• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara Terpaan Lagu Paling Suka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Korelasi antara Terpaan Lagu Paling Suka"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA TERPAAN LAGU PALING SUKA

69 DAN BELAH DUREN DENGAN SIKAP REMAJA

TERHADAP SEKS PRANIKAH

(Survey pada Remaja di Kelurahan Bangunsari, Kabupaten Madiun)

JURNAL

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

Oleh:

FEBRIAN ANDIZA 0811223019

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

1

Korelasi antara Terpaan Lagu Paling Suka 69

dan Belah Duren dengan Sikap Remaja

terhadap Seks Pranikah

(Survey pada Remaja di Kelurahan Bangunsari, Kabupaten Madiun) Febrian Andiza1, Suryadi2, Mondry3

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Corresponding Author: febrianandiza@rocketmail.com

ABSTRACT

This study aims to test whether there is any relationship between exposure to songs Paling Suka 69 and Belah Duren with teenage attitude in the Village of Madison County Bangunsari against premarita l sex. In detail, the research hypothesis is "There is a relationship between the frequency and duration of teens to hear the song Paling Suka 69 and Belah Duren with verbal recognition scores of teenagers agreed or not to the relationship that leads to sexual intercourse by men and women who do not have the official marriage (prema rital sex) ".

The methodology used in this study is a quantitative survey method and type of explanatory research. The population in this study were 258 adolescents in Ex. Bangunsari, district. Dolopo, Kab. Madiun. From that population data is then sampled using Slovin formula with a precision of 5% and a confidence level of 95%, thus obtained a sample of 46 people.

Data measurement techniques using a Likert scale with a scoring system criteria; Strongly Agree, Agree, Undecided / Neutral, Disagree, and Strongly Disagree. Then the data analysis technique used is an analyst with the formula Spearman Rank correlation and hypothesis testing using the t test. Results of this study indicate that there is any significant relationship between exposure to songs Paling Suka 69 and Belah Duren with teenage against premarital sex and total of 32 respondents were in the high exposure category and their attitudes towa rd premarital sex were also positive. These results support the Cultivation Theory, that the more often teens buffeted by Paling Suka 69 and Belah Duren songs, then it is able to form a positive attitude towa rd prema rita l sex teenager, both in terms of cognitive, affective, and conative.

Keyword: Exposure of Songs, Attitude against Premarital Sex

1

Penulis 2

Pembimbing Utama 3

(3)

2 Pendahuluan

Masyarakat resah dengan

beredarnya pornografi dalam

bentuk pornosuara yang menerpa

masyarakat melalui lirik beberapa

lagu dangdut yang ada di media

radio dan televisi, seperti Paling

Suka 69 (Julia Perez), Belah Duren

(Julia Perez), Cinta Satu Malam

(Melinda), Pengen Dibolongi (Aan

Annisha), dan Mobil Bergoyang (Lia

MJ feat Asep Rumpi). Pornosuara

adalah suara, tuturan dan

kalimat-kalimat yang diucapkan, baik

secara langsung maupun tidak

langsung, bahkan secara halus

atau vulgar melakukan rayuan

seksual, suara atau tuturan

tentang objek seksual atau

aktivitas seksual (Bungin,

2005:124). Sedangkan yang

dimaksud aktivitas seksual adalah

berciuman, berpelukan, bercumbu,

dan kontak alat vital (Widiastuti,

2012:3)

Banyaknya pengaduan dari

masyarakat menyebabkan KPI

akhirnya mencekal beberapa lagu

dangdut yang dianggap

mengandung unsur seks, seperti

dalam cuplikan berita Detik News

yang berjudul KP I Cekal 5 La gu

Dangdut Menga ndung Unsur

Seks, Minggu 1 April 2012

berikut:

Surabaya – Lima judul lagu dangdut dicekal oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pencekalan ini disebabkan lirik dalam lagu tersebut mengandung muatan seks secara eksplisit. Kelima judul lagu tersebut yakni, Paling Suka 69 (Julia Perez), Belah Duren (Julia Perez), Cinta Satu Malam (Melinda), Pengen Dibolongi (Aan Annisha), dan Mobil Bergoyang (Lia MJ feat Asep Rumpi)

Hal ini diungkapkan Ezki Suyanto, wakil ketua KPI bidang pengawasan isi siaran kepada wartawan di Hotel JW Marriot Surabaya, Minggu

(1/4/2012). “Kelima lagu

(4)

3 lagunya,” katanya.

(www.m.detik.com, ditulis oleh Zainal Effendi, diakses pada 4 Januari 2013)

Pencekalan terhadap lagu-lagu

yang mengandung unsur seks tidak

hanya dilakukan oleh KPI daerah

Surabaya. KPI daerah Nusa Tenggara

Barat juga melakukan hal yang sama,

seperti dalam cuplikan berita Antara

News Sumsel yang berjudul La gu

Dangdut Ber lirik Por no itu Menuai

Pr otes, Kamis 31 Januari 2013

berikut:

Ketua KPID NTB Badrun AM mengaku selama 2010 pihaknya menerima sedikitnya 700 pengaduan dari masyarakat terkait isi siaran radio dan tayangan televisi yang dinilai tidak mendidik terutama tayangan kekerasan, seks, pornoaksi dan iklan layanan pesan singkat.

Pengaduan masyarakat itu juga tersangkut penyiaran lagu dangdut berlirik porno, tidak mendidik dan terkesan melecehkan serta merendahkan martabat pihak tertentu terutama kalangan perempuan. KPID sebelai lembaga independen yang mewakili kepentingan masyarakat pun kemudian mengambil tindakan tegas.

Larangan menyiarkan lagu

dangdut bermasalah itu dikeluarkan setelah dilakukan pengkajian mendalam untuk menghimpun berbagai masukan dan saran melibatkan sejumlah tokoh, diantaranya Musbiawan dari kalangan budayawan, Bochri Rohman (tokoh pers dan praktisi media), Dr Kadri (Akademisi), Adhar Hakim (Praktisi Media) dan Eddy Karna Sinoel (wartawan senior).

Badrun mengatakan, menurut hasil analisa, lagu berjudul "Jupe Paling Suka 69" yang dinyanyikan artis kontroversial Julia Perez dengan nada dan suaranya yang erotis, mendesah, penuh nafsu dan tekanan bait-bait lirik yang menggambarkan hubungan intim dan gaya bercinta sang penyanyi.

Demikian juga lagu berjudul "Mobil Bergoyang" yang dinyanyikan Lia MJ feat Asep Rumpi, jauh lebih vulgar menggambarkan perilaku seks bebas dan bagaimana hubungan intim antar lawan jenis itu dilakukan.

Lagu-lagu tersebut sebagian besar menggambarkan adegan hubungan intim (seks) secara vulgar, pembenaran terhadap perilaku seks di luar nikah dan prahara rumah tangga yang berpotensi ditiru oleh orang lain terutama anak-anak dan remaja.

(www.m.antarasumsel.com, ditulis oleh Masnun Masud, diakses pada 15 Juni 2013)

Fenomena tersebut

(5)

4 mengadukan kasus ini ke Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI) karena

masyarakat khawatir lirik

lagu-lagu tersebut dapat meracuni

pikiran para penikmat lagu,

khususnya kalangan remaja.

Ardianto (2009:1) menjelaskan

bahwa ketika seseorang

mendengar radio siaran,

membaca koran, atau menonton

film, sebenarnya ia sedang

berhadapan dengan atau terterpa

media massa, di mana pesan

media itu secara langsung tengah

memengaruhinya. Selain itu,

remaja (12-21 tahun) masih

belum mampu untuk menguasai

fungsi-fungsi fisik maupun

psikisnya dan pada masa pubertas

(14-16 tahun) keinginan seksual

juga mulai kuat (Monks,

2001:258-262). Armando (2004:4)

menjelaskan bahwa remaja masih

dalam proses mencari dan belum

memiliki keyakinan yang teguh. Bila

mereka menjadi konsumen

pornografi, bisa diduga mereka akan

tumbuh menjadi orang dewasa yang

mempraktekkan perilaku seks bebas.

Berikut ini cuplikan lirik lagu yang

dicekal oleh KPI:

Lirik Lagu Julia Perez-Belah Duren

Makan duren dimalam hari Paling enak dengan kekasih Dibelah bang dibelah

Enak bang silahkan di belah.. Jangan lupa mengunci pintu Nanti ada orang yang tau Pelan-pelan dibelah

Enak bang silahkan dibelah (liriksong.wordpress.com, diakses pada 4 Januari 2013)

Lirik Lagu Julia Perez-Jupe Paling Suka 69

Kau elus-elus tubuhku Kau belai-belai rambutku Terpejam-pejam mataku Aduh aduh aduh nikmatnya Duh aduh aduh asiknya Desah indahmu menusuk kalb u

Kau elus-elus tubuhku

(liriklaguindonesia.net, diakses pada 4 Januari 2013)

Lirik Lagu Melinda-Cinta Satu Malam

(6)

5

Cinta satu malam Buatku melayang

Sentuhanmu membuatku terlena

Aku telah terbuai mesra Yang ku rasa hangat indahnya cinta

Hasratku kian membara (lirikbaru.com, diakses pada 4 Januari 2013)

Lirik Lagu Lia MJ-Mobil Bergoyang

setiap malam di pinggir pantai mobil bergoyang

tidak di pantai, tidak di hotel, orang bergoyang

setiap malam di bawah lampu yang remang-remang

ada patroli tapi tak peduli yang penting hepi

ada yang genit ada yang centil ada yang nakal

dan ada pula kaum wanita penjaja cinta

cari yang enak tak perlu mahal di hotel-hotel

biar di pantai di setiap mobil nikmat bercinta

(liriklagudangdut.com, diakses pada 4 Januari 2013)

Maraknya lagu-lagu yang

liriknya mengandung unsur seks

seperti cuplikan di atas bertentangan

dengan Pasal 20 BAB XII Pedoman

Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar

Program Siaran (SPS) KPI tahun

2012 tentang Pelarangan dan

Pembatasan Seksualitas, khususnya

pada Bagian Ketiga tentang Muatan

Seks dalam Lagu dan Klip Video

yang menyatakan:

1. Program siaran dilarang berisi

lagu dan/atau video klip yang

menampilkan judul dan/atau lirik

bermuatan seks, cabul, dan/atau

mengesankan aktivitas seks.

2. Program siaran yang

menampilkan musik dilarang

bermuatan adegan dan/atau lirik

yang dapat dipandang menjadikan

perempuan sebagai objek seks.

3. Program siaran dilarang

menggunakan anak-anak dan

remaja sebagai model video klip

dengan berpakaian tidak sopan,

bergaya dengan menonjolkan

bagian tubuh tertentu, dan/atau

melakukan gerakan yang lazim

diasosiasikan sebagai daya tarik

seksual.

Selain melanggar pasal P3 dan

(7)

6 lagu-lagu tersebut juga bertentangan

dengan fungsi media massa itu

sendiri. Effendy dalam (Ardianto,

2009:18) mengemukakan bahwa

salah satu fungsi media massa secara

umum adalah fungsi pendidikan

karena media massa banyak

menyajikan hal-hal yang sifatnya

mendidik. Salah satu cara mendidik

yag dilakukan media massa adalah

melalui pengajaran nilai, etika, serta

aturan-aturan yang berlaku kepada

pemirsa atau pembaca. Namun,

kenyataannya media massa justru

menyuguhi masyarakat dengan

lagu-lagu dangdut yang bermuatan seks.

Cuplikan artikel dalam

Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia yang berjudul Musik

Dangdut Sejarah Sosial dan Musik

Popular Indonesia menyebutkan

bahwa musik dangdut yang

merupakan seni kontemporer terus

berkembang dan berkembang, pada

awal mulanya irama dangdut identik

dengan seni musik kalangan kelas

bawah dan memang aliran seni

musik dangdut ini merupakan

cerminan dari aspirasi dari kalangan

masyarakat kelas bawah yang

mempunyai ciri khas kelugasan dan

kesederhanaannya

(www.pusbangkol.pnri.go.id, ditulis

oleh Alit Sri Mulyani, diakses 15

Juni 2013).

Masyarakat Kelurahan

Bangunsari yang berada di bawah

naungan Kecamatan Dolopo

merupakan contoh masyarakat yang

menjadi segmentasi musik dangdut,

seperti dalam cuplikan artikel yang

berjudul Taman Wisata Umbul

Madiun bahwa pada hari libur taman

wisata Umbul Dolopo Madiun

sering mengadakan even-even

(8)

7 (aslimadiun.com, ditulis oleh Asli

Madiun, diposkan 30 September

2012).

Berdasarkan latar belakang

masalah yang ada, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Korelasi antara

Terpaan Lagu Paling Suka 69 dan

Belah Duren dengan Sikap Remaja

di Kelurahan Bangunsari,

Kecamatan Dolopo, Kabupaten

Madiun terhadap Seks Pranikah”.

Tinjauan Pustaka

Terpaan Media (Media Exposure) Terpaan media berusaha

mencari data khalayak tentang

penggunaan media baik jenis media,

frekuensi penggunaan maupun

durasi penggunaan longevity

(Ardianto, 2009:168).

Frekuensi penggunaan media

mengumpulkan data khalayak

tentang berapa kali sehari seseorang

menggunakan media dalam satu

minggu (untuk meneliti program

harian); berapa kali seminggu

seseorang menggunakan media

dalam satu bulan (untuk program

mingguan dan tengah bulanan); serta

berapa kali sebulan seseorang

menggunakan media dalam satu

tahun (untuk program bulanan)

(Ardianto, 2009:168).

Dari ketiga pola tersebut

yang sering dilakukan adalah

pengukuran frekuensi program

harian (berapa kali dalam seminggu).

Sedangkan pengukuran variabel

durasi penggunaan media

menghitung berapa lama khalayak

bergabung dengan suatu media

(berapa jam sehari); atau berapa

lama (menit) khalayak mengikuti

suatu program (audience’s share on

(9)

8 Selain kedua hal di atas,

hubungan antara khalayak dengan

isi media itu sendiri berkaitan

dengan perhatian (attention) juga

turut mempengaruhi sikap dalam

terpaan media (Rakhmat,

2008:52).

Teori Kultivasi

Menurut Kriyantono

(2006:285), “cultivation” berarti

penguatan, pengembangan,

perkembangan, penanaman atau

pereratan. Maksudnya bahwa

terpaan media (khususnya TV)

mampu memperkuat persepsi

khalayak terhadap realitas sosial. Hal

ini tampak pada hipotesis dasar

analisis kultivasi yaitu “semakin

banyak waktu seseorang dihabiskan

untuk menonton TV (artinya

semakin lama dia hidup dalam dunia

yang dibuat TV), maka semakin

seseorang menganggap bahwa

realitas sosial sama dengan yang

digambarkan TV”.

Menurut Kriyantono

(2006:285), cultivation analysis

pertama kali dikenalkan oleh George

Gerbner pada 1968. Menurutnya ada

dua tipe penonton TV, yaitu “

Heavy-viewers” (orang yang menghabiskan

waktu cukup banyak untuk

menonton TV) dan “Light-viewers”

(orang yang menghabiskan sedikit

waktu untuk menonton TV).

Khalayak yang termasuk “

heavy-viewers” (penonton berat) menurut

Gerbner akan memandang dunia

nyata ini sama dengan gambaran

yang ada di TV. Semakin sering dia

menonton acara kekerasan di TV,

maka dia akan menganggap bahwa

(10)

9 Remaja

Remaja akan mengalami

periode perkembangan fisik dan

psikis sebagai berikut (Monks, 2001:

262):

1. Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)

Masa ini disebut juga masa

pueral, yaitu masa peralihan dari

kanak-kanak ke remaja.

Perkembangan intelektualitas

yang sangat pesat juga terjadi

pada fase ini. Akibatnya,

remaja-remaja ini cenderung bersikap

suka mengkritik (karena merasa

tahu segalanya), yang sering

diwujudkan dalam bentuk

pembangkangan ataupun

pembantahan terhadap orangtua,

mulai menyukai orang dewasa

yang dianggapnya baik, serta

menjadikannya sebagai "hero"

atau pujaannya.

2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)

Masa ini disebut juga masa

remaja awal, dimana

perkembangan fisik mereka

begitu menonjol. Remaja sangat

cemas akan perkembangan

fisiknya, sekaligus bangga

bahwa hal itu menunjukkan

bahwa ia memang bukan

anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi

remaja menjadi sangat labil

akibat dari perkembangan

hormon-hormon seksualnya

yang begitu pesat. Keinginan

seksual juga mulai kuat muncul

pada masa ini. Kasus-kasus gay

dan lesbi banyak diawali dengan

gagalnya perkembangan remaja

pada tahap ini.

Di samping itu, remaja

mulai mengerti tentang gengsi,

penampilan, dan daya tarik

seksual. Karena kebingungan

(11)

10 akibat pengaruh perkembangan

seksualitasnya, remaja sukar

diselami perasaannya. Kadang

mereka bersikap kasar, kadang

lembut. Kadang suka melamun,

di lain waktu dia begitu ceria.

Perasaan sosial remaja di masa

ini semakin kuat, dan mereka

bergabung dengan kelompok

yang disukainya dan membuat

peraturan-peraturan dengan

pikirannya sendiri.

3. Masa akhir pubertas (17 - 18

tahun)

Pada masa ini, remaja yang

mampu melewati masa

sebelumnya dengan baik, akan

dapat menerima kodratnya, baik

sebagai laki-laki maupun

perempuan. Mereka juga bangga

karena tubuh mereka dianggap

menentukan harga diri mereka.

Masa ini berlangsung sangat

singkat.

4. Periode remaja Adolesen (19 -

21 tahun)

Pada periode ini umumnya

remaja sudah mencapai

kematangan yang sempurna,

baik segi fisik, emosi, maupun

psikisnya. Mereka akan

mempelajari berbagai macam hal

yang abstrak dan mulai

memperjuangkan suatu

idealisme yang didapat dari

pikiran mereka. Mereka mulai

menyadari bahwa mengkritik itu

lebih mudah daripada

menjalaninya. Sikapnya terhadap

kehidupan mulai terlihat jelas,

seperti cita-citanya, minatnya,

(12)

11 Pornografi

Menurut Armando (2004:1),

media yang dimaksud dapat

dikelompokkan dalam tiga kelompok

besar, yaitu :

1. Media audio (dengar) seperti

siaran radio, kaset, CD, telepon,

ragam media audio lain yang

dapat diakses di internet:

a. Lagu-lagu yang mengandung

lirik mesum, lagu-lagu yang

mengandung bunyi-bunyian

atau suara-suara yang dapat

diasosiasikan dengan

kegiatan seksual. Dengan

demikian lagu-lagu yang

dicekal KPI dan menjadi

obyek penelitian ini memang

termasuk media pornografi.

b. Program radio dimana

penyiar atau pendengar

berbicara dengan gaya

mesum;

c. Jasa layanan pembicaraan

tentang seks melalui telepon.

2. Media audio-visual

(pandang-dengar) seperti program televisi,

film layar lebar, video, laser disc,

VCD, DVD, game komputer,

atau ragam media audio visual

lainnya yang dapat diakses di

internet:

a. Film-film yang mengandung

adegan seks atau

menampilkan artis yang

tampil dengan berpakaian

minim, atau tidak (atau

seolah-olah tidak) berpakaian;

b. Adegan pertunjukan musik

dimana penyanyi, musisi atau

penari latar hadir dengan

tampilan dan gerak yang

membangkitkan syahwat

penonton.

3. Media visual (pandang) seperti

(13)

12 (karya sastra, novel populer, buku

non-fiksi) komik, iklan billboard,

lukisan, foto, atau bahkan media

permainan seperti kartu:

a. Berita, cerita, atau artikel

yang menggambarkan

aktivitas seks secara

terperinci atau yang memang

dibuat dengan cara yang

sedemikian rupa untuk

merangsang hasrat seksual

pembaca.

b. Gambar, foto adegan seks

atau artis yang tampil dengan

gaya yang dapat

membangkitkan daya tarik

seksual.

c. Iklan di media cetak yang

menampilkan artis dengan

gaya yang menonjolkan daya

tarik seksual.

d. Fiksi atau komik yang

mengisahkan atau

menggambarkan adegan seks

dengan cara yang sedemikian

rupa sehingga

membangkitkan hasrat

seksual.

Sikap

Pengertian Sikap

Sikap seseorang terhadap

suatu obyek adalah perasaan

mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada obyek tersebut

(Azwar, 1998:57).

Komponen Sikap

Tiga komponen yang

saling menunjang dalam struktur

sikap adalah komponen kognitif,

afektif, dan konatif (Azwar,

1998:50). Komponen kognitif

merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik

(14)

13 perasaan yang menyangkut aspek

emosional, dan komponen konatif

merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki oleh seseorang.

Sikap terhadap Seks Pranikah Seks pranikah merupakan

hubungan yang mengarah pada

hubungan kelamin sebagai proses

akhir yang dilakukan oleh

seorang laki-laki maupun

perempuan yang tidak memiliki

ikatan pernikahan yang resmi

(Sarwono, 2006:26).

Reiss (Widiastuti, 2012:3)

membagi tingakatan seksual itu

menjadi beberapa katagori yaitu:

a. Bersentuhan (touching),antara

lain pegangan tangan, berpelukan.

b. Berciuman (kissing), batasan dari

perilaku ini adalah mulai dari

hanya sekedar kecupan sampai

dengan French kiss yaitu adanya

aktivitas atau gerakan lidah dari

mulut.

c. Bercumbu (petting), yaitu

merupakan bentuk dari berbagai

aktivitas fisik secara seksual,

antara pria dan wanita yang lebih

dari sekedar berciuman atau

berpelukan yang mengarah

kepada pembangkit gairah

seksual, namun belum sampai

berhubungan kelamin. Bentuk

dari aktivitas ini adalah

melibatkan perilaku mencium

menyentuh atau meraba,

menghisap atau menjilat pada

daerah pasangan, seperti

mencium payudara pasangan

wanita atau mencium alat

kelamin pasangan pria.

d. Berhubungan kelamin (sexual

(15)

14 penis dan vagina dan terjadi

penetrasi penis kedalam vagina.

Sikap terhadap seks

pranikah adalah evaluasi atau

penilaian seseorang terhadap

hubungan yang mengarah pada

hubungan kelamin yang

dilakukan oleh laki-laki maupun

perempuan yang tidak memiliki

ikatan pernikahan yang resmi

(Widyarini, 2010:3).

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran

merupakan kajian tentang

bagaimana hubungan teori dengan

berbagai konsep yang ada dalam

perumusan masalah (Kriyantono,

2006:81). Teori-teori yang dianggap

relevan dengan penelitian ini adalah

Terpaan Media (Media Exposure),

Teori Kultivasi, dan Sikap terhadap

Seks Pranikah.

Peneliti akan mengukur

terpaan lagu Paling Suka 69 dan

Belah Duren dari frekuensi, durasi,

dan atensi remaja Kelurahan

Bangunsari dalam mendengar kedua

lagu tersebut di radio. Frekuensi

diukur dengan berapa kali dalam

seminggu, durasi diukur dengan

berapa jam atau menit dalam sehari,

dan atensi diukur dari tingkat

perhatian terhadap lirik lagu.

Berdasarkan uraian di atas,

maka peneliti juga menggunakan

teori Kultivasi sebagai teori

pendukung untuk melakukan

penelitian ini mengingat dasar dari

teori ini adalah semakin seseorang

menjadi pecandu berat televisi

(heavy viewers) maka akan lebih

mempengaruhi sikap dan persepsinya

mengenai objek yang dilihatnya di

televisi. Sebaliknya seseorang yang

(16)

15

viewers), sikap dan persepsinya tidak

mudah terpengaruh oleh tayangan

televisi. Dalam hal ini, semakin

sering remaja mendengar lagu Belah

Duren dan Paling Suka 69 di radio

dan televisi, remaja tersebut akan

semakin mudah untuk menyerap

pesan atau inforrnasi yang

disampaikan dalam lagu tersebut,

yaitu mengenai perilaku seks

pranikah, sehingga akan

mempengaruhi sikap remaja tersebut

terhadap seks pranikah.

Penjelasan mengenai sikap

terhadap seks pranikah terbagi ke

dalam tiga komponen sebagai

berikut:

1. Komponen kognitif (komponen

perceptual), yaitu bagaimana

pengetahuan, pandangan,

keyakinan, dan persepsi

remaja mengenai seks

pranikah, baik bersentuhan,

berciuman, bercumbu, dan

berhubungan kelamin tanpa

ikatan pernikahan.

2. Komponen afektif (komponen

emosional), yaitu perasaan

suka atau tidak suka terhadap

seks pranikah, baik

bersentuhan, berciuman,

bercumbu, dan berhubungan

kelamin tanpa ikatan

pernikahan.

3. Komponen konatif (komponen

perilaku atau action

component), yaitu keputusan

untuk mendukung atau tidak

mendukung terhadap seks

pranikah, baik bersentuhan,

berciuman, bercumbu, dan

berhubungan kelamin tanpa

ikatan pernikahan.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian

(17)

16 Ho : Tidak ada hubungan antara

terpaan lagu Paling Suka 69 dan

Belah Duren dengan sikap

remaja terhadap seks pranikah.

Ha : Ada hubungan antara terpaan

lagu Paling Suka 69 dan Belah

Duren dengan sikap remaja

terhadap seks pranikah.

Metode dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan

pendekatan atau metodologi

kuantitatif. Metodologi riset

kuantitatif berdasarkan pendekatan

positivisme (klasik/objektif)

(Kriyantono, 2006:51). Pendekatan

objektif menganggap perilaku

manusia disebabkan oleh

kekuatan-kekuatan di luar kemauan mereka

sendiri (Kriyantono, 2006:54).

Riset kuantiatif adalah riset

yang menggambarkan atau

menjelaskan suatu masalah yang

hasilnya dapat digeneralisasikan

(Kriyantono, 2006:55).

Pendekatan kuantitatif

berlandaskan pada filsafat positivism,

digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, teknik

pengambilan sampel pada umumnya

dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:13).

Metode penelitian ini adalah

survei dan tipe penelitiannya

eksplanatif. Metode Survei adalah

metode riset dengan menggunakan

kuesioner sebagai instrumen

pengumpulan datanya (Kriyantono,

2006:59).

Jenis penelitian eksplanatif

adalah jenis penelitian yang

(18)

17 penjelasan apakah ada hubungan

yang signifikan antara dua variabel

atau lebih (Sugiyono, 2008:11).

Dalam penelitian eksplanatif, periset

menghubungkan atau mencari sebab

akibat antara dua atau lebih konsep

(variabel yang akan diteliti)

(Kriyantono, 2006:69).

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi adalah keseluruhan

objek atau fenomena yang diriset

(Kriyantono, 2006:153). Berdasarkan

pemahaman tersebut, maka populasi

dari penelitian ini adalah remaja di

Kel. Bangunsari, Kab. Madiun

dengan kriteria umur 14-16 tahun

(masa pubertas). Berdasarkan data

dari Kantor Kelurahan Bangunsari,

jumlah penduduk Kel. Bangunsari

kategori remaja (14-16 tahun) pada

akhir tahun 2012 sebanyak 52 orang .

Sampel

Sampel adalah sebagian dari

keseluruhan objek atau fenomena

yang akan diamati (Kriyantono,

2006:153). Maka peneliti akan

mengambil sebagian dari 52 remaja

(14-16 tahun) yang ada di Kelurahan

Bangunsari untuk dijadikan sampel

penelitian menggunakan rumus

Slovin.

Pembahasan

Dari hasil pengujian dan

yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya dapat dilihat adanya

hubungan yang signifikan antara

terpaan lagu Paling Suka 69 dan

Belah Duren dengan sikap remaja di

Kelurahan Bangunsari Kabupaten

Madiun terhadap seks pranikah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai taraf

signifikan sebesar 0,311 dan lebih

(19)

18 Hasil penelitian ini

mendukung teori kultivasi bahwa

semakin sering remaja diterpa oleh

lagu Paling Suka 69 dan Belah

Duren, maka hal tersebut marnpu

membentuk sikap positif remaja

terhadap seks pranikah, baik dari sisi

kognitif, afektif ataupun konatif.

Ditinjau dari sisi jenis

kelamin, persentase jumlah

pendengar yang hampir sama antara

laki-laki dan perempuan

menunjukkan bahwa lagu Belah

Duren dan Paling Suka 69 tidak

hanya diminati oleh laki-laki,

perempuan ternyata juga banyak

yang menyukai lagu tersebut.

Ditinjau dari sisi usia,

sebagian besar responden

penelitian ini berumur 16 tahun, di

mana pada usia tersebut

merupakan puncak dari masa

pubertas. Menurut Monks (2001:

262), pada masa ini, emosi remaja

menjadi sangat labil akibat dari

perkembangan hormon-hormon

seksualnya yang begitu pesat.

Keinginan seksual juga mulai kuat

muncul pada masa ini. Oleh karena

itu mereka akan cenderung

menyukai hal-hal yang berkaitan

dengan seksual.

Ditinjau dari tingkat

pendidikan terakhir, menunjukkan

bahwa sebagian besar responden

penelitian ini pendidikan

terakhirnya adalah SMA.

Banyaknya responden yang

memiliki pendidikan terakhir SMA

menunjukkan bahwa umumnya

pendengar lagu Belah Duren dan

Paling Suka 69 adalah pendengar

yang tingkat pendidikannya cukup

tinggi sehingga mereka mampu

menyerap informasi atau pesan

(20)

19 tersebut.

Pada aspek kognitif diketahui

bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa Seks Pranikah adalah

hal yang wajar dilakukan remaja saat

ini. Menurut Walgito (2008:24),

komponen kognitif yaitu komponen

yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal

yang berhubungan dengan

bagaimana mempersepsi terhadap

obyek tersebut. Ketika remaja

berpandangan bahwa seks pranikah

adalah hal yang wajar dilakukan

remaja saat ini, ini berarti para

remaja sudah terpengruh pesan-pesan

dari media massa yang seolah-olah

menunjukkan bahwa fenomena

tersebut merupakan realitas sosial

yang ada.

Pada aspek afektif, sebagian

besar responden setuju bahwa

mereka menyukai Seks Pranikah.

Menurut Walgito (2008:24),

komponen afektif yaitu komponen

yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang terhadap

suatu obyek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif,

sedangkan rasa tidak senang

merupakan hal yang negatif.

Komponen ini menunjukkan arah

sikap, yaitu positif dan negatif.

Ketika individu mempunyai

keyakinan dan menyesuaikan diri

dengan lingkungannya yang

mendukung adanya seks pranikah,

maka sikap individu tersebut akan

positif terhadap seks pranikah

Pada aspek konatif, sebagian

besar responden setuju atau

mendukung Seks Pranikah. Menurut

Walgito (2008:24), komponen

konatif yaitu komponen yang

berhubungan dengan kecenderungan

(21)

20 Komponen ini menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak

atau berperilaku seseorang terhadap

obyek sikap. Terbentuknya sikap

positif seseorang terhadap seks

pranikah, diawali dengan keyakinan

(kognitif) positif bahwa seks

pranikah adalah wajar sesuai dengan

realitas sosial. Hal ini mempengaruhi

kondisi emosional (afektif) subjek,

dimana subjek merasa bahwa seks

pranikah merupakan hal yang

menyenangkan. Akhirnya seseorang

akan mendukung seks pranikah dan

mengkin juga akan menirukannya.

Seperti yang di kemukakan

oleh Ardianto (2009:66) bahwa

menurut teori Kultivasi, media,

khususnya televisi, merupakan

sarana utama kita untuk belajar

tentang masyarakat dan kultur kita.

Melalui kontak kita dengan televisi

(dan media lain), kita belajar tentang

dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya

serta adat kebiasaannya. Lagu-lagu

yang mengandung unsur seks yang

diputar di radio dan televisi seperti

Belah Duren dan Paling Suka 69

tentu saja juga akan menjadi bahan

belajar bagi para pendengarnya.

Apalagi jika orang mendengar

lagu-lagu tersebut dengan frekuensi yang

sering dan durasi yang panjang,

maka perhatian mereka terhadap

lagu-lagu tersebut juga semakin

tinggi. Jika itu terjadi, maka sikap

kognitif, afektif dan konatif pun

dapat dipastikan akan terpengaruh.

Menurut Kriyantono

(2006:285),“semakin banyak waktu

seseorang dihabiskan untuk

menonton TV (artinya semakin lama

dia hidup di dalam dunia yang dibuat

TV), maka semakin seseorang

menganggap bahwa realitas sosial

(22)

21 Padahal perilaku seks pranikah yang

ada di dalam lagu Belah Duren dan

Paling Suka 69 belum tentu

merupakan realitas sosial di negara

kita, apalagi negara kita menganut

budaya ketimuran. Hal ini

dikarenakan media massa

menganggap manusia sebagai

audience yang cenderung menjadi

pasif ketika menonton televisi,

apalagi jika “disuguhi” hal-hal yang

berbau seks, sehingga dengan mudah

televisi sebagai alat dari komunikasi

massa ini dapat mempengaruhi

audiencenya.Rangsangan berupa

cerita seks menarik bagi karena

remaja (12-21 tahun) masih

belum mampu untuk menguasai

fungsi-fungsi fisik maupun

psikisnya dan pada masa pubertas

(14-16 tahun) keinginan seksual

juga mulai kuat (Monks,

2001:258-262).

Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan

pembahasan yang telah dilakukan

pada bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan yaitu adanya

hubungan yang signifikan antara

terpaan lagu Paling Suka 69 dan

Belah Duren dengan sikap remaja di

Kelurahan Bangunsari Kabupaten

Madiun terhadap seks pranikah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai taraf

signifikan sebesar 0,311 dan lebih

kecil dari 0,05.

Arah hubungan terpaan lagu

Paling Suka 69 dan Belah Duren di

radio dengan sikap terhadap seks

pranikah pada remaja di Kelurahan

Bangunsari Kabupaten Madiun

adalah positif, sehingga semakin

sering remaja mendengar lagu

Paling Suka 69 dan Belah Duren,

maka akan semakin membentuk

(23)

22 pranikah, meliputi sikap afektif,

kognitif, dan konatif. Nilai koefisien

korelasi sebesar 0,311 adalah tingkat

hubungan yang rendah tetapi pasti.

Adanya hubungan dari

terpaan lagu Paling Suka 69 dan

Belah Duren dengan sikap remaja di

Kelurahan Bangunsari Kabupaten

Madiun terhadap seks pranikah

menandakan adanya sikap yang

positif dari remaja dalam

mendengar lagu. Hasil penelitian ini

berhasil mendukung teori Kultivasi

bahwa semakin sering masyarakat

atau pemirsa mendengar lagu Paling

Suka 69 dan Belah Duren (heavy

viewers), dimana hal ini terlihat dari

hasil terpaan yang tinggi, maka hal

tersebut berhubungan dengan sikap

remaja yang menjadi positif, baik

dari sisi kognitif, afektif atau pun

konatif.

Saran

Berdasarkan pada penelitian

yang telah dilakukan, maka

selanjutnya peneliti dapat

memeberikan saran sebagai berikut:

1. Para remaja harus lebih selektif

terhadap lagu-lagu yang mereka

dengar dan orang tua harus

memberikan pengawasan dan

pendampingan yang lebih intens

pada putra-putri mereka.

2. Pengelola media massa yang

meluncurkan lagu Paling Suka 69

dan Belah Duren agar menyadari

pangaruh lagu tersebut pada

pendengarnya. Selanjutnya, hal

ini dapat dijadikan pertimbangan

dalam memilih lagu yang tepat

(24)

23

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Edisi Revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Armando, Ade. 2004. Mengupas Batas Pornografi. Jakarta: Kemeneg Pemberdayaan Perempuan.

Azwar, Saifuddin. 1998. Sikap Manusia (Teori don Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia. Jakarta: Kencana.

Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Gerungan, WA. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Monks, F.J. dan A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono. 2001. Psikologi Perkembangan (Pengantar dalam Berbagai Bagiannya). Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Komunikasi Massa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPPSS Statistik Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Santrock, John W. 2003. Adolescence, 6th Edition. Alih Bahasa: Shinto B. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

(25)

24 Non Buku:

Ayuningtias, Prasdianingrum, Hubungan antara Terpaan Media mengenai Penculikan Anak di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua di RT 23 Kelurahan Sidomulyo Samarinda, Universitas Mulawarman, Jurnal, 2013.

Widiastuti, Oktaviani, Seks Pranikah pada Remaja Berpacaran, Universitas Gunadarma, Jurnal, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 1 Daftar Laporan Tahunan Perusahaan Industri Barang Konsumsi Tahun 2009 –

Sumber belajar adalah data, orang, dan atau sesuatu yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar. Sumber belajar meliputi semua sumber yang berkenaan dengan

Collaborative Learning Method: Enhancing Students’ Reading Comprehension (A Classroom Action Research at Ninth Grade Students of Ciwaru One Junior High School Kuningan

Hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2014, dari 10 lansia didapatkan 8 lansia mengatakan tidak tahu dan tidak mengerti tentang apa

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN PARTISIPASI DUNIA INDUSTRI TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI JAWA BARAT..

Pengaruh Hasil Belajar Membuat Roti Dan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Roti Pada Siswa Kelas XI THP di SMKN 1 Kuningan Tahun 2014.. Universitas Pendidikan Indonesia |

 Mampu menjelaskan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir..  Mampu menampilkan

s.kkr f,Ld& Ga DD s