• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN DESA DI BALI SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEDUDUKAN DESA DI BALI SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

KEDUDUKAN DESA DI BALI SETELAH BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

NI PUTU WILDA KARISMAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

TESIS

KEDUDUKAN DESA DI BALI SETELAH BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

NI PUTU WILDA KARISMAWATI NIM : 1390561005

PROGRAM MEGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

(3)

KEDUDUKAN DESA DI BALI SETELAH BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI PUTU WILDA KARISMAWATI NIM. 1390561005

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADATANGGAL 27 AGUSTUS 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. I Wayan Parsa, S.H., M.Hum. Dr. I Nyoman Suyatna, S.H., M.H.

NIP. 19591231 198602 1 007 NIP. 19590923 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana

Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana

Universitas Udayana

Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, S.H., M.Hum., LLM. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)

(5)

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 27 Agustus 2015

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor : 2586/UN 14.4/HK/2015, Tanggal 21 Agustus 2015

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH., M.Hum Sekretaris : Dr. I Nyoman Suyatna, SH., MH

Anggota : 1. Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS

2. Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, SH., M.Hum 3. Dr. I Gede Yusa, SH., MH

(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Putu Wilda Karismawati Program Studi : Ilmu Hukum

Judul Tesis : Kedudukan Desa di Bali Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas Plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti Plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

Denpasar, 28 Agustus 2015 Yang menyatakan,

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang melimpahkan rahmat, tuntunan, berkah, sehingga penulisan Tesis dengan judul “Kedudukan Desa Di Bali Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis ini merupakan tugas akhir selama penulis menempuh pendidikan Pasca Sarjana (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana dan sebagai syarat guna mencapai gelar Magister Hukum (S2) pada Program Studi Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Penulis menyadari sepenuhya bahwa keberhasilan dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas berkat adanya bantuan, bimbingan, dorongan, arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SP.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengkuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Prof. Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof.Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada

(8)

Program Studi Magister Ilmu Hukum di Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., M.Hum., LLM., dan Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,MH., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengkuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Prof.Dr. I Wayan Parsa, SH.,M.Hum,. Selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, arahan dalam penyelesaian tesis ini. Kepada Bapak Dr. I Nyoman Suyatna, SH.,MH., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, semangat, arahan dalam penyelesaian penyusunan tesis ini, kepada Prof. Dr. I Made Subawa, S.H.,M.S, selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan arahan dan dorongan semangat kepada penulis selama menuntut ilmu pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Serta Kepada Tim Penguji Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS, Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, SH., M.Hum dan Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, yang telah berkenan untuk memberikan masukan untuk kemajuan Tesis saya ini.

Seluruh Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, khususnya Dosen pada Konsentrasi Hukum Pemerintahan atas segala ilmu yang telah diberikan. Pada kesempatan ini penulis

(9)

Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Kepada kedua Orang Tua tercinta, Bapak Drs. I Nengah Ledang dan Mama Ni Nyoman Wirawati, Adik-adik Ni Made Ayu Trisnawati dan I Komang Agus Praja Aditya, Nenek tercinta Ni Wayan Winten atas segala doa yang diberikan, juga seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat, doa serta dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Kepada teman-teman seperjuangan Mita, Ipa, kak Eka, Pak Made Jayantara, Pak Edi, Mba Dewi, Bu Dewi, kak Metta, Kak Arnawa, Kak Yoga, Bu Aik, Ida, Pak Made Adnyana, kak Gandi, Adit, Trisni, Julia, kak Amik, kak Noni, Dacu, Desy, kak Gandi, kak Iwan serta seluruh sahabat Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana angkatan 2013 yang telah banyak mengispirasi serta memberi semangat dalam penyelesaian tesis ini. Juga kepada Role Foundation dan BPMPD Kota Denpasar atas dukungannya diawal perkuliahan, serta Inspektorat Kabupaten Jembrana yang telah memberikan izin selama menjalani bimbingan hingga selesai.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini sudah tentu masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki kekurangan-kekurangan baik dari metode penulisan maupun analisis, sehingga tesis ini dapat diperbaiki demi penyempurnaannya dan untuk itu dibutuhkan kritik serta saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan penulisan tesis ini sesuai dengan apa yang diharapkan. Akhir kata, besar harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Denpasar, Agustus 2015 Penulis,

(10)

ABSTRAK

Bali memiliki dua jenis Desa yaitu Desa Dinas, dan Desa Adat. Masing-masing desa tersebut memiliki kewenangan yang berbeda. Desa Adat menjalankan kewenangan yang berkaitan dengan urusan adat istiadat dan agama sedangkan Desa Dinas melaksanakan kewenangan administratif. Namun kedua Desa ini dihadapkan pada pilihan untuk memilih salah satu dari Desa tersebut. Hal ini diakibatkan oleh adanya kekaburan norma dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Bertolak dari hal tersebut, substansi permasalahannya ada dua yaitu, bagaimanakah keuntungan dan kerugian memilih Desa Adat di Bali serta bagaimanakah keuntungan dan kerugian memilih Desa Dinas di Bali. Dua permasalahan pokok ini pada intinya ditujukan untuk mengetahui dan menganalisa kedudukan Desa di Bali setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian yuridis normatif yang dilakukan melalui analisis yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan dan konsep hukum sebagai basis penelitiannya. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsep hukum, pendekatan perundang-undangan serta pendekatan sejarah.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa keuntungan memilih Desa Adat adalah eksistensi Desa Adat akan semakin diakui dalam Pemerintahan Desa di Indonesia, selain memang telah diakui dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kerugian dari memilih Desa Adat adalah semakin besarnya intervensi pemerintah terhadap otonomi asli yang dimiliki oleh Desa Adat, hal tersebut akan menyebabkan Desa Adat akan kehilangan kekhususannya dalam menjalankan kewenangan yang dimilikinya. Keuntungan memilih Desa Dinas yaitu, tidak akan terjadi perubahan yang signifikan dari sistem pemerintahan maupun organisasi, sehingga tidak menyulitkan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam menata ulang keseluruhan dari organisasi Desa tersebut. Kerugian memilih Desa Dinas yaitu Desa Dinas tidak mampu menjalankan kewenangan adat istiadat dan agama, dimana urusan adat istiadat dan agama tidak bisa digabungkan dengan urusan administrasi pemerintahan.

(11)

ABSTRACT

Bali has two types of villages namely the Administrative Village, and the Indigenous Village. Each village has a different authority. Indigenous Village exercising authority related to customs and religious affairs, while Administrative Village implementing administrative authority. But both village is faced with the option to choose one of the village. It is caused by the vagueness of norms posed by Article 6 of Act No. 6 of 2014 concerning the Village. Starting from this, the substance of the problem is twofold, how advantages and disadvantages of choosing Indigenous Village in Bali and how the advantages and disadvantages of choosing the Administrative Village in Bali. Two main problems are essentially intended to identify and analyze the position of the village in Bali after the enactment of the Act No. 6 of 2014 concerning the Village. This study was conducted using a normative juridical research, conducted through the analysis derived from legislation and legal concepts as a research base. The approach in this study using the legal conceptual approach, statute approach, and the historical approach.

Based on the results of the study found that the advantages of selecting Indigenous Village is the existence of Indigenous Village will be increasingly recognized in the Indonesian government. The disadvantage of choosing Indigenous Village are increasingly much government intervention against original autonomy which is owned by Indigenous Village. This will lead to the Indigenous Village will lose their specificity. The advantage of choosing the Administrative Village, namely, there will be no significant changes of the governance system and the organization, so it is not difficult for local governments and central government in rearranging the whole of the village organization. The disadvantage of choosing the Indigenous Village, namely, the Village Office is not able to run the religious and customs authorities, where customs and religious affairs can not be combined with administration of government affairs.

Keywords: Administrative Village, Bali, Indigenous Village, the Position of Village, Village Government

(12)

RINGKASAN

Penelitian ini disusun dalam 5 (lima) bab yang secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :

Bab I yakni bab pendahuluan merupakan bab yang berisi tentang hal-hal yang menjadi latar belakang penulisan penelitian ini bahwa di Bali telah terjadi kebingungan dalam menginterpretasikan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Apakah maksud dari pembuat undang-undang untuk memilih antara Desa Dinas dan Desa Adat atau mengakui kedua Desa tersebut. seperti kita ketahui Desa Dinas dan Desa Adat di Bali memiliki fungsi yang berbeda, yaitu Desa Adat menjalankan fungsi adat istiadat dan Desa Dinas menjalankan fungsi administratif. Sehingga pembahasan ditujukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan apabila memilih salah satu Desa tersebut.

Bab II Menguraikan tentang sejarah pemerintahan Desa di Bali, baik itu sejarah pemerintahan Desa Adat dan juga sejarah pemerintahan Desa Dinas. Desa Adat di Bali merupakan Desa yang paling tua dan pertama yang ada di Bali, Desa ini ada sebelum adanya Desa Dinas dan sebelum kedatangan belanda ke Indonesia. Desa Adat mempunyai sistem pemerintahannya sendiri yang berbeda dari Desa Dinas. Desa Adat disetiap daerah di Bali memiliki kekhasannya masing-masing, baik dari adat istiadat, budaya, maupun aturan hukum atau awig-awig yang berlaku dalam wilayah adat tersebut. Sedangkan Desa Dinas muncul setelah kedatangan belanda di Bali, berawal dari keinginan belanda untuk mempengaruhi masyarakat Desa dan membentuk Desa Dinas guna mengatur urusan administrasi Desa tersebut, saat itu dikenal adanya dualisme pemakaian kata Desa di Bali, yaitu Desa Dinas dan Desa Adat. Desa Dinas saat itu memang sudah melaksanakan fungsi administratif. Sistem pemerintahan Desa Dinas selalu mengalami perubahan-perubahan disetiap masa dalam setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku saat itu.

(13)

eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana selain telah diakui secara konstitusional dalam UUD 1945, Desa Adat juga akan mendapat kewenangan tambahan yaitu berupa kewenangan administratif, sehingga Desa Adat tidak hanya akan menjalankan kewenangan adat istiadat dan agama saja, melainkan juga menjalankan kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah. Kerugiannya yaitu semakin kuatnya intervensi pemerintah terhadap urusan adat istiadat di Bali, serta kewenangan administrasi yang dimiliki membuat Desa Adat memiliki kewenangan baru yang sebelumnya tidak dimiliki sehingga diperlukan penataan ulang dalam sistem pemerintahannya maupun struktur organisasinya. Pemilihan Desa Adat juga berdampak pada adanya Desa-desa Adat yang akan dijadikan satu, hal ini sulit karena berkaitan dengan kahyangan tiga dan juga kekayaan Desa, serta adat yang yang berbeda dari masing-masing Desa Adat yang disatukan tersebut. Bali yang kini memiliki masyarakat yang heterogen juga akan menyulitkan masyarakat non hindu dalam menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai warga Desa Adat tersebut.

Bab IV membahas tentang keuntungan dan kerugian memilih Desa Dinas di Bali. Keuntungan yang dimiliki dari Desa Dinas yaitu Desa Dinas merupakan Desa yang sebenarnya dimaksud dalam pengaturan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa hal ini dikarenakan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh Desa Dinas maupun Desa Adat yang terdapat dalam ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan kewenangan yang dimiliki oleh Desa Dinas di Bali. Dari awal munculnya Desa Dinas, Desa Dinas telah menjalankan kewenangan administrasi pemerintahan, sehingga nantinya tidak akan ada perubahan yang signifikan dalam menjalankan pemerintahan maupun dalam struktur organisasi di Desa tersebut. Kerugian memilih Desa Dinas yaitu Desa Dinas tidak dapat melakukan kewenangan adat istiadat dan agama yang selama ini menjadi kewenangan dari Desa Adat. Urusan adat istiadat dan agama tidak dapat di campurkan dengan urusan administratif Negara, bila hal ini tejadi akan dapat menghilangkan kekhususan dan keistimewaan dari adat istiadat yang ada dalam suatu Desa tersebut.

(14)

Bab V merupakan bab penutup dalam penelitian ini, yang memuat simpulan dan saran yang penulis berikan. Simpulan yang di paparkan penulis yakni kedudukan Desa di Bali dalam pelaksanaan pemerintahan Desa selama ini tidak terjadi tumpang tindih kewenangan maupun kelembagaan antara Desa Dinas dan Desa Adat, kedua jenis Desa ini mempunyai kewenangannya masing-masing dan tidak dapat mengambil alih satu sama lain, dan tidak dapat digabungkan satu sama lain, serta tidak dapat digantikan satu dengan yang lainnya, sehingga berbeda dari pemahanan dalam undang-undang yang sesungguhnya menganut Desa tunggal. Sehingga saran yang diberikan yaitu karena tidak terjadi tumpang tindih sehingga tidak harus dilakukan pilihan terhadap salah satu Desa tersebut. Apabila diharuskan dilakukan pemilihan, pemilihan ini hanya bersifat mendaftarkan untuk kepentingan administrasi pemberian Dana Desa, dan yang di daftarkan adalah Desa Dinas, karena Desa Dinas yang menjalankan kewenangan administrasi.

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR MAGISTER ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAN BEBAS PLAGIAT ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9 1.5 Manfaat Penelitian ... 10 1.5.1. Manfaat Teoritis ... 10 1.5.2.Manfaat Praktis ... 11 1.6 Orisinalitas ... 11 1.7 Landasan Teoritis ... 18 1.8 Metode Penelitian ... 38

(16)

1.8.1 Jenis Penelitian ... 38

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 39

1.8.3 Sumber Bahan Hukum ... 41

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 41

1.8.5 Teknik Analisis ... 42

BAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI ... 44

2.1 Sejarah Pemerintahan Desa Adat di Bali ... 44

2.2 Sejarah Pemerintahan Desa Dinas di Bali ... 66

BAB III KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEMILIH DESA ADAT DI BALI SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA ... 86

3.1 Keuntungan Memilih Desa Adat di Bali Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ... 86

3.2 Kerugian Memilih Desa Adat di Bali Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ... 108

BAB IV KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEMILIH DESA DINAS DI BALI SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA ... 122

4.1 Keuntungan Memilih Desa Dinas di Bali Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ... 122

(17)

BAB V PENUTUP ... 150 5.1 Simpulan ... 150 5.2 Saran ... 151 DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data, sebesar 75% kabupaten di Indonesia pada tahun 2005 memiliki nilai jumlah penduduk miskin dibawah 114200.. Namun di tahun 2011, 75% kabupaten di Indonesia

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa apoteker di apotek milik PSA di Wilayah Surabaya Utara, dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian sudah memenuhi Peraturan

Untuk pemasangan bantalan pada bentangan-bentangan gelagar, dongkrak harus ditempatkan di bawah gelagar badan profil/plat girder sedekat mungkin dengan plin-plin untuk

Catatan: Anda tidak diharuskan membaca materi-materi yang disarankan yang tidak tersedia dalam bahasa Anda. Pelajaran Judul Bacaan

kuat, tetapi apabila tidak ada tokoh yang mampu jadi pelopor atau secara sosiologis menjadi agen perubahan ( agent of change ), maka kemunculan karya baru dalam

Seluruh subjek penelitian, yaitu rekan-rekan mahasiswa BEM Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah bersedia dan rela meluangkan waktunya

Penyusunan Metoda Optimasi selanjutnya ditujukan untuk menyusun Metoda Optimasi Jumlah Kotak Pengangkutan pada Kasus Pengaturan Kombinasi Pemuatan n Barang ke m Truk

(2012) menunjukkan bahwa pengkajian komunitas kupu-kupu secara spasial (berdasarkan perbedaan lokasi) serta temporal (berdasarkan perbedaan periode) memberikan informasi