telah memberikan banyak petualangan.

 

Teman-teman Fogging Holix yang telah memberikan motivasi dan bantuannya.

 

Seluruh teman-temanku di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dan di luar 

 kampus, tanpa kalian semua apalah artinya aku.

(7)

Rekondisi Engine Stand Toyota Kijang 5K (Tinjauan Komponen Utama Motor)

Oleh :

SETYA SIPRANATA 07504241031

ABSTRAK

Proyek akhir ini bertujuan mengidentifikasi kerusakan dan melakukan proses rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K secara efektif dan efisien, serta mengetahui kinerja mesin setelah dilakukan proses rekondisi. 

Proyek akhir ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu, perancangan, proses rekondisi dan pengujian kinerja motor. Proses perancangan yang dilakukan adalah merancang proses rekondisi yang akan dilakukan, merancang kebutuhan alat dan bahan yang akan dibutuhkan, merancang jadwal pelaksanaan proses rekondisi dan pengujian, dan merancang anggaran biaya yang diperlukan. Proses rekondisi dimulai dengan mengidentifikasi awal kerusakan pada mesin kemudian dilakukan overhoul dan pemeriksaan serta pengukuran pada komponen-komponen utama motor. Dari hasil yang didapat kerusakan terjadi pada kepala silinder yang mengalami kebengkokan dan katup-katup yang terkorosi. Hal ini menyebabkan kebocoran pada kompresinya. Perbaikan dilakukan dengan cara meratakan kembali permukaan silinder sesuai standar dan memoles katup-katup hingga bagian yang terkorosi hilang. Hal ini bertujuan mengembalikan tekanan kompresi sesuai standar, kemudian dilanjutkan dengan memasang kembali seluruh komponen.

Pengujian kinerja dilakukan meliputi pengukuran kompresi, pengujian emisi dan pengukuran konsumsi bahan bakar. Hasil dari pengujian menunjukkan, setelah dilakukan perbaikan mendapatkan tekanan kompresi rata-rata 11,25 kg/cm2, dari pengujian emisi kadar HC 4.420 % sedangkan CO 609 ppm dan konsumsi bahan bakar dengan waktu 1 menit pada putaran 750 rpm menghabiskan 15,5 cc bahan bakar, pada putaran 1500 rpm menghabiskan 21 cc bahan bakar, pada putaran 2500 rpm menghabiskan 41 cc bahan bakar, pada putaran 3000 rpm menghabiskan 56 cc bahan bakar.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan Proyek Akhir ini sekaligus penyusunan laporan proyek akhir dengan judul “Rekondisi  Engine Stand  Toyota Kijang 5K (Tinjauan Komponen Utama Motor)” dapat berjalan dengan baik. 

Selama pembuatan Proyek Akhir dan dalam penyusunan Proyek Akhir, telah didapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan banyak terima kasih kepada :

1.  Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

2.  Martubi, M.Pd. M.T., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif  Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

3.  Lilik Chaerul Yuswono, M.Pd., selaku Koordinator Proyek Akhir D3 Teknik  Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Dosen Pembimbing dalam pembuatan Proyek Akhir ini dan selaku Pembimbing Akademik.

4.  Moch Solikin, M. Kes., selaku Ketua Program Studi D3 Teknik Otomotif  Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

5.  Bapak dan ibu tercinta yang telah merawat, menjaga serta mendidikku dengan penuh kasih sayang, kedisiplinan dan selalu berdoa untuk kebahagiaanku serta dukungan baik material dan spiritual.

6.  Kakak, adik yang saya sayangi yang selalu memberikan semangat untuk  pantang menyerah.

(9)

7.  Teman-teman kelas A angkatan 2007 yang telah banyak memberikan bantuannya.

8.  Semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan proyek akhir dan penyusunan laporan proyek akhir.

Semoga hasil dari rekondisi engine stand dan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Demikianlah laporan Proyek Akhir Rekondisi Engine Stand Toyota Kijang 5K (Tinjauan Komponen Utama Motor) ini, semoga bisa memberikan manfaat sebagaimana mestinya. Kiranya Allah SWT senantiasa memberkati kita semua.

.

Yogyakarta, Oktober 2011

(10)

DAFTAR ISI

 Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2 C. Batasan Masalah ... 4 D. Rumusan Masalah ... 4 E. Tujuan ... 5 F. Manfaat ... 5 G. Keaslian Gagasan ... 6

BAB II. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH ... 7

A. Pengertian Rekondisi Engine Stand ... 9

B. Prinsip Kerja Motor (Engine) 4 Langkah ... 8

1. Langkah Hisap ... 9

2. Langkah Kompresi ... 9

3. Langkah Usaha ... 10

4. Langkah Buang ... 10

(11)

1. Sumbu Nok (Camshaft) ... 11

2. Pengangkat Katup (Valve Lifter) ... 15

3. Batang Penekan (Push Rod) ... 15

4. Rocker Arm dan Shaft ... 16

5. Katup (Valve) ... 17

6. Pegas Katup (Valve Spring) ... 19

7. Rantai Timing dan Roda Gigi ... 21

D. Kepala Silinder ... 23

E. Mekanisme Engkol ... 24

1. Torak (Piston) ... 24

2. Piston Ring ... 25

3. Pena Torak (Piston Pin) ... 27

4. Batang Torak (Connecting Rod)... 28

5. Poros Engkol ... 29

6. Roda Penerus (Fly Wheel) ... 31

7. Bantalan Poros Engkol ... 33

F. Blok Silinder ... 33

G. Pengujian Kinerja Motor ... 35

1. Pengukuran Kompresi ... 35

2. Pengujian Emisi ... 36

3. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar ... 38

BAB III. KONSEP PERANCANGAN ... 39

A. Konsep Rancangan Rekondisi ... 39

B. Rencana Langkah Kerja ... 40

C. Identifikasi Kerusakan Pada Sistem ... 40

D. Analisis Kebutuhan Alat dan Bahan ... 41

E. Rancangan Biaya ... 43

(12)

BAB IV. Proses, Hasil dan Pembahasan ...  45

A. Proses Rekondisi ... 45

1. Identifikasi Awal ... 45

2. Membongkar atau Overhoul Sistem Komponen Utama ... 46

3. Membersihkan Komponen-Komponen yang Telah Dibongkar ... 53

4. Melakukan Pemeriksaan dan Pengukuran Komponen-Komponen .... 53

5. Melakukan Perbaikan dan Penggantian Komponen Yang Mengalami Kerusakan ... 68

6. Merakit Kembali Semua Komponen Utama ... 70

7. Memeriksa dan Menyetel Kembali Sistem Komponen Utama Motor Setelah Diperbaiki ... 75 B. Hasil ... 77 1. Tujuan Pengujian ... 77 2. Prosedur Pengujian ... 77 3. Hasil Pengujian ... 80 C. Pembahasan ... 81 1. Proses Rekondisi ... 81 2. Proses Pengujian ... 83 BAB V. Penutup ... 86 A. Kesimpulan ... 86 B. Keterbatasan ... 87 C. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN ... 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah Hisap... 9

Gambar 2. Langkah Kompresi ... 9

Gambar 3. Langkah Usaha ... 10

Gambar 4. Langkah Buang ... 10

Gambar 5. Camshaft ... 12

Gambar 6. Pengukuran Cam Shaft ... 12

Gambar 7. Pengukuran Tonjolan Nok ... 13

Gambar 8. Pengukuran Diameter Jurnal ... 14

Gambar 9. Pengukuran Celah Aksial Cam Shaft ... 14

Gambar 10.Pengukuran Celah Oli Bantalan CamShaft ... 14

Gambar 11.Pengukuran Pengangkat Katup dan Lubang Penempatannya ... 15

Gambar 12.Push Rod ... 16

Gambar 13. Rocker Arm dan Shaft ... 16

Gambar 14.Valve... 17

Gambar 15.Pemeriksaan Celah Oli Batang Katup ... 17

Gambar 16.Sudut Permukaan Katup ... 18

Gambar 17.Sudut Tebal Pinggir Kepala Katup... 18

Gambar 18.Lebar Persinggungan Kepala Katup ... 19

Gambar 19.Pemeriksaan Kelurusan Pegas Katup ... 20

Gambar 20.Pemeriksaan Panjang Bebas Pegas Katup ... 20

Gambar 21.Alat Pengetes Pegas ... 21

Gambar 22.Pengukuran Kekendoran Rantai Timing ... 21

Gambar 23.Pengukuran Panjang Rantai Timing ... 22

Gambar 24.Pengukuran Roda Gigi ... 22

Gambar 25.Pemeriksaan Kebengkokan Kepala Silinder ... 24

(14)

Gambar 30.Pemeriksaan Celah Alur Piston Ring ... 27

Gambar 31.Piston Pin ... 28

Gambar 32.Connecting Rod ... 29

Gambar 33.Pemeriksaan Kebengkokan dan Puntiran Batang Torak ... 29

Gambar 34.Crank shaft ... 30

Gambar 35.Pemeriksaan Kelonjongan Poros Engkol ... 31

Gambar 36.Pemeriksaan Journal Utama Poros Engkol ... 31

Gambar 37.Fly Wheel... 32

Gambar 38.Pemeriksaan Run Out Fly Wheel... 32

Gambar 39.Bantalan Poros Engkol ... 33

Gambar 40.Blok Silinder ... 34

Gambar 41.Pemeriksaan Kebengkokan Blok ... 34

Gambar 42.Pengukuran Lubang Silinder ... 35

Gambar 43.Pengukuran Kompresi ... 36

Gambar 44.Foto Kondisi Awal Mesin ... 45

Gambar 45.Foto Pengukuran Kompresi ... 46

Gambar 46.Foto Melepas Tutup Kepala Silinder ... 47

Gambar 47.Foto Melepas Kepala Silinder ... 48

Gambar 48.Urutan Melepas Rocker Arm dan Shaft ... 48

Gambar 49.Foto Melepas Katup-Katup ... 49

Gambar 50.Foto Melepas Puli Crankshaft ... 49

Gambar 51.Foto Melepas Tutup Rantai Timing... 50

Gambar 52.Foto Melepas Penegang Rantai dan Peredam Getaran... 50

Gambar 53.Foto Rantai Timing dan Roda Gigi Camshaft ... 50

Gambar 54.Foto Melepas Flywheel ... 51

Gambar 55.Foto Melepas Connecting Rod Cap ... 51

Gambar 56.Foto Menyusun Piston Secara Berurutan ... 52

Gambar 57.Foto Melepas Main Bearing Cap ... 52

Gambar 58.Foto Membersihkan Blok Silinder ... 53

Gambar 59.Foto Mengukur Celah Oli Rocker Arm dan Shaft ... 56

(15)

Gambar 61.Foto Mengukur Panjang Bebas Pegas Katup ... 59

Gambar 62.Foto Mengukur Kebengkokan Kepala Silinder ... 62

Gambar 63.Mengukur Keovalan dan Ketirusan Jurnal Utama ... 65

Gambar 64.Sisi Permukaan Blok yang Diukur ... 67

Gambar 65.Foto Mengukur Lubang Silinder ... 67

Gambar 66.Mengukur Keovalan dan Ketirusan Silinder ... 68

Gambar 67.Meluruskan Pin dengan Tanda ... 72

Gambar 68.Meluruskan Tanda pada Roda Gigi dan Rantai ... 72

Gambar 69.Urutan Pengencangan Baut Kepala Silinder ... 74

Gambar 70.Urutan Pengencangan Baut Rakitan Rocker Shaft ... 75

Gambar 71.Urutan Penyetelan Katup pada TMA Silinder No.1 ... 75

Gambar 72.Urutan Penyetelan Katup pada TMA Silinder No.4 ... 76

Gambar 73.Foto Pengukuran Kompresi ... 78

Gambar 74.Foto Pengujian Emisi ... 78

Gambar 75.Foto Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar ... 79

Gambar 76.Foto Hasil Pengujian Emisi ... 80

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar tonjolan nok Toyota Kijang 5K ... 13

Tabel 2. Baku mutu emisi kendaraan bermotor menurut Kepmen LH No.06 tahun 2006... 37

Tabel 3. Kalkulasi Biaya ... 30

Tabel 4. Jadwal Rekondisi ... 47

Tabel 5. Hasil pengukuran tonjolan nok ... 54

Tabel 6. Hasil Pengukuran Celah Ujung Piston Ring ... 63

Tabel 7. Hasil Pengukuran Celah Alur Piston Ring... 64

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kebengkokan dan Puntiran ... 65

Tabel 9. Hasil Pengukuran Jurnal Utama... 66

Tabel 10. Hasil Pengukuran Lubang Silinder ... 68

Tabel 11. Hasil Pengujian Emisi ... 81

Tabel 12. Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar ... 81

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.  Kartu Bimbingan Proyek Akhir... 90 Lampiran 2.  Print Out Gas Analyzer ( Uji Emisi) ... 91 Lampiran 3.  Foto-foto ... 92

(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat dari hari ke hari. Hal ini menyebabkan persaingan dunia teknologi semakin meningkat. Sehingga pemerintah pun berusaha untuk meningkatkan pendidikan, terutama pada bidang teknologi agar sumber daya manusia di Indonesia dapat bersaing di dunia Internasional. Upaya pemerintah adalah dengan program meningkatkan keberadaan sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan sekolah menengah umum (SMA), menjadikan kebutuhan akan staf pengajar dan sarana prasarana penunjang pembelajaran di SMK menjadi meningkat. FT UNY sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang bertanggungjawab mempersiapkan calon staf pengajar yang berkompeten dan profesional. Untuk menunjang pembelajaran, diperlukan peralatan yang memadai. Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar selain faktor intern dari peserta didik dan pendidik juga dipengaruhi faktor ekstern antara lain adalah sarana dan prasarana pembelajaran.

Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY menyediakan media praktik berupa media pembelajaran maupun engine stand  baik sepeda motor

(20)

kerusakan yang ada. Kerusakannya meliputi kerusakan pada kelengkapan mesin, sistem bahan bakar, sistem pelumasan, sistem pendinginan, dan juga sistem kelistrikannya.

Proyek Akhir ini bertujuan memperbaiki engine stand  Toyota Kijang 5K. Perbaikan atau rekondisi yang dilakukan yaitu pada sistem utama mesin. Engine Stand Toyota Kijang 5K milik Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif  FT UNY direkondisi supaya dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam Proses Belajar Mengajar antara dosen dengan mahasiswa.

Rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K ini juga dimaksudkan untuk melengkapi sarana belajar dan dapat digunakan untuk keperluan-keperluan di bengkel otomotif FT UNY. Sehingga diharapkan engine stand  Toyota Kijang 5K ini dapat beroperasi normal. Sehingga diharapkan tidak ada lagi barang yang bermanfaat, tetapi tidak digunakan secara optimal di bengkel otomotif FT UNY.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa lingkup permasalahan sebagai berikut :

1.  Kerusakan pada komponen utama motor

Komponen utama motor yang mengalami kerusakan adalah pada kebengkokan pada kepala silinder yang menyebabkan bercampurnya oli dan air pendingin sehingga timbul asap saat mesin dihidupkan, gasket  

(21)

kepala silinder yang sudah rusak, kebocoran pada katup-katupnya, hal ini menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi boros.

2.  Kerusakan pada sistem bahan bakar

Pada sistem bahan bakar terjadi kerusakan pada pompa bahan bakar, selang-selang bahan bakar, paking manifold , solenoid, komponen-komponen karburator banyak yang hilang, dan karburator juga kotor sekali.

3.  Kerusakan pada sistem pelumasan

Pada sistem pelumasan tidak terdapat oli yang cukup, sehingga mengakibatkan keausan pada komponen-komponen mesin. Komponen sistem pelumasan yang mengalami kerusakan yakni pada pompa oli, switch tekanan oli dan pada saringan oli. Pompa oli tidak berfungsi dengan baik karena tekanan oli yang kurang sehingga sistem pelumasan tidak  dapat melumasi bagian-bagian mesin.

4.  Kerusakan pada sistem pendinginan

Pada sistem pendinginan komponen-komponen yang telah ada antara lain pompa air, kipas, dan termostat. Dan komponen lain yang belum ada yaitu radiator, tutup radiator, dan tali kipas.

5.  Kerusakan pada sistem kelistrikan

Pada sistem kelistrikan yang mengalami kerusakan antara lain pada koil, isolator pada terminal distributor, perapat tutup distributor, tutup

(22)

Selain itu juga terdapat kekurangan komponen-komponen sistem kelistrikan antara lain amperemeter, regulator, bohlam lampu indikator tekanan oli, bohlam lampu indikator pengisian, fitting lampu indikator tekanan oli, fitting lampu indikator pengisian, kunci kontak, kotak sekring, dan sekring. Pada sistem kelistrikan engine stand  ini juga belum ada rangkaian kelistrikannya sehingga sistem kelistrikan dapat dipastikan belum bisa bekerja.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, permasalahan hanya akan dibatasi pada rekondisi kerusakan komponen utama motor yang meliputi mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok  silinder. 

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder engine stand   Toyota Kijang 5K?

2. Bagaimana proses merekondisi kerusakan yang terjadi pada mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder engine stand  Toyota Kijang 5K?

(23)

3. Bagaimana kinerja motor engine stand  Toyota Kijang 5K setelah direkondisi?

E. Tujuan

Tujuan dari rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui cara mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder engine stand Toyota Kijang 5K.

2. Dapat melaksanakan proses rekondisi kerusakan yang terjadi pada mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder engine stand Toyota Kijang 5K.

3. Dapat mengetahui kinerja motor engine stand  Toyota Kijang 5K setelah direkondisi.

F.  Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan adanya rekondisi engine stand   Toyota Kijang 5K ini adalah antara lain :

1. Dapat difungsikannya kembali engine stand  Toyota Kijang 5K sebagai training object di bengkel otomotif FT UNY.

(24)

3. Dapat dijadikan pengalaman yang sangat berharga untuk menambah wawasan bagi penulis dalam merekondisi engine stand  sebagai training object .

G. Keaslian Gagasan

Gagasan dalam rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K ini merupakan gagasan penulis berdasarkan diskusi dengan dosen otomotif  didasari dengan adanya sarana dan prasarana kampus khususnya engine stand   Toyota Kijang 5K yang tidak dapat dioperasikan karena banyaknya kerusakan yang ada. Dengan rekondisi yang dilakukan pada engine stand Toyota Kijang 5K ini, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai training object  di bengkel otomotif FT UNY.

(25)

BAB II

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

Dalam melakukan rekondisi engine stand  dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap yang pertama tentunya melakukan identifikasi terhadap masalah yang terjadi pada engine stand  Toyota Kijang 5K tinjauan komponen utama motor. Dari hasil identifikasi masalah yang diperoleh, maka untuk  memecahkan berbagai masalah yang terjadi pada proses rekondisi maka diperlukan adanya pengetahuan tentang komponen maupun fungsinya dalam sistem tersebut. Pengetahuan tentang konsep-konsep dasar yang ada pada sistem komponen utama mesin engine stand  Toyota Kijang 5K akan sangat membantu dalam melakukan rekondisi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini :

A. Pengertian Rekondisi Engine Stand  

Rekondisi engine stand  yaitu memperbaiki semua komponen engine stand yang mengalami kerusakan dan mengganti komponen engine stand jika sudah tidak dapat diperbaiki. Kerusakan pada komponen engine stand  akan mengakibatkan sistem-sistem engine stand  yang berhubungan dengan komponen yang rusak tersebut menjadi tidak berfungsi. Dengan dilakukan rekondisi pada engine stand  maka sistem-sistem yang mengalami kerusakan akan dapat berfungsi kembali sesuai dengan fungsinya.

(26)

tersebut dapat digunakan sebagai training object  untuk memperlancar proses pembelajaran. Dalam proses rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K tinjauan komponen utama motor meliputi mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder diperlukan adanya pemahaman tentang komponen, fungsi, cara kerja, dan pemeriksaan masing-masing komponen.

B. Prinsip Kerja Motor ( Engine) 4 Langkah

Motor yang digunakan pada engine stand  Toyota Kijang 5K adalah motor 4 langkah, maka perlu dipahami prinsip kerjanya. Motor 4 langkah ini menggunakan bahan bakar bensin yang dicampur dengan udara untuk  mendapatkan perbandingan tertentu dan terbentuk gas yang diolah dalam karburator. Dengan perbandingan campuran udara dan bensin serta proses pamampatan dan pembakaran yang sempurna dalam ruang bakar, maka torak  akan terdorong ke bawah dengan tenaga yang kuat. Tenaga yang dihasilkan torak ini tidak langsung digunakan untuk menggerakkan, tenaga ini perlu diubah menjadi gerak putar yang perlu sekali untuk menggerakkan bagian-bagian mesin.

Kerja periodik motor bensin 4 langkah dimulai dari gerak isap, yang campuran udara dan bensinya dihisap kedalam silinder, kemudian kompresi, pembakaran dan pembuangan gas-gas bekas yang telah terbakar dalam ruang bakar. Pada motor bensin ini torak bergerak membuat 4 langkah dalam satu siklus, membuat atau memerlukan 2 kali putaran penuh poros engkol. Titik  tertinggi yang dicapai torak disebut titik mati atas (TMA) dan titik terendah

(27)

yang dicapai torak disebut titik mati bawah (TMB). Berikut ini kerja periodik  motor bensin 4 langkah :

1. Langkah Hisap

Gambar 1. Langkah Hisap (Anonim, 2003 : 3-4) 

Dalam langkah hisap, campuran udara dan bensin dihisap ke dalam silinder. Katup hisap terbuka sedangkan katup buang tertutup. Sewaktu torak bergerak turun maka terjadi kevakuman pada ruang bakar sehingga campuran udara dan bensin masuk ke dalam silinder disebabkan adanya tekanan udara luar (atmospheric pressure) (Anonim, 2003 : 3-4).

2. Langkah Kompresi

Gambar 2. Langkah Kompresi (Anonim, 2003 : 3-4) Pada langkah kompresi, katup hisap dan katup buang tertutup.

(28)

temperaturnya menjadi naik, sehingga akan mudah terbakar. Ketika torak  mencapai TMA, poros engkol telah berputar satu kali (Anonim, 2003 : 3-4).

3. Langkah Usaha

Gambar 3. Langkah Usaha (Anonim, 2003 : 3-4)

Pada langkah usaha, motor menghasilkan tenaga untuk  menggerakkan kendaraan. Sesaat sebelum torak mencapai TMA pada saat langkah kompresi, busi memercikan loncatan api pada campuran bahan bakar dan udara yang telah dikompresikan. Dengan terjadinya pembakaran, kekuatan dari tekanan gas pembakaran yang tinggi mendorong torak ke bawah. Usaha ini yang menjadi tenaga motor (engine  power ) (Anonim, 2003 : 3-4).

4. Langkah Buang

(29)

Dalam langkah buang, gas yang terbakar dibuang dari dalam silinder. Katup buang terbuka, torak bergerak dari TMB ke TMA, mendorong gas bekas hasil pembakaran keluar dari silinder. Ketika torak mencapai TMA, akan mulai bergerak lagi untuk persiapan langkah berikutnya, yaitu langkah hisap (Anonim, 2003 : 3-4).

C. Mekanisme Katup Engine Toyota Kijang 5K

Cara kerja mekanisme katup apabila poros engkol berputar menyebabkan exhaust camshaft  ikut berputar melalui timing belt , sedangkan intake camshaft digerakan oleh exhaust camshaft melalui roda-roda gigi. Bila sumbu nok (camshaft ) berputar, nok akan menekan kebawah pada valve lifter   dan membuka katup. Bila sumbu nok terus berputar, maka katup akan menutup dengan adanya tekanan pegas. Setiap sumbu nok berputar satu kali akan mebuka dan menutup katup hisap dan katup buang satu kali pada setiap dua putaran poros engkol (Anonim, 2003 : 3-19).

1.  Sumbu nok (Camshaft )

Sumbu nok dilengkapi dengan sejumlah nok yang sama yaitu untuk katup hisap dan katup buang, dan nok ini membuka dan menutup katup sesuai timing (saat) yang ditentukan (Anonim, 2003 : 3-22).

(30)

Gambar 5. Camshaft (Anonim, 2003 : 3-22)  Pemeriksaan camshaft :

a.  Mengukur kelurusan camshaft  dan juga dari kemungkinan aus, atau cacat. Untuk mengukur kelonjongan seperti pada gambar di bawah menggunakan DTI ( Dial Test Indicator ) (limit : 0,06 mm).

Gambar 6. Pengukuran Cam Shaft (Anonim, 1981 : 3-22)

b.  Mengukur tonjolan nok (cam lobe height ) menggunakan

(31)

Gambar 7. Pengukuran Tonjolan Nok (Anonim, 1981 : 3-22) Tabel 1. Standar tonjolan nok Toyota Kijang 5K

Dengan lifter konvensional STD  IN  36.469 – 36.569 mm  EX  36.369 – 36.469 mm  Limit   IN  36.17 mm  EX  36.07 mm

c.  Mengukur diameter jurnal camshaft menggunakan mikrometer.

Spesifikasi diameter jurnal : No.1. 43,209 – 43,225 mm No.2. 42,945 – 42,970 mm No.3. 42,704 – 42,720 mm No.4. 42,459 – 42,475 mm

(32)

Gambar 8. Pengukuran Diameter Jurnal (Anonim, 1981 : 3-23) d.  Mengukur celah aksial camshaft menggunakan feeler gauge (STD :

0,070-0,138 limit : 0,3 mm).

Gambar 9. Pengukuran Celah Aksial Cam Shaft   (Anonim, 1981 : 3-23)

e.  Memeriksa celah oli bantalan camshaft , dengan mengukur

diameter bantalan camshaft  dikurangi diameter journal camshaft   (limit : 0,1 mm) (Anonim, 1981 : 3-44).

Gambar 10. Pengukuran Celah Oli Bantalan CamShaft   (Anonim, 1981 : 3-44)

(33)

2.  Pengangkat Katup (Valve Lifter )

Pengangkat katup adalah komponen yang berbentuk silinder pada mesin OHV, masing-masing dihubungkan dengan nok yang berhubungan dengan katup melalui batang penekan ( push rod ). Pengangkat katup bergerak turun dan naik pada pengantarnya yang terdapat di dalam blok  silinder saat sumbu nok berputar dan juga membuka dan menutup katup (Anonim, 2003 : 3-23).

Pemeriksaan pengangkat katup dan lubang penempatannya dari keausan atau cacat (limit  : 0,1 mm) dengan cara ukuran diameter lubang penempatan dikurangi diameter pengangkat katup (Anonim, 1981 : 3-20).

Gambar 11. Pengukuran Pengangkat Katup dan Lubang Penempatannya (Anonim, 1981 : 3-20)

3.  Batang Penekan (Push Rod )

Batang penekan berbentuk batang yang kecil masing-masing dihubungkan pada pengangkat katup dan rocker arm pada mesin OHV. Batang katup ini meneruskan gerakan dari pengangkat katup ke rocker  arm(Anonim, 2003 : 3-23).

(34)

Gambar 12. Push Rod (Anonim, 1981 : 3-3) 4.   Rocker Arm dan Shaft  

 Rocker arm dipasang pada rocker arm shaft . Cara kerjanya apabila rocker arm ditekan ke atas oleh rocker arm shaft , maka katup akan tertekan dan membuka. Rocker arm dilengkapi sekrup dan mur pengunci (lock nut ) untuk penyetelan celah katup (Anonim, 2003 : 3-23).

Gambar 13. Rocker Arm dan Shaft (Anonim, 1981 : 3-34)

Memeriksa tempat persinggungan katup dari rocker arm 

kemungkinan aus dan celah antara rocker arm dan shaft dengan masing-masing rocker arm. Seharusnya terdapat sedikit gerakan atau tidak ada gerakan sama sekali. Jika ada gerakan lakukan pembongkaran dan periksa celah oli antara rocker arm dan shaft  (STD : 0,02-0,04 mm limit : 0,06 mm) (Anonim, 1981 : 3-12).

(35)

5.  Katup (Valve)

Pada katup diameter head  lebih besar, untuk menjamin efisiensi pemasukan yang tinggi.  Exhaust valve terbuat dari bahan yang sama dengan intake valve.

Gambar 14. Valve (Anonim, 1981 : 3-6) Pemeriksaan katup :

a.  Memeriksa katup dari kemungkinan aus, tergores dan bengkok. b.  Mengukur celah oli batang katup (limit in : 0,08 mm dan ex : 0,10

mm), diameter bagian dalam dari penghantar katup (8,01  –  8,03 mm untuk in dan ex) dikurangi diameter batang katup (in : 7,965 –   7,980 mm dan ex : 7,960 – 7,975 mm) (Anonim, 1981 : 3-6).

(36)

c.  Mengukur sudut permukaan katup dengan standar 44,5°, jika kurang dari 44,5° gerinda sudut permukaan katup.

Gambar 16. Sudut Permukaan Katup (Anonim, 1981 : 3-8) d.  Memeriksa ketebalan pinggir kepala katup (limit   in : 0,8 mm dan

ex : 0,9 mm).

Gambar 17. Sudut Tebal Pinggir Kepala Katup (Anonim, 1981 : 3-8)

e.  Memeriksa lebar dan posisi persinggungan katup dengan

dudukannya. Dengan cara melapisi permukaan katup dengan bubuk  berwarna. Untuk menentukan tempat persinggungan katup dengan memutar katup pada dudukannya. Posisi persinggungan yaitu di tengah sudut permukaan katup. Lebar persinggungan (in : 1,1 - 1,8 mm ex : 1,2 - 1,8 mm) (Anonim, 1981 : 3-8).

(37)

Gambar 18. Lebar Persinggungan Kepala Katup (Anonim, 1981 : 3-8)

Untuk memperbaiki dudukan katup gunakan pemotong 45°, jika posisi dudukan terlalu tinggi gunakan pemotong 45° dan 65° secara berturut-turut dan jika posisi dudukan terlalu rendah gunakan pemotong 45° dan 30° secara berturut-turut. Setelah itu, maka katup dan dudukannya digosok dengan bubuk pemoles (Anonim,

1981 : 3-9).

f.  Untuk penyetelan celah katup (dingin) menggunakan  feeler gauge  (in : 0,13 mm ex : 0,23 mm) (Anonim, 1981 : 3-16).

6.  Pegas Katup (Valve Spring)

Tiap katup hisap atau buang dilengkapi dengan pegas katup, untuk  menutup katup-katup dengan jalan menekan piring pegas yang berhubungan dengan tangkai atau batang katup. Pegas-pegas ini harus cukup tegang karena katup-katup bekerja membuka dan menutup dalam waktu yang singkat.

(38)

Gambar 19. Pemeriksaan Kelurusan Pegas Katup (Anonim, 1981 : 3-10)

b.  Mengukur panjang bebas pegas katup (STD : 46,5 mm).

Gambar 20. Pemeriksaan Panjang Bebas Pegas Katup (Anonim, 1981 : 3-10)

c.  Mengukur tegangan pegas dengan menggunakan alat pengetes pegas, pada panjang spesifikasi terpasang. Panjang terpasang (38,5 mm), beban terpasang (STD : 31,8 kg dan limit : 25,0 kg) (Anonim, 1981 : 3-10).

(39)

Gambar 21. Alat Pengetes Pegas (Anonim, 1981 : 3-10) 7.  Rantai Timing dan Roda Gigi

Rantai timing berfungsi untuk menghubungkan poros nok dan poros engkol. Ketika pemasangan harus memperhatikan tanda yang terdapat pada rantai timing dan roda gigi.

Pemeriksaan rantai timing dan roda gigi :

a.  Mengukur kekendoran rantai timing (limit  pada tegangan 10 kg : 13,5 mm). Jika melebihi limit , rantai timing dan gigi jantera harus diganti (Anonim, 1981 : 3-19). 

Gambar 22. Pengukuran Kekendoran Rantai Timing  (Anonim, 1981 : 3-19)

(40)

c.  Mengukur panjang rantai timing pad tarikan 5 kg (limit  : 272,7 mm), jika melebihi limit ganti rantai timing. 

Gambar 23. Pengukuran Panjang Rantai Timing  (Anonim, 1981 : 3-21)

d.  Mengukur roda gigi dari keausan seperti gambar dibawah, limit  keausan roda gigi crankshaft  (59 mm) dan limit roda gigi camshaft  (114 mm) (Anonim, 1981 : 3-21). 

Gambar 24. Pengukuran Roda Gigi (Anonim, 1981 : 3-21)

e.  Mengukur tebal pengencang rantai (limit  : 12 mm) dan peredam rantai (limit : 4,0 mm).

(41)

D. Kepala Silinder

Kepala silinder ini terbuat dari paduan aluminium yang ditempa keras. Kepala silinder yang tebuat dari paduan aluminium memiliki kemampuan pendinginan yang baik. Pada kepala silinder ini terdapat ruang bakar dan mekanisme katup. Kepala silinder juga dilengkapi mantel pendingin yang dialiri air pendingin yang datang dari blok silinder untuk mendinginkan mekanisme katup dan busi (Anonim, 2003 : 3-7). Permukaan kepala silinder yang berhubungan dengan blok silinder harus rata dan halus, agar tidak  terjadi kebocoran gas.

Gasket kepala silinder (cylinder head gasket ) mencegah kebocoran gas pembakaran, air pendingin dan oli. Gasket kepala silinder harus tahan panas dan tekanan dalam setiap perubahan temperatur. Terbuat dari gabungan karbon dengan lempengan baja (carbon clad sheet steel) karbon itu melekat dengan ghrapite, dan kedua-duanya berfungsi untuk mencegah kebocoran yang ditimbulkan blok silinder dengan kepala silinder, serta untuk menambah kemampuan melekat pada gasket (Anonim, 2003 : 3-10).

Pemeriksaan kepala silider dari kemungkinan retak atau tergores. Memeriksa permukaan bagian dalam dari kepala silinder kemungkinan bengkok dengan menggunakan alat pengukur kelurusan dan  feeler gauge. Dan memeriksa permukaan sepanjang garis pada gambar di bawah ( limit  : 0,05 mm). Jika kebengkokan melampaui limit , lakukan pembubutan (limit 

(42)

Gambar 25. Pemeriksaan Kebengkokan Kepala Silinder (Anonim, 1981 : 3-5)

E. Mekanisme Engkol

1.  Torak (Piston)

Torak bergerak naik turun di dalam silinder untuk melakukan langkah hisap, kompresi, pembakaran dan pembuangan. Fungsi utama torak untuk menerima tekanan pembakaran dan meneruskan tekanan untuk  memutar poros engkol melalui batang torak (connecting rod ).

Torak terus menerus menerima temperatur dan tekanan tinggi sehingga harus dapat tahan saat mesin beroperasi pada kecepatan tinggi untuk periode waktu yang lama. Pada umumnya torak dibuat dari paduan aluminium, selain ringan, radiasi panasnya lebih efisien dibandingkan dengan material lain. (Anonim, 2003 : 3-11).

(43)

Gambar 26. Penampang Torak (Anonim, 2003 :3-11) Pemeriksaan torak :

a.  Mengukur diameter torak untuk menentukan apakah torak masih standar atau sudah oversize (STD 80,45 – 80,48 mm).

Gambar 27 . Pengukuran Diameter Torak (Anonim, 1981 : 3-36) b.  Memeriksa celah torak dari kemungkinan aus atau cacat terutama

pada alur ring torak dan pinggiran tempat ring. Untuk pemeriksaan celah torak hasil dari pengukuran diameter lubang silinder dan dikurangkan dengan ukuran torak (limit : 0,04 - 0,06 mm).

(44)

campuran udara dan bensin dan gas pembakaran dari ruang bakar ke bak  engkol selama langkah kompresi dan usaha. (Anonim, 2003 : 3-12)

Oil ring dipasang untuk membentuk lapisan oli (oil film) antara torak dan dinding silinder. Selain itu juga untuk mengikis kelebihan oli untuk mencegah masuknya ke dalam ruang bakar (Anonim, 2003 : 3-13). Konstruksi oil ring berbeda dengan compression ring, di sekeliling oil ring  terdapat lubang atau alur-alur agar minyak pelumas yang dikikis dapat dialirkan kembali ke bagian dalam piston.

Gambar 28. Piston Ring (Anonim, 2003 :3-11) PemeriksaanPiston Ring:

a.  Mengukur celah ujung piston ring di bagian bawah lubang silinder dimana terdapat keausan paling sedikit, menggunakan  feeler  gauge.

Spesifikasi Seri 5K : No.1 0,23 – 0,52 mm No.2 0,20 – 0,44 mm

(45)

Gambar 29. Pemeriksaan Celah Ujung Piston Ring (Anonim, 1981 : 3-40)

b.  Mengukur celah alur  piston ring No.1 (limit  : 0,03-0,07mm) dan No.2 (limit  : 0,02-0,06mm), jika melebihi limit ganti  piston ring  (Anonim, 1981 : 3-40).

Gambar 30. Pemeriksaan Celah Alur Piston Ring  (Anonim, 1981 : 3-40)

3.  Pena Torak (Piston Pin)

Pena torak menghubungkan torak dengan bagian kecil (small end ) pada batang torak. Dan meneruskan tekanan pembakaran yang berlaku pada torak ke batang torak. Pena torak berlubang di dalamnya untuk  mengurangi berat yang berlebihan dan kedua ujung ditahan oleh bushing

(46)

Gambar 31. Piston Pin (Anonim, 2003 : 3-15)

Pemeriksaan pemasangan pena torak dengan menggoncangkan torak di bagian tegak lurus pada pena torak. Jika terasa ada gerakan, ganti torak dan pena torak (Anonim, 1981 : 3-34).

4.  Batang Torak (Connecting Rod )

Batang torak menghubungkan torak ke poros engkol dan selanjutnya meneruskan tenaga yang dihasilkan oleh batang torak ke poros engkol. Crank pin berputar pada kecepatan tinggi di dalam big end  dan menyebabkan temperatur menjadi tinggi. Untuk menghindari hal tersebut yang disebabkan panas, metal dipasangkan di dalam big end . Metal ini dilumasi dengan oli dan sebagian dari oli ini dipercikan dari lubang oli ke bagian dalam torak untuk mendinginkan torak (Anonim, 2003 : 3-16).

(47)

Gambar 32. Connecting Rod (Anonim, 2003 : 3-16)

Pemeriksaan dari kemungkinan bengkok atau terpuntir dengan

menggunakan alat pemeriksaan kelurusan batang torak.  Limit 

kebengkokan (0,05 mm per 100 mm) dan limit puntiran (0,15 mm per 100 mm). Jika melebihi limit perbaiki atau ganti batang torak  (Anonim, 1981 : 3-36).

Gambar 33. Pemeriksaan Kebengkokan dan Puntiran Batang Torak  (Anonim, 1981 : 3-36)

5.  Poros Engkol

Tenaga yang diguakan untuk menggerakkan roda kendaraan dihasilkan oleh gerakan batang torak dan dirubah menjadi gerak putaran

(48)

tersebut poros engkol umumnya dibuat dari baja karbon dengan tingkatan serta mempunyai daya tahan tinggi. Konstruksi poros engkol seperti diperlihatkan di bawah ini.

Gambar 34. Crank shaft (Anonim, 2003 : 3-16)

Crank journal ditopang oleh bantalan poros engkol (crank shaft  bearing) pada crank case dan poros engkol berputar pada journal. Masing-masing crank journal mempunyai crank ar m, atau arm dan crank pin  letaknya di bagian ujung armnya.

Crank pin terpasang pada crankcase tidak satu garis (offset ) dengan porosnya. Counter balance weight  dipasangkan seperti pada gambar untuk menjamin keseimbangan putaran yang ditimbulkan selama mesin beroperasi, poros engkol dilengkapi lubang oli pelumasan pada crank journal, bantalan batang torak, pena torak dan lain-lain (Anonim, 2003 : 3-16).

Pemeriksaan poros engkol :

a.  Memeriksa poros engkol kemungkinan lonjong (limit  : 0,04 mm). Jika melebihi limit , harus diganti.

(49)

Gambar 35. Pemeriksaan Kelonjongan Poros Engkol (Anonim, 1981 : 3-41)

b.  Mengukur journal utama poros engkol, jika terlalu aus poros engkol harus digerinda atau diganti. STD diameter journal utama (49,976 mm –  50,000 mm), limit  ketirusan dan kelonjongan (0,01 mm) (Anonim, 1981 : 3-41).

Gambar 36. Pemeriksaan Journal Utama Poros Engkol (Anonim, 1981 : 3-41)

6.  Roda penerus (Fly Wheel)

Roda penerus dibuat dari baja tuang dengan mutu tinggi yang diikat oleh baut pada bagian belakang poros engkol. Poros engkol menerima tenaga putar (rotational force) dari torak selama langkah usaha.

(50)

Roda penerus menyimpan tenaga putar (inertia) selama proses langkah lainnya kecuali langkah usaha oleh sebab itu poros engkol berputar terus menerus. Hal ini menyebabkan mesin berputar dengan lembut yang diakibatkan getaran tenaga yang dihasilkan.

Roda penerus dilengkapi dengan ring gear  yang dipasangkan di bagian luarnya gunanya untuk perkaitan dengan gigi pinion dari motor stater (Anonim, 2003 : 3-17).

Gambar 37. Fly Wheel (Anonim, 2003 : 3-17) 

Untuk memeriksa roda penerus adalah tingkat keolengannya (run out ) menggunakan dial tester indicator (limit run out : 0,1 mm) (Anonim, 2003 : 3-17). Jika melebihi limit ganti roda penerus.

Gambar 38. Pemeriksaan Run Out Fly Wheel  (Anonim, 2003 : 3-50)

(51)

7.  Bantalan Poros Engkol

Crank pin dan journal poros engkol menerima beban yang besar (dari tekanan gas pembakaran) dari torak dan berputar pada putaran tinggi. Oleh sebab itu digunakan bantalan-bantalan antara pin dan journal yang dilumasi dengan oli untuk mencegah keausan serta mengurangi gesekan.

Gambar 39. Bantalan Poros Engkol (Anonim, 2003 : 3-17) Lapisan baja (steel shell) mempunyai bibir pengunci (locking lip) untuk mencegah agar bantalan tidak ikut berputar (Anonim, 2003 : 3-17). Pemeriksaan bantalan poros engkol dari kemungkinan cacat atau tergores. Jika cacat harus diganti (Anonim, 1981 : 3-36).

F.  Blok Silinder

Blok silinder merupakan inti daripada mesin, yang terbuat dari besi tuang. Blok silinder dilengkapi rangka pada bagian dinding luar untuk  memberikan kekuatan pada mesin dan membantu meradiasikan panas. Blok  silinder terdiri dari beberapa lubang tabung silinder, yang di dalamnya

(52)

pembuatan silinder diperlukan ketelitian tinggi karena tidak boleh terdapat kebocoran campuran bahan bakar dan udara saat berlangsungnya kompresi atau kebocoran gas pembakaran antara silinder dan torak, tahanan antara torak dan silinder harus sekecil mungkin (Anonim, 2003 : 3-6)

Gambar 40. Blok Silinder (Anonim,2003 : 3-6) Pemeriksaan blok silinder :

1. Memeriksa kebengkokan pada permukaan blok silinder dengan

menggunakan alat pemeriksa kelurusan dan  feeler gauge, lakukan sepanjang garis pada gambar (limit : 0,05mm). Jika melebihi limit gerenda permukaan blok silinder.

(53)

2. Memeriksa lubang silinder kemungkinan ada goresan pada arah vertikal. Jika ada goresan yang dalam, silinder harus dibor kembali (Anonim, 1981 : 3-32).

3. Mengukur lubang silinder menurut arah aksial dan arah dorong di bagian atas, tengah dan bawah. Untuk menentukan ukuran masih standar atau sudah oversize, dan jika sudah melebihi limit  spesifikasi harus dibor kembali (STD : 80,50-80,53mm limit keausan : 0,02mm) (Anonim, 1981 : 3-33).

Gambar 42. Pengukuran Lubang Silinder (Anonim,1981 : 3-33)

G. Pengujian Kinerja Motor

1.  Pengukuran Kompresi

Pengukuran kompresi dilakukan pada masing-masing silindernya

menggunakan compression tester , dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a.  Memanaskan mesin sampai suhu kerja.

b.  Membuka semua busi.

(54)

e.  Membuka katup throttle sepenuhnya, kemudian membaca tekanan kompresi sementara mesin diputar dengan motor stater.

f.  Melakukan pengujian kembali seperti diatas pada silinder yang lain.

Standar untuk Toyota Kijang 5K (12,6 kg/cm²) limit  (9,5 kg/cm²) sedang perbedaan tekanan masing-masing silindernya harus kurang dari 1,0 kg/cm² (Anonim, 1981 : 2-25).

Gambar 43. Pengukuran Kompresi (Anonim,1981 : 2-25)

Dari pengukuran kompresi ini dapat diketahui kebocoran kompresi yang kemungkinan ditimbulkan oleh kebocoran pada katup, kebengkokan kepala dan blok silinder ataupun keausan pada piston ataupun piston ring. 2.  Pengujian Emisi

CO timbul apabila unsur-unsur oxygen (udara) tidak cukup akan terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna sehingga carbon di dalam bahan bakar terbakar dalam suatu proses sebagai berikut.

C + ½O2→ CO 

HC timbul dikarenakan bahan bakar yang tidak terbakar kemudian keluar menjadi gas mentah, dan ketika bahan bakar terpecah karena reaksi

(55)

panas berubah menjadi gugusan HC lain yang keluar bersama gas buang (Zainal Arifin, Sukoco, 2009 : 54).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas proses pembakaran bahan bakar pada mesin dengan cara menganalisi kandungan gas carbon monoksida (CO), dan hydrocarbon (HC) yang terkandung didalam gas buang menghitung komposisi menggunakan gas analyzer   pada saat putaran idle, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.  Mesin yang diuji pada tempat yang datar.

b.  Memeriksa pipa gas buang dari kemungkinan bocor. c.  Memanaskan mesin sampai suhu kerja.

d.  Menaikkan putaran mesin sampai putaran menengah kemudian tahan selama ± 15 detik, selanjutnya kembalikan pada posisi idle.

e.  Memasang  probe alat uji emisi ke pipa gas buang sedalam 30cm

untuk menghindari kesalahan, tunggu ± 20 detik samapi data pada layar stabil.

f.  Membaca hasil yang keluar.

Tabel 2. Baku mutu emisi kendaraan bermotor menurut Kepmen LH No.06 tahun 2006. Kategori Tahun Pembuatan Parameter Metode Uji CO (%) HC (ppm) Opasitas (%) Berpenggerak  motor bakar

(56)

3.  Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar tanpa beban pada saat putaran idle (±750 rpm), putaran rendah (±1500 rpm), putaran menengah (±2500 rpm), dan putaran tinggi (±3000 rpm). Menggunakan gelas ukur yang diisi bahan bakar dan dihubungkan ke karburator, kemudian mesin dihidupkan dalam putaran yang ditentukan dan dihitung berapa bahan bakar yang terpakai dalam waktu yang tetap yaitu 1 menit.

(57)

BAB III

KONSEP PERANCANGAN

A. Konsep Rancangan Rekondisi

Rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K tinjauan komponen utama motor direncanakan dan dilakukan setelah mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada sistem tersebut. Identifikasi mencakup pemeriksaan kondisi komponen, pengukuran komponen dan kelengkapan komponen. Rekondisi ini hanya merekondisi komponen yang mengalami kerusakan dan melengkapi komponen yang tidak ada.

Berdasarkan konsep tersebut maka rancangan rekondisinya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi komponen-komponen utama motor yang mengalami

kerusakan, meliputi sistem mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder.

2. Melaksanakan proses rekondisi yang meliputi perbaikan komponen, penggantian komponen, dan penyetelan komponen.

3. Melaksanakan proses pengujian kinerja motor yang telah direkondisi. Apabila kinerjanya belum sesuai dengan spesifikasi standar maka dilakukan proses rekondisi kembali.

(58)

B. Rencana Langkah Kerja

Rencana langkah kerja disusun sebelum melakukan rekondisi pada engine stand Toyota Kijang 5K. Adapun rencana langkah kerjanya yaitu sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kerusakan mesin sebelum dibongkar. 2. Membongkar atau over houl sistem komponen utama.

3. Membersihkan komponen-komponen yang telah dibongkar.

4. Melakukan pemeriksaan dan pengukuran komponen-komponen yang

mengalami kerusakan pada mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder dengan cara melakukan pengukuran dengan panduan dari buku manual mesin tersebut.

5. Apabila hasil pengukuran komponen sudah tidak sesuai dengan spesifikasi buku manual maka dilakukan perbaikan atau penggantian komponen tersebut.

6. Merakit kembali semua komponen utama.

7. Memeriksa dan menyetel kembali sistem komponen utama motor setelah

dilakukan perakitan.

8. Melaksanakan proses pengujian kinerja motor yang telah direkondisi.

C. Identifikasi Kerusakan Pada Sistem

Tenaga yang dikeluarkan mesin terasa berkurang, ada asap putih tebal yang keluar dan bercampurnya oli mesin dengan air pendingin, itu pertanda adanya kebocoran kompresi mesin. Kompresi yang normal akan

(59)

menghasilkan tenaga mesin yang maksimal. Beberapa penyebab dari kebocoran kompresi adalah kerusakan pada  piston ring, piston yang aus, kebocoran pada katup-katupnya atau kebengkokan pada kepala dan blok  silinder . Untuk mengetahui penyebab kebocoran kompresi dapat dilakukan dengan melakukan tes tekanan kompresi. Kalau ternyata tekanan kompresinya di bawah standar, tindakan yang bisa dilakukan adalah menemukan penyebab masalah kompresi. Untuk mendeteksi kerusakan ring piston bisa dilakukan dengan cara menambahkan oli ke dalam silinder ketika melakukan tes kompresi. Apabila kompresinya naik setelah ditambahkan oli, penyebab utamanya ada dua, yaitu dinding silinder atau  piston ring  mengalami keausan. Dan untuk mendeteksi kerusakan pada kepala silinder, blok silinder, serta katup-katupnya diperlukan pengukuran, jadi solusi yang bisa dilakukan adalah overhoul pada mesin.

D. Analisis Kebutuhan Alat dan Komponen

Komponen yang memerlukan penggantian adalah gasket full set dan alat yang diperlukan dalam proses rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K tinjauan komponen utama motor diantaranya adalah :

1. 1 set kunci ring 2. 1 set kunci pas

(60)

6. Kunci moment 7. Palu karet 8. Kunci busi 9. Sikat Kawat 10.  Dial test indicator  11. Gasket Scraper  12. V-block 

13. Compression tester  14. Jangka Sorong  15. Cylinder bore gauge 16. Feeler gauge

17.  Micrometer 

18. Alat pemeriksa kelurusan batang torak  19. Piston ring expander 

20. Piston ring compressor  21. Valve spring compressor 

22. Alat pengetes tegangan pegas katup  23. Gas analyzer 

24. Gelas Ukur  25.  Engine Tuner 

(61)

E. Rancangan Biaya

Untuk melakukan rekondisi dibutuhkan biaya untuk perbaikan ataupun komponen-komponen yang tidak tersedia di bengkel otomotif maka mahasiswa dituntut untuk mengusahakannya sendiri. Komponen-komponen baik yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Kalkulasi Biaya

No. Nama Komponen Jumlah Harga Keteranga

n

1. Gasket Full Set  1 set Rp. 125.000,- Kelompok 

2. GreasePemoles

Katup 1 buah Rp. 10.000,- Kelompok 

3. Pembubutan

Kepala Silinder - Rp. 60.000,- Kelompok 

Jumlah Rp.

195.000,-F.  Rencana Jadwal Rekondisi

Dalam melakukan rekondisi engine stand  Toyota Kijang 5K tinjauan komponen utama mesin terlebih dahulu dibuat jadwal yang akan dilaksanakan sebagai acuan, supaya tidak menghabiskan banyak waktu dan dapat selesai dengan target yang telah direncanakan. Ternyata pada saat dibuatnya rekondisi ini banyak memakan waktu diluar rencana sebelumnya. Adapun rencana yang sebelumnya telah dibuat adalah :

(62)

Tabel 4. Jadwal Rekondisi No. Uraian

Kegiatan

Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Persiapan 2. Identifikasi Kerusakan 3. Pengerjaan Rekondisi 4. Pengujian 5. Pembuatan Laporan G. Rencana Pengujian

Pengujian motor engine stand  Toyota Kijang 5K dilaksanakan setelah engine stand tersebut selesai diperbaiki dan diganti komponen-komponen yang rusak. Pengujian ini dilakukan pada tiga tahap, yaitu pengukuran tekanan kompresi, pengujian emisi dan pengukuran konsumsi bahan bakar. Proses pengujian ini dilakukan di bengkel Jurusan Teknik  Otomotif Fakultas Teknik UNY. Dalam proses pengujian ini nantinya dapat diamati bagaimana kinerja motor engine stand  Toyota Kijang 5K, dan mengetahui hasil rekondisi engine stand  tersebut, serta apakah engine stand   Toyota Kijang 5K dapat bekerja dengan normal.

(63)

BAB IV

PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Proses Rekondisi

Proses rekondisi dilakukan dengan membongkar seluruh mekanisme komponen mesin, hal tersebut dilakukan guna mengetahui kondisi komponen-komponen didalamnya, serta untuk menganalisa kerusakan yang terjadi di dalam mekanisme tersebut. Adapun proses yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi awal

Timbulnya asap putih saat mesin dihidupkan dan bercampurnya oli dengan air pendingin mengansumsikan bahwa terjadi kebocoran pada kompresi.

Gambar 44. Kondisi Awal Mesin

Pada identifikasi awal dilakukan tes kompresi, dengan hasil sebagai berikut :

(64)

Gambar 45. Pengukuran Kompresi a.  Silinder 1 : 9 kg/cm²

b.  Silinder 2 : 11,25 kg/cm² c.  Silinder 3 : 10,5 kg/cm² d.  Silinder 4 : 9 kg/cm²

Untuk menemukan penyebab masalah kompresi ini dilakukan kembali pengukuran kompresi dengan menambahkan oli pada masing-masing silindernya. Akan tetapi hasilnya tidak begitu berbeda, kompresi pada silinder 1 dan silinder 4 masih di bawah limit  (9,5 kg/cm²). Berarti permasalahan bukan karena dinding silinder atau  piston ring. Diperlukan pembongkaran dan pemeriksaan lebih lanjut.

2. Membongkar atau over houl sistem komponen utama

Pembongkaran ini meliputi mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder.

a.  Membongkar kepala silinder dan mekanisme katup. 1)  Menguras air pendingin mesin.

2)  Melepas kabel tegangan tinggi dari busi. 3)  Melepas busi.

(65)

4)  Melepas tabung busi dan ring – O.

5)  Melepas slang bahan bakar dan slang vakum.

6)  Melepas slang PVC dari tutup kepala silinder, melepas 6 baut pengikat manifold  dengan kepala silinder, kemudian melepas rakitan manifold dan karburator serta gasket nya.

7)  Melepas slang bypass air .

8)  Melepas 2 mur pengikat seal washer  pada tutup kepala silinder, kemudian melepas tutup kepala silinder dan gasketnya.

Gambar 46. Melepas Tutup Kepala Silinder

9)  Secara merata mengendorkan dan melepas baut-baut pengikat

kepala silinder dalam beberapa tahap, untuk mencegah kebengkokan atau keretakan pada kepala silinder. Kemudian melepas kepala silinder dengan hati-hati.

(66)

Gambar 47. Melepas Kepala Silinder (Anonim, 1981 : 3-3) 10) Secara merata dan berurutan mengendorkan dan melepas 6

baut dan 2 mur bertahap, kemudian melepas rakitan rocker 

arm dan shaft .

Gambar 48. Urutan Melepas Rocker Arm dan Shaft   (Anonim, 1981 : 3-3)

11) Melepas 8  push rod  secara berurutan dari  push rod  No.1 dan untuk mencegah push rod tertukar maka menyimpan push rod   dengan urutan yang benar.

(67)

13) Menggunakan valve spring compressor  untuk melepas katup-katup. Menyusun pegas katup, dudukan katup, penahan katup dan katup secara berurutan untuk mencegah tertukarnya komponen.

Gambar 49. Melepas Katup-Katup b.  Membongkar rantai timing dan camshaft .

1)  Setelah melepas puli pompa air, tali kipas, kepala silinder, distributor, pompa bahan bakar, dan oil pan. Kemudian melepas puli crankshaft .

Gambar 50. Melepas Puli Crankshaft  

(68)

Gambar 51. Melepas Tutup Rantai Timing  3)  Melepas penegang rantai dan peredam getaran.

Gambar 52. Melepas Penegang Rantai dan Peredam Getaran 4)  Melepas rantai timing dan roda gigi camshaft bersama-sama.

Gambar 53. Rantai Timing dan Roda Gigi Camshaft  

(69)

6)  Melepas valve lifter  dan menyimpannya secara berurutan agar tidak tertukar.

7)  Melepas thrust plate kemudian pasang baut kepala silinder pada camshaft . Sambil memutar-mutar baut tersebut, tarik  camshaft perlahan keluar agar bearing tidak rusak.

c.  Membongkar blok silinder dan mekanisme engkol.

1)  Membongkar blok silinder dilakukan setelah hampir

keseluruhan sistem dibongkar, pertama melepas flywheel.

Gambar 54. Melepas Flywheel 

2)  Melepas baut penahan oil seal belakang dan gasket nya.  3)  Melepas connecting rod cap dan bantalannya.

(70)

4)  Menekan  piston dan connecting rod  keluar dari silinder, kemudian menyusun  piston, connecting rod , connecting rod  capdan bantalannya secara berurutan.

Gambar 56. Menyusun Piston Secara Berurutan 5)  Melepas piston ring menggunakan piston ring expander . 6)  Melepas snap ring pada  piston pin, kemudian melepas  piston

 pin, torak dan connecting rod .

7)  Mengendorkan dan melepas 10 baut main bearing cap secara merata dan bertahap, kemudian lepas main bearing cap dan bantalan crankshaft bagian bawah. Khusus bantalan crankshaft  no.3 ada thrust washer nya. Kemudian menyusun dengan urutan yang benar untuk menghindari komponen yang tertukar.

(71)

8)  Melepas crankshaft  dari blok silinder dan melepas bantalan crankshaft  bagian atas bersama thrust washer  atas, kemudian menyusunnya dengan urutan yang benar.

3. Membersihkan komponen-komponen yang telah dibongkar

Proses ini meliputi seluruh komponen yang telah dibongkar, menggunakan campuran dari solar dan detergent sebagai pelarut kotoran, disikat menggunakan sikat yang lembut.

Gambar 58. Membersihkan Blok Silinder

Untuk membersihkan material gasket menggunakan gasket scraper   dan untuk material karbon yang terdapat pada ruang bakar,  piston dan katup-katup dapat dikikis menggunakan sikat kawat. Dalam proses ini harus berhati-hati agar komponen-komponen tidak rusak atau tergores.

4. Melakukan pemeriksaan dan pengukuran komponen-komponen

Proses ini meliputi mekanisme katup, kepala silinder, mekanisme engkol, dan blok silinder. Pemeriksaan dan pengukuran menggunakan

(72)

1)  Mengukur kelurusan camshaft  dan dari kemungkinan aus atau cacat, menggunakan DTI (limit : 0,06 mm).

Hasil ukur : 0,0 mm.

Kesimpulan : Camshaft masih lurus dan secara visual tidak ada yang cacat.

2)  Mengukur tonjolan nok menggunakan mikrometer (limit   in : 36,17 mm dan ex : 36,07 mm).

Tabel 5. Hasil pengukuran tonjolan nok 

 IN EX 

Nok 1 36,52 mm Nok 1 36,34 mm Nok 2 36,48 mm Nok 2 36,36 mm Nok 3 36,52 mm Nok 3 36,34 mm Nok 4 36,48 mm Nok 4 36,32 mm Kesimpulan : Tonjolan nok masih baik.

3)  Mengukur diameter jurnal camshaft. 

Hasil ukur : Jurnal no.1 (limit : 43,209 mm) : 43,215 mm Jurnal no.2 (limit : 42,945 mm) : 42,960 mm Jurnal no.3 (limit : 42,704 mm) : 42,715 mm Jurnal no.4 (limit : 42,459 mm) : 42,450 mm Kesimpulan : Diameter jurnal masih sesuai spesifikasi (baik) 4)  Mengukur celah aksial camshaft  menggunakan  feeler gauge 

(limit : 0,3 mm). Hasil ukur : 0,1 mm

(73)

5)  Memeriksa celah oli bantalan camshaft , dengan mengukur diameter bantalan camshaft dikurangi diameter jurnal camshaft  (limit : 0,1 mm).

Hasil ukur :

Celah oli no.1 : 43,250 mm – 43,210 mm = 0,040 mm Celah oli no.2 : 43,010 mm – 42,960 mm = 0,050 mm Celah oli no.3 : 42,780 mm – 42,715 mm = 0,065 mm Celah oli no.4 : 42,490 mm – 42,450 mm = 0,040 mm Kesimpulan : Celah oli masih dibawah standar (baik).

6)  Memeriksa celah oli valve lifter  dan lubang penempatannya dengan cara ukuran diameter lubang penempatan dikurangi diameter pengangkat katup (limit : 0,1 mm).

Hasil ukur : in : No.1 : 21,42 mm – 21,40 mm = 0,02 mm No.2 : 21,41 mm – 21,39 mm = 0,02 mm No.3 : 21,41 mm – 21,39 mm = 0,02 mm No.4 : 21,41 mm – 21,40 mm = 0,01 mm ex : No.1 : 21,42 mm – 21,39 mm = 0,03 mm No.2 : 21,41 mm – 21,40 mm = 0,01 mm No.3 : 21,41 mm – 21,40 mm = 0,01 mm No.4 : 21,42 mm – 21,39 mm = 0,03 mm Kesimpulan : Celah oli valve lifter masih di bawah limit (baik).

(74)

Gambar 59. Mengukur Celah Oli Rocker Arm dan Shaft   Hasil ukur : in : No.1 : 16,00 mm – 15,98 mm = 0,02 mm

No.2 : 16,01 mm – 15,97 mm = 0,04 mm No.3 : 16,00 mm – 15,98 mm = 0,02 mm No.4 : 16,02 mm – 15,99 mm = 0,03 mm ex : No.1 : 16,02 mm – 15,97 mm = 0,05 mm No.2 : 16,02 mm – 15,97 mm = 0,05 mm No.3 : 16,01 mm – 15,99 mm = 0,02 mm No.4 : 16,00 mm – 15,99 mm = 0,01 mm Kesimpulan : Celah oli antara rocker arm dan shaft  masih di bawah limit (baik).

8)  Sebelum katup-katup dibongkar, dilakukan pemeriksaan

kebocoran dengan cara ruang bakar diisi bensin. Kemudian ditunggu beberapa menit.

Hasil pemeriksaan : Terjadi kebocoran pada katup in silinder no.1, katup ex silinder no.3 dan katup in ex silinder no.4.

(75)

Kesimpulan : Dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut pada katup-katup yang mengalami kebocoran.

9)  Memeriksa secara visual kondisi katup.

Hasil pemeriksaan : Permukaan katup terkorosi.

Kesimpulan : Kemungkinan kebocoran disebabkan oleh hal ini, sehingga dibutuhkan perbaikan.

10) Mengukur celah oli batang katup, diameter bushing katup dikurangi diameter batang katup (limit in : 0,08 mm dan ex : 0,10 mm).

Hasil ukur : in : No.1 : 8,010 mm – 7,980 mm = 0,030 mm No.2 : 8,015 mm – 7,965 mm = 0,050 mm No.3 : 8,015 mm – 7,980 mm = 0,035 mm No.4 : 8,010 mm – 7,980 mm = 0,030 mm ex : No.1 : 8,015 mm – 7,970 mm = 0,045 mm No.2 : 8,010 mm – 7,975 mm = 0,035 mm No.3 : 8,020 mm – 7,975 mm = 0,045 mm No.4 : 8,010 mm – 7,960 mm = 0,050 mm Kesimpulan : Celah oli batang katup masih dalam spesifikasi (baik).

(76)

11) Mengukur sudut permukaan katup (STD 44,5°).

Hasil ukur : in : No.1 : 44,5° ex : No.1 : 44,5°

No.2 : 44,5° No.2 : 44,5°

No.3 : 44,5° No.3 : 44,5°

No.4 : 44,5° No.4 : 44,5°

Kesimpulan : Sudut permukaan katup masih standar (baik). 12) Memeriksa ketebalan pinggir kepala katup (limit in : 0,8 mm

dan ex : 0,9 mm).

Gambar 60. Mengukur Tebal Pinggir Kepala Katup

Hasil ukur : in : No.1 : 0,85 mm ex: No.1 : 0,95 mm

No.2 : 0,90 mm No.2 : 1,00 mm

No.3 : 0,80 mm No.3 : 1,00 mm

No.4 : 0,90 mm No.4 : 0,90 mm

Kesimpulan : Ketebalan pinggir kepala katup masih sesuai spesifikasi (baik).

13) Memeriksa lebar dan posisi persinggungan katup dengan dudukannya. Dengan cara melapisi permukaan katup dengan bubuk berwarna. Untuk menentukan tempat persinggungan

(77)

katup dengan memutar katup pada dudukannya. Posisi persinggungan yaitu di tengah sudut permukaan katup. Lebar persinggungan (in : 1,1 - 1,8 mm ex : 1,2 - 1,8 mm).

Hasil ukur : in : No.1 : 1,3 mm ex: No.1 : 1,3 mm

No.2 : 1,2 mm No.2 : 1,4 mm

No.3 : 1,3 mm No.3 : 1,4 mm

No.4 : 1,4 mm No.4 : 1,6 mm

Kesimpulan : Posisi dan lebar persinggungan masih dalam keadaan baik.

14) Memeriksa kelurusan pegas katup menggunakan alat pengukur

kelurusan (limit : 1,6 mm).

Hasil ukur : in : No.1 : 1,4 mm ex: No.1 : 1,2 mm

No.2 : 1,2 mm No.2 : 0,9 mm

No.3 : 1,4 mm No.3 : 1,4 mm

No.4 : 1,0 mm No.4 : 1,2 mm

Kesimpulan : kelurusan pegas katup masih sesuai spesifikasi (baik).

(78)

Hasil ukur : in : No.1 : 46,5 mm ex: No.1 : 46,5 mm

No.2 : 46,5 mm No.2 : 46,5 mm

No.3 : 46,5 mm No.3 : 46,5 mm

No.4 : 46,5 mm No.4 : 46,5 mm

Kesimpulan : Panjang bebas pegas katup sesuai dengan standar (baik).

16) Mengukur tegangan pegas dengan menggunakan alat pengetes

pegas, pada panjang spesifikasi terpasang. Panjang terpasang (38,5 mm), beban terpasang (STD : 31,8 kg dan limit  : 25,0 kg).

Hasil ukur : in : No.1 : 30,6 kg ex: No.1 : 29,7 kg

No.2 : 29,8 kg No.2 : 30,4 kg

No.3 : 31,2 kg No.3 : 31,4 kg

No.4 : 30,4 kg No.4 : 29,6 kg

Kesimpulan : Tegangan pegas masih sesuai spesifikasi (baik). 17) Mengukur kekendoran rantai timing (limit pada tegangan 10 kg

: 13,5 mm).

Hasil ukur : 10,5 mm

Kesimpulan : Kekendoran rantai timing di bawah limit (baik). 18) Memeriksa secara visual roda gigi (sprocket ) kemungkinan

aus, atau giginya gompal.

Hasil pemeriksaan : Roda gigi tidak ada yang aus atau gompal giginya.

(79)

Kesimpulan : Roda gigi dalam keadaan baik.

19) Mengukur panjang rantai timing pad tarikan 5 kg (limit : 272,7 mm).

Hasil ukur : 272,5 mm

Kesimpulan : Rantai timing masih sesuai spesifikasi (baik). 20) Mengukur roda gigi dari keausan menggunakan jangka sorong,

limit keausan roda gigi crankshaft (59 mm) dan limit roda gigi camshaft (114 mm).

Hasil ukur : Roda gigi crankshaft  : 60 mm Roda gigi camshaft  : 114,5 mm

Kesimpulan : Roda gigi crankshaft  dan roda gigi camshaft  masih dalam keadaan baik.

21) Mengukur tebal pengencang rantai (limit  : 12 mm) dan peredam rantai (limit : 4,0 mm). 

Hasil ukur : Pengencang rantai : 14 mm

Peredam rantai  : 6 mm

Kesimpulan : Pengencang rantai dan peredam rantai masih sesuai dengan spesifikasi (baik).

b.  Pemeriksaan dan pengukuran kepala silinder.

1)  Memeriksa secara visual kepala silinder dari kemungkinan tergores atau retak.

(80)

Kesimpulan : Kerusakan pada permukaan silinder, diperlukan perbaikan.

2)  Memeriksa permukaan bagian dalam dari kepala silinder kemungkinan bengkok dengan menggunakan alat pengukur kelurusan dan feeler gauge (limit : 0,05 mm).

Gambar 62. Mengukur Kebengkokan Kepala Silinder (Anonim, 1981 : 3-5)

Hasil ukur : Sisi A : 0,05 mm Sisi D : 0,05 mm

Sisi B : 0,10 mm Sisi E : 0,10 mm

Sisi C : 0,05 mm Sisi F : 0,05 mm

Kesimpulan : Kebengkokan melebihi limit , diperlukan

perbaikan pada permukaan kepala silinder.

c.  Pemeriksaan dan pengukuran mekanisme engkol.

1)  Mengukur diameter torak untuk menentukan apakah torak  masih standar atau sudah oversize (STD 80,45 – 80,48 mm). Hasil ukur : Torak no.1 : 82,39 mm

Torak no.2 : 82,38 mm Torak no.3 : 82,38 mm Torak no.4 : 82,39 mm

(81)

Kesimpulan : Ukuran torak melebihi standar dan dari tanda di permukaan torak sudah oversize 100.

2)  Memeriksa celah torak, hasil dari pengukuran diameter lubang silinder dan dikurangkan dengan ukuran torak (limit  : 0,04 -0,06 mm).

Hasil ukur : No.1 : 82,43 mm – 82,39 mm = 0,04 mm No.2 : 82,43 mm – 82,38 mm = 0,05 mm No.3 : 82,43 mm – 82,38 mm = 0,05 mm No.4 : 82,43 mm – 82,39 mm = 0,04 mm

Kesimpulan : Celah torak masih sesuai dengan spesifikasi (baik).

3)  Mengukur celah ujung  piston ring di bagian bawah lubang silinder dimana terdapat keausan paling sedikit, menggunakan  feeler gauge.

Spesifikasi Seri 5K : No.1 0,23 – 0,52 mm No.2 0,20 – 0,44 mm

Oli 0,10 – 0,79 mm

Tabel 6. Hasil Pengukuran Celah Ujung Piston Ring

Piston No. Hasil Pengukuran

 RingNo.1  RingNo.2  Ring Oli

1 0,30 mm 0,30 mm 0,20 mm

2 0,30 mm 0,20 mm 0,40 mm

Gambar

Gambar 5. Camshaft (Anonim, 2003 : 3-22)  Pemeriksaan camshaft :
Gambar 7. Pengukuran Tonjolan Nok (Anonim, 1981 : 3-22) Tabel 1. Standar tonjolan nok Toyota Kijang 5K
Gambar 8. Pengukuran Diameter Jurnal (Anonim, 1981 : 3-23) d.   Mengukur celah aksial camshaft menggunakan feeler gauge (STD :
Gambar 12. Push Rod (Anonim, 1981 : 3-3) 4.    Rocker Arm dan Shaft  
+7

Referensi

Dokumen terkait

sein tidak menyala pada saat lampu sein digunakan, Salah satu lampu tanda belok putus, 3. Lampu tanda belok

Kadar HC terendah pada gas buang terjadi pada putaran 3750 Rpm pada setiap perlakuan dalam penelitian hal tersebut disebabkan ada tambahan gas hidrogen dalam ruang

Evaporator lebih dingin dari udara di sekitarnya yang ada di dalam ruang kabin sehingga panas akan berpindah dari udara ke unit evaporator sehingga udara di dalam