PENGAWALAN KEAMANAN, KHASIAT, DAN MUTU
VAKSIN COVID-19 SEBELUM DAN SESUDAH DI PEREDARAN
1
Dr. Dra. L. Rizka Andalucia, M.Pharm., Apt
Direktur Registrasi Obat
Disampaikan pada
Webinar Komisi Informasi Pusat:
Aspek Keamanan dan Kesehatan Vaksin COVID-19 27 Januari 2021
PENDAHULUAN
Kondisi pandemi dengan angka kejadian penyakit dan angka kematian yang tinggi di seluruh dunia
Belum ada obat dan vaksin yang sesuai untuk menangani penyakit ini sehingga dibutuhkan penelitian dalam waktu yang cepat
Kebutuhan akan vaksin tidak seimbang dengan ketersediaan vaksin
membutuhkan kecepatan dalam bertindak dan fleksibilitas regulasi
Penyediaan Obat dan Vaksin harus didukung dengan jaminan Keamanan, Khasiat dan Mutu baik pre market maupun post market
PENGAWALAN KEAMANAN, KHASIAT DAN MUTU VAKSIN
PRE – POST MARKET
3
UJI KLINIK
PRODUK PENGAJUAN EUA
EUA SERTIFIKAT CPOB FASILITAS PRODUKSI PRE-MARKET SARANA DISTRIBUSI SARANA PELAYANAN POST-MARKET SAMPLING PRODUK & PENGUJIAN LAB INSPEKSI SARANA FARMAKOVIGILANS SARANA PRODUKSI LOT RELEASE Penerbitan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) dan Inspeksi Uji Klinik
Inspeksi CPOB Sarana Produksi
Penerbitan EUA sesuai data keamanan, khasiat dan mutu
Penerbitan lot release setiap bets/kedatangan vaksin Pengawasan Penerapan CDOB di Sarana Pemerintah dan Swasta Sampling dan Pengujian Vaksin Pengawasan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
• Level maturitas 3 dan 4 dari skala 4 untuk 9 fungsi regulatori berdasarkan WHO GBT Assessment pada tahun 2018.
• Salah satu indikator penilaian adalah
independensi dari national regulatory authority (NRA).
• Badan POM menjadi kandidat regulator (WHO Listed Authorities, WLA) yang dapat dijadikan referensi negara lain.
PENGAKUAN INTERNASIONAL TERHADAP BADAN POM
SEBAGAI OTORITAS REGULATORI OBAT
Global Benchmarking Tools (GBT)
Indonesia menjadi negara ASEAN ke-3
yang bergabung menjadi anggota PIC/S ke-41 pada Juli 2012, setelah
Singapura (Jan 2000) dan Malaysia (Jan 2002)
Pusat Pengembangan dan Pengujian Obat dan Makanan Nasional
(P3OMN) Badan POM telah
mendapatkan Prequalified WHO untuk:
1. Laboratorium pengujian obat kimia
2. Laboratorium pengujian produk biologi termasuk vaksin
Mendukung produk farmasi Indonesia memperoleh PQ WHO sehingga dapat mensuplai kebutuhan Global
INDEPENDENSI, TRANSPARANSI, DAN INTEGRITAS
DALAM PROSES EVALUASI VAKSIN
MANFAAT
RISIKO
EVALUATOR BPOM BERSAMA KOMNAS PENILAI OBAT, TIM AHLI VAKSIN, ITAGI, KLINISI
5
Membangun kredibilitas negara dan produk farmasi Indonesia
PERSETUJUAN PENGGUNAAN SAAT DARURAT
(EMERGENCY USE AUTHORIZATION (EUA))
Telah ditetapkan keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat oleh Pemerintah (Keppres No. 12 Tahun 2020)
Terdapat cukup bukti ilmiah terkait aspek keamanan dan khasiat dari obat
Memiliki mutu yang memenuhi standar yang
berlaku serta dan Cara Pembuatan Obat yang Baik Memiliki kemanfaatan lebih besar dari risiko ( risk-benefit analysis) didasarkan pada kajian data non-klinik dan non-klinik obat untuk indikasi yang diajukan.
Belum ada alternatif penatalaksanaan yang memadai dan disetujui untuk diagnosa, pencegahan atau pengobatan penyakit
Kriteria Persetujuan EUA
Syarat EUA untuk Vaksin
COVID-19
1 2 3 4 5- Data Uji Klinik Fase 1 dan 2 dengan pemantauan 6 bulan untuk menunjukkan Keamanan dan Imunogenisitas vaksin
- Data Uji Klinik Fase 3 dengan interim analisis pemantauan 3 bulan untuk menunjukkan keamanan,
imunogenisitas dan Efikasi Vaksin = 50%
- Data mutu lengkap dengan stabilitas minimal 3 bulan
Persyaratan EUA WHO:
Minimum data interim 3 bulan dengan efikasi vaksin 50%
FLEKSIBILITAS DAN PERCEPATAN PROSES PERIZINAN
• Inspeksi CPOB • Data Mutu
Pengembangan Bahan Baku
Vaksin dan Produk Jadi Vaksin
Mutu
• Uji Pre-Klinik
• Uji Klinik Fase 1 & 2 (6 bln)
• Uji Klinik Fase 3 (analisis interim pemantauan 3 bln)
Keamanan
• Uji Klinik Fase 3 Bandung (analisis interim pemantauan 3 bln)
• Hasil Uji Klinik Brazil dan Turki (efikasi dan keamanan vaksin) Khasiat EUA 11 Jan 2021 10 Jan 2021 8 Jan 2021 29 Des 2020 9 Des 2020 Okt – Nov 2020 7
Rolling Submission
Adaptive trial
Fase-fase uji
klinik dilakukan
secara paralel
Upaya khusus
• Koordinasi dan diplomasi dengan negara lain • Koordinasi tim peneliti uji klinik • Back up fasilitasAPA SAJA YANG DIPERHATIKAN DALAM MELIHAT KHASIAT VAKSIN
Imunogenisitas
Peningkatan Antibodi (IgG) & Netralisasi Antibodi :
•- Seropositive
•- Seroconversion
•- Geometric Mean Titer
(GMT)
Efikasi
Estimasi penurunan angka kejadian infeksi pada kelompok orang yang mendapat vaksin dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat vaksin/ mendapat placebo
Efektifitas
Kemampuan vaksin dalam menurunkan
kejadian penyakit infeksi dalam populasi
masyarakat sebenarnya setelah digunakan luas dalam masyarakat.
DATA KHASIAT DAN KEAMANAN VAKSIN CORONAVAC
•Imunogenisitas: persentase subjek yang seropositive (jumlah subjek yang memiliki antibody setelah
penyuntikan vaksin) setelah 6 bulan pemberian dosis kedua adalah 77,97%.
Studi di
Tiongkok
• Imunogenisitas: respons imun yang masih baik hingga 3 bulan pemberian vaksin dosis kedua dengan
persentase subjek 99,23%. • Efikasi Vaksin: 65,3%
• Relawan uji klinik random dari populasi masyarakat umum
Studi di
Indonesia
• Data hasil uji klinik di Turki dan Brazil digunakan sebagai pendukung data keamanan vaksin dan keragaman populasi penelitian
• Di Brazil seluruh relawan uji klinik adalah tenaga Kesehatan sedangkan di Turki 20% tenaga Kesehatan dan 80 % pekerja berisiko tinggi
Studi di
Turki dan
Brazil
KEAMANAN
• Berdasarkan data uji pada hewan dan uji klinik pada manusia mulai dari studi fase 1, fase 2 dan interim fase 3 di Tiongkok,
Indonesia, Turki dan Brazil (>10.000 subjek), secara keseluruhan menunjukkan vaksin aman.
• Laporan efek samping yang ditimbulkan bersifat ringan hingga sedang, yaitu efek samping lokal berupa nyeri, indurasi (iritasi), kemerahan dan pembengkakan. Selain itu terdapat efek samping sistemik berupa myalgia (nyeri otot), fatigue, dan demam.
Uji Klinik Fase 1 dan 2 di Tiongkok dan Uji Klinik Fase 3 di Indonesia, Brazil dan Turki
TANTANGAN DALAM PEMBERIAN EUA
• Uji klinik dengan timeline yang ketat dan jumlah subjek yang besar Perlu SDM dengan kemampuan
menghasikan data yang valid dan tepat waktu. • Pengujian Netralisasi Antibodi membutuhkan
laboratorium BSL-3 yang jumlahnya masih terbatas
Pelaksanaan
Uji Klinik
• Rolling submission dengan data dari uji klinik di Tiongkok, Brazil, Turki beberapa data tidak tersedia tepat waktu
delay dalam pengujian
Pengumpulan
Data
• Sarana produksi baru perlu sertifikasi GMP • Formulasi produk baru perlu data stabilitas
minimal 3 bulan
Data Mutu
1. Pengembangan vaksin dalam tahap uji klinik perlu dilakukan dengan Protokol Uji Klinik yang baik dan ketepatan waktu untuk membangun TRUST.
2. Komunikasi publik untuk menjelaskan bahwa kecepatan pemberian izin adalah dengan tetap menjamin aspek keamanan dan khasiat obat.
3. Masih terbatasnya SDM dan kualitas penelitian yang memenuhi uji klinik yang baik-valid-tepat waktu.
PENGAWALAN VAKSIN DI PEREDARAN
Indonesia merupakan negara
kepulauan, dibutuhkan usaha yang besar untuk mendistribusikan vaksin ke titik penyuntikan Dinkes Provinsi Dinkes Kota/ Kabupaten Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) UPTBADAN POM
Kawal CDOB
UPTBADAN POM
Kawal CDOB
UPT BADAN POM
Kawal CDOB
Suhu Vaksin harus dijaga sesuai persyaratan (suhu 2-80C) untuk
mencegah kerusakan vaksin
11
Badan POM telah menerbitkan untuk vaksin CoronaVac pada 11 Januari 2021
E U A
Pengawalan Kedatangan Vaksin oleh BBPOM di Bandung
Sesuai tugas dan fungsinya melakukan pengawalan terhadap aspek mutu vaksin di jalur distribusi dimana sarana harus menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
PENGAWALAN VAKSIN DI PEREDARAN
1. Pemeriksaan kesiapan penerimaan, penyimpanan dan distribusi vaksin di Instalasi Farmasi Provinsi/ Kabupaten/Kota.
2. Pendampingan penerapan CDOB, dengan fokus aspek :
3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Vaksin bagi petugas dengan menggandeng Dinas Kesehatan setempat.
Bangunan dan Peralatan
Operasional Pengelolaan Vaksin SDM
Pelaksanaan Bimbingan Teknis secara Daring
dan Edukasi Berupa Buku, Infografis dan Video Edukasi
Pengawalan Mutu Vaksin oleh Badan POM dan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Surveilans dan kajian KIPI dilaksanakan oleh Komite Nasional/Komite Daerah KIPI
ALUR PENANGANAN KIPI*
*Permenkes Nomor 84 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19
*Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi 13
AKTIVITAS SURVEILANS KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI)
Pengobatan/
perawatan Pemantauan Pelaporan Penanggulangan (kajian dan rekomendasi oleh komite independen) terhadap semua reaksi simpang/KIPI yang terjadi setelah pemberian Imunisasi/vaksinasi
KIPI yang meresahkan dan menimbulkan perhatian berlebihan masyarakat, harus segera direspons, diinvestigasi dan laporannya segera dikirim langsung kepada Kementerian Kesehatan cq. Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI atau
melalui WA grup Komda KIPI – Focal Point, email: komnasppkipi@gmail.com dan data_imunisasi@yahoo.com ; website: keamananvaksin.kemkes.go.id
PENGAWASAN KEAMANAN VAKSIN MELALUI FARMAKOVIGILANS
PADA SAAT DIGUNAKAN MASYARAKAT
EDUKASI KEPADA MASYARAKAT
EDUKASI kepada
masyarakat
dilakukan melalui :
•
Media Sosial
•
Media Cetak dan
elektronik
•
Website BPOM
•
Webinar
KESIMPULAN
• Upaya bersama untuk keluar dari pandemi membutuhkan kerja bersama Pemerintah-Swasta-Masyarakat Menyukseskan program vaksinasi untuk mencapai Herd Immunity
• Kemandirian dan kredibilitas Badan POM sebagai otoritas obat dan makanan perlu ditegakkan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional untuk mendukung upaya membangun kesehatan bangsa dan dunia Industri Farmasi dalam kontribusi untuk pembangunan ekonomi.
• Keamanan dan mutu vaksin dijaga dan dikawal oleh Badan POM bersama lintas sektor terkait dan Pemerintah Daerah, dimulai dari penelitian, produksi, peredaran, hingga fasilitas pelayanan kesehatan.
• Masyarakat mempunyai peran penting untuk keluar dari pandemi ini dengan percaya kepada pemerintah dan mendukung program vaksinasi, ikut divaksin, melaporkan jika ada KIPI untuk dapat segera dibantu. Setelah divaksinasi, masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan 5M: Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan, Membatasi mobilitas, dan Menjauhi kerumunan.