• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses komunikasi remaja Bertato di Desa Turi Sari, Kelurahan Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses komunikasi remaja Bertato di Desa Turi Sari, Kelurahan Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES KOMUNIKASI KELUARGA REMAJA BERTATO DI DESA

TURI SARI, KELURAHAN SEPANJANG, KECAMATAN TAMAN,

KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom.) Dalam Bidang llmu Komunikasi

Oleh: M. FUAD HASAN

NIM. B06214024

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JULI 2018

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

M. Fuad Hasan, 2018. Proses Komunikasi keluarga Remaja Bertato di Desa Turi Sari, Kelurahan Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Komunikasi, Remaja, Bertato.

Persoalan yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu komunikasi interpersonal dalam keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari, Kelurahan Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan data mengenai komunikasi interpersonal dalam keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan berlandaskan teori penggunaan simbol-simbol non-verbal dan interaksi simbolik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi secara langsung.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi interpersonal dalam keluarga remaja bertato berupa tanggapan keluarga dan orang-orang terdekat lainnya ada yang kecewa ada pula yang membiarkan karena itu hak setiap orang dengan pemikirannya masing-masing, dengan alasan mereka tersendiri untuk mentato tubuhnya walaupun ada yang tidak bisa menerima pada awalnya namun setelah berjalannya waktu ini bisa menerima karena bagaimanapun juga itu adalah keluarga sendiri sehingga bisa menerima pada akhirnya, ada yang merasa malu juga karena mempunyai saudara atau anak yang bertato.

Berdasarkan penelitian ini, saran yang diperkirakan ialah jika itu bersangkutan dengan seni itu diperbolehkan tapi secara agama tato adalah larangan sesuai dalam surat An-Nisa : 119 selayaknya itu berhubungan yang dengan seni masih banyak media lain contohnya seperti tembok-tembok (mural) yang tujuannya murni hanya seni tidak merusak.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... v vi ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TRANSLITERASI... xiii BAB I : PENDAHULUAN ...

A.Latar Belakang Masalah... B.Rumusan Masalah... C.Tujuan... D.Manfaat Penelitian... E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu... F. Definisi Konsep... G.Kerangka Pikir Penelitian... H.Metode Penelitian... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian... 3. Jenis dan Data Sumber... 4. Tahap-tahap Penelitian... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... I. Jadwal Penelitian... J. Sistematika Pembahasan... 1 5 5 5 6 7 11 13 13 15 16 17 18 19 21 23 23 BAB II : KAJIAN TEORITIS...

A. Kajian Pustaka... 1. Komunikasi... a. Pengertian Komunikasi... b. Unsur-Unsur Komunikasi... c. Komunikasi Interpersonal... d. Efektifitas Komunikasi... e. Pesan Verbal dan Non-Verbal... f. Pemaknaan Simbol... 2. Remaja... 3. Tato... B. Kajian Teori... 1. Teori Penggunaan Simbol Non-Verbal... 2. Teori Interaksi Simbolik...

24 24 24 26 27 28 30 32 34 39 52 52 53

(8)

BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN... A.Deksripsi Subyek,Obyek dan Lokasi Penelitian... B.Deksripsi Data penelitian...

56 66 BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN...

A.Analisis Data... B.Konfirmasi Dengan Teori...

71 76 BAB V : PENUTUP... A.Kesimpulan... B.Rekomendasi... 79 80 DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENELITI LAMPIRAN

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak lepas dari komunikasi. Sebagaimana kedudukan manusia sebagai makhluk sosial, yang saling membutuhkan dan tidak dapat dihindarkan dari hubungan satu sama lain. Komunikasi menjadi begitu penting, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai kebutuhan dan tujuan dalam hidup adalah komunikasi. Sesuai dengan asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya.1

Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktu yang luangkan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan berbicara serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita.

Komunikasi sangat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang memahami makna pesan yang disampaikan akibat pola komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu.

1

(10)

2

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikan pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini, masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orang tua dan masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orang tua berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan dan hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala aktivitas para remaja.

Masa transmisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan krisis yang di tandai dengan kecenderungan munculnya perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut kenakalan remaja.

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 12 tahun sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup dan identitas yang paling sesuai baginya.

(11)

3

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri atau disebut dengan identitas ego. Ini terjadi karena masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa. Masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang.

Berdasarkan pada kenyataan ini, sangat dituntut peranan keluarga atau orang tua untuk mengarahkan anak-anak remaja, sehingga tidak sampai terjerumus kenakalan remaja. Disamping itu masyarakat juga harus turut serta berpatisipasi untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja karena kewajiban setiap orang untuk ikut berpikir dan bertindak mengarahkan kehidupan para remaja untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Dalam hal ini turut pula peranan pihak kepolisian sebagai salah satu instansi yang paling berwenang dalam mengatasi dan mengantisipasi kenakalan remaja.

Sebuah kelompok sosial terdapat ciri atau simbol yang menandakan keberadaan suatu kelompok tersebut. Simbol ini bisa berupa bendera, lambang dari kelompok sosial tersebut, atribut-atribut kelompok sosial, serta simbol yang direpresentasikan pada seni melukis tubuh atau tato. Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media tepat untuk berekspresi dan eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti tato, piercing dan body painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi tubuh untuk tujuan

(12)

4

yang lebih umum, misalkan untuk mode dan gaya hidup, kini eksploitasi tubuh untuk tujuan yang lebih khusus yaitu sebagai identitas sosial pada suatu kelompok sosial.

Menurut Bruner, posisi tubuh menjadi sangat vital karena ia merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide, dan materi, sakral dan profan, transenden dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti itu tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi juga merupakan medium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat dalam tubuh, pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis.2

Tato adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Dalam perkembangannya di indonesia, tato menjadi sesuatu yang dianggap buruk. Orang-orang yang memakai tato identik dengan penjahat, gali (gabungan anak liar) dan orang nakal. Golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat. Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat “pengesahan” ketika pada tahun 80-an terjadi pembunuhan misterius terhadap ribuan orang gali di berbagai kota di Indonesia.

Tato merupakan salah satu simbol yang menandakan keberadaan sebuah kelompok. Simbol berasal dari kata symboling yang berarti melambangkan. Simbol secara terminologi memiliki pengertian bahasa rupa yang diwujudkan dalam bentuk materi gambar yang telah disepakati secara bersama-sama. Simbol

2

(13)

5

merupakan aspek yang terdalam dari kenyataan yang terjangkau oleh alat pengenalan lain. Dengan demikian, kesepakatan dan kemampuan manusia dalam memaknai simbol (khususnya simbolitas dalam tubuh tato) merupakan model utama yang terpenting. Manusia adalah animal symbolicum atau makhluk yang sarat dengan simbol-simbol dari keberadaannya seperti tato yang merupakan sebuah simbolik.3

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana proses komunikasi interpersonal dalam keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari?

C. TUJUAN

Untuk mendeskripsikan dan memahami proses komunikasi interpersonal dalam keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari RT 01/RW 01

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai keilmuan komunikasi terutama mengenai proses komunikasi keluarga, guna menjadi pendukung dan panduan bagi kajian komunikasi sejenis di masa yang akan datang.

2. Praktis

a. Bagi peneliti diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dalam keilmuan komunikasi serta dalam hal penelitian.

3

(14)

6

b. Bagi mahasiswa lain penelitian ini dapat memberikan stimulus untuk memahami dan memerhatikan terkait proses komunikasi keluarga remaja bertato.

c. Bagi masyarakat penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana proses komunikasi keluarga remaja bertato di desa Turi Sari ketika berada di dalam rumah.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penyusunan proposal ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis dan ternyata ada beberapa mahasiswa/i sebelumnya menulis dalam masalah yang hampir mirip bahkan menyerupai dengan tema atau judul yang penulis buat, oleh karena itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menduplikat” hasil karya orang lain maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas.

Dalam hal ini kajian hasil penelitian terdahulu di ambil dari skripsi yang berjudul “GAYA HIDUP PEMAKAI TATO PADA KALANGAN REMAJA DI SURABAYA” disusun oleh Rezha Firmansyah Aditama Program Studi S1 Sosiologi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perilaku remaja yang memakai tato berpakaian lebih terbuka ataupun pendek dengan alasan agar tatonya dapat terlihat dan keberadaannya masih meresahkan masyarakat, karena pandangan orang lain sulit dirubah bahwa orang bertato lebih potensial melakukan tindak negatif jika dibandingkan dengan yang tidak bertato. Sedangkan perbedaannya, adalah dalam penelitian terdahulu peneliti

(15)

7

memfokuskan pada gaya hidup remaja yang bertato, namun pada penelitian sekarang ini kami memfokuskan pada proses komunikasi remaja yang bertato. F. Definisi Konsep

1. Proses

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari proses

/pro;ses/ runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu.4 Proses adalah sesuatu tuntutan perubahan dari suatu peristiwa perkembangan sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus5. Proses merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau di desain, mungkin menggunakan waktu, keahlihan atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari suatu objek dibawah pengaruhnya.

2. Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari kata latin communicare yang artinya memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa Inggris communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat dikemukakan pengertian komunikasi, ialah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang sumber atau komunikator kepada seorang penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.

4

kbbi

5 Soewarno Handayaningrat, Pengatar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,

(16)

8

Sedangkan menurut Everest M. Rogers, “Communication is the process by which an idea is transferred from a source to receiver with the intention of changing his or her behavior”. Komunikasi ialah proses yang

di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya.6

Komunikasi merupakan gejala yang ada sejak manusia berinteraksi satu sama lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkannya, diwarnai dengan berbagai hubungan kekuasaan.7

Komunikasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah komunikasi antara remaja bertato di daerah sepanjang sidoarjo dengan masyarakat baik secara verbal maupun non verbal.

3. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam satu atap. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami dan istri

6 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 2-3.

(17)

9

saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga.

Jadi keluarga yang dimaksud dalam peneltian ini adalam ibu dan bapak beserta anak-anaknya dan seisi rumah.

4. Remaja

Menurut Kamus Besar Bahasan Indonesia (KBBI) arti dari remaja mulai dari dewasa, sudah sampai unmur untuk kawin. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini, gejolak darah mudahnya sedang bangkit. Keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan sedang tinggi-tingginya. Kadang untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, remaja melakukan hal-hal di luar etika dan aturan8.

Sedangkan remaja yang di maksud dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki tato di daerah Sepanjang Sidoarjo dengan usia 15-20 tahun. 5. Bertato

Secara bahasa, tato berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti. Menurut Oxford Encyclopedic Dictionary tattoo Mark (skin) with permanent pattern or design by puncturing it and inserting pigmen; make design Tattooing (Tahitian tatau). Dalam Ensiklopedia Americana disebutkan bahwa tattoo, tattooing is the production of pattern on face and body by serting dye under the skin some anthtopologis think the practice

(18)

10

developed for the painting indication of status, or as mean obtaining magical protection.9

Dalam bahasa Indonesia, tato disebut istilah “rajah”. Tato merupakan produk dari body decorating dengan menggambarkan kulit tubuh dengan alat tajam (berupa jarum, tulang, dan sebagainya), kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat perwarna atau pigmen berwarna-warni. Tato dianggap sebagai kegiatan seni karena didalamnya terdapat kegiatan menggambar pola atau design tato. Seni adalah “karya”, “praktik”, alih-ubah tertentu atas kenyataan, versi lin dari kenyataan, suatu catatan atas kenyataan. Salah satu akibat dari dirumuskannya kembali kepentinagn ini adalah diarahkannya perhatian secara kritis kepada hubungan antara sarana representasi dan obyek yang direpresentasikan, antara apa yang dalam estetika tradisional disebut berturut-turut sebagai “forma” dan “isi” karya seni10.

Nilai seni muncul sebagai sebuah entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi identitas yang maknawi. Berkaitan dengan tato, ia memang dapat dikategorikan sebagai identitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana, bahagia, hingga individual dan subjektif.

Tato memiliki makna sebagai budaya tanding (counter culture) dan budaya pop (popo culture). Budaya tanding atau counter culture adalah budaya yang dikembangkan oleh generasi muda sebagai ajang perjuangan

9 Olong, Tato..., 83-84. 10 Olong, Tato.., 27.

(19)

11

melawan pengawasan kelompok dominan (orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang ketat dan sebagainya). Perjuangan yang ditunjukkan antara lain dalam bentuk pakaian, sikap, bahasa, musik, hingga gaya. Dengan kata lain, tato secara ideal merupakan bentuk penantangan, protes politis, hingga perang gerilya semiotik terhadap segala sesuatu yang berciri khas kemapanan.

Bertato yang di maksud dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki tato di badannya.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Komunikasi yang diteliti di sini adalah komunikasi interpersonal, tentang proses komunikasi keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari RT 01/RW 01 Kelurahan Sepanjang Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

KOMUNIKASI INTERPERSO NAL PROSES KOMUNIKASI PENGGUNAA N SIMBOL NON-VERBAL & INTERAKSI SIMBOLIK KELUARGA REMAJA PESAN VERBAL & NON-VERBAL

(20)

12

Simbol non-verbal disebut juga isyarat atau simbol yang bukan kata-kata. Simbol non-verbal sangat berpengaruh dalam suatu proses komunikasi. Menurut Mark Knapp, penggunaan simbol-simbol non-verbal dalam berkomunikasi memiliki beberapa fungsi, yakni:

1. Untuk meyakinkan apa yang diucapkan (repetition).

2. Untuk menunujukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (subtitution).

3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity). 4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempurna.

Simbol non-verbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:

1. Kinesics, yakni kode non-verbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan.

2. Gerakan mata, yakni isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata.

3. Sentuhan, yakni isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. 4. Paralanguage, yakni isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama

suara sehingga penerima dapat memahami sesuati dibalik apa yang diucapkan.

5. Diam, yakni isyarat yang tidak semata-mata mengandung arti bersikap negatif, tetapi bisa juga melambangkan sikap positif.

6. Postur tubuh, yakni isyarat yang dapat melambangkan karakter seseorang.

(21)

13

7. Kedekatan dan ruang, yakni isyarat yang dapat melambangkan hubungan antara dua objek berdasarkan kedekatan dan ruang di antara mereka.

8. Artifak dan visualisasi, yakni hasil kerajinan manusia (seni), baik yang melekat pada diri manusia maupun yang ditujukan untuk kepentingan umum. Artifak juga dapat menunjukkan status atau identitas seseorang atau suatu bangsa.

9. Warna, yakni isyarat yang dapat memberi arti terhadapt suatu objek. Hampir semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna, seperti pada bendera nasional, serta upacara-upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-warni.

Teori Interaksi simbolik (George Herbert Mead) ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya di tengah interaksi sosial dan tujuan akhir untuk memediasi, serta mengintepretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Jadi definisi interaksi simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau symbol baik benda mati maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku non verbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau symbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian a. Pendekatan Fenomenologi

(22)

14

Little John menjelaskan bahwa pendekatan fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalamanpengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Pendekatan fenomenologis adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung dan berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna yang dilekatkan padanya.11

Peneliti melakukan penelitian secara langsung dan mendalam kepada remaja berato terkait komunikasi mereka di daerah Sepanjang Sidoarjo. Untuk memahami fenomena dalam penelitian ini, peneliti menggali informasi berdasarkan kesadaran dari pengalaman informan.

b. Jenis Penelitian: Kualitatif

Bogdan dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam

11

(23)

15

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.12

Penggunaan pendekatan kualitatif dikarenakan dalam penelitian ini lebih mengarah kepada penjabaran secara deskriptif. Membutuhkan pengamatan dan observasi yang seksama untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Di mana hal tersebut akan tidak efektif jika dilakukan menggunakan penyebaran angket atau kuesioner untuk memperoleh data.

Penelitian mengenai proses komunikasi keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari butuh metode perolehan data yang deskriptif, seperti wawancara dan observasi. Penelitian ini membutuhkan data dari narasumber secara langsung.

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah beberapa informan yaitu para remaja yang bertato di Desa Turi Sari RT 01/RW 01.

b. Objek penelitian ini adalah proses komunikasi keluarga remaja bertato di Desa Turi Sari ketika berada di dalam rumah. Dimana untuk dilakukan pengamatan terhadap komunikasi interpersonal remaja baik secara verbal maupun non-verbal.

c. Lokasi penelitian ini adalah Desa Turi Sari RT 01-04/RW 01, Kelurahan Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Pemilihan Desa Turi Sari sebagai lokasi penelitian dikarenakan peneliti berasal dari daerah tersebut. Setidaknya dengan begitu akan

12

(24)

16

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian karena sudah lebih mengenal dan memahami situasi setempat, sehingga mempermudah dalam setiap langkah penelitian yang dijalani. Seperti dalam pemilihan narasumber, peneliti menjadi lebih mudah untuk memilih dan menentukan narasumber yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Jenis dan Data Sumber

Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan, dasar yang digunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti. Menurut Lexy J. Moelong dengan mengutip pendapatnya Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain13. Berdasarkan jenisnya data penelitian terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang langsung di ambil pada lokasi atau lapangan (dari sumbernya) atau data yang masih asli dan masih memerlukan analisis lebih lanjut. Dalam hal ini data yang di data yang dihimpun adalah proses terjadinya komunikasi komunikasi remaja bertato yang ada di Daerah Sepanjang Sidoarjo. Data ini diperoleh dari interview, observasi, dan dokumentasi kelompok yang berhubungan dengan data tersebut dan data-data lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

13

(25)

17

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan perpustakaan dan peneliti secara tidak langsung melalui perantara. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen. Dalam hal ini data yang dihimpun adalah tentang profil remaja bertato, data ini tidak langsung diperoleh dari subyek dan biasanya diperoleh dari dokumentasi.

4. Tahap-tahap penelitian a. Tahap pra-lapangan

Ada lima tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini yaitu:

1) Menyusun rancangan penelitian. 2) Memilih lapangan penelitian. 3) Mengurus perizinan.

4) Menjajaki dan menilai lapangan. 5) Memilih dan memnfaatkan informan.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian termasuk mempelajari etika penelitian, karena subyek penelitian ini adalah orang sebagai instrumen pengumpulan data.14

b. Penelitian Lapangan

Yaitu suatu metode dengan peninjaun langsung kepada objek penelitian di lapangan dalam hal proses komunikasi remaja bertato.

14

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal 127-133.

(26)

18

Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan peneliti secara nyata, tepat, dan akurat.

1) Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dengan cara observasi, dan wawancara langsung.

2) Analisis data yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dan menyimpulkan data dan mengaitkan dengan teori fenomenologi atau interaksi simbolik.

5. Teknik Pengumpulan Data

Bermacam-macam teknik pengumpulan data, secara umum terdapat empak macam teknik pengumpulan data, diantaranya adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan atau triangulasi. Disini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu observasi, wawancara serta dokumentasi.

a. Observasi

Menurut nasution observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-benda kecil maupun yang sangat jauh dapat diobervasi dengan jelas. Disini penulis menggunakan observasi partisipatif moderat, yang mana dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, namun tidak semua.

(27)

19

Dalam penelitian ini observasi yaitu mendapatkan data dari objek penelitian dengan cara mendatangi langsung ke objek penelitian seorang remaja bertato guna melihat secara dekat bagaimana proses komunikasi remaja bertato di lingkungan tersebut,

b. Wawancara

Suatu bentuk percakapan langsung untuk memperoleh informasi dimana wawancara merupakan proses penggalian informasi dengan cara tanya jawab langsung (face to face). Wawancara yang dimaksud pen eliti disini adalah wawancara secara bebas dimaksudkan agar peneliti mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari informan. c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Disini penulis selaku peneliti menggunakan teknik dokumentasi di karenakan hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang menyertainya.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data sebelum di lapangan dan analisis data ketika dilapangan. Penelitian kualitatif sendiri seharusnya telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis data hasil studi pendahuluan yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian

(28)

20

masih berifat sementara dan akan berkembang ketika masuk lapangan dan setelah masuk lapangan.

Analisis data di lapangan dalam penelitian ini menggunakan model Alir Miles dan Huberman. Tahap analisis data dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

a. Reduksi Data

Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, transformasi data kasar, yang dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data juga dilakukan dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat partisi, menulis memo dan sebagainya. Reduksi ini terus berlanjut sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Dari mulai pengumpulan data maka akan dimulai dengan mencari arti, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan atau final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, bergantung besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi dan dilakukan selama kegiatan berlangsung. Verifikasi

(29)

21

juga dilakukan dengan meninjau ulang pada catatan-catatan di lapangan. Untuk membuktikan bahwa penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi maka diperlukan teknik keabsahan data. Adapun teknik keabsahan data yang digunakan peniliti adalah:

1) Metode Triangulasi yaitu usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Metode triangulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama. Dalam hal ini peneliti melakukan kroscek dari data yang dipilih baik itu melalui observasi partisipatif, wawancara atau dokumen yang ada. Teknik pemeriksaan ini merupakan triangulasi dengan sumber data yakni membandingkan dan mengecek data derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan. Peneliti menggunakan metode triangulasi karena peneliti menggunakan sumber data yang 2) sama secara serempak.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data a. Ketekunan pengamatan

Untuk memeriksa keabsahan data maka di sini peneliti meningkatkan pengamatan. Dalam arti menambah tingkat keseriusan dan ketekunan untuk mendapatkan kesimpulan yang paling akurat dari data-data yang diterima. Peneliti memahami dengan seksama serta mengamati data yang diperoleh dengan sungguh-sungguh. Data

(30)

22

tersebut baik berupa hasil wawancara maupun foto diamati untuk memeriksa data tersebut apakah sesuai dengan penelitian atau tidak. b. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Dalam tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang dapat dipercaya dan nyaman diajak berdiskusi mengenai penelitian. Hal ini bertujuan memeriksa keabsahan data dengan pendapat dari rekan sejawat yang disampaikan melalui diskusi.

c. Kecukupan refrensial

Dalam hal ini peneliti mematangkan referensi yang ada sebagai rujukan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data. Jika referensi kurang maka ditambah hingga mencukupi. Peneliti memperbanyak dan memperluas referensi sebagai penambah wawasan serta panduan dalam melakukan penelitian. Selain itu juga dapat mengolah data dan memeriksa keabsahan data dengan referensi secara maksimal.

(31)

23

I. JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan antara pada bulan Oktober – Desember 2017.

20-26 Oktober 2017 Menyusun Proposal penelitian

27 Oktober – 10 November 2017

Observasi tempat penelitian dan mencari subyek untuk dijadiikan sebagai narasumber

11-15 November 2017 Melakukan Wawacara dan

pengamatan

16 November – Desember 2017

Penyusunan Hasil Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

J. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini dirancang dengan susunan sebagai berikut BAB I : Pendahuluan

Berisikan Latar Belakang, Tujuan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Definisi Operasional, Kerangka Berpikir, Subjek Objek dan Lokasi Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan BAB II : Kajian Teoritis

Dalam bab ini berisi tentang kerangka teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan kajian teoritik, dimana peneliti menentukan teori apa yang sesuai dengan konteks penelitian ini. Dalam penelitian menggunakan teori interaksi simbolik untuk mengetahui proses komunikasi remaja bertato di Daerah Sepanjang Sidoarjo.

(32)

24

BAB III : Penyajian Data

Bab ini membahas tentang deskripsi subjek, objek, dan lokasi penelitian mengenai gambaran singkat tentang konteks penelitian. Serta berisi deskripsi secara mendalam terkait data penelitian.

BAB IV : Analisis Data

Bab ini membahas tentang temuan-temuan penelitian dan menganilisis data konfirmasi dengan teori.

BAB V : Penutup

(33)

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Kajian Pustaka 1. Komunikasi a. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yang berarti “sama”. Communico, communicatio atau communicare berarti membuat sama (make to common). Jadi, komunikasi dapat terjadi apabila adanya pemahaman yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan15.

Beberapa ahli mendefinisikan istilah komunikasi seperti berikut ini:

1. Stuart, akar kata dari komunikasi berasal dari kata communico

(berbagi). Kemudian berkembang ke dalam bahasa latin, communis

(membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih).16

2. Bernard Barelson dan Garry A. Steiner. Komunikasi adalah proses tranmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya.

3. Carl I. Howland. Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya

15

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 5.

(34)

26

dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.

4. Colin Cherry. Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.

5. Everett M. Rogers. Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

6. Gerald R. Miller. Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.

7. New Comb. Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima.

8. Wiliiam J. Seller. Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan non-verbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti.

9. Harold D. Lasswell. Komunikasi adalah siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya.17

Pengertian lain secara mendalam dan sederhana, komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang sumber atau komuikator kepada seorang penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.

17 Onong ichjana EfFendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Rosdakarya, 1985),

(35)

27

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.18

b. Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur komunikasi sebagai berikut:

1. Who (siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What (mengatakan apa) : Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan.

3. In Which Channel (saluran) : Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

4. To Whom (kepada siapa) : Komunikan, orang yang menerima pesan. 5. With What Effect (dampak) : Efek, dampak sebagai pengaruh dari

pesan atau dapat juga diartikan sebagai hasil dari proses komunikasi.19 Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan sesuai dengan kehendak pengirim.

Proses komunikasi adalah suatu pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan (encoding) ke dalam simbol-simbol yang dapat menggunakan pesan yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh

18

Suranto Aw, Komunikasi Sosial, …, hlm. 2. 19

(36)

28

pengirim. Adapun simbol yang dipergunakan, tujuan utama dari pengirim adalah menyediakan pesan dengan suatu cara yang dapat memaksimalkan kemungkinan dimana penerima dapat menginterpretasikan maksud yang diinginkan pengirim dalam suatu cara yang tepat. Pesan dari komunikator akan dikirimkan kepada penerima melalui suatu saluran atau media tertentu. Pesan yang diterima oleh penerima melalui simbol-simbol, selanjutnya akan ditransformasikan kembali (decoding) menjadi bahasa yang dimengerti sesuai dengan pikiran penerima sehingga menjadi pesan yang diharapkan (perceived message).

Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni supaya tindakan atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan keinginan pengirim. Akan tetapi makna suatu pesan dipengaruhi bagaimana penerima merasakan pesan itu sesuai konteksnya. Oleh sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu didasarkan atas pesan yang dirasakan.

c. Komunikasi Interpersonal

Definisi Trenholm dan Jensen menyatakan bahwa komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Definisi lain dari Littlejohn, komunikasi antarapribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individuindividu.

(37)

29

Sedangkan menurut Agus M. Hardjana20, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka amtardua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Sementara itu, Dedy Mulyana mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkah setiap pesertanya menagkap reaksi orang lain secara verbal maupun non-verbal.

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.21 d. Efektivitas Komunikasi

Keefetktifan hubungan antarpribadi adalah taraf seberapa jauh akibatakibat dari tingkah laku seseorang sesuai dengan yang diharapkan. Ketika berinteraksi, orang biasanya ingin menciptakan dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan-gagasan tertentu,

20

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 85.

21

(38)

30

menciptakan kesan-kesan tertentu, atau menimbulkan reaksi-reaksi perasaan tertentu dalam diri orang lain tersebut.

Keefektifan dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan dalam mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak.22

Tanpa keselarasan terkait komunikasi maka keberhasilan komunikasi tidak akan didapatkan. Terdapat faktor-faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Di antaranya dari sudut komunikator, bahwa komunikator harus memiliki kepekaan sosial, yaitu suatu kemampuan komunikator untuk memahami situasi di lingkungan. Faktor ini sangat diperlukan ketika seseorang berada di lingkungan yang asing atau baru mereka temui. Seperti yang dialami seorang perantau dari satu daerah ke daerah lain yang memiliki sejumlah perbedaan termasuk dalam hal komunikasi. Diperlukan untuk memahami situasi di lingkungan sebagai bahan adaptasi demi mencapai keberhasilan komunikasi dengan masyarakat sekitar.

Selain itu, komunikator juga harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan di mana dia berbicara. Faktor ini merupakan adaptasi yang harus dilakukan oleh perantau dengan lingkungan baru yang mereka tempati. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi, perantau perlu menyesuaikan gaya berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.

22

(39)

31

Dalam kata lain, sesuai dengan yang dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat.

Selain kedua faktor tersebut, terdapat faktor keberhasilan komunikasi dipandang dari pesan yang disampaikan. Faktor tersebut ialah lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan. Serta tidak menimbulkan multi interpretasi atau penafsiran yang berlainan.

Sehingga lagi-lagi penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana proses komunikasi remaja untuk kemudian mereka pergunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Pemahaman dan pengaplikasian yang baik akan menimbulkan kesepahaman dengan komunikan, serta dapat menghindari terjadinya penafsiran yang berlainan.

e. Pesan Verbal (Bahasa) dan Non-Verbal (Artifaktural)

Komunikasi verbal merupakan komunikasi dengan ciri-ciri bahwa pesan yang dikirimkan berupa pesan verbal atau dalam bentuk ungkapan kalimat, baik secara lisan maupun tulisan.23

Menurut Deddy Mulyana, “simbol atau pesan verbal adalah semua jenis yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal” bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan

23

(40)

32

simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. 24

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting.25

Maka dari itu, selain komunikasi verbal peneliti juga mengamati komunikasi non-verbal keluarga remaja sebagai objek penelitian. Komunikasi non-verbal adalah komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang disampaikan berupa pesan non-verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat badaniah (gestural) maupun isyarat gambar (pictural).26

Dalam komunikasi non-verbal terdapat istilah komunikasi artifaktural, yaitu komunikasi nonverbal berupa penampilan seseorang. Pesan artifaktural diungkapkan melalui penampilan fisik dan penggunaan objek, misalnya: penampilan tubuh, pakaian, aksesoris, dan kosmetik.27

Gambaran tentang diri seseorang (self image) memegang peranan penting dalam komunikasi, baik dengan orang lain (interpersonal)

24

Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996),

hlm. 340.

25

Hardjana, Komunikasi Intrapersonal, …, hlm. 22. 26

Suranto Aw, Komunikasi Sosial.,…, hlm. 13. 27

(41)

33

maupun dengan diri kita sendiri (intrapersonal). Self image ini sedikit banyak dipengaruhi oleh gambaran fisik seseorang (physical image) serta penampilan fisiknya (physical appearance).

Selama gambaran fisik berpengaruh besar dalam menentukan citra diri, maka orang akan berusaha meningkatkan penampilannya. Penampilan berperan penting dalam menentukan identitas sosial. Penampilan memperngaruhi perilaku kita dan perilaku orang lain yang berhubungan dengan kita.

Menurut Leathers, penampilan mengkomunikasikan makna. Komunikasi artifaktural sebagai bagian sistem komunikasi non-verbal mencakup segala sesuatu yang dipakai orang untuk melakukan sesuatu terhadap tubuh untuk memodifikasi penampilannya. Tidak mengherankan jika banyak orang berusaha menyempurnakan penampilannya.

Stone mengemukakan, pakaian menyampaikan pesan. Pesan yang dibawa oleh pakaian bergantung pada sejumlah variabel, seperti latar belakang budaya, pengalaman, dan sebagainya.28

f. Pemaknaan simbol

Langer, seorang filsuf, memikirkan simbolisme yang menjadi inti pemikiran filosofi karena simbolisme mendasari pengetahuan dan pemahaman semua manusia. Menurut Langer, semua binatang yang hidup didominasi oleh perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasikan oleh konsepsi, simbol, dan bahasa. Binatang merespon tanda, tetapi

28

(42)

34

manusia menggunakan lebih dari sekedar tanda sederhana dengan mempergunakan simbol.

Simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang suatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah “sebuah instrumen pemikiran” dan konseptualisasi manusia tentang suatu hal. Kemudian, simbol merupakan inti dari kehidupan manusia dan proses simbolisasi penting juga untuk manusia seperti halnya makan dan tidur. Kita arahkan ke dunia fisik dan sosial kita melalui simbol-simbol dan maknanya serta makna membuat suatu hal sering menjadi jauh lebih penting daripada objek sesungguhnya atau keterangan mereka.29

Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola atau bentuk. Menurut Langer, konsep adalah makna yang disepakati bersama-sama di antara pelaku komunikasi. Bersama, makna yang disetujui adalah makna denotatif, sebaliknya, gambaran atau makna pribadi adalah makna konotatif.

Penggunaan simbol pada manusia dirumitkan oleh fakta bahwa tidak ada hubungan langsung antara simbol dan objek sebenarnya. Bahkan, lebih dirumitkan lagi oleh fakta bahwa kita menggunakan simbol dalam kombinasi. Signifikansi sebenarnya dari bahasa adalah

wacana, yang di dalamnya menghubungkan kata-kata menjadi kalimat dan paragraf. Wacana mengekspresikan proposisi, dimana

29

(43)

35

imbol kompleks yang menghadirkan sebuah gambaran dari sesuatu. Organisasi dan kombinasi bahasa berpotensi membuat bahasa benar-benar kaya dan sarana yang tidak tergantikan bagi umat manusia. Dengan bahasa kita berpikir, merasa dan berkomunikasi. Langer menyebut hal ini dengan simbolisme tidak berhubungan (discurve symbolism).30

2. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescere, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama.

Zakiah Deradjad dalam Sofyan S. Willis mendefinisikan remaja adalah usia transisi. Seseorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat.

Remaja sebagai tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat dan yang terjadi pada tubuh remaja luar dan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja.

30

(44)

36

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan, masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis mereka masih belum matang.

Mengenali umur masa remaja, dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Aristoteles : membagi perkembangan manusia dalam 3 kali 7 tahun:

Umur Kategori

0-7 tahun masa kanak-kanak 7-14 tahun masa anak sekolah. 14-21 tahun : masa remaja/pubertas.

Tabel 2.1 Perkembangan Manusia

2. Menurut Stanley Hall masa remaja itu berkisar dari umur 15 tahun sampai dengan 23 tahun.

3. Sedangkan menurut DR. Zakiah Deradjat masa remaja itu kurang lebih antara 13-21 tahun.

4. Pembagian fase-fase perkembangam yang agak luas dijelaskan oleh Arthur T. Jersild dalam bukunya “Child Psychology” sebagai berikut:

(45)

37

Umur Kategori

X - 0 tahun permulaan kehidupan (masa Konsepi)

0 – 1 tahun masa bayi

1 – 5 tahun masa kanak-kanak

5 – 12 tahun masa anak-anak

15 – 18 tahun masa remaja

18 – 25 tahun masa dewasa asal

25 – 45 tahun masa dewasa

45 – 55 tahun masa dewasa akhir

55 – X tahun masa tua dan akhir kehidupan

Tabel 2.2 Perkembangan Manusia

Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa batas umur remaja berkisar antara 13 sampai 21 tahun. Diantara batas terdapat dua fase pemkembangan yaitu prapubertas (13 – 15 tahun) dan fase remaja (16 – 19 tahun).31 Adapun kategori remaja menurut umur juga disampaikan oleh DEPKES, berikut tabelnya :

31

(46)

38

Umur Kategori 0 sampai 5 Tahun Masa Balita

5 sampai 11 Tahun Masa Kanak – Kanak 12 sampai 16 Tahun Masa Remaja Awal 17 Sampai 25 Tahun Masa Remaja Akhir 26 sampai 35 Tahun Masa Dewasa Awal 36 sampai 45 Tahun Masa Dewasa Akhir 46 sampai 55 Tahun Masa Lansia Awal 56 sampai 65 Tahun Masa Lansia Akhir 65 sampai atas Masa Manula

Tabel 2.3 Kategori Umur menurut DEPKES (2009)

Menurut DEPKES usia remaja di Indonesia adalah rentang umur dari 12-16 tahun dimana itu adalah remaja awal dan 17 sampai 25 tahun yang ditunjukkan dengan remaja akhir. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja :

a. Remaja Awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan

(47)

39

dipegang bahunya saja ole lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinaya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan).

c. Remaja Akhir (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu :

 Minat yang makin mantap terhadap fungsi intelek.

 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

 Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

(48)

40

 Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

 Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum32.

3. Tato

Tato merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan diri. Tindakan ini berhubungan langsung dengan seni rupa. Tato merupakan bagian dari body painting. Keberadaan seni sepanjang sejarah tidak pernah berdiri sebagai entitas yang lepas dari masyarakat. Sebab, kesenian merupakan ungkapan eksistensi berbagai masyarakat yang senantiasa berjalan mengikuti dinamika kehidupan masyarakat bersangkutan. Sebagai salah satu hasil kreativitas yang mendukung suatu kebudayaan, seni sesungguhnya merupakan ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Ungkapan kreativitas tersebut juga berfungsi sebagai mediasi dalam memenuhi kebutuhan estetik dan fungsional dalam kehidupan manusia, baik sebagai sarana berekspresi maupun hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan, agama (ritual), pendidikan, politik, dan ekonomi.

Tatto kini mengalami pergeseran dan memasuki nilai antroposentris. Sebelumnya, tato bernilai religius trasendental dan magis pada masyarakat suku bangsa pendalaman. Pergeseran inilah yang kemudian menjadikan tatto sebagai wilayah yang diperebutkan antara moralitas tubuh, estetika tubuh, identitas tubuh, hingga solidaritas tubuh. Ketika tatto tidak menjadi

32

(49)

41

simbolisasi trend maka ia akan kehilangan nilai sakralitas dan masuk ke pelataran profan. Pada akhirnya, tatto dipandang terdemistifikasi hingga masuk ke jurang stigmatisasi negatif yang bernada klaim bahwa tatto adalah cap penjahat, bajingan, gali, gento, dan lain sebagainya.

Pasca runtuhnya rezim orde baru, ternyata udara segar kebebasan dan liberalitas tidak hanya dapat dinikmati oleh kalangan sadar hukum dan aktivis politik an sich, namun kebebasan dalam berekspresi juga melanda kaum muda urban yang lebih agresif, reaksioner, atraktif terhadap situasi dan lingkungan. Salah satu bentuk nyata yang dilakukan adalah kian merebaknya tatto menjadi simbol yang dapat ditafsirkan bermacam-macam, dari sekedar ikut-ikutan, pemberontakan, ekspresi, dan rasa seni.33 Tatto telah menjadi kebudayaan massif yang menimbulkan kesan interpretatif. Kegiatan interpretatif inilah yang disinggung oleh Geertz. Kebudayaan adalah jalinan makna di mana manusia menginterpretasikan pengalamannya dan selanjutnya hal tersebut menuntun tingkah lakunya. Ketika manusia menambahi, mengurangi, dan mengubah bagian tubuhnya maka akan memunculkan simbol ataupun makna semiotik yang dapat dibaca dengan beragam makna. Simbol menurut Geetz, adalah sebagai ajang/ tempat/wahana yang memuat sesuatu nilai bermakna (meaning). Dari berbagai simbol tersebut, kebudayaan dapat mempengaruhi cara-cara berpikir individu atapun kelompok dalam perilakunya.

Di dunia kekinian tatto telah menjadi cerminan bagi keberadaan masyarakat, khususnya kaum muda penganut aliran punk, rock, black

33

(50)

42

metal, hingga kalangan mahasiswa umum. Hal ini menunjukkan bahwa kini tato tidak lagi milik kaum preman dan seniman, tapi telah menjadi milik khalayak ramai. Relitas menunjukan bahwa konsumsi tato didominasi oleh kaum muda, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Fenomena ini menunjukkan bahwa kaum muda mulai berani secara terang-terangan menunjukan identitas diri mereka. Kaum muda akan sangat bangga dengan sesuatu yang melekat di tubuh mereka, karena dengan itu mereka (kaum muda) merasa mampu menyuarakan ekspresi mereka melalui simbol pada tubuh secara minimalis sekalipun.

Ketika tato menjadi tindakan yang tak mengenal batas-batas geografis, ideologi, etnik, gender, ras, dan kebudayaan maka hal tersebut akan dipandang sebagai cermin kebebasan, egalitarianisme, sehingga pada akhirnya tato pun menjadi kebudayaan yang didominasi oleh sebagian besar kalangan muda. Dengan kata lain, telah menjadi sebuah

International Youth Culture.

Konsekuensi logis yang terjadi adalah tato menjadi budaya pop bahkan budaya massa dengan segala ikon yang disandangnya. Budaya pop kaum muda ini dapat eksis di negara-negara yang telah maju maupun berkembang. Salah satunya adalah Indonesia. Mengguritnya budaya pop ini tentuny tidak lepas dari derasnya berbagai arus informasi, propaganda, liberalisme yang menyulap batas-batas negara menjadi sangat kabur. Hal tersebut tentu berimplikasi terhadap kebudayaan suatu negara.

Lingkungan sosial masyarakat kekinian cenderung memberi kelonggaran bagi kalangan bertato, meskipun masih terbatas di beberapa

(51)

43

kota besar. Akan tetapi, lama- kelamaan kelonggaran tersebut dapat semakin meluas secara geografis. Hal ini dikarenakan gempuran yang demikian hebat di berbagai aspek melalui iklan di media audivisual yang muncul per sekian detik, sehingga mau tidak mau akan mengubah pandangan respons masyarakat terhadap pelaku tato.

Akibat dari segregasi terhadap pandangan tato yang konservatif dan mapan maka tato kini mengalami reduksionisme diskriminasi. Orang tidak lagi memandang tato secara parsial, tapi perspektif kini bergeser kepada pandangan secara multidimensional yang cukup reflektif dan sadar perubahan. Dengan kata lain, manusia bertato tak diperlakukan secara

unequal treatment of equals.

Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama modern dan perkotaan. Secara historis, tato lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional, bahkan dikatakan arkhain (kuno).

Kini tato seakan mengalami euforia dan perluasan makna ameliorasi yang demikian multidimensial. Orang melakukan tindakan tersebut tidak perlu takut dipandang negatif. Dukungan terhadap tindakan tato pun merasa bahwa ketika atribut tersebut melekat di tubuh mereka maka resistensi diri terhadap lingkungan tidak perlu dipikirkan, mengingat daya protes akan diimbangi dengan daya dukung komunitas atau bahkan dari kalangan keluarga.34

Dunia tato dipahami sebagai dunia ekspresi kaum muda yang mereprentasikan gejolak ketidak beresan keadaan sekitar mulai dari

34

(52)

44

materialisme yang mengembang, korupsi yang menggurita bahkan hingga penyebab sepele seperti patah hati. Dengan kata lain, kaum muda seakan tengah menentang sistem kemapanan sebagai rasa ketidakpercayaan. Pada sisi lain, mereka mencari nilai ideal yang dapat dijadikan pedoman dan kepercayaan.35

Bagi kaum muda, tato dianggap bersifat atraktif, dinamis, sesuai dengan jiwa muda mereka yang penuh semangat, ide kreativitas yang seakan semakin meledak-ledak ketika melihat suatu tatanan sosial kultural masyarakat yang terasa mengikat kebebasan dan terasa monoton. Remaja menganggap bahwa berbagai fashion (tato), aliran musik, hingga bahasa dapat dianggap sebagai usaha untuk memenangkan ruang kultural dalam melawan kebudayaan yang dianut orang tua dan kebudayaan dominan yang berlaku umum di masyarakat. Kini tampaknya konsekuensi dari lahirnya budaya tanding, tato yang merebak di kalangan anak muda dalam melawan segala sesuatu yang mapan mendapat dukungan dari berbagai kalangan.

Budaya tanding adalah budaya yang dikembangkan oleh generasi muda sebagai ajang perjuangan melawan pengawasan kelompok dominan (orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang kuat, dan sebagainya). Dengan kata lain, tato secara ideal merupakan bentuk penentangan, protes politis, hingga segala sesuatu yang berciri khas kemapanan.36

1. Deviasi dan different culture dalam tato

35

Ibid, 25.

(53)

45

Deviasi mempunyai pengertian sebagai tindakan menyimpangan perilaku yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Terjadinya deviasi khususnya pada gaya anak muda kadang-kadang dianggap sebagai pertanda bahwa struktur sosial yang ada pada masyarakat perlu di ubah. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa struktur yang ada tidak mencukupi dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan yang terjadi. Oleh karena itu, masalah deviasi (penyimpangan) senantiasa harus ditelaah dari sudut pendekatan yang netral agar benar-benar diketahui segi positif dan negatifnya. Tanpa melakukan itu, ada kemungkinan deviasi negatif dibiarkan terjadi sehingga tidak mustahil menjadi budaya tanding (kebuyaan sempalan yang menentang kebudayaan induk/

superculture).

Eksistensi tato selama ini dianggap bagian deviasi (penyimpangan). Tato masih merupakan bagian dari tindakan yang keluar dari rel-rel kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat Indonesia, kecuali di kota-kota besar, konformitas masih sangat kuat dimana anak muda dianggap normal, ganteng, dan alim apabila ia rapi, bersih (tak ada tato), tak bertindik, dan lain-lain. Jika terjadi penyimpangan sedikit saja, seperti menato tubuh maka akan mengakibatkan gunjingan dan celaan yang cepat menyebar ke mana-mana. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika gaya-gaya

(54)

46

anak muda seperti itu akan cepat dianggap sebagai sesuatu yang negatif.37

2. Liminalitas tato pada kaum muda

Masa muda merupakan masa dengan ciri khas yang membedakan degan fase lain dalam kehidupan manusia. Masa muda dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh fase lain dalam kehidupan dilingkungan sekitarnya. Di samping terjadi perubahan fisik berupa pematangan biologis kaum muda juga mulai berusaha untuk mengembangkan dan menyempurnakan pribadi dalam rangka menunjukkan identitas mereka.

Selain itu, masa muda merupakan wilayah perbatasan antara dunia anaka-anak dan dewasa yang mengandung ketidakpastian. Masa-masa inilah yang paling sering menimbulkan keresahan dan kegelisahan, di mana dunia yang penuh keriangan baru saja dilewati, namun pintu kedewasaan belum terbuka. Reaksi umum terhadap kegelisahan yang dialami kaum muda tersebut adalah mereka mulai membangun jaringan relasi sosial di luar lingkungan yang dianggapnya lebih luas dan mampu menampung segala kegelisahan mereka, yang kelak kegelisahan itu sendiri mampu mempengaruhi tingkah laku remaja dalam proses-proses penyesuaian dengan lingkungan.38

Secara etimilogis, liminalitas berasal dari kata “limen” yang berarti ambang pintu, di mana eksistensi sang subjek juga dapat diartikan sedang ada di ambang pintu. Konsepsi Victor Turner

37

Ibid, 31-35.

38

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Tabel 2.1 Perkembangan Manusia
Tabel 2.2 Perkembangan Manusia
Gambar 3.1 Foto Tato informan pertama  b.  Informan II
+6

Referensi

Dokumen terkait

(1) Orang pribadi atau badan yang telah mempunyai izin di bidang Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja tetap masih berlaku sampai berakhirnya masa izin dan harus

Sementara Nawawi (1995 : 133) mengemukakan bahwa teknik dokumenter adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau subyek penelitian. 14 Data primer dalam penelitian ini

Simpulan dari hasil penelitian ini berdasarkan data hasil observasi kreatifitas belajar siswa dan penggunaan media kartu kata pada pembelajaran Bahasa Indonesia

Walau kisah tersebut dituturkan dalam bentuk perumpamaan, namun cukup banyak penafsir yang berpendapat bahwa apa yang diceritakan Yesus adalah sesuatu yang umum terjadi di

“Data primer adalah data utama yaitu data yang diseleksi atau diperoleh langsung dari sumbernya tanpa perantara (Siswantoro, 2010:70).” Data primer penelitian ini

Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan di lapangan melalui observasi dan wawancara atau

Allah Bapa, Sumber kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan