Studi Variasi Tingkat Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Habitat
DiAreal
Konservasi Perkebunan Sawit PT. MSM, Wilmar Plantation, KaltengBelinda Hastari dan M. Arief Soendjoto
...
1-l IAnalisis Pola Agroforestri Pada Kebun Petani
Fahruni
12-25Kajian Ekspansi Akasia DI Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling
Siti Maimunah
...
26-34Respon Pertumbuhan Kedelai (Glycine mox (L.) Merr.) Terhadap Cekaman Kekeringan
Pienyani
Rosawanti
35-44Analisis Kepuasan Petani Terhadap Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kelurahan Kalampangan, Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah
Berkat dan Revi
Sunoryati..
45-53Pemanfaatan Abu Boiler Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Tajuk Tanaman Tomat
Nurul Hidayati dan Asro' Laelani
Indrayonti
54-65 Analisis Usaha Tani Jagung (Zea mays) di Desa Kuwolu Kecamatan BululawangKabupaten Malang
Jurnal
&o4
Vol.2 No. l, Juni 2015 :12-25ANALISIS
POLA AGROFORESTRI PAI}A
KEBT]N
PETANI
(Agroforestry Pattern
Analysis
in
Gardan
Farmer)
Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
#xlf#rm
Universitas Muhamnfadiyah Palangkarayae-mail: fahruni@yahoo.co.id
Abstract
Peatland conditions
fficted
byfire
eochyear in
Central Kal,imantan, resultingin
the disruptionof
the ecologicol balance. Agroforestryis
an option ona
solutionto
restore thefunction
of
peatlands. Through case study methodologt,
thefirst
phase
inclu^des thepreparation of the necessary secondary data collection. The second stage is
afield
surveyof
data collection bioplrysical, socio-economic and agroforestry systems. Thethird
stage is a data anolysis and presentation ofresearch results.Based on this research, there are three patterns of agroforestry conducted by people on
peat, which
is
shapedagrisilvikultur,
silvopasturoand
agrosilvopsstura, where existing agroforestry pattern is the pattern of modern agroforestry. Financial analysis shows that thevalue
of B
/
C
ratio
agrisilvilatkur
:
2.03,
silvopasturoB
/
C
ratio
:
2.68
andagrosilvopasturaB/Cratio:2.5.8/Cratiovolueis>lmeansagroforestrypatternissaid
to be finorrcially beneficial.Abstrak
Kondisi
lahan gambutyang
mengalami kebakaran setiap tahunnyadi
Kalimantan Tengah, berakibat terganggunya keseimbangan ekologi. Agroforestri merupakan pilihan atassolusi
untuk
mengembalikanfungsi
lahan gambut.Melalui
metodologistudi
kasus, pada tahap pertama persiapan meliputi pengumpulan data skunder yang diperlukan. Tahap kedua adalahsurvei
lapanganyaitu
pengumpulan databiofisih
sistem agroforeshidan
sosial ekonomi. Tahap ketiga merupakan analisis data dan penyajian hasil penelitian.Berdasarkan
hasil
penelitian, terdapattiga pola
agroforestriyang
dilakukan
olehmasyarakat
pada lahan gambut
yaitu
berbentuk agrisilvikultur,
silvopastura
danagrosilvopasturq dimana pola agroforestri yang ada merupakan
pola
agroforestri modern. Analisis finansial menunjukan bahwanilai
B/C ratio agrisilvikultur:
2,03, silvopastura B/C ratio:
2,68 dan agrosilvopasturaB/C
ratio:
2,5.BlC
ratio yang nilainya>
1 berarti pola agroforestri d ikatakan menguntungkan secara finansial.PEIYDAHULUAN
Luas
lahan
gambut
di
Provinsi Kalimantan 'fengah adalah 3.010.640 ha(Wahyunto
dan
Subagio,
2004), dikuatirkan tidak mampu lagi memerankan fungsi ekologinl,'a secara optimal.Hal
ini ditandai dengan adanya kerusakan lahan gambut yang diakibatkanoleh
kebakaran pada setiapnrusirr
kemarau.di
sampingadanya kegiatan pembalakan
liar.
Kondisitersebut
dapat mengakibatkan terganggunya keseimbanganekologi
danmenurunnya
kesejahteraan masyarakat.Lahan
gambut terdegradasiperlu
segeradipulihkan
kondisinya dengan
kegiatan penanaman (rehabilitasi dan penghijauan).Upaya rehabilitasi lahan
gambuttidak
dapat
berhasil
tanpa
upaya t2melibatkan peran serta masyarakat lokal.
Faklor yang turut
menentukankeberhasilan
upaya memulihkan
lahangambut
terdegradasi
adalah
pemilihanjenis
yang tepatdari
aspek teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan.Agroforesffi adalah salah satu sistem
pengelolaan
lahan
yang
berfungsiproduktif
danproteklif
(mempertahankan keanekaragaman hayati, ekosistem sehat,konservasi
air
dan
tanah),
sehinggaseringkali
dipakai
sebagai
salah
satucontoh sistem
pengelolaanlahan
yang berkeianjutan.Berdasarkan pennasalahan tersebut
di
atas,perlu
dilakukanpenelitian
yangmampu
menganalisis
struktur
danklasifrkasi
pola
agroforestripada
kebun petani. Sehingga dapat diketahui srurkturdan
klasifikasi
pola
agroforestri
yang sesuaiuntuk
memulihkan
kondisi
lahangambut agar mampu memberikan fungsi maksimal bagi lingkungan.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan
selamalima
bulan,
dimulai
pada bulan
Juni sampai Oktober 2012 dengan lokasi padakebun petani
di
Kelurahan KalampanganKota
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.Obyek
yang
merupakan
bahan pengamatandalam
penelitianini
adalahtanaman
keras
seperti
rambutan(Nephelium loppaceum
L.),
nangka(Anocarpus heterophyllus Lamk.), kelapa (Cocus nucifera
L.),
dan tanaman tahunanyaitu
pisang
(Musa
Sp).
Selanjutnya tanaman semusim antata lain: jagung(ka
maysL.),
kangkung (Ipomoea oquatico Forsk.), bayam (Amaranthus spp.), kacang Tanah (Arachis hypogea L),.Penelitian
ini
menggpnakan metodologi str-rdi kasus. Menurut Bungin(2003),
secara
umum
studi
kasusmemberikan akses dan peluang yang luas
kepada
peneliti untuk
menelaah secaramendalam,
detail,
intensif,
danmenyeluruh terhadap
unit
sosial
yang diteliti.Penelitian
dilakukan dalam
tigatahap. Tahap
pertamaadalah
persiapanmeliputi
pengumpulan data skunder yangdiperlukan. Tahap kedua adalah
survei lapangan yaitu pengumpulan data biofisik. sistem agroforestridan
sosial
ekonomi. Tahap ketiga merupakan analisis data dan penyajian hasil penelitian.Survei
lapangandilakukan
untukmengamati
serta
mengumpulkan
databiofisik
dan sistem agroforestri yang adadi
daerah
penelitian
(Tabel
2).Pengumpulan data
primer
ini
diciapatkanmelalui
wawancara
dan
pengamatan lapangan.Jumal
fua,
Vol.2 No.l,
Juni 2015 : 12-25Tabel
l.
Jenis Data dan Metode PengumpulannyaTabel 2.Metode Analisis Data
HASIL
DAIYPEMBAIIASA]Y
Penelitian ini dilaksanakan di KelurahanKalampangan
Kota
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya masyarakat di lokasi penelitian mengusahakan lahan gambutuntuk pertanian.
Hal ini
terlihat banyaknyahamparan tanaman semusim yang ditanam secara teratur denganjarak tanam tertentu.
Pada mulanya lahan yang digunakan merupakan
padang
lahan
gambut
bekaseksploitasi
perusahaan p€megang FIPH. Kemudianareal
tersebut tumbuh menjadihutan
sekunder tersebutdibuka
melalui metode yang umumnya dikenal petani cepatdan praktis, yaitu metode pernbukaan lahan
dengan pembakaran lahan.
Hal
ini
banyakditemukarr adanya bekas pembakaran lahan
yang terjadi di musim kemarau. Setelah lahan
dibuka
untuli siap
ditanami,
petanimenyediakan
bibit
sayuranmelalui
kios Saprodi yang terdapat dekat areal pemukiman mereka.. Sebagian besar petani mengandalkan hu.ian sebasaimedia
penviraman dalampertumbuhan
bibit
yang ditanarn, mengingat luasnya lahan dan terbatasnya tenaga kerja. Namun terdapat pula petani yang menyediakanpompa air berupa sumur bor yang dipakai pada
musim kemarau.
A.
AnalisisMcdel Agroforestri
Berdasarkan
hasil
p€ngamatan dilapangan,
bila
ditinjau
dari
mastr perkembangannya maka dapat dipastikanbahrva petani pada
kelurahanKalampangan
sudah
menerapkanagroforestri
modern
atau
introducedagroforestri.
Ini
dapat
terlihat
darikombinasi
jenis
yang
terdiri dari
2-3kombinasi
jenis,
dimana salah
satunyamerupakan
komoditi yang
diunggulkan, seringkali diperkenalkanjenis
unggul dariluar
(exotic spesies). Dalamhal
ini
yang merupakankomoditi
diunggulkan adalahtanaman
jagung
(Zea
mays
L.). Metode Pengumpulan dan Sumber DataPengelolaan tanah dan tanaman Sistem agroforestri lahan kritis
-
Pengecekanlapangan/wawancara-
Pengecekanlapangar/wawancaraAnalisis Data Metode
Model Agroforeqtri yang telah ada; jenis
tanaman, sistem trsaha tani
Analisis Sosial: tenaga kerj4 status laharl model. sarana. kebutuhan rumah tangga.
Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif
14
Pada
sfruktur
tegakan,
terlihat sederhana karena biasanya menggunakan polalajur
atau baris yang berselang-seling denganjarak
tanam yang jelas. Sedangkanuntuk orientasi penggunaan lahan bersifat
komersial
dan
umumnya
diusahakan dengan skala. besardan oleh
karenanyapadat modal (capitol
interuive).Selanjutnya
bila
dihubungkan
denganketerkaitan
sosial
budaya"maka
secaraumum
tidak
memiliki
keterkaitan dengan sosial budaya setempat, karena diintrodusiroleh pihak luar
(proyek atau pemerintah) dalam halini
melalui kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kota Palangka Raya.1)
Agrisilvikultur
Pada pengelolaan kebun petani dapat
dikaitkan dengan pola agroforestri, dalam
Tanaman berkayu
yangpetani
di
kebunnl,a
adalah(Nephelium lappoceum
L.).ditanam rambutan nangka
hal ini
adalah
sistem
agrisilvikultur(Agrisilvicultural sistems),
dimanaterjadinya
penanaman
tanaman
yangmerupakan
kombinasi
komponen kehutanan (atau tanaman berkaTu/woodyplants)
dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu).Kegiatan usaha
tani
yang dilakukan melalui perpaduanjenis
tanaman berkayuatau
berdaur
panjang
dengan
tanaman semusim pada lahan garnbut memerlukan pertimbangantersendiri. Menurut
petaniapabila
tanaman
berkalu
telah
masaktebang
maka dapat
diambil
manfaatnya berupa kayu. Disamping itu untuk tanamanberkayu yang menghasilkan buah seperti
jenis
rambutan (Nephelium lappoceum L.)Berikut
ini
adalah
komponen penyusunkebun
sistemagrisilvikultur
pada kebun petani.(Artocarpus heterophyllus
Lamk.),
dankelapa
(L-ocusruicifero
L.).
Sedangkantanaman musiman
berupajenis
pisangabe KomDonen Kebun Sistem
vikultu
No. Pe
Tuiuan
A
Tanaman BerkayuI Rambutan (I,le p he I ium I ap p ac e um
L.\
Ekonomi/I(onsevras1 Nangka (Arto c arpus he t e ro p hy lhes Lamk.) Ekonomi/I(onsewas
3. Kelapa (Cocus nucifera L.) Ekonomi/Konsevras B Tanaman Tahunan
I Pisane
(Musa
So\ EkonomiC Tanaman Semusim
I Jasuns (Zea mavs L.) Ekonom
2. Kangkung (ipomoea aquatica Forsk.) Ekonom
J. Bayam (Amaranthus spp.) Ekonom
4. Kacang Tanah (Arachis hypogeaL) Ekonom
Jurnal @ao4Yol.2 No. 1, Juni 2015 : 12-25
(Musa Sp). Adapun tujuan
penanamantanaman
berkayu adalah
dalam
rangka konservasi tanah danair,
selainitu
yang utamanyaialah
manfaat ekonomi
yangdidapat
melalui
penjualan
hasil
panenberupa
buah-buahan.
Bila
dikaitkandengan
teknik
penanaman
di
lahan gambut, petani memiliki cara sendiri untuk mengatasisifat
gambut denganpH
yang asam, yaitu pada saat sebelum penanaman mereka memberikan abu sisa pembakaran sebanyak2
sendok makan padamasing-masing lubang tanam. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar
I
berikut.Pemberian abu sisa pembakaran
ini
dapat menurunkan k6asaman, karena abu
yang
berasaldari
kayu
itu
kaya
akankalium.
Semakin keraskayuny4
semakinbagus
kendungan
kaliumnya.
Kaliumdapat
bereaksi
dengan
air
membentukkalium
hidroksida (KOFD yang
bersifatbasa.
Berdasarkan pengamatan
dilapangan,
dapat diamati
polaagrisilvikultur seperti pada gambar
2berikut.
Gambar
l.
Pemberian Abu Sisa Pembakaran pada Lubang Tanam sebagai Media TanamGambar 2. Pola
Agrisilvikultur
antara Tanaman Jagung dengan Rambutan2) Silvopastura
(Silvopastura (Silvopastural sistems)
meliputi
komponen kehutanan
(atautanaman
berkayu) dengan
komponen peternakan (atau binatang temak/pasture)disebut
sebagai
sistem
silvopastura.Contoh
silvopastura:pohon atau
perdu pada padang penggembalaan. Pada hasil pengamatandi
lapanganpola
agroforestriPada gambar
3
di
;tas,
pemanfaatanlahan untuk
pemeliharaan hervan ternakyang telah
dilakukan
petani
ialahsilvopasturq
yaitu
melalui
pemeliharaansapi
di
dalam
kandangyang dikelilingi
oleh tanaman berkayu seperti kepala, dan tanaman tahunan yaitu pisang, dan jambu
btji.
Adapun
penyusun
dari
sistem silvopastura dapatdilihat
pada tabel dan gambar berikut.Gambar 3. Pola Silvopastura Heu'an Sapi dan Ikan dengan Tanaman Berkayu
yang
dikelilingi
tanamanberkayu
padaprinsipnya
tidak
saling mengganggu. Halt7
Tabel4. Komponen Penyusun Kebun pada Sistem Silvopastura
No. Komponen Penyusun
Tuiuan
A
Tanaman Berkayu1 Kelapa (Cocus nucifera
L.)
Ekonomi/KonsevrasiB Tanaman Tahunan
I Pisang
(Musa
Sp\ EkonomiC Hewan Ternak
I Sapi (Bos Taurus) Ekonom
J. Ikan
Nila
(Oreochromis niloticus) Ekonom 4. Ikan Mas ( Cyprinus carpiol EkonomiJurnal
@m,Yol.2
No. 1, Juni 2015 :12-25ini
disebabkanprinsip yang
diterapkandalam
pengelolaanagroforestri
dengan pemanfaatan ruang yang sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil maksimal.Sebagai
bentuk
pemanfaatan hasil samping pemeliharaan hewan ternak yaitu3)
AgrosilvopasturaAgrosilvopastura (Agros ilvopas
tural
sistems)
aiiaiah
pengkombinasiankomponen
berkayu
(kehutanan) denganpertanian (semusim)
dan
sekaligusGambar 4. Kemasan pupuk kandang dalam karung
berupa
kotoran
hewan.Dimana
kotoranhewan tersebut dapat dijadikan
sebagaipendukung kegiatan penanaman tanaman semusim,
yaitu
sebagaipupuk
kandang.Kemasan
pupuk
kandang dapat
dilihatpada gambar
berikut
peternakan/binatang pada
unit
manajemenlahan
yang
sama. Padahasil
penelitianditemukan bentuk
dari
agrosilvopastura, yairu pengkombinasian antara pemeliharaan hervantemak
seperti ararl
]E
Tabel 5. Komponen Penyusun Kebun pada Sistem Silvopastura
No. Komponen Penyusun
Tuiuan
A
Tanaman Berkavu1 Rambutan (Nephelium lappaceum
L.\
Ekonomi/l(onsevrasiB Tanaman Semusim
I Jagung (Zea maysL,\ Ekonomi
C Hewan Ternak
1 Ayam (Gallus eallus\ Ekonomi
dan
jagung
serta
pohon rambutan pada kebun petani. Hasil dokumentasi lapanganMenurut
Sardjono
et al
(2003),klasifikasi
agroforestri
didasarkan pada orientasi ekonomi, makabila dilihat
hasil pengamatan lapangan bahwa petani sudah menerapkan agroforestri pada skala semi-komersial (Semi-commercial agrofore stry)dan
agroforestri
skala
komersial(Commercial
agroforestry).
Dikatakan semi-komersial karena pengusahaan lahanpetani
ditujukan
untuk
meningkatkan produktivitas ser[a kualitas hasil. Namunketerbatasan
investasi,
jangkauanpemasaran,
serta
masih
subsisten, menjadikan pemenuhan kebutuhansehari-hari
tetap menjadi
dasar pertimbangan terpenting. Saatini
untuk penjualan hasilpanen
jagung,
sebelumjagung
masak panen para ada beberapa orang yang telah memesannya sehingga begitu panen tiba petani tinggal menerima uang hasil panen.Mereka sangat terbatas waktu dan tenaga
untuk bisa menjual hasil
panennya kedapat
dilihat
pada gambar
5
berikut.pasar oleh karena itu hanya bisa menjual di tempat.
Dikaitkan dengan
penerapanagroforestri
menurut Suharjito
et
al
(2003), dalam penelitian
ini
aspek-aspekyang
mempengaruhi keputusan
petaniuntuk
menerapkan
agroforestri
adalahkelayakan (feasibility),
keuntungan@rofitability),
kemudahanuntuk
diterima(acceptibility),
dan
kesinambungan(sustoirnbility).
Pada aspek
kelayakan$easibility),
pengelolaan
lahan
masih beradadalam
kemampuanpetani
untukmenggarap
lahannya.
Dalam
hal
inidibuktikan
dengan penguasaan teknologi meskipun masih sederhana tetapi mereka mampu megolah lahan secara maksimal.Dalam
aspek keuntungan (profitabtlity),petani mampu
menghasilkanlebih
dari satu macam produk, pada lahan yang samaditanam paling sedikit satu
jenis
tanamansemusim
dan
safu
jenis
tanamantahunan/pohon, produk-produk
yangl9
Jumal
fun,Yol.2
No. 1, Juni20l5 : lZ-25 dihasilkan dapat bersifat terukur (tangible)dan tak terukur (intangible), dan terdapat kesenjangan waktu (time lag) antara wakhl
penanaman
dan
pemanenan
produk tanaman tahunan/pohon yang cukup lama.Sedangkan aspek kemudahan untuk
diterima (acceptibility), manfaat
yang didapatkanpetani dalam
mengusahakan sistemagroforestri
iebih
besar daripada menerapkan sistemlain,
seperti berjualansebagai
pengecer
bensin.
Aspek
ini
mencakup
atas
perhitungan
risiko,fleksibilitas
terhadap
peran
gender,kesesuaian
dengan
budaya
setempat, keselerasan dengan usaha yang lain.Selanjutnya pada
aspekkesinambungan
(sustainobility),
melalui pengusahaan lahandari hasil
agroforestridapat
memberikan kesinambungan hasil sepanjang tahun pengusahaan, karena padamusim
hujan
mereka
sangat
terbantudalam
penyiraman tanaman
dan
padamusim kemarau
melalui
sumurbor
yangada
di
kebun
petani dapat
diusahakan penyiraman dengan bantuan mesin pompa yang didukung oleh genset.Melalui
penerapan agroforestri padakebun petani dapat
meningkatkankeuntungan.
Hal ini
sesuai
dengan pendapat Thaher (1975) dalam Andayani(2005)
ada
beberapa
faktor
yang mendorong semakin meningkatnya petanimelaksanakan
pola
tanam
campuran, antara lain:(1) iklim
Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan'
pengusahaanusahatani sepanjang
tahun,
hal
ini
didukung
d,engan ketersediaan airpada kebun
petrni
yang
dapat dipergunakan saat musim kemarau.(2)
sebagian besar petani sudah memilikipengalaman
sistem
usahatani campuran tersebul(3) sifat
beberapajenis
tanaman panganmaupun
non
panganyang
memilikiketahanan
tertentu
sehingga memungkinkanuntuk
mengatur pola tanam yang paling menguntungkan,(4)
luas
pemilikan lahan yang
relatif
terbatas, dan
(5)
kemampuan
tenaga
kerja
dalam keluarga yang sangat terbatas.B. Analisis
Struktur
Agroforestri
Dalam penerapan agroforestri, petani
di
Kelurahan Kalampangan menggunakanpengkombinasian berdasarkan
dimensiwaktu yaitu
kombinasi denganpola
co-incident yaitu
kombinasi selama jangkawaktu
budidaya
jeniVkomponenagroforestri.
Hal
ini
disebabkan karena keterbatasan tenaga kerja danjuga
lahanyang mereka
miliki
masih luas sehinggamasih
dapat
diusahakantanamrn
lain. Namun secara ruanq mereka membaginya seperti untuk tanaman keras diletakkan ditengah kebun sebagai tempat bernaung bila kelelahan disaat terik matahari. Disamping
itu
pula
penanaman
tanaman
kerasdilakukan
di
pinggir
areai
tanamansemusim
untuk
difungsikan
sebagaiC. Analisis Ekonomi
Pada sistem
agroforestri
dapatmenghasilkan bermacam-macam produk
dimana
jangka
waktu
pemanenannya berbeda sesuai pemanfaatannyadari
segiruang dan
waktu.
Palingsedikit
terdapat satujenis
produknya membutuhkan waktu pertumbuhanyang lebih
dari
satu tahun. Disampingitu
untuk melihat sejauh manasuatu
usaha agroforestri
memberikan keuntungan, maka'analisis yang
palingtanaman
pagar
untuk
menghindarkan tanaman dari hama.Berdasarkan
hasil
pengamatan di lapangan, komponen penyusun dari sistemagroforestri
di
kebun petani dapat dilihatpada tabel berikut.
sesuai digunakan adalah analisis
yang berbasis finansial.Analisis
finansial dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar manfaat yangdiperoleh,
biaya yang
dikeluarkan, dan berapa keuntungannya. Untukitu
menurutAndayani
(2005),
untuk
mengetahuitirrgkat
keuntungan
pola
agroforestri digunakan parameter, salah satunya adalahB/C
Rasio yang merupakan perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama Tabel 6. Komponen Penyusun Sistem Agroforesffi di lokasi PenelitianNo. Komponen Penyusun
fuiuan
A
TanamanBerkayu
I Rambutan (Nephe lium lappaceum
L,\
Ekonomi,/Konsevrasi 2. Nanglia (Ariocarpus he teroplryllas Lamk.) Ekonomi/Konsevrasi3. Kelapa ( Cocus nucifera
L.\
Ekonomi/l(onsevrasiB Tanaman Tahunan
I Pisans
(Musa
So\ EkonomiC Tanaman Semusim
I Jaguns
(ka
mavsL.\
Ekonomi2. Kanekune ( Ioomoea aquatica Forsk.) Ekonomi
J. Bayam (Amaranthus soo.\ Ekonomi
4. Kacang Tanah (Arachis hwogeaL) Ekonomi D Hewan
Ternak
1 Sapi (Bos Taurus\ Ekonomi
2. Ayam (Gallus eallus\ Ekonorni
3. Ikan
Nila
(Oreochromis niloticus\ Ekonomi 4. Ikan Mas ( Cyprinus carpio') Ekonomi E Tanaman PakanTernak
I Rumput Gaiah ( P e nnise tum purpureum') Konservasi
iurnal
&n,Yol.2
No. l. Juni 2015 : 12-25jangka waktu
pengusahaan
(dengan memperhitungkannilai
waktu dari
uang atautime value
of
money). Pengusahaanpola
agroforestn dikatakan menguntungkan secara finansialjika
nilaiB/C
Rasio lebih
dari
saru
(B/C
>
l).
Menurut.
Gittinger
(1986),
suatukeuntungan
B/C
Rasio
adalah
bahwaukuran
tersebut secara langsung
dapatmencatat
berapa besar
tambahan biayatanpa
mengakibatkan
proyek
secaraekonomis tidak menarik.
Berdasarkan
analisis
finansial berbagaipola
agroforestri diperoleh hasilanalisis
finansial
terhadap
pola agroforestri di lokasi penelitian yang dapatiiilihat
pada tabel 8 dan gambar 6 di bawah ini.Tabel T. Hasil analisa finansial berbagai pola agroforestri di Kelurahan Kalampangan
B/C Ratio 3 2.5 2 1.5 I 0.5 0
"{-B/C
RatioGambar 6. Grafik B/C Ratio dari Pola Agroforestri
Berdasarkan pola, penggunaan lahan yang menerapkan sistem agroforestri dapat
dilihat pada tabel dan gambar grafik di atas
bahwa biaya prodtiksi
tertinggi
pada polasilvopastura
sebesarRp.
2.760.000,-,kemudian
diikuti
agrisilvikultur
Rp.1.393.000,-
dan
agrisilvopastura denganbiaya
produksi
sebesarRp.
320.000,-.22
Kriteria
Asrisilvikultur
Silvopastural Agrositvopastura Biaya ProduksiRp.
1.393.000,-Rp.
2.760.000.- Rp. 320.000,-KeuntunganHasil Panen
Rp.
2.827.000,- Rp. 7.390.000,- Rp.Besarnya
biaya
pada
silvopastura disebabkan adanya pengolahan kandang sapi dankolam ikan.
Hal
itu
sebenarny-a belum termasuk modal penga<iaan ternaksapi,
karena
pada
saat
penelitian berlagsung sapi sudah besar siap jual.Sedangkan
untuk
biaya agrisilvopastura merupakan paling rendahdisebabkan kegiatannya
hanya
terbataspada
pengusahaan tanamanjagung
sajadan
pemeliharaanyang
ayam
Cibiarkan hidupdi
alam bebas atau tidak diternakandi
kandang,
sehinggauntuk
pengadaanpelet atau makanannya
tidak
memerlukanbiaya. Dalam
hal
ini
ayam
dibiarkan memperoleh makanannya di alam.Keuntungan
hasil
panen pada pola agroforestriini
yang
diteliti
adalah padapola
silvopastura
yaitu
sebesar
Rp-7.390.000,-.
Menurut
komponenproduksinya
yang
diusahakan
dalam kegiatanini
adalah hewan ternak sapi yangnilai jualnya
adalahtertinggi
disbanding komponen lainnya dalam penelitian ini.Selanjutnya
pola
silvopasturamempunyai keuntungan
hasil
panen sebesarRp.
2.827.000,-.Hal ini
sesuaidengan banyaknya macam
produk
yang dihasilkan tetapi modal dan pendapatannyahampir salna
rata-rata
semuakomponennya,
yaitu
seperti
tanamanberkayu antara
lain:
rambutaq
nangka,kelapa. Tanaman tahunan berupa pisang
serta tanaman semusim
meliputi
jagung, kacang tanah, bayam, dan kangkung.Pada pola agrosilvopastura memiliki
keuntungan
hasii
panen
sebesar
Rp.800.000,-.
Hal isi
sesuai
denganterbatasnya
jumlah
komponenpenyusunnya
yang
hanya
terdiri
dari pengusahaantanaman semusim
berupajagung
dan
hewanternak yang
terbatas jumlahnya yaitu berupa ayam.Analisis finansial
berupaB/C
ratio menunjukan bahwanilai
B/C ratio
dari masing-masingpola
agroforestri
adalahagrisilvikultur
BIC
rationya
2,03, silvopasturamemiliki
B/C
ratio
2,68 dan agrosilvopastura denganB/C
ratio sebesar2,5.
Secara keseluruhan analisis finansialdari
pengusahaanpola
agroforestri
ini menunjukanB/C ratio
yang nilainya>
l.
Hal ini
mengandung
arti
bahwa pengusahaanpola
agroforestri dikatakan menguntungkan secara finansialjika
nilaiBlC
Rasio lebih
dari
satu @/C
>
1).Sehingga dapat dipastikan pola yang ada
dalam
penelitian
ini
adalah
layak diusahakan.D. Analisis Sosial
Masyarakat
yang
menjadi
obyekpenelitian
ini
berasal
dari
Kelurahan Kalampangan Kecamatan Sabangau KotaPalangka
Raya
Provinsi
KalimantanTengah.
Pekerjaan responden umumnyaadalah pada sector
pertanian,
dimanaJurnal
fuoqYol.2
No.l,
iuni 2015 : 12-25dalam
pengusahaanlahannya
merekacukup
mengandalkan
tenaga
dalam keluarga.Namun
adajuga
petani
yangmemiliki
jumlah
keluarga
terbatas, memanfaatkan tenaga tambahandari
luar untuk membantu dalam proses pengolahan lahan dan penanaman saja.Status lahan adalah
milik
merekasendiri
sehingga keuntungan
cukupmaksimal
didapatkankarena
tidak
adabiaya
sewa lahan.Disamping
itu
saranapertanian
yang dimiliki
juga
cukup memadai.KESIMPTJLAN
DAN
SARAN Kesimpulanl.
Berdasarkanpada
komponenpenyLlsunnya
terdapat
tiga
polaagrofcrestri
yang
dilakukan
oleh masyarakat pada lahangambut
yaitu berbentukagrisilvikultur,
silvopasturadan
agrosilvopastura,dimana
pola agroforestri yang ada merupakan pola agroforestri modern.2.
Analisis finansial
berupa
B/C
ratio menunjukanbahwa
nilai
B/C
ratiodari agrisilvikultur
BiC
ratio
=
2,03, silvopasturaB/C
ratio
:
2,68
dan agrosilvopasturaB/C
ratio:
2,5.BIC
ratio
yang nilainya
> I
berarti
pola agtoforestri dikatakan menguntungkan secara finansial.3.
Lahan lokasi
peneiitian
merupakanlahan
gambut
sehingga
petanimemiliki strategi
pengelolaan tanaman. Teknik penanamandi
lahan gambut yang dilakukan petani untuk mengatasisifat
gambut
dengan pHyang
asam,yaitu melalui
pemberianabu
sisa
pembakaransebanyak
2 sendokmakan pada
masing-masinglubang tanam pada saat
sebelum melakukan penanaman..Saran
Pemanfaatan
lahan gambut
untuk kegiatan usahatani
yang
dilakukan oleh petani, merupakan suatuhal
yangpositif
yang harus digalakkan dan didukung oleh pemerintah daerah dalam bentuk program konservasi
lahan
gambut dengan sistem agroforestri.Sistem agroforestri yang selama
ini
dilakukan
oleh
petani, disarankan untukterus
dipertahankandengan
perbaikanteknologi
juga
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi.Perlu dilakukan penelitian
lanjutanterutama
dalam aplikasi
teori
pola agroforestri yang ad4 dan melihat sejauhmana
pola
dapat berjalan
untukselanjutnya
dilakukan
kajian
dalam perbaikan pola.DAFTAR PUSTAKA
Andayani.W. 2005. Ekonomi Agroforestri. Debut Press. Yogyakarta.
Bungin,
B.
2003.
Datz
PenelitianKualitatif.
m.
Raja
Grafindo Persada. Jakarta.Gittinger.
J.P.
1986.
Analisa
EkonomiProyek-Proyek
Pertanian.Universitas Indonesia
(UI-Press). Jakarta.Hairiah
K, MA
Sardjono,S
Sabarnurdin.2003. Bahan
Ajar
I:
PengantarAgtoforestri.
World
AgroforestryCentre (ICRA-F)
Southeast
Asia. Bogor.Wahyunto,
S.
Ritung dan
H.
Subagio (2004). Peta Sebaran Lahan Gambut,Luas
dan
Kandungan
Karbon
diKalimantan
I
Map
of
PeatiandDistribution
Area
and
Carbon Content in Kalimantan, 2000-
2002. Wetlands International-
IndonesiaProgramme
&
Wild!ife
Habitat Canada (!VHC). http ://wetlands. or. id. Diakses tanggal 10 Mei 2012.Sardjono,
M.A,
T
Djogo,
HS
Arifin,
NWijayanto. 2003. Bahan
Ajar
2:Klasifikasi
dan
pola
kombinasikomponen
Agroforestri.
WorldAgroforestry
Centre
(ICRAF)Southeast Asia. Bogor.
Suhadito,