• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

40

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014 di kelas V SDN 1 Kedungrejo tepatnya di Desa Kedungrejo, 1,5 km dari pusat Kecamatan. Tunjungan, Kabupaten. Blora. Jumlah siswa kelas V adalah 25 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki, dan 16 siswa perempuan.

Fasilitas pembelajaran seperti alat peraga dan perangkat pendukung lainnya di SDN 1 Kedungrejo sudah tersedia, tetapi karena tidak ada sumber daya yang merawat dan mengorganisasi, beberapa bagian sudah tidak bisa digunakan kembali karena rusak dan hilang. Ditambah lagi dengan padatnya tugas administrasi sekolah yang dibebankan kepada guru kelas V yang notabennya adalah guru paling muda di SD tersebut dan paling mahir teknologi, sehingga dari kesibukannya tersebut ketika pembelajaran kurang fokus dalam perencanaan dan pelaksanaan.

Sering kali dari kesibukan itulah yang mengakibatkan setelah memberikan penjelasan, siswa diberi tugas untuk mengerjakan latihan. Tidak adanya aktifitas siswa dalam pembelajaran yang mengakibatkan proses pembelajaran kurang hidup.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus

Sebelum melakukan tindakan pada siklus 1, peneliti terlebih dahulu mengadakan observasi dari pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru kelas V SDN 1 Kedungrejo pada materi gaya. Observasi ini merupakan langkah awal untuk mengetahui proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru dan siswa.

(2)

Hasil pengamatan dari kinerja guru, guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat. Guru menggunakan model pembelajaran ceramah. Dan kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang ada. Sedangkan hasil observasi pada siswa, peran siswa dalam pembelajaran tidak ada, hanya sebagai pendengar penjelasan dari guru saja, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan atau pendapat, beberapa siswa terlihat tidak fokus dalam pembelajaran dan mengganggu teman sebangkunya.

Metode ceramah sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil belajar sebelum dilakukan tindakan perbaikan menunjukkan bahwa 17 siswa tidak tuntas dengan KKM ≤ 64, sedangkan 8 siswa dinyatakan tuntas. Adapun nilai siswa kelas V SDN 1 Kedungrejo sebulum dilakukan tindakan perbaikan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Destribusi Frekuensi Nilai IPA

Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Prasiklus

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1. 44 - 53 6 24 Tidak Tuntas 2. 54 - 63 11 44 Tidak Tuntas 3. 64 - 73 5 20 Tuntas 4. 74 - 83 3 12 Tuntas 5. 84 - 93 - - Tuntas Jumlah

Ketuntasan ≥ KKM = 8*≤ KKM = 17* 3268 TuntasTidak Tuntas

Total Jumlah 25 100

-Rata - rata 60,8

Nilai Tertinggi 84

Nilai Terendah 48

(3)

Tabel 4.1 menunjukkan 17 siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, diantaranya siswa yang mendapat nilai antara 44 – 53 ada 6 siswa, siswa yang mendapat nilai antara 54 – 63 ada 11 siswa. Sedangkan sebanyak 8 siswa sudah mencapai ketuntasan, diantaranya siswa yang mendapat nilai 64 – 73 ada 5 siswa, dan nilai antara 74 – 83 ada 3 siswa. Rata-rata nilai yan diperoleh adalah 60,8. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah 84. sedangkan nilai terendah adalah 48. Berikut ini digambarkan diagram batang berdasarkan tabel 4.1:

Gambar 4.1

Diagram Batang Destribusi Frekuensi Nilai IPA

Siswa Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Prasiklus

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Jumlah siswa yang tuntas terdapat 8 siswa dengan persentase sebesar 32%. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 17 siswa dengan persentase sebesar 68%. Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam diagram lingkaran berikut:

0 2 4 6 8 10 12 44 - 53 54 - 63 64 - 73 74 - 83 84 - 93 Ju m la h S is w a Interval Nilai Jumlah Siswa

(4)

Dia Siswa Kelas

4.3 Pembahasan Siklus 1 a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1. Siklus 1 dirancang 2 pertemuan, masing

atau 2 jam pelajaran adalah merancang

menyiapkan alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi baik untuk lembar observasi guru maupun lembar observasi siswa, dan yang terakhir menyiapkan alat peraga

Untuk data

-membuat perencanaan diatas, peneliti mengkonsultasikan kepada guru kelas V sebagai eksekutor, kemudian mengkonsultasikan juga kepada dosen pembimbing. Setelah dosen pembimbing menyetujui perencanaan yang dikonsultasikan, kemudian peneliti membawanya ke kelas dan guru kelas V melaksanakan praktek mengajar.

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Ketuntasan Nilai IPA

Siswa Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Prasiklus

Pembahasan Siklus 1 a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan pembelajaran pada siklus 1. Siklus 1 dirancang 2 pertemuan, masing-masing pertemuan selama 70 menit ( 2 x 35 menit) atau 2 jam pelajaran sekolah dasar. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menyiapkan alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi baik untuk lembar observasi guru maupun lembar observasi siswa, dan yang terakhir menyiapkan alat peraga guna mengkongkritkan pembelajaran

- data selengkapnya terlampir dalam lampiran. Sete membuat perencanaan diatas, peneliti mengkonsultasikan kepada guru kelas V sebagai eksekutor, kemudian mengkonsultasikan juga kepada dosen pembimbing. Setelah dosen pembimbing menyetujui perencanaan yang dikonsultasikan, kemudian peneliti membawanya ke kelas dan guru kelas V melaksanakan praktek mengajar.

32% 68%

Tingkat Ketuntasan

Tuntas Tidak Tuntas Pelajaran 2013/2014

Pada tahap perencanaan, peneliti merancang tindakan pembelajaran pada siklus 1. Siklus 1 dirancang 2 kali

masing pertemuan selama 70 menit ( 2 x 35 menit) asar. Persiapan yang dilakukan peneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi baik untuk lembar observasi guru maupun lembar observasi siswa, dan yang guna mengkongkritkan pembelajaran. data selengkapnya terlampir dalam lampiran. Setelah membuat perencanaan diatas, peneliti mengkonsultasikan kepada guru kelas V sebagai eksekutor, kemudian mengkonsultasikan juga kepada dosen pembimbing. Setelah dosen pembimbing menyetujui perencanaan yang dikonsultasikan, kemudian peneliti membawanya ke

Tuntas Tidak Tuntas

(5)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus 1 ini peneliti merancang 2 kali pertemuan dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Dalam pelaksanaan penelitian yang bertindak sebagai guru adalah guru kelas V, sedangkan sebagai observer adalah guru kelas III, yang menggantikan kepala sekolah yang berhalangan menjadi observer karena urusan dinas. Setiap pertemuan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Berikut ini penjabaran dari pelaksanaan tindakan:

1. Pertemuan 1

Pertemuan 1 pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Februari 2014 pada pelajaran IPA. Prosedur pelaksanaanya melalui tahap – tahap sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti.

Pada awal pembelajaran guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, kemudian memberi salam kepada siswa, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi berupa pertanyaan, bagaimana caranya agar tidak susah payah menaikkan drum yang berisi oli ke atas truk. Setelah melaksanakan kegiatan apersepsi guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru memberi penjelasan mengenai materi ajar yaitu pesawat sederhana (tuas dan bidang miring). Guru memulai penjelasan dengan memberikan pertanyaan berupa fungsi alat yang ditunjukkan oleh guru, seperti : staples, gunting, pembuka botol, pisau, silet, kemudian dibawa pada konsep tuas dan bidang miring. Setelah menerima penjelasan, beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk menunjukkan menggunakan prinsip apakah gambar benda yang ditempel di papan tulis. Guru mempersiapkan media dan alat, seperti ; staples, gunting, pembuka botol, pisau,

(6)

silet, dan benda di sekitar lingkungan sekolah. Guru membagi siswanya kedalam 6 kelompok heterogen, kelompok 1 – 3 dan kelompok 4 – 6 diberikan tugas yang berbeda. Guru membagi lembar percobaan dan langkah-langkahnya untuk dibaca dan dipahami dalam kelompok. Guru memberikan pengenalan kepada siswa tentang model inkuiri, kemudian siswa bersama guru merumuskan masalah yang akan dikaji tentang tuas untuk kelompok 1 - 3, dan bidang miring untuk kelompok 4- 6. Guru bersama siswa menyusun hipotesis dari masalah yang akan dikaji tentang tuas untuk kelompok 1 - 3, dan bidang miring untuk kelompok 4- 6. Siswa didampingi guru mengumpulkan data berdasarkan masalah dan hipotesis yang telah diajukan. Kemudian, siswa dengan didampingi guru menguji hipotesis dengan data yang telah didapat. Siswa bersama guru menarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang diajukan dan data yang didapat. Pada akhirnya, perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya untuk ditanggapi siswa lainnya.

Kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan pemantapan melalui tanya jawab lisan dengan siswa. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru memberikan kuis dan mengakhiri pembelajaran. Tidak lupa mengingatkan siswanya untuk tetap giat belajar agar hasil belajarnya memuaskan 2. Pertemuan 2

Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Maret 2014. Prosedur pelaksanaanya melalui tahap – tahap sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti.

Pada awal pembelajaran guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, kemudian memberi salam kepada siswa, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi berupa

(7)

pertanyaan, guru menggambar gunung di papan tulis, kemudian memberikan ilustrasi, jika murid naik ke puncak gunung dengan cara langsung naik lurus dengan lewat jalan berkelok-kelok, kira-kira lebih capek mana. Setelah melaksanakan kegiatan apersepsi guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru memberi penjelasan mengenai materi ajar yaitu katrol dan roda berporos. Guru memulai penjelasan dengan memberikan pertanyaan berupa fungsi alat yang ditunjukkan oleh guru, seperti ; katrol tetap, katrol ganda, roda sepeda, kemudian dibawa pada konsep katrol dan roda berporos. Guru membagi siswanya kedalam 6 kelompok heterogen, kelompok 1 – 3 dan kelompok 4 – 6 diberikan tugas yang berbeda. Guru membagi lembar percobaan dan langkah-langkahnya untuk dibaca dan dipahami dalam kelompok. Guru memberikan pengenalan kepada siswa tentang model inkuiri, kemudian siswa bersama guru merumuskan masalah yang akan dikaji tentang tuas untuk kelompok 1 - 3, dan bidang miring untuk kelompok 4- 6. Guru bersama siswa menyusun hipotesis dari masalah yang akan dikaji tentang tuas untuk kelompok 1 - 3, dan bidang miring untuk kelompok 4- 6. Siswa didampingi guru mengumpulkan data berdasarkan masalah dan hipotesis yang telah diajukan. Kemudian, Siswa dengan didampingi guru menguji hipotesis dengan data yang telah didapat. Siswa bersama guru menarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang diajukan dan data yang didapat. Pada akhirnya, perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya untuk ditanggapi siswa lainnya.

Kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan pemantapan melalui tanya jawab lisan dengan siswa. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru memberikan

(8)

soal evaluasi siklus 1 dan mengakhiri pembelajaran dan mengingatkan siswanya untuk tetap giat belajar agar hasil belajarnya memuaskan.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada pertemuan 1 dan 2 pada siklus 1. Yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas III. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri. Berikut hasil pengamatan guru dan siswa dari siklus 1 yang disajikan secara terpisah:

1. Pengamatan Terhadap Siswa

Pada pertemuan pertama siklus 1 seluruh siswa kelihatan bersemangat ketika pembelajaran akan dimulai. Namun, setelah memasuki inti pembelajaran, beberapa siswa sudah mulai tidak fokus dalam pembelajaran, terlihat beberapa siswa sudah menaruh kepalanya dimeja dan tidak melihat ke depan kelas. Ada juga siswa yang sembunyi – sembunyi mengajak mengobrol teman sebangkunya. Siswa tidak aktif bertanya, karena tidak biasa bertanya dan cenderung takut mengungkapkan gagasan. Pada saat model inkuiri dilaksanakan, masih banyak siswa yang bingung dengan apa yang harus mereka kerjakan. Beberapa siswa bermain – main sendiri tanpa memperhatikan langkah – langkah yang harus mereka kerjakan. Pada pertemuan dua siklus 1, siswa mulai mengerti dengan model inkuiri yang diterapkan, keaktifan siswa dalam pembelajaran mulai tampak, siswa yang bertanya jumlahnya meningkat, dan motivasi menjalankan langkah – langkah model inkuiri semakin meningkat pula.

(9)

Hasil pengamatan kinerja/aktivitas siswa pada siklus 1 (pertemuan 1 dan 2) dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

No Aspek yang Diamati

Jumlah Skor Pertemuan 1 Jumlah Skor Pertemuan 2 I PRA PEMBELAJARAN 2 3

II KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN 2 3

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Pembahasan materi pelajaran 9 12

B. Pendekatan/strategi pembelajaran 11 18

C. Pemanfaatan media

pembelajaran/sumber belajar 7 11

D. Penilaian proses dan hasil belajar 5 6

E. Penggunaan bahasa 2 3

IV PENUTUP 8 9

Total 46 65

Rentang Skor Penilaian Skor Keterangan 58 – 76 A / baik sekali 39 – 57 B / baik 20 – 38 C / Cukup

0 - 19 D / Kurang

Berdasarkan tabel 4.2 pada pertemuan 1 dan 2, total skor hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh berbeda. Total skor pada pertemuan 1 adalah 46, termasuk dalam kualifikasi B yang berarti secara keseluruhan aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus 1 tergolong baik, dikarenakan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran masih kurang, siswa juga kurang

(10)

memperhatikan penjelasan dari guru. Sedangkan jumlah skor pertemuan 2 adalah 65, termasuk kualifikasi A yang berarti secara keseluruhan aktivitas siswa tergolong baik sekali. Dilihat dari pertemuan 1 dan 2 pada siklus 1, terjadi peningkatan yang baik terhadap aktivitas siswa yang dilakukan saat pembelajaran. (Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7)

2. Pengamatan Terhadap Guru

Pengamatan terhadap kinerja atau aktivitas guru juga perlu dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara penguasaan guru terhadap model pembelajaran dengan materi ajar yakni pesawat sederhana dan bagaimana guru mengaktifkan siswa dalam pembelajaran tanpa secara langsung guru menunjuk siswanya untuk aktif. Sehingga dapat diketahui keefektifan model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Adanya lembar pengamatan terhadap aktivitas atau kinerja guru pada pertemuan 1 dan 2 dapat dilihat keefektifan model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

(11)

Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap aktivitas atau kinerja guru pada siklus 1:

Tabel 4.3

Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 1

No Aspek yang Diamati

Jumlah Skor Pertemuan 1 Jumlah Skor Pertemuan 2 I PRA PEMBELAJARAN 5 6 II MEMBUKA PEMBELAJARAN 6 7

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Penguasaan materi pelajaran 11 13

B. Pelaksanaan Pembelajaran 20 22

C. Penggunaan Media Pembelajaran 11 13

D. Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keaktifan siswa 18 20

E. Penilaian proses dan hasil belajar 6 6

F. Penggunaan bahasa 9 9

IV PENUTUP 8 9

Total 94 105

Rentang skor penilaian:

Skor Keterangan

113 – 132 A / baik sekali 97 – 112 B / baik

81 – 96 C / Cukup < 81 D / Kurang

Berdasarkan tabel 4.3 perolehan total skor pada observasi guru terlihat berbeda. Pada pertemuan 1 jumlah skor observasi guru adalah 94, termasuk kualifikasi C yang berarti secara keseluruhan pengajaran dengan model inkuiri cukup, karena kinerja guru pada pertemuan 1 guru belum mengajar dengan maksimal, guru belum memanfaatkan media secara maksimal. Sedangkan dalam

(12)

pertemuan 2 jumlah skor yang diperoleh dari hasil observasi adalah 105 termasuk dalam kualifikasi B yang berarti secara keseluruhan pengajaran yang dilakukan guru tergolong baik. Karena guru sudah mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada dalam pertemuan 1 seperti pemanfatan media dan penguasaan materi, kemudian oleh guru dibenahi dan disempurnakan di pertemuan 2. Dari pertemuan 1 dan 2 terdapat peningkatan skor yang berindikasi peningkatan perbaikan aktivitas atau kinerja yang dilakukan oleh guru dengan model pembelajaran inkuiri. (Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, terdapat kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Berikut ini kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran siklus 1 pada tiap pertemuan : 1. Pertemuan 1

a. Kelebihan

1. Pada awal pembelajaran siswa terlihat antusias dengan apersepsi dan motivasi yang dilakukan oleh guru.

b. Kekurangan

1. Masih terlihat beberapa siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi pembelajaran.

2. Pada inti pembelajaran ada siswa yang terlihat pasif dan tidak mengerti apa yang harus dikerjakan.

3. Siswa kurang aktif bertanya dan kurang terlibat dalam pemanfaatan media pembelajaran.

4. Penggunaan model inkuiri kurang maksimal, dikarenakan siswa yang masih bingung dengan langkah – langkah yang hendak dilakukan.

(13)

6. Pendampingan guru saat siswa kerja kelompok kurang maksimal.

c. Solusi

Pada pertemuan 1 siklus 1, peneliti memberikan solusi yang disarankan kepada guru berdasarkan hasil observasi untuk dilaksanakan pada pertemuan 2, solusi yang diusulkan sebagai berikut :

1. Guru hendaknya lebih banyak memberikan kesempatan bertanya pada siswa, ditambah lagi guru harus memancing dan memotivasi siswa untuk aktif bertanya terhadap hal - hal yang kurang jelas.

2. Guru memberikan kesempatan pada siswa aktif dalam pemanfaatan media pembelajaran.

3. Penjelasan terhadap langkah – langkah model inkuiri harus lebih ditekankan pada pertemuan 2 agar tidak ada siswa yang bingung lagi.

4. Guru lebih memberikan pendampingan saat siswa bekerja dalam kelompok.

2. Pertemuan 2 a. Kelebihan

1. Penguasaan guru pada materi pembelajaran lebih mantap, sehingga dalam penyampaian lebih meyakinkan, dan berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa. 2. Bimbingan guru kepada siswa semakin banyak.

3. Pelaksanaan model inkuiri lebih tampak dan prosesnya berjalan sesuai rencana.

b. Kekurangan

1. Masih adanya siswa yang bermalas – malasan dengan menaruh kepalanya di meja.

2. Masih adanya siswa yang bermain sendiri saat kerja kelompok.

(14)

3. Beberapa siswa terlihat melamun saat guru menjelaskan. c. Solusi

1. Guru memotivasi siswa untuk aktif bertanya dengan melakukan tanya jawab terhadap materi ajar.

2. Guru membimbing secara individu kepada siswa yang kurang menangkap pembelajaran dengan baik.

Melihat kekurangan dan kelebihan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada siklus 1 masih menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan tergolong cukup baik tetapi masih perlu untuk ditingkatkan menjadi lebih baik. Nilai yang diperoleh dari 25 siswa, terdapat siswa 19 siswa yang telah mencapai ketuntasan, sedangkan 6 siswa lain belum mencapai ketuntasan. Tetapi ketimpangan terlihat karena ada siswa yang mendapat nilai tinggi yaitu 96, tetapi juga ada siswa yang mendapat nilai rendah yaitu 44. Maka dari itu, peneliti ingin mengadakan perbaikan/tindak lanjut pada siklus 2.

4.4 Pembahasan Siklus 2 a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus 2 ini peneliti telah merancang lebih matang dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan hasil belajar siswa lebih meningkat. Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus 1 peneliti akan memperbaikinya pada pembelajaran siklus 2. Pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan selama 70 menit ( 2 x 35 menit) atau 2 jam pelajaran Sekolah Dasar. Persiapan yang dilakukan peneliti adalah merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi baik untuk lembar observasi guru maupun lembar observasi siswa, dan yang terakhir menyiapkan alat peraga. Untuk data - data selengkapnya terlampir dalam lampiran. Setelah membuat perencanaan diatas, peneliti mengkonsultasikan

(15)

kepada guru kelas V sebagai eksekutor, kemudian mengkonsultasikan juga kepada dosen pembimbing berdasarkan refleksi dari siklus 1. Setelah dosen pembimbing menyetujui perencanaan yang dikonsultasikan, kemudian peneliti membawanya ke kelas dan guru kelas V melaksanakan praktek mengajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus 2 ini peneliti merancang 2 kali pertemuan dengan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan sifat – sifat cahaya. Dalam pelaksanaan penelitian yang bertindak sebagai guru adalah guru kelas V, sedangkan sebagai observer adalah guru kelas III, yang menggantikan kepala sekolah yang kembali berhalangan menjadi observer karena urusan dinas. Setiap pertemuan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat peneliti sebelumnya berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Berikut ini penjabaran dari pelaksanaan tindakan:

1. Pertemuan 1

Pertemuan pertama pada siklus 2 dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Maret 2014, pada mata pelajaran IPA. Prosedur pelaksanaannya melalui tahap – tahap sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti.

Pada awal pembelajaran guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, kemudian memberi salam kepada siswa, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi berupa pertanyaan, jika kalian menjemur baju warna hitam dan warna putih di bawah terik matahari, menurut kalian baju warna apa yang paling cepat kering. Setelah melaksanakan kegiatan apersepsi guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru memberi penjelasan mengenai materi ajar yaitu sifat – sifat cahaya, pembiasan, dan dispersi cahaya. Guru memulai penjelasan dengan menunjukkan senter kemudian

(16)

menyalakannya dan menunjuk ke tembok, bagaimana cahaya dari senter menyorot lurus. Sampai pada tembok apakah cahaya senter dapat menembus. Lalu guru menyorotkan lampu senter ke cermin, cahaya dipantulkan. Setelah selesai menjelaskan, Guru mempersiapkan media dan alat, seperti ; senter, gelas, air koin, dan benda di sekitar lingkungan sekolah. Guru membagi siswanya kedalam 6 kelompok heterogen, kelompok 1 – 3 dan kelompok 4 – 6 diberikan tugas yang berbeda. Guru membagi lembar percobaan dan langkah-langkahnya untuk dibaca dan dipahami dalam kelompok. Guru mempertegas kepada siswa tentang model inkuiri sebagai penyempurnaan siklus 1, kemudian siswa bersama guru merumuskan masalah yang akan dikaji tentang sifat – sifat cahaya untuk kelompok 1 - 3, dan pembiasan cahaya dan dispersi cahaya untuk kelompok 4 - 6. Guru bersama siswa menyusun hipotesis dari masalah yang akan dikaji tentang sifat – sifat cahaya untuk kelompok 1 - 3, dan pembiasan cahaya dan dispersi cahaya untuk kelompok 4 - 6. Siswa didampingi guru mengumpulkan data berdasarkan masalah dan hipotesis yang telah diajukan. Kemudian, Siswa dengan didampingi guru menguji hipotesis dengan data yang telah didapat. Siswa bersama guru menarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang diajukan dan data yang didapat. Pada akhirnya, perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya untuk ditanggapi siswa lainnya.

Sebagai kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan pemantapan melalui tanya jawab lisan dengan siswa. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran pembelajaran. Kemudian guru memberikan kuis dan mengakhiri pembelajaran.

2. Pertemuan 2

Pertemuan ke 2 siklus 2 dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Maret 2014. Prosedur pelaksanaannya melalui tahap – tahap sesuai

(17)

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti dengan pertimbangan refleksi dari siklus 1.

Pada awal pembelajaran guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, kemudian memberi salam kepada siswa, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi, dengan membawa gambar kapal selam, kemudian guru memberikan pertanyaan, bagaimana cara kapal selam melihat keadaan di atas permukaan air, ketika kapal selam berada di dalam air. Setelah melaksanakan kegiatan apersepsi guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru memberi penjelasan mengenai materi ajar yaitu manfaat cahaya bagi kehidupan sehari – hari. Guru memulai penjelasan dengan mengajak siswa menyebutkan manfaat cahaya bagi kehidupan sehari – hari yang dialami oleh siswa. Guru membawa lup, kemudian menunjukkan cara kerjanya, guru juga membawa kamera digital kemudian menunjukkan cara kerjanya dan pemanfaatan cahaya oleh lup dan kamera. Setelah selesai menjelaskan, Guru membagi siswanya kedalam 6 kelompok heterogen. Guru membagi lembar percobaan dan langkah-langkahnya untuk dibaca dan dipahami dalam kelompok. Guru mempertegas kepada siswa tentang model inkuiri sebagai penyempurnaan siklus 1, kemudian siswa bersama guru merumuskan masalah yang akan dikaji tentang manfaat cahaya bagi kehidupan sehari - hari. Guru bersama siswa menyusun hipotesis dari masalah yang akan dikaji. Siswa didampingi guru mengumpulkan data berdasarkan masalah dan hipotesis yang telah diajukan. Kemudian, Siswa dengan didampingi guru menguji hipotesis dengan data yang telah didapat. Siswa bersama guru menarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang diajukan dan data yang didapat. Pada akhirnya, perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya untuk ditanggapi siswa lainnya.

(18)

Sebagai kegiatan akhir, guru memberikan penguatan dan pemantapan melalui tanya jawab lisan dengan siswa. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran pembelajaran. Kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus 2 dan mengakhiri pembelajaran. c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada pertemuan 1 dan 2 pada siklus 2. Yang bertindak sebagai observer adalah peneliti dan guru kelas III. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri. Berikut hasil pengamatan guru dan siswa dari siklus 2 yang disajikan secara terpisah:

1. Pengamatan Terhadap Siswa

Pada siklus 2 keadaan siswa saat pembelajaran sudah membaik bila dibandingkan dengan siklus 1. Siswa sudah memperhatikan guru dengan sungguh – sungguh, siswa aktif bertanya dan menjawab, dan jumlah siswa yang mengerjakan soal dengan benar bertambah. Saat proses inkuiri, siswa terlihat antusias dan sungguh – sungguh dalam melakukannya, hal ini dikarenakan siswa mulai terbiasa dengan model inkuiri. Namun, masih ada siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya.

(19)

Hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus 2 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2

No Aspek yang Diamati

Jumlah Skor Pertemuan 1 Jumlah Skor Pertemuan 2 I PRA PEMBELAJARAN 2 3 II KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN 3 4

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Pembahasan materi pelajaran 11 14

B. Pendekatan/strategi pembelajaran 13 17

C. Pemanfaatan media

pembelajaran/sumber belajar 8 11

D. Penilaian proses dan hasil belajar 6 7

E. Penggunaan bahasa 2 3

IV PENUTUP 9 11

Total 54 70

Rentang Skor Penilaian Skor Keterangan 58 – 76 A / baik sekali 39 – 57 B / baik 20 – 38 C / Cukup

0 - 19 D / Kurang

Berdasarkan tabel 4.4 pada pertemuan 1 total skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 54, termasuk dalam kualifikasi B yang berarti secara keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik, namun ada siswa kurang aktif dalam kelompok. Sedangkan pada pertemuan 2 jumlah skor yang diperoleh adalah 70, termasuk dalam kualifikasi A yang berarti secara keseluruhan aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat baik

(20)

sekali. (Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran 10 dan lampiran 11)

2. Pengamatan Terhadap Guru

Pengamatan yang dilakukan pada guru berguna untuk mengetahui kinerja guru terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri. Pada siklus 2 ini guru sudah memperbaiki kinerjanya berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Berikut ini hasil pengamatan aktivitas guru:

Tabel 4.5

Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 2

No Aspek yang Diamati

Jumlah Skor Pertemuan 1 Jumlah Skor Pertemuan 2 I PRA PEMBELAJARAN 6 7 II MEMBUKA PEMBELAJARAN 6 7

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Penguasaan materi pelajaran 13 14

B. Pelaksanaan Pembelajaran 22 26

C. Penggunaan Media Pembelajaran 12 15

D. Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keaktifan siswa 20 23

E. Penilaian proses dan hasil belajar 6 7

F. Penggunaan bahasa 9 10

IV PENUTUP 9 11

Total 103 120

Rentang skor penilaian:

Skor Keterangan

113 – 132 A / baik sekali 97 – 112 B / baik

81 – 96 C / Cukup < 81 D / Kurang

(21)

Tabel 4.5 menunjukkan total skor hasil observasi aktivitas guru mengalami peningkatan antara pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada pertemuan I jumlah skor yang diperoleh adalah 101, termasuk dalam kualifikasi B yang berarti secara keseluruhan pengajaran yang dilakukan dengan model inkuiri tergolong baik. Sedangkan pada pertemuan 2 skor yang diperoleh adalah 120, termasuk dalam kualifikasi A yang berarti secara keseluruhan kinerja guru baik sekali. Hal ini berarti pada pertemuan 2 kinerja guru mengalami peningkatan dari pertemuan 1.

Pada siklus 2 ini guru mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan matang berdasarkan refleksi – refleksi dari kekurangan di siklus 1. Penguasaan kelas sangat baik dan pendampingan terhadap aktifitas siswa juga sangat baik. Dengan demikian siklus 2 berjalan sesuai apa yang diharapkan sehingga memberikan hasil yang memuaskan.

d. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 2 terdapat kekurangan dan kelebihan pada setiap pertemuan, berikut ini penjabaran sebagai berikut :

1. Pertemuan 1 a. Kelebihan

1. Guru menguasai model dan materi dengan baik.

2. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. 3. Siswa aktif bertanya dan menjawab, serta antusias mengikuti

pembelajaran. b. Kekurangan

1. Ada siswa yang kurang aktif dalam kelompok. c. Solusi

1. Guru lebih memotivasi dan membimbing secara individu siswa yang kurang aktif.

(22)

2. Pertemuan 2 a. Kelebihan

1. Penggunaan model inkuiri sudah maksimal, sehingga hasil belajar meningkat.

2. Antusias dan keaktifan siswa sangat tinggi dalm proses pembelajaran.

b. Kekurangan

1. Siswa yang kurang aktif dalam kelompok. c. Solusi

1. Guru memotivasi dan membimbing secara individu siswa yang kurang aktif.

4.5 Analisis Data 4.5.1 Siklus 1

Hasil belajar IPA pada siklus 1 diambil dari hasil tes evaluasi yang berbentuk pilihan ganda. Tes evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus 1 yaitu pada pertemuan 2. Hasil tes evaluasi ini memberikan gambaran hasil belajar siswa. Dari nilai yang diperoleh pada siklus 1 masih terdapat beberapa siswa yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≤ 64.

(23)

Ketuntasan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari daftar perolehan nilai pada siklus 1 (terlampir) dan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Nilai IPA

Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Siklus 1

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1. 44 - 53 2 8 Tidak Tuntas 2. 54 - 63 4 16 Tidak Tuntas 3. 64 - 73 6 24 Tuntas 4. 74 - 83 7 28 Tuntas 5. 84 - 93 5 20 Tuntas 6. 94 - 100 1 4

Jumlah Ketuntasan ≥ KKM = 19* 76 Tuntas

≤ KKM = 6* 24 Tidak Tuntas Total Jumlah 25 100 -Rata - rata 72,48 Nilai Tertinggi 96 Nilai Terendah 44 *KKM ≥ 64

Tabel 4.6 menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus 1. Siswa yang memperoleh nilai antara 44 – 53 ada 2 siswa, nilai antara 54 – 63 ada 4 siswa, nilai antara 64 – 73 ada 6 siswa, nilai antara 74 – 83 ada 7 siswa, nilai antara 84 – 93 ada 5 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai antara 94 – 100 ada 1 siswa. Nilai rata – rata yang diperoleh adalah 72,48, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 96, sedangkan nilai terendah 44. Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

(24)

Siswa Kelas

Jumlah siswa yang belum tuntas

persentase 24%, sedangkan siswa yang sudah mencapai ketuntasan IPA adalah 19

peningkatan dari kondisi awal sebelum ada tin model pembelajaran inkuiri

perbaikan dengan model pembelajaran inkuiri

persentase ketuntasan siswa dalam bentuk diagram lingkaran:

Diagaram Lingkaran ketuntasan Nilai IPA Siswa Kelas 0 1 2 3 4 5 6 7 8 44 Ju m la h Si sw a 76% Gambar 4.3

Diagram Batang Nilai IPA

Siswa Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Siklus 1

Jumlah siswa yang belum tuntas nilai IPA adalah 6 siswa dengan %, sedangkan siswa yang sudah mencapai ketuntasan

siswa dengan persentase 76%. Dengan demikian ada ari kondisi awal sebelum ada tindakan perbaikan

model pembelajaran inkuiri dengan kondisi akhir setelah adanya tindakan dengan model pembelajaran inkuiri. Berikut disajikan ketuntasan siswa dalam bentuk diagram lingkaran:

Gambar 4.4

Diagaram Lingkaran ketuntasan Nilai IPA

Siswa Kelas V SDN 1 KedungrejoTahun Pelajaran 2013/2014 Siklus 1 2 4 6 7 5 1 44 53 54 63 64 73 74 83 84 93 94 -100 interval Nilai 24% 76%

Tingkat Ketuntasan

Tidak Tuntas Tuntas Pelajaran 2013/2014 siswa dengan %, sedangkan siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai %. Dengan demikian ada dakan perbaikan dengan adanya tindakan . Berikut disajikan

(25)

Gambar 4.4 menunjukkan persentase siswa yang tuntas dan belum tuntas. Ketuntasan pada siklus 1 mencapai 76% terjadi kenaikan dari keadaan sebelum adanya tindakan perbaikan tingkat ketuntasan siswa mencapai 32%, sehingga ada kenaikan sebesar 44%, namun ketuntasan pada siklus 1 belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sehingga peneliti mengadakan tindak lanjut pada siklus 2.

4.5.2 Siklus 2

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru dan siswa terjadi peningkatan yang cukup baik dibandingkan pada siklus 1 akibat dari penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA. Berikut hasil belajar IPA siklus 2:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Nilai IPA

Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Siklus 2

No Nilai Frekuensi Persentase

(%) Keterangan 1. 44 - 53 - - -2. 54 - 63 - - -3. 64 - 73 3 12 Tuntas 4. 74 - 83 3 12 Tuntas 5. 84 - 93 15 60 Tuntas 6. 94 - 100 4 16 Tuntas

Jumlah Ketuntasan ≥ KKM = 25* 100 Tuntas

≤ KKM = 0* - Tidak Tuntas Total Jumlah 25 100 -Rata - rata 86,88 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 72 *KKM ≥ 64

(26)

Berdasarkan tabel 4.7

persentase 100% mencapai ketuntasan. Diantaranya dengan mendapatkan rentang nilai 64 –

83 ada 3 orang dengan persentase 12%, nilai antara dengan persentase 60%, dan nilai antara

persentase 16%.

Dan terendah adalah 72. bentuk diagram sebagai berikut:

Siswa Kelas

Seluruh siswa yang berjumlah 25 persentase 100%.

dalam diagram lingkaran : 0 2 4 6 8 10 12 14 16 J u m l a h S i s w a

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui dari 25 siswa dengan persentase 100% mencapai ketuntasan. Diantaranya dengan mendapatkan

– 73 ada 3 orang dengan persentase 12%, nilai antara ada 3 orang dengan persentase 12%, nilai antara 84 – 93 ada 15 orang dengan persentase 60%, dan nilai antara 94 – 100 ada 4 orang dengan Rata-rata nilai adalah 86,88. Nilai tertinggi adalah 100. Dan terendah adalah 72. Berdasarkan tabel di 4.7 dapat disajikan dengan bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 4.5

Diagram Batang Nilai IPA

Siswa Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Siklus 2

Seluruh siswa yang berjumlah 25 mencapai ketuntasan dengan persentase 100%. Berikut ini tingkat ketuntasan siklus 2 digambarkan dalam diagram lingkaran :

0 0 3 3 15 4 44 - 53 54 - 63 64 - 73 74 - 83 84 - 93 94 - 100 Interval Nilai

dapat diketahui dari 25 siswa dengan persentase 100% mencapai ketuntasan. Diantaranya dengan mendapatkan nilai antara 74 –

ada 15 orang ada 4 orang dengan adalah 100. dapat disajikan dengan

Pelajaran 2013/2014

mencapai ketuntasan dengan Berikut ini tingkat ketuntasan siklus 2 digambarkan

(27)

Diagaram Lingkaran ketuntasan Nilai IPA Siswa Kelas

Tingkat ketuntasan pada siklus 2 adalah 100%.

menujukkan terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas. Pada siklus I ketuntasan mencapai

peningkatan sebanyak 24%. Peneliti telah berhasil mencap kinerja yang ditetapkan

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Telah dibahas sebelumnya mengenai hasil belajar kondisi prasiklus, siklus 1 dan siklus 2.

siswa setelah dilaksanakan tindakan perbaikan dari pra siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2.

Gambar 4.6

Diagaram Lingkaran ketuntasan Nilai IPA

Siswa Kelas V SDN 1 KedungrejoTahun Pelajaran 2013/2014 Siklus 1

Tingkat ketuntasan pada siklus 2 adalah 100%.

menujukkan terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas. Pada siklus I ketuntasan mencapai 76%, sehingga pada siklus 2 ini terjadi peningkatan sebanyak 24%. Peneliti telah berhasil mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya sebanyak 85% mencapai ketuntasan.

Pembahasan Hasil Penelitian

dibahas sebelumnya mengenai hasil belajar IPA siswa pada kondisi prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan perbaikan dari pra siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2.

100%

Tingkat Ketuntasan

Tuntas

Pelajaran 2013/2014

Tingkat ketuntasan pada siklus 2 adalah 100%. Hal ini menujukkan terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas. 76%, sehingga pada siklus 2 ini terjadi ai indikator sebanyak 85% mencapai ketuntasan.

siswa pada Terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan perbaikan dari pra siklus ke siklus 1

(28)

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 peningkatan hasil belajar pada prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 sebagai

Siswa Kelas V

No. Kondisi

1. Prasiklus 2. Siklus 1 3. Siklus 2

Berdasarkan tabel 4.8 dapat digambarkan diagram batang mengenai peningkatan hasil belajar IPA sebagai berikut :

Diagaram Batang Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 0 5 10 15 20 25 30 J u m l a h S i s w a

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 peningkatan hasil belajar pada prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 sebagai berikut:

Tabel 4.8

Peningkatan hasil Belajar IPA

Siswa Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 Prasiklus, Siklus 1 dan 2

Kondisi Siswa yang Tuntas Persentase (%) Siswa yang Belum Tuntas Persentase Prasiklus 8 32% 17 Siklus 1 19 76% 6 Siklus 2 25 100%

-Berdasarkan tabel 4.8 dapat digambarkan diagram batang mengenai peningkatan hasil belajar IPA sebagai berikut :

Gambar 4.6

Diagaram Batang Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1 Kedungrejo Tahun Pelajaran 2013/2014

Prasiklus, Siklus 1, Siklus 2 8 19 25 17 6 0 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Kondisi

Tuntas Tidak Tuntas Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8 peningkatan hasil belajar pada

Tahun Pelajaran 2013/2014 Persentase (%) 68% 24%

-Berdasarkan tabel 4.8 dapat digambarkan diagram batang mengenai

Diagaram Batang Peningkatan Hasil Belajar IPA Pelajaran 2013/2014

Tuntas Tidak Tuntas

(29)

Pada kondisi prasiklus jumlah siswa yang tuntas ada 8 siswa, sedangkan yang tidak tuntas ada 17 siswa. Peneliti kemudian mlaksanakan tindakan perbaikan dengan model pembelajaran inkuiri pada siklus 1 dan siklus 2. Hasil belajar IPA siklus 1, siswa yang tuntas 19, sedangkan yang tidak tuntas 6 siswa. Terjadi peningkatan jumlah siswa ketuntasan hasil belajarnya meningkat dari kondisi prasiklus ke siklus 1. Pada siklus 2 jumlah siswa yang tuntas semakin menunjukkan peningkatan yaitu 25 siswa atau seluruh siswa mencapai ketuntasan.

Peneliti dan guru teliti dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi saat pra siklus, kemudian mengadakan perbaikan di siklus 1. Sebaliknya, kekurangan-kekurangan yang terjadi saat siklus 1 ketika bimbingan guru dirasa masih kurang, dan fokus siswa masih belum maksimal, dilakukanlah perbaikan pada siklus 2 dengan mengintensifkan bimbingan guru saat kegiatan siswa dan selalu mengingatkan siswa untuk selalu fokus membuahkan hasil, dengan selalu meningkatnya hasil belajar siswa dari kondisi pra siklus, kemudian meningkat pada siklus 1 dan siklus 2.

Untuk itulah pembelajaran IPA dengan model pembelajaran inkuiri terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran inkuiri sesuai dengan karakter pembelajaran IPA yang pada dasarnya siswa harus mengalami dan mengikuti sendiri prosesnya. Siswa memperoleh pengarahan dari guru tentang pembelajaran dengan model inkuiri. Kemudian bersama-sama merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis guna memecahkan masalah. Kemudian siswa mengumpulkan data, ketika data sudah terkumpul, diuji dengan hipotesis yang telah dirumuskan, dan ketika hipotesis yang dirumuskan sudah terjawab, lalu ditariklah kesimpulan.

Dari uraian penelitian yang telah disajikan, maka penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas V SDN 1 Kedungrejo selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pius Tokndekut (2011) dengan judul “Penggunaan pendekatan pembelajaran

(30)

inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Kauman 2 Kecamatan Klojen kota Malang”. Nanik Supriati (2011) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Pesalakan 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 Mata Pelajaran IPA Materi Fungsi Organ Pencernaan Manusia Melalui Pembelajaran Inkuiri”. Purwanto (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Ngembak Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012”. Rochamin (2013) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Metode Inkuiri Berbantuan LCD pada Siswa Kelas 5 SDN Wonobodro 01 Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Referensi

Dokumen terkait

Pembinaan program kegiatan gemar membaca buku-buku referensi kependidikan di perpustakaan sekolah merupakan gagasan peneliti selaku kepala sekolah untuk

Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui oleh Program Studi Teknik Informatika 2.2.1.13 Fungsi Tampil Data Jenis Makanan..

Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem

Walaupun undang- undang itu tidak menganggap mereka yang di atas 16 tahun (wanita) atau di atas 19 tahun (pria) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dapat

2009), 103.. Ibn Hajar al-‘Asqalani&gt;: Sahabat Nabi&gt;. al-Dhahabi&gt;: Sahabat Nabi&gt;. Ibn Hajar al-‘Asqalani&gt;: Thiqah. Abu&gt; al-Qa&gt;sim Haibatullah bin

Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja sistem dalam melakukan proses perhitungan menu favorit dan terbaik menggunakan algoritma Analytical

Penatalaksanaan tinea kruris tidak hanya diselesaikan secara medikamentosa, namun dapat juga dilakukan secara nonmedikamentosa dan pencegahan dari kekambuhan penyakit

(1) Dalam keadaan penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf b belum atau tidak mampu