• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Gizi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAYANAN

PEDOMAN PELAYANAN

GIZI PUSKESMAS

GIZI PUSKESMAS

WONOSARI II

WONOSARI II

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan serta didorong oleh kebutuhan akan acuan pelaksanaan pelayanan gizi yang komprehensif maka diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Wonosari II yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh baik di Puskesmas Wonosari II. Oleh karena itu, maka disusunlah Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Wonosari II. Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di Puskesmas Wonosari II untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II.

(3)

B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum:

Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II

2. Tujuan Khusus:

a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas Wonosari II.

b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas Wonosari II.

c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/klien di Puskesmas Wonosari II.

d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II.

C. Sasaran Pedoman

1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di Puskesmas Wonosari II

2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait D. Ruang Lingkup Pedoman

1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas 2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung 4. Pencatatan dan Pelaporan 5. Monitoring dan evaluasi E. Batasan Operasional

Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi jemaah haji.

1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui

(4)

pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.

3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.

7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).

8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.

9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan

(5)

mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.

10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.

11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.

12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.

14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.

15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.

16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung.

17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.

18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

(6)

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimuai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi.

21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien di rawat inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.

22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien.

23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.

24. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik, dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.

25. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.

26. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal maupun horisontal.

27. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

(7)

28. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.

29. Technikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan penyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregristrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered Dietisien (RD).

31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka pelaksanaan tugas perbaikan gizi di Puskesmas dapat dilakukan oleh Tenaga Pelaksa Gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan.

32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki kemampuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.

33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi. 34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di

Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter (umum/ spesialis), tenaga gizi, perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Tenaga gizi Puskesmas Wonosari II ditunjuk untuk melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.

Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas melibatkan dokter, perawat, bidan, petugas farmasi, dan analis laboratorium. Dalam upaya pelaksanaan pelayanan program gizi juga melibatkan sektor terkait yaitu: Camat, PKK,

(8)

penanggung jawab KB, agama, pendidikan dan sektor terkait lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing .

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan pelayanan upaya gizi dikoordinir oleh tenaga gizi Puskesmas sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan

Jadual pelaksanaan kegiatan pelayanan upaya gizi disepakati dan disusun bersama dengan lintas program dan sektor terkait .

BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang B. Standar Fasilitas 1. Persyaratan prasarana : a) Sanitasi

(1) Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan ’wastafel’ dengan debit air mengalir yang cukup.

(2) Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup. b) Ventilasi

(9)

(1) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga. Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan (2) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan

sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya. c) Pencahayaaan

(1) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.

(2) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik (200 lux).

d) Listrik

(1) Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/perlengkapan dengan jumlah + 2 titik.

2. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan

Peralatan/perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain :

a) Meja b) Kursi

c) Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet penyakit, dll)

d) Standar Makanan Diet, Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita dan Anak,

T a b e l I M T , d l l e) Food Model

f) Daftar Bahan Penukar Makanan

g) Alat ukur antropometri (timbangan berat badan (beambalance), microtoise, skin fold calliper, pita LiLA, dll)

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN A. Lingkup Kegiatan

1. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung Pelayanan gizi rawat jalan meliputi :

a). Pengkajian gizi

b). Penentuan diagnosis gizi c). Intervensi gizi

(10)

d). Monitoring dan evaluasi asuhan gizi 2. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung

Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:

a). Edukasi gizi/ Pendidikan gizi

b). Konseling ASI Eksklusif dan PMBA

c). Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di Posyandu d). Pengelolaan pemberian kapsul vitamin A

e). Pengelolaan pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan ibu nifas

f). Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putrid dan WUS g). Pengelolaan pemberian MP-ASI dan PMT Pemulihan

h). Pemulihan gizi berbasis masyarakat (PGBM) i). Surveilens gizi

j). Pembinaan gizi di institusi

k). Kerjasama lintas sektor dan lintas program B. Metode

Pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wonosari II. Pelayanan gizi di Puskesmas Wonosari II dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung.

Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

C. Langkah Kegiatan 1. Persiapan

a. Diseminasi informasi upaya gizi pada pembina desa dan pihak lain yang terkait.

b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan dalam pelayanan gizi 2. Perencanaan

a. Merencanakan teknis kegiatan upaya gizi dengan lintas sektoran terkait b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan upaya gizi

(11)

a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading sektor dari Puskesmas

b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan upaya gizi

4.Melaksanaan kegiatan upaya gizi sesuai dengan jadual yang telah disusun dan disepakati bersama..

5.Monitoring evaluasi

a.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan upaya gizi 6. Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan gizi

a. Mencatat dan melaporkan pelaksanaan kegiatan gizi

BAB V LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya gizi

direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda program gizi yang akan dilaksanakan.

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

(12)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan upaya gizi di monitor dan di evaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:

1.Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual 2.Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3.Ketepatan metoda yang digunakan

4.Tercapainya indikator Standar Pelayanan Minimal

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan. BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan pelayanan upaya gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan pelayanan upaya gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Jasa atau Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

Asisten Apoteker adalah Pegawai Negeri Sipil berijazah Asisten Apoteker yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang

Pranata humas adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara  penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan informasi dan

Asisten Apoteker adalah Pegawai Negeri Sipil berijazah Asisten Apoteker yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang

Pamong belajar adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan belajar

Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk

Menurut Permendiknas tersebut, pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

Menurut Permendiknas tersebut, pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk