• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman konsep mahasiswa dalam menentukan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemahaman konsep mahasiswa dalam menentukan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pemahaman konsep mahasiswa dalam menentukan posisi, jarak

tempuh, dan perpindahan

1)Indah Dwi Handayani*, 2)Shofiatul lailiyah, 1)Muhammad Reyza Arief Taqwa

1Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5,

Malang

2Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Surabaya, Jl. Ketintang Wiyata

48, Surabaya

Email: indah.dwi.1703216@students.um.ac.id

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep dan mengungkap kesalahan konsep mahasiswa dalam menentukan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan pada gerak dua dimensi. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Subjek penelitian ini terdiri atas 50 mahasiswa baru S1 Pendidikan Fisika dan S1 Fisika Univeristas Negeri Malang. Instrumen penelitian terdiri atas 8 soal pilihan ganda. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pemahaman konsep mahasiswa terkait posisi, jarak tempuh, dan perpindahan masih tergolong relatif rendah ditunjukkan dengan rata-rata perolehan skor yang hanya mencapai 43,48. Terdapat beberapa kekeliruan mahasiswa dalam menjawab soal, diantaranya: (1) posisi merupakan besaran skalar, (2) perpindahan merupakan besaran skalar, (3) perpindahan merupakan jumlah posisi

𝑥(𝑡) setiap waktu, (4) tidak memperhatikan

tanda + dan – pada konsep posisi dan perpindahan, dan (5) kesulitan dalam menafsirkan grafik hubungan antara posisi dan waktu.

Kata kunci: pemahaman konsep, posisi, jarak tempuh, perpindahan

Pendahuluan

Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi [1]. Ilmu fisika sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena peranan fisika yang penting, sudah seharusnya siswa dapat memahami konsep fisika dengan baik. Tujuan penting pembelajaran fisika yaitu untuk memastikan siswa secara efektif memahami konsep sehingga siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk pemecahan masalah fisika baru [2-7]. Menurut [4] pemecahan masalah merupakan suatu kesulitan (masalah) yang diatasi dengan usaha mencari solusi untuk memenuhi tujuan yang tidak mudah di peroleh. Siswa mengalami kesulitan dalam mengapai tujuan pembelajaran fisika, salah satunya adanya perbedaan antara konsep awal sebelum pembelajaran fisika dengan konsep ilmiah [5]. Keselarasan antara konsep awal siswa dengan konsep ilmiah akan menyebabkan pemahaman konsep yang baik.

(2)

30

Pemahaman konsep yang baik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa fisika dan pendidikan fisika terutama konsep-konsep fundamental [6].

Salah satu konsep fundamantel dalam fisika yaitu pada bab kinematika. Akan tetapi siswa sering mengalami kekeliruan dalam konsep kinematika [7]. Salah satu sub-bab kinematika yaitu posisi, jarak tempuh, dan perpindahan dimana pada sub-bab tersbut siswa sering mengalami kesalahpahaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh [1] analisis dengan bantuan menggunakan teknik CRI (Certainty of Response Index)

diperoleh miskonsepsi siswa pada sub-bab jarak dan perpindahan sangat tinggi, yaitu sebesar 50 %. Berdasarkan penelitian oleh [8] diperoleh hasil jika siswa mengalami miskonsepsi pada konsep jarak dan perpindahan dengan kategori 0,05 dan sisanya siswa tidak paham dengan kategori 0,95. Selain itu, siswa mengalami miskonsepsi tentang posisi suatu objek dan kecepatan, siswa beranggapan jika dua benda memiliki yang sama posisi, harus memiliki kecepatan yang sama [9]. Hal yang perlu dilakukan siswa untuk memperoleh pemahaman konsep jarak dan perpindahan dengan baik yaitu memiliki konsep yang kokoh pada definisi jarak dan perpindahan secara ilmiah, yaitu jarak adalah panjang lintasan yang dilalui benda, sedangkan perpindahan adalah jarak yang diukur dari titik awal benda ke titik akhir benda tanpa dipengaruhi lintasan benda.

Siswa yang keliru dalam konsep jarak dan perpindahan, hal ini bukan berarti siswa tidak memiliki pengetahuan jarak dan perpindahan sebelumya, tetapi lebih luas lagi yaitu siswa tersebut belum dapat memanggil pengetahuan jarak dan perpindahan yang telah mereka miliki [5], [10]. Tiap siswa memiliki cara untuk memanggil pengetahuan mereka yang berbeda-beda. Siswa masih memiliki pengetahuan dalam bentuk potongan-potongan dimana saling terpisah antara pengetahuan yang satu dengan lainnya [6], [11]. Pengetahuan yang masih dalam bentuk potongan-potongan tersebut harus dijadikan pengetahuan yang utuh sehingga menghasilkan sebuah konsep yang benar.

Dalam artikel ini yang menjadi pusat perhatian yaitu pemahaman konsep siswa dalam menentukan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan benda pada gerak satu dimensi. Kemampuan dalam menentukan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan benda pada gerak satu dimensi merupakan kemampuan yang penting dalam membentuk pengetahuan mekanika secara utuh. Apabila konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan masih terdapat kekeliruan akan berdampak pada pemahaman konsep bahasan lain yang lebih komples, misalnya pada bahasan dinamika. Pada artikel ini akan ditampilkan alasan-alasan yang dipilih siswa untuk menentukan posisi, perpindahan, dan jarak tempuh dalam gerak satu dimensi. Alasan-alasan tersebut kemudian dianalisis untuk meminimalisir kesalahan yang sama sehingga berguna bagi guru untuk mendesain pembelajaran yang lebih baik.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik sampling random. Tujuan dari penelitan ini yaitu untuk mengetahui pemahaman konsep mahasiswa jurusan fisika dalam pokok bahasan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan pada gerak dua dimensi. Subjek penelitian ini terdiri dari 50 mahasiswa S1 Pendidikan Fisika dan S1 Fisika 2019 Universitas Negeri Malang. Terdapat delapan soal konseptual pokok bahasan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan pilihan ganda berbentuk tes quizizz dalam menggapai tujuan penelitian ini. Informasi terkait kualitas soal yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1. Teknik perhitungan nilai rata-rata berdasarkan pendapat [12] adalah sebagai berikut.

(3)

31 x X n

Keterangan:

X

= nilai rata-rata

x

= total skor jawaban siswa n = jumlah siswa

Tabel 1. Analisis Kualitas Butir Soal

No Validitas* Daya Beda Tingkat Kesukaran

r Ket. D Kriteria P Kriteria

1 0,473 Valid 0,36 Cukup 0,294 Sulit 2 0,380 Valid 0,32 Cukup 0,471 Sedang 3 0,458 Valid 0,40 Cukup 0,510 Sedang 4 0,461 Valid 0,24 Cukup 0,392 Sedang 5 0,298 Valid 0,32 Cukup 0,627 Sedang 6 0,341 Valid 0,40 Cukup 0,235 Sulit 7 0,442 Valid 0,32 Cukup 0,353 Sedang 8 0,432 Valid 0,32 Cukup 0,510 Sedang

*r

tabel = 0,271 pada taraf signifikansi 0,05.

Kedelapan soal yang diujikan merupakan soal bagian dari soal tes yang valid pada taraf signifikansi 0,05, karena nilai r > rtabel. Untuk tingkat keajegan instrumen berdasarkan nilai Formula Kuder-Richardson-20 atau KR-20 [13] berkisar dari angka 0,0 sampai dengan angka 1,0. Berdasarkan kriteria reliabilitas [14], instrumen yang digunakan merupakan instrumen dengan reliabilitas yang dapat diterima dimana nilai Formula Kuder-Richardson-20 = 0,316. Hasil analisis butir soal mengenai daya beda dan tingkat kesukaran berdasarkan kriteria oleh [15] seperti yang pada Tabel I. Berdasarkan analisis diperoleh tingkat kesukaran nomor 1 dan 6 adalah sulit, sedangkan nomor 2,3,4,5,7, dan 8 adalah sedang. Apabila menurut daya beda, dapat dilihat bahwa keseluruhan soal memiliki daya beda pada kategori cukup.

Soal konseptual tersebut diberikan kepada mahasiswa setelah memperoleh perkuliahan oleh dosen pengampu pada matakuliah Fisika Dasar I pada topik kinematika. Analisis diagram gerak digunakan untuk mengkonstruksi ide-ide penting kinematika dalam sebuah pembelajaran. Menurut Sutopo et al., 2010 dalam [6] konsep-konsep akan lebih mudah dipahami oleh mahasiswa apabila pembelajaran dengan analisis diagram gerak tanpa menggunakan kalkulus secara formal.

Dalam penelitian ini akan difokuskan untuk mendeskripsikan kesulitan yang banyak dialami oleh mahasiswa dalam menyelesaikan soal konseptual posisi, jarak tempuh, dan perpindahan. Jawaban dari mahasiswa akan dianalisis untuk memperoleh kesulitan akibat adanya pengetahuan yang terpotong-potong. Dalam penelitian ini diperoleh data skor

(4)

32

pemahaman konsep posisi, perpindahan, dan jarak tempuh mahasiswa yang merupakan data kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh pemahaman konsep mahasiswa.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mahasiswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan posisi, jarak tempuh, dan perpindahan. Penelitian ini membahas pemahaman mahasiswa dalam menyelesaikan 8 soal terkait konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan. Pada Tabel 2 memaparkan hasil deskripsi statistik dari hasil perolehan skor mahasiswa dan Gambar 1 menunjukkan pengelompokan mahasiswa berdasarkan perolehan skor.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep Posisi, Jarak Tempuh, dan Perpindahan

Statistik Deskriptif Nilai Minimum Maksimum Mean Modus Median Deviasi Standar 13,00 75,00 43,48 50 50 19,87

Gambar 1. Klasifikasi Mahasiswa Berdasar Perolehan Skor

Tabel 2 memaparkan deskripsi statistik skor pemahaman konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan mahasiswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata skor yang diperoleh hanya mencapai 43,48. Selain itu, dari Gambar 2 terlihat jika tidak ada mahasiswa yang memperoleh skor sempurna, skor tertinggi yaitu 75. Sebanyak 6 (12%) mahasiswa yang memperoleh skor 75, 8 (16 %) mahasiswa memperoleh skor 63, 12 (24 %) mahasiswa memperoleh skor 50, 8 (16 %) mahasiswa memperoleh skor 38, 9 (18 %) mahasiswa memperoleh skor 25, dan 7 (14 %) mahasiswa memperoleh skor 13. Rendahnya perolehan skor dalam penelitian ini mengejutkan bagi

(5)

33 peneliti karena penelitian ini dilakukan setelah perkulihan Fisika Dasar I pada bahasan kinematika. Pada perkuliahan Fisika Dasar I telah dijelaskan dan didiskusikan bagaimana memahami konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan oleh dosen pengampu. Analisis grafik merupakan salah satu cara dalam menjelasan konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan dan memahaminya secara lebih bermakna. Pemahaman siswa perihal posisi, kecepatan, dan percepatan termasuk sifat kovektoran dan keterkaitan antar besaran tersebut akan lebih kuat dan lebih utuh apabila menggunakan analisis diagram gerak [16].

Dalam perkuliahan selain membahas topik kinematika dengan analisis diagram gerak, juga mendiskusikan mengenai bagaiamana memaknai persamaan matematis posisi, jarak tempuh, perpindahan, kecepatan, dan percepatan sebagai fungsi waktu; dan memaknai grafik posisi, kecepatan, dan percepatan sebagai fungsi waktu. Rendahnya skor pemahaman ini diprediksi karena proses adaptasi mahasiswa terhadap perkuliahan dimana membahas topik kinematika secara mendalam. Adanya tuntutan kepada mahasiswa untuk memahami konsep kinematika secara mendalam dengan memahami besaran-besaran dari berbagai format representasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran saat Sekolah Menengah Atas. Pembahasan terkait pemahaman konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan mahasiswa akan dibahas sebanyak empat butir soal.

Menentukan Perpindahan dari Representasi Matematis

𝒙(𝒕)

Soal nomor 1 ini merupakan soal yang tidak jarang diberikan ketika di Sekolah Menengah Atas. Pada soal ini mahasiswa diminta untuk menentukan perpindahan yang dialami objek dalam selang waktu 5 detik pertama (Gambar 2).

Gambar 2. Soal Menentukan Perpindahan dari Representasi Matematis x(t)

Mahasiswa dalam menjawab soal ini sebagian besar masih memilih opsi yang tidak tepat. Mahasiswa masih banyak mengalami kekeliruan konsep menentukan perpindahan dalam menjawab soal ini. Jawaban yang tepat dalam soal ini adalah opsi A. Gambar 3 berikut merupakan distribusi pilihan opsi jawaban mahasiswa.

Gambar 3. Distribusi Pilihan Jawaban Mahasiswa dalam Menentukan Perpindahan dari Soal dalam Format Representasi Matematis

(6)

34

Terdapat 15 (30%) mahasiswa memilih opsi A (jawaban benar), 28 (56%) mahasiswa memilih opsi B, 2 (4%) mahasiswa memilih opsi C, 5 (10%) mahasiswa memilih opsi D. Perpindahan partikel didefinisikan sebagai perubahan dalam posisi dalam beberapa interval waktu [17]. Saat bergerak dari posisi awal xi ke posisi akhir xf, perpindahan partikel diberikan oleh xf - xi. Pada soal tersebut persamaan posisi sebagai fungsi waktu yaitu

x = 5 + 10t − t

2, perpindahan yang dialami objek tersebut dalam selang waktu 5 detik pertama adalah 25 meter ke kanan. Hal ini karena

𝑥

𝑖

= 5 𝑚

ke kanan dan

𝑥

𝑓

= 30

ke kanan. Maka

∆𝑥 = 𝑥

𝑖

− 𝑥

𝑓

= 30 − 5 = 25

meter ke kanan. Mahasiswa paling banyak memilih opsi B karena berasumsi jika perpindahan merupakan posisi akhir dari benda. Sedangkan mahasiswa memilih opsi C dan D tidak memperhatikan jika perpindahan merupakan besaran vektor, dimana arah dari benda juga berpengaruh dalam menentukan perpindahan. Hal ini menunjukkan jika pemahaman mahasiswa mengenai konsep perpindahan masih tergolong rendah. Mekipun dalam pembelajaran telah mendiskusikan perihal perpindahan, namun saat mengerjakan soal masih terdapat mahasiswa yang justru memanggil pengetahuan yang lain yang tidak berhubungan. Kegagalan mahasiswa dalam menjawab soal karena kegagalan dalam menghidupkan pengetahuan yang relevan, yang seharusnya telah dimiliki mahasiswa [18], [19].

Menentukan Posisi Suatu Objek

Pada soal ini mahasiswa diminta memilih diagram gerak untuk mempresentasikan posisi objek setiap detik selama bergerak dalam selang waktu

0 𝑠 ≤ 𝑡 ≤ 8 𝑠

. Pada soal ini mahasiswa diuji apakah bisa membaca makna dari diagram gerak. Soal ini sering digunakan dalam tingkat Sekolah Menengah Atas. Soal dipaparkan dalam Gambar 4.

Soal Nomor 2

Gambar 4. Soal Menentukan Diagram Gerak untuk Merepresentasikan Posisi Objek Dalam menjawab soal tersebut, jawaban mahasiswa didominasi oleh opsi C (jawaban benar). Sebanyak 24 (48%) mahasiswa memilih opsi jawaban A. Gambar 4 menginformasikan distribusi jawaban mahasiswa dalam memilih diagram gerak untuk mempresentasikan posisi objek setiap detik.

(7)

35 Gambar 5 Distribusi Pilihan Jawaban Mahasiswa dalam Memilih Diagram Gerak untuk

Mempresentasikan Posisi Objek Setiap Detik

Berdasarkan Gambar 5 diketahui jika sebagian besar mahasiswa telah menjawab soal dengan tepat, namun terdapat 17 (34%) mahasiswa yang memilih opsi A dan terdapat 9 (18%) mahasiswa memilih opsi B. Posisi partikel adalah lokasi partikel sehubungan dengan titik referensi yang dipilih yang dapat dianggap sebagai asal dari sistem koordinat [20]. Mahasiswa yang memilih opsi C memiliki konsep posisi partikel yang kuat jika mencari posisi

𝑥(𝑡)

partikel tiap waktu dapat diketahui dengan mensubtitusikan nilai

𝑡

pada

𝑥(𝑡)

. Posisi awal benda saat

𝑡 = 0 𝑠

yaitu berada di titik acuan (

𝑥 = 0)

. Saat

𝑡 =

6 𝑠

hingga

𝑡 = 8 𝑠

posisi partikel akan berbalik arah seperti yang ditunjukkan dalam opsi C pada Gambar 4 sehingga diagram gerak benda sesuai dengan arah gerak benda. Sedangkan mahasiswa yang memilih opsi A dan B masih memiliki pemahaman konsep posisi partikel yang rendah. Apabila persamaan

𝑥⃗ = 5 + 10𝑡 − 𝑡

2 diturunkan dua kali akan menjadi persamaan percepatan yaitu

𝑎⃗ = −2 𝑚/𝑠

2. Mahasiswa memilih opsi B beranggapan jika nilai percepatan yang negatif maka gerak benda berlawanan dengan titik acuan. Mahasiswa memilih opsi A memiliki asumsi jika percepatan bernilai negatif, maka gerak benda akan mengalami perlambatan sehingga posisi-posisi benda pada diagram semakin rapat.

Menentukan Jarak Tempuh Benda Diketahui Tabel Waktu dan Posisi

Pada soal nomor 6 ini mahasiswa diminta untuk menghitung jarak tempuh yang dialami dalam selang waktu

𝑡 = 0 𝑠

sampai

𝑡 = 5 𝑠

dengan ditampilkan data waktu dan posisi pada tabel. Soal dipaparkan dalam Gambar 6.

Soal Nomor 6

Gambar 6. Soal Menentukan Jarak Tempuh Benda Diketahui Tabel Waktu dan Posisi

Hampir sebagian besar mahasiswa menjawab opsi A, yang mana opsi tersebut bukan pilihan yang tepat, meskipun jenis soal seperti itu merupakan soal yang sering diberikan pada saat Sekolah Menengah Atas. Distribusi jawaban mahasiswa dipaparkan pada Gambar 7. 0 10 20 30 A B C* 17 9 24

(8)

36

Gambar 7. Distribusi Pilihan Jawaban Mahasiswa dalam Menentukan Jarak Tempuh Benda Diketahui Tabel Waktu dan Posisi

Berdasarkan Gambar 9, diketahui jika sebanyak 28 (56%) mahasiswa memilih opsi A, sebanyak 12 (24%) mahasiswa memilih opsi B (jawaban benar), 1 (2%) mahasiswa memilih opsi C, dan sebanyak 9 (18%) mahasiswa memilih opsi D. Jarak adalah panjang lintasan yang dilalui oleh partikel [17]. Berdasarkan tabel dalam Gambar 6 diketahui jika jarak tempuh yang benda dalam selang waktu 0 s sampai 5 s adalah 6,5 meter. Mahasiswa menjawab opsi A berasumsi bahwa jarak tempuh merupakan penjumlahan dari posisi benda tiap waktu, dengan mengasumsikan persamaan jarak adalah

𝑥(𝑡) =

𝑥(0) + 𝑥(1) + 𝑥(2)+. . . 𝑥(𝑛)

. Mahasiswa memilih opsi C berasumsi jika jarak tempuh yang dialami benda dalam selang waktu 0

𝑠

sampai 5

𝑠

yaitu

𝑥(𝑡) = 𝑥(0) + 𝑥(5)

= 4 + 1,5 = 5,5 meter. Mahasiswa menjawab opsi D berasumsi jika jarak tempuh benda merupakan perubahan posisi benda dari posisi akhir ke posisi awal.

Menentukan Perpindahan Benda Diketahui Grafik Posisi-Waktu

Soal nomor 7 ini dalam penelitian ini merupakan soal yang paling sering diberikan dalam sekolah menengah atas. Dalam soal ini, mahasiswa diminta untuk menentukan perpindahan benda selama bergerak dengan adanya informasi grafik posisi (

𝑥)

terhadap waktu (

𝑡)

. soal dipaparkan pada Gambar 8.

Soal Nomor 7

Gambar 8. Soal Menentukan Perpindahan Benda Diketahui Grafik Posisi-Waktu

Sebagian mahasiswa masih belum memilih opsi yang tepat meskipun soal ini sering diberikan saat Sekolah Menengah Atas. Sebagian mahasiswa memilih opsi A, yang mana opsi tersebut bukanlah jawaban yang tepat.

0 10 20 30 A B* C D 28 12 1 9

(9)

37 Gambar 9 Distribusi Pilihan Jawaban Mahasiswa dalam Menentukan Perpindahan Benda

Diketahui Grafik Posisi-Waktu

Berdasarkan Gambar 9, diketahui jika sebanyak 25 (50%) mahasiswa menjawab opsi A, sebanyak 3 (6%) mahasiswa menjawab opsi B, sebanyak 18 (36%) mahasiswa menjawab opsi C (jawaban benar), dan sebanyak 4 (8%) mahasiswa menjawab opsi D.

Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi obyek, artinya perpindahan adalah seberapa jauh objek dari titik awal [21]. Berdasarkan grafik, partikel pada saat

𝑡 =

0 𝑠

sampai

𝑡 = 3 𝑠

tidak mengalami perpindahan, hal ini karena posisi partikel tetap pada

𝑥 = 6 𝑚

ke kanan. Selain itu, partikel pada saat

𝑡 = 5 𝑠

sampai

𝑡 = 8 𝑠

tidak mengalami perpindahan, hal ini karena posisi partikel tetap pada

𝑥 = 6 𝑚

ke kiri. Partikel mengalami perpindahan pada saat

𝑡 = 3 𝑠

sampai

𝑡 = 5 𝑠

dengan

𝑥

1

= 6 𝑚

dan

𝑥

2

= −6 𝑚

, maka perpindahan yang dilakukan partikel yaitu,

∆𝑥 = 𝑥

2

− 𝑥

1

= −6 − 6 = −12 𝑚

. Tanda minus menandakan jika partikel mengalami perpindahan sebesar 12 m ke kiri.

Sebagian besar mahasiswa menjawab opsi A berasumsi jika perpindahan merupakan pengurangan antara luasan yang dibentuk grafik pada sumbu

𝑥

positif dan sumbu

𝑦

positif dengan luasan yang dibentuk grafik pada sumbu

𝑥

positif dan sumbu

𝑦

. Berdasarkan grafik tersebut, luasan yang dibentuk grafik pada sumbu

𝑥

positif dan sumbu

𝑦

positif merupakan luasan trapezium, maka

𝐿

1

=

(3+4)

2

× 6 = 21

meter. Sedangkan luasan yang dibentuk grafik pada sumbu

𝑥

positif dan sumbu

𝑦

negatif merupakan luasan trapezium juga dengan

𝐿

2

= 21

meter, sehingga

𝑥⃗ = 𝐿

1

− 𝐿

2

= 21 − 21 = 0

meter. Oleh karena alasan tersebut, mahasiswa memilih opsi A. Mahasiswa memilih opsi B benar secara matematis jika nilai perpindahan adalah 12 meter. Namun tidak memperhatikan jika perpindahan termasuk besaran vektor, dimana ditentukan oleh besar dan arah partikel. Mahasiswa memilih opsi D berasumsi jika perpindahan merupakan penjumlahan antara luasan yang dibentuk grafik pada sumbu

𝑥

positif dan sumbu

𝑦

positif dengan luasan yang dibentuk grafik pada sumbu

𝑥

positif dan sumbu

𝑦

, sehingga

𝑥⃗ =

𝐿

1

− 𝐿

2

= 21 + 21 = 42

meter. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep perpindahan mahasiswa masih tergolong sangat rendah.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa pemahaman konsep mahasiswa terkait posisi, jarak tempuh, dan perpindahan masih tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan pemahaman konsep mahasiswa yang kurang tepat dan sukar untuk dihilangkan serta ketidakberhasilan mahasiswa dalam memanggil konsep-konsep yang

0 10 20 30 A B C* D 25 3 18 4

(10)

38

digunakan dalam menyelesaikan soal disebabkan pengetahuan masih dalam bentuk terpotong-potong. Pemahaman konsep mahasiswa terkait posisi, jarak tempuh, dan perpindahan ditunjukkan dengan rata-rata perolehan skor yang hanya mencapai 43,48. Kekeliruan konsep yang terjadi pada mahasiswa tidak selalu dikarenakan miskonsepsi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa kekeliruan dalam menjawab soal, diantaranya : (1) posisi merupakan besaran skalar, (2) perpindahan merupakan besaran skalar, (3) perpindahan merupakan jumlah posisi

𝑥(𝑡)

setiap waktu, (4) tidak memperhatikan tanda + dan – pada konsep posisi dan perpindahan, dan (5) kesulitan dalam menafsirkan grafik hubungan antara posisi dan waktu.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu pengembangan rancangan pembelajaran yang bukan hanya memfasilitasi mahasiswa dalam memahami konsep saja. Namun, diperlukannya rancangan pembelajaran yang dapat memperdalam pemahaman konsep mahasiswa terkait posisi, jarak tempuh, dan perpindahan, sehingga mahasiswa akan memanggil pengetahuan yang benar dan tepat dan akan mengurangi kekeliruan dalam menjawab persoalan.

Saran

Hasil penemuan menunjukkan bahwa mahasiswa masih mengalami kekeliruan dalam memahami konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan. Penguatan-penguatan terhadap konsep-konsep posisi, jarak tempuh, dan perpindahan masih perlu untuk terus diutamakan dan diperhatikan. Penggunaan rumus-rumus dalam konsep tersebut harus dimaknai dengan mendalam. Pembacaan grafik juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kekeliruan dalam memaknainya.

Daftar Pustaka

Ditulis menggunakan reference manager.

[1] A. Pujianto, “Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus,”

JPFT J. Pendidik. Fis. Tadulako Online, vol. 1, no. 1, Apr. 2013.

[2] J. H. Larkin‡ and F. Reif, “Understanding and Teaching Problem‐ Solving in Physics,” Eur. J. Sci. Educ., vol. 1, no. 2, pp. 191–203, Jan. 1979.

[3] B. Hegde and B. N. Meera, “How do they solve it? An insight into the learner’s approach to the mechanism of physics problem solving,” Phys. Rev. Spec. Top. - Phys. Educ. Res., vol. 8, no. 1, p. 010109, Mar. 2012.

[4] G. Polya, How to solve it: A new aspect of mathematical method. Princeton university press, 2004.

[5] J. L. Docktor and J. P. Mestre, “Synthesis of discipline-based education research in physics,” Phys. Rev. Spec. Top. - Phys. Educ. Res., vol. 10, no. 2, p. 020119, Sep. 2014.

[6] M. R. A. Taqwa, A. Hidayat, and S. Sutopo, “Konsistensi Pemahaman Konsep Kecepatan dalam Berbagai Representasi,” J. Ris. Dan Kaji. Pendidik. Fis., vol. 4, no. 1, p. 31, Apr. 2017.

[7] G. Liu and N. Fang, “Student Misconceptions about Force and Acceleration in Physics and Engineering Mechanics Education,” p. 12.

(11)

39 [8] Z. Rohmah and J. Handhika, “Two-Tier Test Diagnostik sebagai identifikasi

miskonsepsi tahap awal materi kinematika gerak lurus siswa Kelas X MIA MAN 1 Kota Madiun,” in Quantum: Seminar Nasional Fisika, dan Pendidikan Fisika, 2018, pp. 552–556.

[9] N. Demirci, “A Study about Students’ Misconceptions in Force and Motion Concepts by Incorporating a Web-Assisted Physics Program.,” Turk. Online J. Educ. Technol.-TOJET, vol. 4, no. 3, pp. 40–48, 2005.

[10] M. R. A. Taqwa, “Kekeliruan Memahami Konsep Gaya, Apakah Pasti

Miskonsepsi?,” J. Inov. Pendidik. Fis. Dan Integrasinya, vol. 1, no. 02, pp. 1–

12, 2018.

[11] M. R. A. Taqwa and L. Rivaldo, “Kinematics Conceptual Understanding: Interpretation of Position Equations as A Function of Time,” J. Pendidik. Sains, vol. 6, no. 4, pp. 120–127, 2019.

[12] N. Sudjana, Penilaian hasil proses belajar mengajar. PT Remaja Rosdakarya, 1995.

[13] S. Azwar, “Reliabilitas dan Validitas edisi 4,” Yogyak. Pustaka Pelajar, 2012. [14] A. Escobar, M. del M. Trujillo-Martín, A. Rueda, E. Pérez-Ruiz, N. E. Avis, and

A. Bilbao, “Cross-cultural adaptation, reliability and validity of the Spanish version of the Quality of Life in Adult Cancer Survivors (QLACS)

questionnaire: application in a sample of short-term survivors,” Health Qual. Life Outcomes, vol. 13, no. 1, p. 182, Dec. 2015.

[15] S. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

[16] B. Waldrip and D. Rusdiana, “Impact Of Representational Approach On The Improvement Of Students’ Understanding Of Acceleration,” p. 13, 2012. [17] R. A. Serway and J. W. Jewett, Physics for scientists and engineers, 6th ed.

Belmont, CA: Thomson-Brooks/Cole, 2004.

[18] D. Hammer, “More than misconceptions: Multiple perspectives on student knowledge and reasoning, and an appropriate role for education research,”

Am. J. Phys., vol. 64, no. 10, pp. 1316–1325, Oct. 1996.

[19] M. R. A. Taqwa, “Profil pemahaman konsep mahasiswa dalam menentukan arah resultan gaya,” in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains, Surabaya, 2017, pp. 79–87.

[20] A. Giambattista, B. M. Richardson, and R. C. Richardson, Physics, 2nd ed. Dubuque, IA: McGraw-Hill, 2010.

[21] D. C. Giancoli, Physics: principles with applications, Seventh edition. Boston: Pearson, 2014.

(12)

Gambar

Tabel 1. Analisis Kualitas Butir Soal
Tabel 2. Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep Posisi, Jarak Tempuh, dan  Perpindahan
Gambar 2. Soal Menentukan Perpindahan dari  Representasi Matematis x(t)
Gambar 6. Soal Menentukan Jarak Tempuh Benda Diketahui Tabel Waktu dan Posisi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah peringkat dalam menentukan motivasi belajar mahasiswa dikampus yang berkaitan dengan lingkungan kampus

Dari hasil kegiatan spesialisasi risiko berdasarkan pendapatan diperoleh bahwa nilai risiko yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan diversifikasi

Walaupun pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis belum mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong dalam kategori KAM sedang di

menyatakan: “ Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UUPA, ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah,

SSI-opetuksen jälkeen oppilaat ovat tulleet tietoisemmiksi aihepiiriin liittyvistä sosiaalisista ja eettisistä kysymyksistä (Dawson 2011, Eastwood ym. Alustavien

Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Diamond (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)”.. Ardiyani, S

Sumber data penelitian ini lebih berfokus pada edisi komik strip Konpopilan terbitan Harian Kompas tahun 2016 yang terdapat panil yang memiliki balon teks

Peramalan gelombang tiap musim diperoleh dari data angin dengan menggunakan metode SMB, sedangkan model transformasi gelombang menggunakan software CMS-Wave.Gelombang